Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN

KEGAGALAN BANGUNAN

OLEH

MUHAMMAD TAUFIK HABIBILLAH IBNU AHMAD


(191158015)

JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM MAGISTER TERAPAN


PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kegagalan Bangunan”.

Tugas makalah ini termasuk dalam tugas dari mata kuliah Aspek Hukum Proyek
Infrastruktur yang merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Politeknik
Negeri Bandung Magister Terapan Rekayasa Infrastruktur. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat
kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.

Pontianak, 26 November 2019

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar belakang............................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

2.1 Kegagalan Konstruksi................................................................................................2

2.2 Penyebab Kegagalan Konstruksi................................................................................3

2.3 Pengembangan Kuisioner...........................................................................................4

BAB III ANALISA KEGAGALAN BANGUNAN.............................................................7

3.1 Data Proyek.................................................................................................................7

3.2 Analisa Kegagalan Bangunan......................................................................................7

3.3 Dokumentasi................................................................................................................9

BAB IV PENUTUP................................................................................................................11

3.1 Penutup..............................................................................................................................11

3.2 Saran..................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegagalan perkerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi


yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam
kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat
kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa (PP. 29/2000 pasal 31 tentang
Penyelenggaran Jasa Konstruksi).

Salah satu contoh kasus kegalan konstruksi adalah pada jembatan Tanipah
berlokasi di Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito, Kalimantan Selatan.
Uniknya ambruknya jembatan ini merupakan “hadiah” HUT RI-72 untuk
Kecamatan Mandastana. Pasalanya jembatan ini ambruk tepat pada tanggal 17
Agustus 2017 Pukul 11.20 WITA.

Untuk itu penulis akan mengangkat kasus ini dalam bentuk makalah dan
menganalisa sebisa mungkin kemungkinan yang telah terjadi pada jembatan
tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah:


1. Definisi dari kegagalan bangunan?
2. Apa saja penyebab kegagalan bangunan?
3. Apa saja data-data Jembatan Mandastana?
4. Apa analisa penulis terhadap penyebab runtuhnya Jembatan Mandastana?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui tentang kegagalan bangunan.


2. Mengetahui penyebab kegagalan bangunan.
3. Mengetahui data proyek dari Jembatan Mandastana.
4. Mengetahui penyebab runtuhnya Jembatan Mandastana dan pihak yang
bertanggung jawab.
5.

3
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kegagalan Konstruksi

Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non


teknis. Kegagalan ini dapat disebabkan karena kegagalan pada proses pengadaan
barang atau jasa, atau kegagalan saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan
perkerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa atau penyedia jasa. (PP. 29/2000 pasal 31 tentang Penyelenggaran Jasa
Konstruksi).
Untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi tidaklah mudah.
Seringkali sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai
faktor. Oyfer (2002) menyatakan “construction defects” di Amerika disebabkan
oleh faktor manusia (54%), desain (17%), perawatan (15%), material (12%), dan
hal tak terduga (2%). Vickynason (2003) menyatakan bahwa 80% dari total
projects risk in construction dimungkinkan penyebabnya faktor manusia.
Sementara itu, Carper (1989) menyatakan bahwa penyebab potensial untuk
kegagalan konstruksi secara umum disebabkan oleh : site selection and site
developments errors, programing deficiencies, construction errors, material
deficiencies and operational errors.

4
5

2.2. Penyebab Kegagalan Konstruksi

Herry Ludiro Wahyono (2011), faktor yang mempengaruhi kegagalan


proyek yaitu konstruksi biaya yang dialokasikan, kualitas pelaksanaan pekerjaan,
serta waktu pelaksanaan. Kegagalan konstruksi pada bangunan gedung terjadi
pada kegagalan : elemen struktur dengan rata-rata penyimpangan sebesar 4,36%
dari nilai kontrak, elemen atap 2,53%, pondasi 0,15%, utilitas 0,12% dan finishing
0,07%. Kesuksesan proyek konstruksi tergantung dari peran pengawas. Dalam
model : Pengawas internal (Kontraktor) dan pengawas eksternal (Konsultan
Pengawas) berpengaruh signifikan terhadap kualitas proyek, sehingga untuk
memperkuat fungsi pengawas perlu pemenuhan terhadap kode etik profesi
pengawas yang tertuang dalam Surat Keputusan Sertifikat Keahlian. Faktor
internal Supervisi (Kontraktor) mempengaruhi kualitas dan eksternal supervisi
(Konsultan Pengawas), sedangkan faktor kualitas sangat tergantung eksternal
Supervisi.
Menurut Ervianto (2002), manajemen pengelolahan setiap proyek rekayasa sipil
meliputi fungsi dasar manajemen, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Setiap proyek konstruksi pasti selalu dimulai dengan proses perencanaan agar
proses ini berjalan dengan baik maka ditentukan terlebih dahulu sasaran
utamanya. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai peramalan masa yang akan
datang dan perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk perencanaan dapat
berupa perencanaan prosedur, perencanaan metoda kerja, perencanaan standar
pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana
kegiatan beserta jadwal).
2. Pengawasan (supervising)
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai interaksi langsung antara individu-
individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dalam tujuan organisasi. Proses
ini berlangsung secara berkelanjutan dari waktu ke waktu guna mendapatkan
keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai prosedur yang ditetapkan
untuk hasil yang diinginkan.
6

3. Pelaksanaan (construction)
Dalam kenyataannya, kegiatan ini dilakukan oleh pihak pelaksana konstruksi dan
pihak pemiliki proyek. Pengawasan dilakukan oleh pelaksanaan konstruksi
bertujuan mendapatkan hasil yang telah ditetapkan oleh pemiliki proyek,
sedangkan pengawasan oleh pemiliki bertujuan memperoleh keyakinan bahwa apa
yang akan diterimanya sesuai dengan apa yang dikehendaki. Parameter hasil
pelaksanaan kegiatan dituangkan dalam spesifikasi.
Sanksi atau hukuman mengenai kegagalan konstruksi dapat ditinjau dari Undang
Undang RI No. 18 Tahun 1999 dalam pasal 43 sebagai berikut:
1. Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak
memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai
kontrak.
2. Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan
dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan
dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
3. Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan
pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan
dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.

2.3. Pengembangan Kuisioner

Kuisioner di ambil dari ilmu tentang kegagalan struktur bangunan yang


merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan
maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan
keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna
jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. Kegagalan bangunan karena
7

strukturnya gagal berfungsi dapat menimbulkan kerugian harta benda, bahkan


korban jiwa. Oleh karena itu perlu diantisipasi secara cermat.
Penanggung jawab kegagalan bangunan dapat dikenakan kepada institusi maupun
orang perseorangan, yang melibatkan keempat unsur utama dalam pembangunan
yaitu :
1) menurut Undang-undang No. 18 tahun 1999, pasal 26, ketiga unsur utama
proyek yaitu: perencana, pengawas dan kontraktor (pembangun).
2) menurut pasal 27, jika disebabkan karena kesalahan pengguna jasa/bangunan
dalam pengelolaan dan menyebabkan kerugian pihak lain, maka pengguna
jasa/bangunan wajib bertanggung-jawab dan dikenai ganti rugi.
Penyebab keruntuhan yang munkin terjadi berdasarkan data yang dikumpulkan
pengamatan dilapangan, maka akibat beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemilihan lokasi yang beresiko
2. Ketentuan proyek yang tidak jelas
3. Kesalahan perencanaan
4. Kesalahan pelaksanaan
5. Material yang tidak bermutu
Dalam kegagalan proyek konstruksi tidak lepas dari ketiga unsur utama di atas.
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan proyek konstruksi dalam
bidang perencanaan hingga pelaksanaan.
1. Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
a) Tidak mengikuti TOR,
b) Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku,
c) Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
d) Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi,
e) Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat,
8

f) Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya


beban rencana) dalam perencanaan,
g) Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik,
h) Kesalahan gambar rencana.
2. Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a) Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,
b) Tidak mengikuti TOR,
c) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi,
d) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh
metode konstruksi yang benar,
e) Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.
3. Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a) Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
b) Salah mengartikan spesifikasi,
c) Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
d) Tidak menggunakan material yang benar,
e) Salah membuat metode kerja,
f) Salah membuat gambar kerja,
g) Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
9

BAB III
ANALISA KEGAGALAN BANGUNAN

3.1 Data Proyek

Nomor Kontrak : 261/KPA/DPU-BM/2015


Nama Jembatan : Jembatan Tanipah
Lokasi Jembatan : Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito, Kalimantan
Selatan
Kontraktor : PT Citra Bakumpai Abadi
Dibangun : 1 Juli 2015
Selesai : 17 Februari 2016
Runtuh : 17 Agustus 2017
Nilai Kontrak : Rp. 17.444.198.000 (tujuh belas milyar empat ratus
empat puluh empat juta seratus sembilan puluh delapan
ribu rupiah)
Sumber Dana : DAK APBD-P Tahun 2015
Korban Jiwa : Tidak ada

3.2 Analisa Kegagalan Bangunan

Brigjen Aneka Pristahuddin anggota kepolisian Polda Kalimantan Selatan


mengatan, berdasarkan hasil penyidikan, ditemukan fakta kekurangan volume
pekerjaan tiang pancang dan mutu dari pondasi jembatan pada pilar tiga, terjadi
runtuh (failure). Pada abudment 1, dan 2 serta pilar 4 dinyatakan tidak aman
untuk kondisi ideal layaknya jembatan.
Menurut fakta yang disampaikan, maka diketahui bahwa penyebab
runtuhnya Jembatan Tanipah ini karena tiang pancang utama yang menopang
bagian tengah patah akibat kekurangan volume dan mutu, sehingga
mengakibatkan bagian tengah pondasi jembatan menjadi rusak dan patah.
Sedangkan pada bagian abudment juga dikategorikan dalam kondisi yang tidak
aman. Jadi, pekerjaan struktur pondasi dan abudment jembatan ini mengalami
kegagalan konstruksi yang mengakibatkan kegagalan bangunan.
10

Poin yang menarik adalah abudment tidak runtuh bersamaan dengan


pondasi utama dari jembatan Tanipah ini. Hal ini dikarenakan abudment sudah
tidak menerima beban berlebih lagi karena jembatan sudah runtuh. Jika pada
bagian pondasi belum runtuh, kemungkinan yang akan runtuh terlebih dahulu
adalah bagian abudment. Karena terdapat kegagalan konstruksi pada pondasi
dan abudment ini, mekera seolah “berlomba” siapa yang akan runtuh terlebih
dahulu. Jika pondasi runtuh terlebih dahulu, maka abudment akan tetap
“selamat”, begitu juga sebaliknya.
Pihak yang bertanggung jawab pada kasus ini adalah Direktur Utama PT
Citra Bakumpai Abadi atas nama Rusman Adji selaku kontraktor dan sudah
ditetapkan oleh pihak kepolisian sebagai tersangka utama. Pihak Kepolisian
mebuka peluang ada tersangka lain, selain Rusman Adji. Dibangun sejak 1 Juli
2015 hingga 17 Februari 2016, jembatan ini ambruk pada 17 Agustus 2017.
Dari hasil penyelidikan polisi, Rusman Adji bermodus mengurangi
volume atau kuantitas pekerjaan tiang pancang dan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi tidak sesuai petunjuk teknis. Kontraktor meng-order tiang pancang
ke PT Indal Steel Pipe dan meng-order girder ke PT Yuda Persada Gemilang.
Adapun, konsultan pengawas adalah Yudi Ismani, PPTK Datmi, dan pengawas
lapangan Wirdan Atkian. Pihaknya memeriksa 32 saksi, di antaranya Abdul
Manaf, Rusli Ramli, dan Yudi Ismani. Proyek sempat dua kali ada adendum
kontrak pada 5 Agustus 2015 dan 1 Desember 2015.
Tersangka dijerat pasal 2 dan pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 juncto
UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi juncto pasal 55 ke-
1 KUHP. Penyidik turut memintai keterangan 32 saksi dan tiga orang ahli.
Ancaman pidananya penjara minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun.
Sementara denda yang dikenakan minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1
miliar.
Meskipun pihak kontraktor sudah berupaya untuk mengganti dan
bertanggung jawab terhadap semua jenis kerugian yang terjadi atas kegagalan
bangunan tersebut, namun pihak kepolisian tetap membawa ini ke ranah pidana
atas kasus korupsi karena menyebabkan kerugian negara.
11

3.3 Dokumentasi

SEBELUM

SESUDAH

Tampak atas sebelum dan sesudah runtuh

Tampak depan sesudah runtuh


12

Tampak samping (1) sesudah Runtuh

Tampak samping (2) sesudah Runtuh


13

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan keseluruhan, khususnya


ambruknya Jembatan maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Penyebab
Pengurangan volume dan mutu pada tiang pancang utama pondasi yang
mengakibatkan kerusakan dan patah sehingga terjadi kegagalan
konstruksi.
2. Pihak yang Bertanggung Jawab
Direktur Utama PT Citra Bakumpai Abadi (Kontraktor) dan beberapa
pihak yang mungkin terlibat.
3. Proses Hukum

Pasal 2 dan pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20


Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi juncto pasal 55 ke-1 KUHP.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan


yang mungkin dapat berguna bagi siapa saja pihak yang bergerak dibidang
kontruksi.
Sebaiknya jika mau melakukan suatu pekerjaan haruslah dilakukan dengan
sebenar-benarnya tanpa mengurangi volume, mutu dan segela jenisnya yang
berpengaruh terhadap fungsi konstruksi. Jangan tergiur dengan nilai kontrak yang
begitu besar, karena semakin besar nilai kontrak, maka semakin besar pula resiko
yang akan diterima nantinya. Maka dari itu, bekerjalah sesuai spesifikasi dan
standar yang berlaku, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
12

DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/6285/3/TS213744.pdf
http://www.testindo.com/article/299/penyebab-runtuhnya-jembatan-tanipah-
kalimantan-selatan
https://kumparan.com/banjarhits/modus-tersangka-korupsi-proyek-jembatan-
mandastana-1543217077156837527
https://www.google.co.id/search?
q=jembatan+mandastana&dcr=0&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
EwiUwoaW64bZAhUBsJQKHbVPCosQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#imgr
c=5FKf4o28cRyGEM:
https://www.google.co.id/search?
q=jembatan+mandastana&dcr=0&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
EwiUwoaW64bZAhUBsJQKHbVPCosQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#imgr
c=RXFQK-yIz9c3BM:
https://www.google.co.id/search?
q=jembatan+mandastana&dcr=0&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUK
EwiUwoaW64bZAhUBsJQKHbVPCosQ_AUICigB&biw=1366&bih=662#imgr
c=wiblgcIvFvTyfM:

Anda mungkin juga menyukai