BAB I : PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Pemikiran
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
1. Pengertian Perjanjian
3. Asas-Asas Perjanjian
4. Subyek Perjanjian
5. Obyek Perjanjian
6. Wanprestasi
7. Overmacht
1. Pengertian Kontrak
3. Bentuk-Bentuk Kontrak
4. Jenis-Jenis Kontrak
5. Akibat Hukum Suatu Kontrak
6. Berakhirnya Suatu Kontrak
DAFTAR PUSTAKA
2
Abstrak
masa pembangunan sampai selesai diperlukan suatu perikatan tertulis antara pihak
pertama dengan pihak kedua. Perikatan antara kedua belah pihak disebut perjanjian
kemudian diatur lebih lanjut dalam pasal 1604-1616 KUH Perdata. Perjanjian tersebut
dibuat dalam bentuk tertulis, tepatnya berbentuk kontrak kerja konstruksi. Penelitian
gambaran pada data yang diteliti secara tepat terhadap keadaan atau gejala-gejala
lain yang ada. Hasil penelitian menunjukan tahapan dan proses-proses awal dalam
Utama untuk mencapai kesepakatan dalam proses penyusunan kontrak serta isi
dalam kontrak yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan proyek tersebut. Di dalam
perjanjian pemborongan, kendala yang dihadapi bisa timbul dari kontrak itu sendiri
atau karena diakibatkan oleh kelalaian para pihak (wanprestasi) dan keadaan di luar
melalui jalur di pengadilan maupun di luar pengadilan yang telah disepakati dan
kontrak
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat untuk aktivitas sehari-hari.1 Jalan raya, jalan desa, saluran air,
umum.
hilir mudik antara wilayah satu dengan wilayah lain. Kebutuhan akan
beberapa aspek antara lain: aspek sosial, aspek ekonomi, aspek politik serta
diberikan kepada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan
Kebersihan
diatur lebih lanjut dalam pasal 1604-1616 KUH Perdata, namun dalam pasal
pihak.
dan kewajiban, yang mana terdapat persetujuan antara pihak satu yaitu
para
.
5
pihak saja, sudah cukup untuk timbulnya suatu perjanjian. Dalam perjanjian
bangunan.
ratus juta rupiah), dicadangkan dan peruntukannya bagi usaha kecil, kecuali
untuk paket pekerjaan yang menuntut kemampuan teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh usaha kecil. Disebutkan juga semua pengadaan dengan nilai
mereka tanpa perlu adanya pelelangan. Oleh karena itu disebut Penunjukan
Langsung.
(SPPJB)
6
perbaikan jalan perempatan dungus dengan dana dari APBD sebesar Rp.
Delapan Ribu Rupiah) termasuk pajak-pajak (PPN dan PPh) dengan jangka
Luwu dengan CV. Karya Utama telah menimbulkan suatu hubungan hukum
yaitu perjanjian pekerjaan yang mengatur hak dan kewajiban kedua belah
sesuai dan sah dengan undang-undang yang berlaku bagi mereka yang
perempatan dungus antara Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya
dan Kebersihan Kabupaten Luwu dengan CV. Karya Utama, telah jelas
alasan dari pihak kontraktor tidak dapat diterima oleh Dinas Pekerjaan
nilai proyek yang akan dikerjakan, jika nilai proyek diatas 200.000.000 (Dua
finansial sedangkan nilai proyek sekitar 200.000.000 (Dua Ratus Juta) atau
dengan cara pelelangan tender adalah dalam tahap pra kualifikasi banyak
pemborong jasa tersebut pernah memiliki riwayat cacat dalam kinerja proyek
antara penyelenggara dan pihak pelaku usaha, padahal ada perusahaan lain
ada. Dalam kontrak yang dibuat pun, kadangkali bentuk dan isinya tidak
kerja konstruksi yang dilakukan kedua belah pihak kemungkinan ada cidera
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul
B. Rumusan Masalah
Luwu?”
C. Tujuan Penelitian
kegunaan jelas dan pasti. Berkaitan dengan masalah yang diuraikan diatas,
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
penyelesaian skripsi.
perjanjian pemborongan.
10
E. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
Pada pelaksanaan kontrak kerja pembangunan perbaikan fasilitas
terikat dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hak dari pihak pemberi
pekerjaan dalam hal ini untuk memeriksa terlebih dahulu sebelum bagian
keadaan yang tidak diduga dan disadari dalam pelaksanaan hak dan
pihak II yaitu swasta atau pemboron dilaksanakan dengan jangka waktu yang
antara
12
F. Metode Penelitian
penyusunan suatu karya ilmiah.7 Dengan metode penelitian akan terlihat jelas
metode penelitian pada setiap usulan penelitian hukum, berisi hal-hal sebagai
berikut:
1. Metode Pendekatan
2. Jenis Penelitian
3. Jenis Data
1. Data Sekunder
2. Data Primer
1. Studi Kepustakaan
2. Wawancara
penelitian tersebut.
perjanjian pemborongan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
H. Latar Belakang
I. Rumusan Masalah
J. Tujuan Penelitian
K. Manfaat Penelitian
L. Kerangka Pemikiran
M. Metode Penelitian
N. Sistematika Penulisan
1. Pengertian Perjanjian
3. Asas-Asas Perjanjian
4. Subyek Perjanjian
5. Obyek Perjanjian
6. Wanprestasi
7. Overmacht
PemboronganPekerjaan
7. Hambatan-Hambatan dalam
PelaksanaanPerjanjian
1. Pengertian Kontrak
3. Bentuk-Bentuk Kontrak
4. Jenis-Jenis Kontrak
19
Kerja Konstruksi
KerjaKonstruksi
DAFTAR PUSTAKA
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perjanjian Kerja
memiliki ketentuan yang umum yang dimiliki secara universal oleh segala jenis
perjanjian, yaitu mengenai asas hukum, sahnya perjanjian, subyek serta obyek
Ketentuan dan syarat-syarat pada perjanjian yang dibuat oleh para pihak
berisi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus dipenuhi. Dalam
hal ini tercantum asas kebebasan berkontrak (idea of freedom of contract), yaitu
apa yang terjadi antara mereka dalam perjanjian itu serta seberapa jauh hukum
Perjanjian kerja diatur secara khusus pada Bab VII KUHPerdata tentang
dimana pihak yang satu, pekerja, mengikatkan diri untuk bekerja pada pihak
yang lain, pemberi kerja, selama suatu waktu tertentu, dengan menerima
1. Adanya pekerjaan
penerima kerja, dan tidak boleh dialihkan kepada pihak lain (bersifat individual).
Di dalam suatu perjanjian kerja tersebut haruslah ada suatu pekerjaan yang
tersebut. Pekerjaan mana, yaitu yang dikerjakan oleh pekerja itu sendiri, haruslah
adanya perjanjian tersebut, pekerja haruslah tunduk pada perintah orang lain
yaitu pihak pemberi kerja dan harus tunduk dan di bawah perintah orang lain
yaitu atasan.
22
Mengenai seberapa jauh unsur “di bawah perintah“ ini diartikan, tidak ada
pendapat yang pasti tetapi bahwa dalam perjanjian kerja, unsur tersebut harus
ada, apabila tidak ada sama sekali ketaatan kepada pemberi kerja, maka tidak
penerima kerja, yang dapat berbentuk uang atau bukan uang (in natura).
Pemberian upah ini dapat dilihat dari segi nominal (jumlah yang diterima oleh
pekerja), atau dari segi riil (kegunaan upah tersebut) dalam rangka memenuhi
Oleh karena itu dikenal istilah “upah minimum”, yang biasanya ditentukan
Sistem pemberian upah biasanya didasarkan atas waktu atau hasil pekerjaan,
4. Adanya waktu
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kerja atau peraturan
pekerja
23
tidak boleh melakukan sekehendak dari pemberi kerja dan juga tidak boleh
samping harus sesuai dengan isi dalam perjanjian kerja, juga sesuai dengan
perintah pemberi kerja, atau dengan kata lain dalam pelaksanaan pekerjaannya,
si pekerja tidak boleh bekerja dalam waktu yang seenaknya saja, akan tetapi
harus dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada perjanjian kerja
Kerja, yaitu pada Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
perjanjian kerja, maka terhadap perjanjian kerja yang telah dibuat dapat
dapat dilakukan secara lisan dengan surat pengangkatan oleh pihak pemberi
kerja dan tunduk pada ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, dan dapat
dilakukan secara tertulis, yaitu dalam bentuk surat perjanjian yang ditanda
tangani oleh kedua belah pihak dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
disebutkan perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Dengan demikian
jelas bahwa bentuk perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk tertulis ataupun
dilakukan secara lisan, namun lebih dianjurkan untuk dibuat secara tertulis demi
mendapatkan perlindungan hukum yang lebih baik. Hal yang sama juga
2003 tentang Ketenagakerjaan diatur bahwa Perjanjian Kerja yang dibuat secara
4. Tempat pekerjaan;
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pemberi kerja dan
pekerja;
disepakati dalam perjanjian kerja, yaitu dapat dibagi menjadi Perjanjian Kerja
Untuk Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT).
Pada dasarnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) diatur untuk
dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) untuk pekerjaan yang
usaha.
melakukan
26
pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) ini, pemberi kerja diberikan
pekerjaan tertentu dan tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Selain itu perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama 3 (tiga) bulan, dan di
masa percobaan ini pemberi kerja dilarang membayar upah di bawah upah
Isi perjanjian kerja merupakan inti dari perjanjian kerja. Ini berkaitan
dengan pekerjaan yang diperjanjikan. Adakalanya isi perjanjian kerja ini dirinci
dalam perjanjian, tetapi sering juga hanya dicantumkan pokok-pokoknya saja. Isi
umum.
atau dengan tata susila masyarakat. Sehingga secara positif isi perjanjian kerja
melakukan pekerjaan dan pembayaran upah, acap kali kewajiban pihak yang
satu tersimpul dalam pihak lainnya dan hak pihak yang satu tersimpul dalam
menimbulkan adanya hubungan kerja, dimana hubungan kerja ini terjadi setelah
adanya suatu perjanjian kerja antara pekerja dan pemberi kerja. Istilah perjanjian
kerja menyatakan, bahwa dengan adanya perjanjian kerja timbul kewajiban suatu
pihak untuk bekerja. Jadi berlainan dengan perjanjian perburuhan, yang tidak
hubungan itu sifatnya ialah bekerja di bawah pimpinan pihak lainnya. Perjanjian
hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban penerima kerja serta hak dan
kewajiban pemberi kerja. Ketentuan ini dapat pula ditetapkan dengan peraturan
28
yang secara sepihak ditetapkan oleh pemberi kerja yang disebut dengan
peraturan perusahaan/instansi.
terjadi karena :
pihak pemberi kerja, maka kesepakatan kerja untuk waktu tertentu tidak
2. Demi hukum, yaitu karena berakhirnya waktu atau obyek yang diperjanjikan
melindungi.35
fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
seimbang, dan adil, dalam arti setiap subyek hukum mendapatkan apa yang
hukum tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut.
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrument untuk mengatur hak-hak
wajar. Disamping itu, hukum juga berfungsi sebagai instrumen perlindungan bagi
subyek hukum.
Oleh karena itu warganegara dan badan hukum perdata perlu mendapat
kehidupan warganegara.
kepada kekuasaan represif dan kepada tata tertib sosial yang represif.
sebagai berikut :
hakdari pekerja atau buruh seperti yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 86
ayat
Pengertian dari Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana diatur pada Pasal
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh pekerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 4 ayat (1), Pasal 8 ayat
(2),
Tahun 1992 merupakan hak setiap tenaga kerja yang sekaligus merupakan
penghasilan yang hilang. Disamping itu program jaminan sosial tenaga kerja
bekerja.40
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pasal 101-104 dan pasal
b. Jaminan kesehatan
e. Bantuan hukum
Untuk program jaminan sosial nasional saat ini telah diatur dalam ketentuan
Jaminan Sosial (BPJS), yang selanjutnya dibentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS
danjaminan kematian.
daripengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah
pekerja/buruh. Hal ini secara tegas diamanatkan dalam Pasal 88 ayat (1)
minimun regional, sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga
dengan upah minimum adalah upah bulanan yang terendah, terdiri dari upah
Masalah yang menyangkut dengan Hak Asasi Manusia yang tidak boleh
Asasi Manusia akan tetapi hak untuk hidup, hak persamaan dalam hukum,
dijamin dalam konstitusi. Di samping itu sebagai anggota PBB Indonesia terikat
konvensi hak sipil dan politik, tidak berarti Indonesia boleh melanggar Hak-hak
Asasi tersebut karena konvensi ini telah menjadi International Customary Law
melindunginya.43
1. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
7. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
(1);
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal 82
a. Keselamatan kerja;
14. Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja
15. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja dilakukan secara
sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan (Pasal 137);
16. Dalam hal pekerja yang melakukan mogok kerja secara sah dalam
Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah antara lain sebagai
berikut:
1. Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja (Pasal 3 ayat (2));
4. Tenaga kerja, suami atau istri dan anak berhak memperoleh Jaminan
5. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak atas Jaminan Hari Tua,
karenafaktor usia pensiun 55 (lima puluh lima) tahun, cacat total tetap atau
1. Hak membuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara mandiri;
2. Hak memilih wakil organisasi secara bebas tanpa tekanan atau campur
37
tanganpihak lain;
danmandiri;
kegiatannya;
6. Hak untuk melakukan kerja sama dalam bentuk federasi atau konfederasi,
internasional;
bahwa:
1. Setiap orang berhak atas pekerjaan, atas pilihan pekerjaan secara bebas,
2. Setiap orang tanpa diskriminasi apapun berhak atas upah yang sama untuk
3. Setiap orang yang bekerja berhak atas imbalan yang adil dan
meningkat disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Oleh karena
38
dan Undang- Undang Dasar 1945. Pada dasarnya program ini menekankan pada
perlindungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang lebih
lemah. Oleh sebab itu pengusaha memikul tanggung jawab utama dan secara
mengenai hak pekerja atas jaminan sosial menyebutkan bahwa setiap tenaga
program jamsostek, termasuk pekerja yang terikat PKWT maupun PKWTT juga.
ketenangan kerja dan dampak positif terhadap usaha peningkatan disiplin dan
pembangunan nasional.45
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang
atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang
dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua
kedua belah pihak (Tenaga Kerja dan Perusahaan). Sedangkan pengertian yang
yang diterima pihak buruh diluar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi
sejahtera, adil dan makmur dan merata baik materil dan spiritual. Sementara kita
dan tidak terlepas pula dari resiko yang akan menimpa mengancam
suatu perusahaan sangat besar manfaatnya, oleh sebab itu sebagai langkah
untuk menjamin hidup tenaga kerja, perusahaan perlu memasukkan tenaga kerja
dalam program jamsostek yang dikelola oleh PT. Jamsostek. Perlunya jamsostek
kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi, baik karena adanya proyek
kerjabeserta keluarganya.
diharapkan, mereka telah berhak memperoleh jaminan yang layak yang tida
untuk peserta, dengan pengumpulan dana dari jumlah yang relatif kecil
gotong-royong dalam arti kerja sama antara yang mampu dan kurang
mampu, antara yang berusia tua dan yang berusia muda, antara yang sehat
dan yang sakit. Dengan demikian jamsostek salah satu wujud dari
tidak perlu menggantungkan diri pada orang lain pada saat pesertanya
menjadi tua dan tidak mampu bekerja. Demikian juga peserta tidak perlu
belas kasihan orang lain pada saat membutuhkan biaya untuk perawatan
Ketenagakerjaan).50
Program Jamsostek;
Program jamsostek;
Program Jamsostek;
Program jamsostek;
Kecelakaan Kerja.
1. Setiap Tenaga Kerja berhak atas jamsostek (Pasal 3 ayat (2) Undang-
1992;
4. Yang termasuk tenaga kerja dalam program jamsostek Pasal 8 ayat (2)
44
adalahperusahaan;
6. Setiap tenaga kerja atau keluarganya berhak atas Jaminan Hari Tua, karena
faktor usia pensiun 55 (lima puluh lima) tahun, cacat total tetap atau
Tahun 1992);
Nomor 3 Tahun 1992), sedangkan Iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh
Tahun1992);
b. Jaminan Hari Tua sebesar 5,70% dari upah sebulan, ditanggung oleh
olehpengusaha;
tenaga kerja yang berkeluarga dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga
11. Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), wajib
membayar jamsostek dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) bulan (Pasal 26
pengusaha dan unsur tenaga kerja dalam wadah yang menjalankan fungsi
Pasal 4 ayat (1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5); Pasal 19 ayat (2); Pasal 22 ayat (1)
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
14. Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah memperoleh
15. Sanksi administratif, ganti rugi atau denda bagi pengusaha dan badan
ayat
(1) , Pasal 6 ayat (2), Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 19 dan Pasal
20
ayat (1);
b. Denda sebesar 2% perbulan bagi pengusaha yang terlambat membayar
c. Ganti rugi sebesar 1% perhari dari jumlah jaminan yang terutang bagi
perlindungan terhadap pekerja. Pekerja dalam hal ini adalah pihak yang
Kesehatan merupakan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa dan Hak Asasi
Manusia yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, setiap manusia ingin
terhindar dari penyakit yang akan mengganggu aktivitas manusia itu sendiri.
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
keselamatan dan kesehatan kerja maupun orang lain yang berada di tempat
kerja serta sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam
dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.54
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
2 ayat (4) yang telah diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
kerjanya dengan manfaat lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
badanpenyelenggara.
kerja adalah pengusaha atau pimpinan atau pengurus tempat kerja. Pelaksanaan
bersama- sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh pekerja.
b. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sebagai ahli teknis berkeahlian
kesehatan bagi tenaga kerjanya dapat melakukan dengan cara sebagai berikut:
pelayanan kesehatan.
50
keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup
konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang selanjutnya harus
sebagai berikut:
Kayu;
Keselamatan Kerja;
Sama halnya dengan pekerja yang mempunyai status tetap maka pekerja
51
pekerja kontrak juga cenderung melakukan pekerjaan yang sama dengan pekerja
tetap. Oleh sebab itu perlindungan yang diberikan kepada pekerja kontrak
haruslah sesuai dengan apa yang diterima oleh pekerja tetap yang melakukan
Upah merupakan hak dari pekerja yang diterimanya sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilakukannya. Hak untuk menerima upah itu timbul pada
saat dimulainya hubungan kerja dan berakhir pada saat hubungan kerja putus.
Edwin B. Flippo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan upah adalah harga
untuk jasa yang telah diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan
“Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk
suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,dinyatakan atau dinilai dalam
bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-
undangan dan dibayar atas dasar sesuatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan
buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarga”.
buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan
undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya atas suatu
atas kesepakatan kedua belah pihak, namun untuk menjaga agar jangan sampai
upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut serta dalam
buruh/pegawai (tenaga kerja), baik berupa uang maupun barang, dalam jangka
waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.59 Batasan tentang upah menurut
penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, yang berfungsi sebagai
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang telah ditetapkan menurut suatu
macam, yang dilakukan atau diberikan oleh seseorang/ suatu kelembagaan atau
instansi terhadap orang lain atas usaha, kerja dan prestasi kerja atau pelayanan
secara jelas mengandung maksud yang sama yaitu upah merupakan pengganti
jasa yang telah diserahkan atau dikerahkan oleh seseorang kepada pihak
lain/pengusaha.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 226 Tahun 2000 tentang
Upah minimum.
industrial.
pengertian perjanjian kerja yaitu suatu perjanjian antara pekerja/ buruh dan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
3. Adanya upah
hukum yang harus dilaksanakan oleh para pihak yang memuat perjanjian kerja
tersebut. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, yang
oleh pekerja dan pengusaha dengan syarat perjanjian kerja tersebut dibuat
secara sah.
harus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal
1320 KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang dalam Pasal 52 ayat (1) UU No.
13 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:
upah dalam perjanjian kerja dapat dijadikan sebagai ketentuan hukum apabila
pengupahan dapat diatur dalam perjanjian kerja dan berlaku sebagai ketentuan
dinyatakan batal demi hukum, dan secara otomatis tidak berlaku sebagai
ketentuan hukum.
kontrak adalah soal upah. Ada kecenderungan menurunnya besaran upah saat
pekerja menjadi pekerja kontrak. Hal ini mengakibatkan diskriminasi upah antara
pekerja tetap dengan pekerja kontrak, walaupun jenis pekerjaan yang dilakukan
sama.
adalah salah satu perwujudan riil dari pemberian kompensasi. Bagi perusahaan,
upah adalah salah satu perwujudan dari kompensasi yang paling besar diberikan
kepadatenaga kerja.
dinilai dengan uang serta cenderung diberikan secara tetap. Oleh karena itu
56
apabila perusahaan pada suatu saat mengadakan rekreasi dengan para tenaga
Jadi, kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah
sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan atau akan dilakukan,
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu
suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik
Nomor 8 Tahun1981).
upah diberikan dalam bentuk uang, namun secara nomatif masih ada
% (dua puluh lima persen) dari upah yang seharusya diterima (Pasal 12
Sesuai Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-
01/MEN/1999 Tentang Upah Minimum, yaitu upah bulanan terendah yang terdiri
57
Kabupaten/Kota.
Indonesia (KLUI) disebut Upah Minimum Sektoral, yang terbagi menjadi Upah
(UMSK).
beberapa hal:
5);
13);
3. Upah minimum berlaku untuk semua status pekerja, baik tetap, tidak tetap
4. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang memiliki masa kerja kurang
5. Peninjauan besarnya upah bagi pekerja di atas masa kerja 1 (satu) tahun
ayat (3);
(satu) bulan atau lebih, upah rata-rata sebulan minimal upah minimum di
8. Bagi pengusaha yang melanggar Pasal 7, Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) dan
dikenakan sanksi;
bahwa upah harus dibayar oleh pengusaha kepada pekerja secara tepat waktu
pengusaha wajib membayar denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah
catatan tidak boleh melebihi 50% dari upah keseluruhan yang seharusnya
Bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya;
Minimum;
Minimum;
Tahun 1981.
60
perjanjian kerja, merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini
derajat dan kondisi yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang
kerja, karena antara para pihak yang mengadakan perjanjian kerja, walaupun
pada prinsipnya mempunyai kedudukan dan derajat yang sama dan seimbang,
kenyataan menunjukkan bahwa kedudukan dan derajat bagi para pihak yang
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah yang lain yaitu pemberi kerja untuk
pengertian perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.64
dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan pekerja dan pemberi kerja terjadi
setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dan pemberi kerja dimana pekerja
yakni dengan adanya perjanjian kerja timbul salah satu pihak untuk bekerja. Jadi
berlainan dengan perjanjian perburuhan yang tidak menimbulkan hak atas dan
dikemukakan oleh para pakar tersebut di atas menunjukkan bahwa posisi yang
satu (pekerja/buruh) adalah tidak sama dan seimbang yaitu berada di posisi
melaksanakan hubungan hukum atau kerja maka posisi hukum antara kedua
belah pihak jelas tidak dalam posisi yang sama dan seimbang. Jika
suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan diri pada orang lain
untuk melakukan sesuatu hal. Bekerja pada pihak lainnya menunjukkan bahwa
pada umumnya hubungan itu sifatnya adalah bekerja di bawah pihak lain. Sifat ini
dengan seseorang yang berobat dimana dokter itu melakukan pekerjaan untuk
orang yang berobat namun tidak berada di bawah pimpinannya. Karena itu
penerima kerja dan orang yang berobat bukanlah pemberi kerja dan hubungan
lainnya serta menerima upah dan adanya pemberi kerja jika ia memimpin
62
pekerjaan yang dilakukan pihak kesatu. Hubungan pekerja dan pemberi kerja
tidak juga terdapat pada pemborongan pekerjaan yang ditujukan kepada hasil
melakukan tertentu ialah bahwa perjanjian melakukan pekerjaan ini tidak melihat
hasil yang dicapai. Jika orang yang berobat itu tidak menjadi sembuh bahkan
perjanjian.
tampak bahwa ciri khas perjanjian kerja adalah “di bawah perintah pihak lain”. Di
Pemberi kerja sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial ekonomi memberikan
perjanjian lainnya.
umum karena hanya menunjuk pada hubungan antara pekerja dengan pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban pihak. Syarat kerja
kerja itu lisan atau tulisan, demikian juga mengenai jangka waktunya ditentukan
kerja adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pemberi
merupakan hubungan kerja karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada
Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaannya tidak boleh sekehendak hati dari
pemberi kerja atau dilakukan seumur hidup. Pekerjaan harus dilakukan sesuai
4. Adanya upah
bahkan dapat dikatakan tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pemberi
kerja adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah maka
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
harus sepakat, seia sekata mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Apa yang
dikehendaki pihak yang satu harus dikehendaki pihak yang lain. Pihak pekerja
menerima pekerjaan yang ditawarkan dan pihak pemberi kerja menerima pekerja
cakap membuat perjanjian jika yang bersangkutan telah cukup umur. Ketentuan
dari perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha yang akibat hukumnya
melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Objek perjanjian yaitu pekerjaan harus
dan kesusilaan. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan merupakan salah satu unsur
semuanya baru dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja tersebut sah. Syarat
kemauan bebas kedua belah pihak dan kemampuan atau kecakapan kedua
belah pihak dalam membuat perjanjian dalam hukum perdata disebut sebagai
objek perjanjian.
Kalau syarat objektif tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum
artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. Jika yang
dipenuhi adalah syarat subjektif maka akibat hukum dari perjanjian tersebut
demikian juga oleh orang tua/wali atau pengampu bagi pihak yang tidak cakap
oleh
hakim. Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan atau tertulis.73
Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para
pembuktian.
yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis disebabkan
keterangan:74
4. Tempat pekerjaan;
pekerja/buruh;
66
Selain hal-hal di atas terdapat juga beberapa hal lainnya yang perlu diatur
1. Macam pekerjaan!
2. Cara-cara pelaksanaannya;
4. Tempat kerja;
8. Tunjangan-tunjangan tertentu;
9. Perihal cuti;
Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk jangka waktu tertentu
bagi hubungan kerja yang dibatasi jangka waktu berlakunya dan waktu tidak
tertentu bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau
Dalam hal prestasi ini Soebekti menulis: “suatu pihak yang memperoleh hak-
kebalikan dari hak yang diperolehnya dan sebaliknya suatu pihak yang memikul
pengusaha dan sebaliknya apa yang menjadi hak pengusaha akan menjadi
kewajiban pekerja/buruh”.76
kerja. Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pemberi kerja
(PKB). Demikian pula perjanjian kerja tersebut tidak boleh bertentangan dengan
Dalam perjanjian kerja, karena merupakan salah satu dari bentuk khusus
perjanjian, apa yang dikemukakan oleh Soebekti di atas berlaku juga. Artinya apa
sebaliknya apa yang menjadi hak pengusaha akan menjadi kewajiban pekerja.
kewajibannya dengan baik, yang dalam hal ini kewajiban untuk melakukan atau
tidak melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan yang sama, seharusnya
dilakukan atau tidak dilakukan.79 Selain itu pekerja yang melakukan hubungan
dan menjadi tanggung jawab pemberi kerja dengan memperhatikan saran dan
2. Syarat kerja;
yang berlaku.
kesepakatan kerja antara pekerja dengan pengusaha yang diadakan untuk waktu
(PKWT) disebutkan bahwa PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja dengan
pemberi kerja untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau
pekerja dengan pemberi kerja untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat
tetap.82 Berdasarkan ketentuan tersebut maka jelaslah bahwa PKWT tidak dapat
69
dengan perjanjian kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status pekerjanya
adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian
kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian
baik untuk waktu tertentu maupun yang tanpa waktu tertentu, dapat diputuskan
baik oleh pihak penerima kerja maupun pemberi pekerjaan dengan suatu
menurut Pasal 1603 g dihubungkan dengan Pasal 1603 i, adalah satu bulan.83
kerja berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerja, upah dan
kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja. Perjanjian kerja dibuat secara
waktu tertentu adalah perjanjian kerja antara penerima kerja dengan pemberi
tertentu
,yang relatif pendek, yang jangka waktunya paling lama dua tahun dan hanya
dapat diperpanjang satu kali untuk paling lama sama dengan perjanjian kerja
(tiga) tahun lamanya.85 Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut juga
sebagai perjanjian kerja kontrak atau perjanjian kerja tidak tetap. Status
pekerjanya adalah pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak, sedangkan perjanjian
kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan perjanjian
(1) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu
yangtidak terlalu lama dan paling lama 3(tiga) tahun;
c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajakan.
(2) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu tertentu
dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun.
(5) Pemberi kerja yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu
tertentu tersebut, paling lama 7(tujuh) hari sebelum perjanjian kerja
waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara
tetulis kepada pekerja yang bersangkutan.
(6) Pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan
setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya
71
Dalam KUHPerdata Buku III Bab 7A diatur perjanjian kerja yang bersifat
yang tidak berlaku lagi, sehingga diganti dengan peraturan baru yang bersifat
ketentuan mengenai ancaman pidana. Hal ini dapat dimengerti karena hukum
perburuhan sebagai ketentuan yang berdiri sendiri serta mempunyai ciri yang
adalah perjanjian kerja yang berlaku terbuka umum, artinya tidak membedakan
tetapi sistem ini ada pengecualiannya yaitu perjanjian kerja tidak berlaku bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN). Undang-undang ini telah mengatur tentang tenaga
kerja dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu dengan sebutan Pegawai
PPPK belum ada diatur dalam Peraturan Pemerintah, namun dalam Pasal 139
tentang tenaga kerja dengan perjanjian kerja untuk waktu tertentu, yang dalam
sarana kesehatan milik pemerintah, perjanjian kerja untuk waktu tertentu diatur
bahwa:
1. Jangka waktu perjanjian kerja untuk tenaga kesehatan tertentu yang memiliki
2. Sedang untuk tenaga kesehatan tertentu yang telah memiliki surat izin
boleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
dengan ketentuan jumlah seluruh Perjanjian kerja tidak boleh lebih dari tiga
tahun.
dapat membuat perjanjian kerja pada hakekatnya adalah orang dewasa yang
Ketenagakerjaan.
tahun keatas. Mengenai isi dari perjanjian kerja dapat dikemukakan bahwa,
dalam KUHPerdata tidak ditemukan apa saja yang harus dimuat dalam perjanjian
normanya ditujukan bagi hubungan kerja antara pemberi kerja dan penerima
yang berstatus Pegawai Negeri dan Pegawai tidak tetap. Sementara dasar
hukum ius constitutum yang dapat disebut lex generalis yang mengatur
KUHPerdata. Dalam hal lex specialis atau lex generalis tersebut, maka dalam
ilmu hukum dikenal adanya lex specialis derogat lex generalis, asas yang
mengadung arti bahwa bila ada terdapat suatu ketentuan dalam lex spesialis
untuk tepat gunanya penggunaan asas tersebut maka harus dipahami terlebih
dahulu hubungan kerja itu apakah hubungan kerja yang timbul itu ada di
Milik Pemerintah, berlaku asas lex spesialis derogat lex generalis artinya
4. Tempat pekerjaan;
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pemberi kerja dan
tenagakesehatan;
10. Ketetapan tanggal mulai berlaku dan berakhir serta ditandatangani oleh
keduabelah pihak;
Hal ini dapat dilihat bahwa sistem PKWT baru ditemukan dalam Undang-Undang
Tahun 1948 Tentang Kerja dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, hubungan kerja tidak tetap tersebut
tidak ada diatur, sebaliknya juga tidak ada dilarang. Sehingga kalau terjadi
suatu kebiasaan.
undang sebelumnya. Hal ini dapat terlihat bahwa PKWT terdapat pengaturan
peratuan
KEP.100/MEN/VI/2004.
dalam Pasal 56 ayat (2) dan Pasal 59 ayat (2). Pengertian ganda tersebut dapat
bersifat tetap atau tidak tetap. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan
sistem PKWT namun bentuk pekerjaannya adalah pekerjaan inti yang juga
dilakukan pekerja yang berstatus tetap. Dengan kata lain batasan yang
sepihak oleh kalanganpemberi kerja yang hanya berpegang pada bunyi Pasal
56 ayat (2);
pekerjaan yang dilakukan adalah jenis pekerjaan inti dan tetap.Dalam hal ini
yang akan menggunakan sistem kerja kontrak dengan lebih leluasa. Hal ini
tentang:
persoalan syarat perpanjangan dan pembaharuan PKWT dan sanksi apa yang
pekerja yang dipekerjakan dalam PKWT tidak boleh terikat dengan perjanjian
kerja selama lebih dari 3 (tiga) tahun, namun masih terdapat celah bagi pemberi
77
kerja untuk dapat lebih lama lagi mengikat pekerja dengan sistem PKWT, yaitu
dilakukan perubahan pengaturan tentang PKWT yang terdapat dalam Pasal 59,
antara lain:90
1. PKWT yang dilakukan atas dasar jangka waktu dapat dilakukan untuk semua
jenis pekerjaan;
2. PKWT yang didasarkan atas jangka waktu dapat diadakan untuk paling lama
lima tahun;
4. PKWT yang dilakukan secara terus-menerus dan melebihi jangka waktu lima
disebabkan oleh pemberi kerja maka pemberi kerja wajib membayar sisa
6. Dalam hal hubungan kerja sebelum berakhirnya PKWT yang disebabkan oleh
berhak atas santunan dan pekerja yang bersangkutan wajib membayar sisa
PKWT;
7. Dalam hal PKWT yang dilakukan atas dasar selesainya pekerjaan tertentu
jangkawaktu;
Mengenai syarat-syarat materil yang harus dipenuhi dalam membuat perjanjian kerja untuk
4. Pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
Dalam hal syarat sahnya suatu perjanjian, syarat materil dari perjanjian kerja tertentu
disebutkan bahwa kesepakatan kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud ayat (1) pada angka 1 dan 2 atau tidak memenuhi syarat subjektif
maka perjanjian dapat dibatalkan,92 yaitu dengan permohonan atau gugatan kepada
pengadilan, sedangkan yang bertentangan dengan ayat (1) angka 3 dan 4 atau tidak memenuhi
syarat objektif maka secara otomatis perjanjian yang dibuat adalah batal demi hukum.93
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis.94
Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan
sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. PKWT tidak boleh mensyaratkan adanya masa
percobaan.95 Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan kesungguhan,
keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan, dalam masa percobaan
pemberi kerja dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak (tanpa izin dari pejabat yang
berwenang). Walau demikian, dalam masa percobaan ini pemberi kerja tetap dilarang
Ketentuan tidak membolehkan adanya masa percobaan dalam PKWT adalah karena
perjanjian kerja berlangsung relatif singkat. PKWT yang mensyaratkan adanya masa
79
percobaan, maka PKWT tersebut batal demi hukum.96 PKWT hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu.97
dalam PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya adalah PKWT yang
didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu dan dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun.98
Apabila dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT tersebut dapat
diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada
Selanjutnya dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus
dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai, namun apabila dalam hal PKWT
yaitu dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya
perjanjian kerja dan selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut tidak ada
hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Selain itu disebutkan juga para
pihak dapat mengatur hal lain dari ketentuan tersebut yang dituangkan dalam perjanjian.
dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan serta pada saat yang bersamaan
dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi pengembangan dunia usaha.99 Dalam
80
3. Perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan b batal demi hukum.
56 disebutkan :
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidaktertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) didasarkan atas :
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu memiliki ketentuan jangka waktu yang
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun, pekerjaan yang bersifat musiman atau.
c. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2(dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1(satu) kali
untuk jangka waktu paling lama 1(satu) tahun.
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut,
paling lama 7(tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah
memberitahukan maksudnya secara tertuliskepada pekerja yang bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi
masa tenggang waktu 30 ( tiga puluh ) hari berakhirnya kerja waktu tertentu ini hanya
boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2(dua) tahun.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalan pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
BAB 3
PERENCANAAN FASILITAS
82
mempertahankan konsumennya. Tempat usaha yang baik, mudah ditemukan
dan dijangkau tentu akan menarik bagi konsumen.
i. Untuk mendapatkan bahan baku yang baik & kontinyu. Seringkali
perusahaan harus memilih lokasi usaha di daerah dimana bahan baku produksi
mudah diperoleh. Baik untuk mengantisipasi mudah rusaknya bahan baku,
ataupun kesulitas angkut bahan baku tersebut. Contoh : Perusahaan
pengalengan ikan, perusahaan minuman, dan sejenisnya.
j. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik. Selain bahan baku,
pertimbangan lainnya adalah kemudahan dalam mendapatkan sumber daya
manusia yang akan menjadi karyawan atau pekerja. Perusahaan padat karya
seperti perusahaan rokok, perusahaan garmen, tentu akan memilih lokasi usaha
yang padat penduduk guna mendapatkan SDM yang cukup.
k. Untuk keperluan usaha di kemudian hari. Antisipasi terhadap berkembangnya
perusahaan juga perlu diperhatikan. Jangan sampai perusahaan mengalami
kesulitan dalam memperluas usahanya dikarenakan tidak ada lagi lahan kosong
di kiri, kanan, belakan, atau depan (sekitar) lokasi usaha saat ini. Sempitnya
lahan usaha dapat diantisipasi dengan merencanakan pondasi untuk keperluan
bangunan bertingkat, yang dapat ditambah, sewaktu-waktu dibutuhkan tambahan
ruangan.
l. Agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan optimal. Semua alasan
tersebut di atas dimaksudkan akan proses produksi lacar, tidak terganggu
oleh masalah kekurangan bahan baku, kekurangan tenaga kerja, sampai dengan
kesulitas menambah kapasitas produksi di kemudian hari.
m. Menyesuaikan kemampuan perusahaan. Aspek lain yang tidak kalah
pentingnya adalah masalah kemampuan perusahaan saat ini dan di kemudian
hari. Penentuan lokasi usaha seringkali dipengaruhui juga oleh tersedianya dana
perusahaan. Lokasi yang diinginkan tidak selamanya sesuai dengan dana yang
tersedia, karena lokasi usaha yang baik/strategis biasanya menuntut investasi
yang besar/mahal juga.
Sedangkan bagi perusahaan yang telah beroperasi sebelumnya, tujuan atau alasan
perencanaan lokasi adalah :
5. Berpindahnya pusat kegiatan bisnis. Seperti kita ketahui, bahwa pusat bisnis
merupakan salah satu pasar yang paling potensial bagai perusahaan. Di pusat
bisnislah banyak transaksi akan terjadi, dan di pusat bisnislah peredaran uang
83
sangat besar, sehingga perusahaan harus mengikuti di mana pusat bisnis itu
berlangsung.
6. Berubahnya adat kebiasaan masyarakat. Seiring dengan waktu, seringkali
diikuti dengan perubahan adat atau kebiasaan masyarakat, tempat di mana
perusahaan saat ini beroperasi. Sebagai contoh, sebuah lingkungan yang
berangsur-angsur ditempati oleh masyarakat yang mayoritas muslim misalnya,
tentu akan mendorong pengusaha peternak atau restoran yang menyediakan
masakan dari binatang babi untuk memindahkan lokasi usahanya.
7. Berpindahnya konsentrasi perumahan. Selain perumahan masyarakat identik
dengan tersedianya pasar, perumahan tersebut juga identik dengan semakin
menyempitnya lahan dan tuntutan-tuntutan dari penghuni perumahan tersebut.
Sebagai contoh, sebuah peternakan ayam yang terletak ditengah-tengan sawah,
mungkin 10 tahun kemudian harus memindahkan usahanya karena tuntutan dari
penduduk sekitar karena sawah telah berubah menjadi perumahan padat dan
keberadaan peternakan tersebut dianggap mengganggu ? Adilkah kalau
peternakan yang harus mengalah dan pindah lokasi ?
84
8. Adanya sarana prasarana yang lebih baik. Operasi perusahaan membutuhkan
sarana dan prasarana seperti akses jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi, dll.,
yang baik. Memburuknya sarana prasarana tersebut di lokasi usaha saat ini
tentu akan mendorong perusahaan untuk mencari lokasi usaha yang lebih baik.
9. Untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pemindahan lokasi usaha juga
sering dilakukan sebagai akibat dari berkembangnya usaha perusahaan,
sementara lokasi usahaan saat sudah tidak mampu lagi menampung aktivitas
perusahaan. Untuk menghindari terjadinya ‘opportunity cost’, perusahaan
kemudian mencari lokasi usaha yang lebih layak untuk menampung
perkembangan usaha yang terjadi.
10. Peraturan pemerintah. Salah satu faktor yang seringkali tidak dapat dihindari
adalah adanya peraturan pemerintah yang menghendaki perusahaan
memindahkan lokasi usahanya, karena misalnya alasan pelebaran jalan,
pembuatan jalur hijau, dan kebijakan penataan kota lainnya.
11. Persaingan yang ketat. Meskipun tidak semua usaha menghindari persaingan,
namun persaingan yang terlalu ketat dan berat, juga sering menjadi alasan
mengapa sebuah perusahaan memindahkan lokasi usahanya, guna
mendapatkan pasar yang lebih mudah (karena persaingannya belum ketat).
12. Sebab-sebab lain. Yang dimaksud di sini misalnya terjadinya bencana alam
yang memaksa perusahaan memindahkan lokasi usahanya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan penentuan lokasi adalah:
4. Letak pasar. Faktor ini sangat penting, khususnya bagi perusahaan jasa (bank,
restoran, toko, jasa konsultan, dll) atau manufaktur (meskipun jarang jarang)
yang memang memiliki karakteristik dekat dengan pasar. Coba perhatikan di
dalam kehidupan sehari-hari kita ? Benarkah perusahaan jasa yang umumnya
didirikan di tempat atau lokasi yang dekat dengan pasar ?
5. Bahan baku. Berbeda dengan perusahaan jasa, perusahaan manufaktur
umumnya didirikan di lokasi yang dekat dengan bahan baku (Perusahaan
pengolahan kayu, miniman, makanan, dll).
85
6. Tenaga kerja. Ketersediaan tenaga kerja juga menjadi faktor penting dalam
menentukan lokasi usaha, terutama bagi perusahaan manufaktur yang umumnya
banyak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam proses produksinya
7. Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi
usaha mengingat keberadaan perusahaan disamping dapat memberi manfaat
tapi juga bisa menimbulkan kerugian bagi masyarakat, di sekitar usaha
khusunya. Oleh karena itu penerimaan masyarakat akan keberadaan
perusahaan menjadi sangat penting. Sebagai contoh, perusahaan yang
mempekerjakan masyarakat sekitar biasanya tidak mengalami masalah ini,
namun perusahaan yang mengolah sampah atau limbah seringkalai ditolak
keberadaannya oleh masyarakat sekitar.
8. Peraturan Pemerintah. Pemerintah selama ini telah menentukan mana
kawasan untuk pemukiman dan mana untuk industri. Dengan demikian
perusahaan tidak dapat atau akan mengalami kesulitas bila memilih lokasi yang
bukan untuk kawasan industri. Termasuk juga di sini masalah ijin mendirikan
bangunan, ketinggian maksimal bangunan, pembauangan limbah, dan kebijakan
pemerintah lainnya.
9. Listrik, air, telepon. Sarana pendukung ini tidak dapat diabaikan, karena hampir
setiap aktivitas perusahaan membutuhkan listrik, air, dan alat komunikasi.
10. Transportasi. Faktor ini juga penting, karena dengan transportasi ini bahan baku
didatangkan dan bahan jadi akan dikirim. Ter-abaikannya masalah transportasi
akan menimbulkan kesulitas produksi (karena keterlambatan pengiriman bahan
baku misalnya) dan tersendatnya distribusi hasil produksi ke pasar.
11. Sarana prasarana pendukung. Ketersediaan lahan parkir yang memadai, ,
pembuangan limbah, keamanan, fasilitas kesehatan kerja, merupakan faktor
yang juga tidakkalah pentingnya di dalam penentuan lokasi usaha.
86
11.1 Metode Factor Rating
11.2 Metode Nilai Ideal
11.3 Metode Analisis Ekonomi
11.4 Metode Analisisn Volume Biaya
11.5 Metode Pusat Grafitin (Grid)
11.6 Metode Transportasi
Penentuan lokasi usaha dengan metode ini dilakukan dengan beberapa langkah
sebagai berikut :
Pertama, menentukan dan mengurutkan faktor-faktor yang diperkirakan akan
mempengaruhi aktivitas perusahaan nantinya.
Kedua, setelah faktor-faktor tersebut diberikan bobot sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Semakin penting pengaruh faktor tersebut pada operasional
perusahaan, semakin besar bobot yang harus diberikan. Perlu diingat bahwa total bobot
dari keseluruhan faktor haruslah 100%.
Ketiga, tentukan beberapa lokasi alternatif usaha, selanjutnya bandingkan beberapa
alternatif lokasi tersebut dengan mengacu pada faktor yang telah ditentukan sebelumnya
Keempat, menganalisis kemungkinan dampak setiap faktor pada masing-masing
lokasialternatif. Lokasi yang lebih baik kondisinya untuk setiap faktor akan diberikan
nilai yang lebih tinggi. Sebagai contoh dalam tabel di bawah, untuk faktor pasar, ternyata
lokasi 1 lebih baik dari lokasi 2, sehingga nilainya diberi lebih tinggi.
Kelima, Setelah semua faktor dibandingkan dan semua lokasi memiliki nilai, kalikan
masing-masing nilai dalam setiap lokasi dengan bobotnya, dan selanjutnya dijumlah ke
bawah. Lokasi yang memiliki nilai total tertinggi akan dipilih menjadi lokasi usaha
perusahaan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penggunaan metode Factor Rating berikut ini :
87
Faktor Bobot Lokasi 1 Lokasi 2
Nilai Bx N Nilai Bx N
Pasar 25 100 25 80 20
Bahan baku 20 90 18 100 20
Tenaga kerja 20 100 20 90 18
Listrik, air 15 100 15 80 12
Telepon 10 60 6 100 10
Transportasi 5 80 4 100 5
Perluasan 5 100 5 100 5
Jumlah 100 93 90
Dari contoh perhitungan di atas, lokasi 1 lebih baik, karena memiliki nilai total yang lebih
baik (nilai 93) dibanding dengan lokasi 2 (nilai 90).
Apabila hanya memperhatikan total biaya yang diperlukan, maka lokasi 2-lah yang
terpilih, namun sekali lagi, penentuan lokasi yang dipilih, sangat tergantung dari tipe
produksi yang dilaksanakan dan faktor apa yang menjadi prioritas tipe produksi tersebut.
Dengan demikian, bisa saja pilihan lokasi usaha jatuh pada alternatif lokasi yang
meskipun secara ekonomi bukan termurah, namun faktor kualitatifnya memiliki nilai
yang bagus.
Metode ini sangat tergantung dari besar kecilnya volume produksi yang akan dihasilkan
yang secara ekonomi, akan berdampak pada biaya produksi variabelnya. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh berikut ini :
89
2 250.000 20 (10.000 unit) 450.000
3 200.000 30 (10.000 unit) 500.000
Bila hanya memperhatikan contoh pada tabel di atas, di mana volume produksinya
hanya 10.000 unit, maka lokasi terbaik untuk usaha adalah lokasi ke-2, namun bila
angka-angka produksi tersebut digunakan untuk menggambar biaya produksi di
masing-masing lokasi, maka keputusan penentuan lokasinya akan berbeda untuk
volume produksi yang berbeda. Perhatikan gambar berikut dengan cara mengubah-
ubah beberapa alternatif volume produksi (dengan biaya tetap dan variabel seperti
terdapat di tabel atas, maka gambar biaya produksi untuk masing-masing alternatif
lokasi usaha dapat dibuat seperti terlihat pada gambar di atas.
:
Perhatikan, bahwa ketika volume produksi sebesar 0 sampai dengan 5000 (5), maka
lokasi terbaik dan termurah adalah lokasi 3 (garis paling bawah). Selanjutnya,
apabila volume produksi perusahaan mencapai 5000 hingga 14.000, lokasi terbaik
untuk perusahaan adalah di lokasi 2, dan apabila volume produksi lebih dari 14.000,-
maka lokasi usaha terbaik adalah lokasi 1.
90
Metode ini dipakai untuk menentukan lokasi usaha dengan memanfaatkan lokasi
geografis dari pasar yang dimiliki. Langkah-langkah umum yang diperlukan dalam
penggunaan metode ini adalah :
Pertama, tentukan pasar-pasar yang akan dilayani dan tentukan nilai kebutuhan dari
masing-masing pasar tersebut
Kedua, cari koordinat pasar yang akan dilayani tersebut di peta geografis
Ketiga, masukkan data kebutuhan dan koordinat pasar tujuan tadi dalam formulasi di
bawah ini untuk mendapatkan koordinat lokasi usaha.
Xi . Vi Yi . Vi
X = ------------ Y = ---------------
Vi Vi
Dimana :
Vi : Kebutuhan Produk Di Suatu Lokasi
Xi : Koordinat Suatu Tempat Pada Sumbu
XYi : Koordinat Suatu Tempat Pada Sumbu
Y
91
Misal, kebutuhan di kota A, B, C, D, adalah 20, 30, 15, dan 10 unit. Koordinat kota-kota
tersebut :
Dari data dan peta di atas, dapat dihitung koordinat lokasi usaha yang sebaiknya
dipilih,yakni :
Jadi lokasi yang disarankan terletak di daerah dengan koordinat 18,8o dan 12,4o (tanda
bintang, dekat kota/pasar D).
92
Seperti telah diketahui (perhatikan bab Transportasi pada mata kuliah Riset Operasi
sebelumnya), dalam masalah transportasi, secara umum penyelesaian masalah
dilakukan dengan dua tahap, yakni :
Tahap 1, dengan penyelesaian awal, dimana metode yang dapat digunakan adalah :
• Metode NWC (North West Corner)
• Metode LC (Least Cost)
• Metode VAM (Vogel Aproximation Method)
• Metode RAM (Russel Aproximation Method)
Metode MODI sebenarnya merupakan modifikasi dari metode Stepping Stone yang
sudah ada sebelumnya.
Namun demikian, langkah kedua akan digunakan penuh apabila dalam langkah pertama
(penyelesaian awal), masalahnya belum dapat dioptimalka.
Untuk mendapatkan gambaran dari masalah ini, perhatikan contoh berikut ini.
Sebuah perusahaan saat ini beoperasi dengan 3 buah pabrik yang memiliki
kapasitasmasing-masing sebagai berikut :
Pabrik 1 90 ton
Pabrik 2 60 ton
Pabrik 3 50 ton
Saat ini ada kebutuhan dari tiga kota besar yang harus dipenuhi, dengan besaran
permintaan masing-masing kota :
93
Kota Kapsitas produksi tiap bulan
A 50 ton
B 110 ton
C 40 ton
Total 200 ton
Pertanyaannya adalah :
18. Bagaimana distribusi sumber daya atau kapasitas perusahaan yang paling
optimal,guna memenuhi kebutuhan dari ketiga kota besar tersebut ?
19. Berapakan total biaya optimal yang harus dikeluarkan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan ketiga kota tersebut ?
Jawab :
Untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas dan apabila dikaitkan dengan metode
penyelesaian yang dapat digunakan, maka kemungkinan kombinasi metode yang
digunakan adalah sebagai berikut :
94
Kombinasi metode yang
Alternatif
dapatdigunakan
Penggunaan alternatif di atas hanya dapat digunakan apabila dalam penyelesaian awal,
hasil optimal belum ditemukan.
Dengan alternatif berapapun ( 1 s.d. 8), hasil optimal yang diperoleh adalah (Langkah-
langkah untuk mendapatkan hasil optimal ini, silahkan lihat catatan bab transportasi
matakuliah OR sebelumnya), :
Ke-
Kota A Kota B Kota C Kapasitas
Dari
2 5 8
Pabrik 1 0 90
60 30
1 20 10
Pabrik 2 5 60
50 10
2 10 19
Pabrik 3 5 50
50
Pengujian
Sel C11 = 20 – 8 + 10 – 15 =7 (menjadi lebih mahal 7/ton)
Sel C22 = 20 – 5 + 8 – 10 = 13 (menjadi lebih mahal 13/ton)
Sel C31 = 25 – 15 + 10 – 8 + 5 - 10 =7 (lebih mahal 7/ton)
Sel C33 = 19 – 10 + 5 – 8 = 6 (menjadi lebih mahal 6/ton)
95
Dari hasil pengujian tersebut, ternyata semua sel sudah tidak ada yang bernilai negatif
lagi, atau dengan kata lain semua sel sudah tidak dapat memberikan penurunan
biaya lagi, sehingga dengan demikian dapat dikatakan kasus telah optimal, dengan total
biaya :
Dengan hasil optimal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melayani 3
pasar yang ada dengan baik, maka lokasi usaha (dalam hal ini pabrik) sebaiknya
ditentukan dengan ketentuan :
Pabrik 1 akan didirikan di lokasi yang mendekati kota/pasar B dan C, dan cenderung
mendekati kota B, karena pabrik 1 hanya akan melayani kedua kota tersebut, serta
pengiriman ke kota B cenderung lebih besar jumlahnya.
Pabrik 2 akan didirikan di dekat kota/pasra A dan C, dan cederung mendekati kota A,
karena pabrik 2 hanya akan melayani kedua kota tersebut, serta pengiriman ke kota A
cenderung lebih besar jumlahnya
Pabrik 3 akan didirikan didekat kota B, karena pabrik 3 tersebut hanya melayani
kota/pasar B saja.
96
PERENCANAAN TATA LETAK (LAY OUT)
97
Jenis-jenis Bangunan yang dapat dipilih:
10.2. Bangunan
BertingkatKebaikan:
• Tidak terlalu memerlukan lahan yang luas karena perluasan tempat
usahadapat dilakukan dengan menambah lantai
• Lebih cocok untuk perusahaan jasa, karena perusahaan jasa
umumnyatidak banyak membutuhkan mesin-mesin dan lebih
mengutamakan pelayanan
• Bangunan lebih menarik untuk konsumen, motivasi karyawan, dll
98
Kelemahan:
9. Investasi Bangunan cukup tinggi / mahal, karena memerlukan pondasi
yang lebih baik dan material yang cenderung lebih mahal (untuk tangga
dan lift misalnya)
10. Sulit diperluas, karena sangat tergantung kekuatan pondasi dan juga
peraturanpemerintah
11. Penanganan material lebih sulit, karena pergerakan bahan menuntut naik
danturun lantai, sehingga tidak mungkin menggunakan roda berjalan,
hanya mengandalkan lift saja
12. Penerangan alam berkurang, karena terhalang oleh lantai-lantai di atasnya
13. Pengawasan cukup sulit, dalam arti membutuhkan pengawasan untuk
tiaplantainya
14. Masalah keamanan, karena semakin tinggi bangunan masalah keamanan
dankeselamatan yang muncul juga akan semakin besar
Dalam merencanakan tata letak, perusahaan dapat memilih beberapa tipe tata letak
seperti berikut ini, tentunya dengan tidak mengesampikan tipe dan karakteristik aktivitas
dan operasional perusahaan masing-masing. Dengan kata lain, tipe tata letak yang
cocok dan tetap bagi sebuah perusahaan, belum tentu cocok dan tepat bagi perusahaan
lainnya.
99
9. Tata letak proses / tata letak fungsional
Penyusunan tata letak dimana alat yang sejenis atau memiliki fungsi yang sama
ditempatkan pada bagian yang sama
contoh: - Perusahaan pembuat roti
• Perusahaan mebel
• Bengkel
Input
A A B B C C D D
A A B B C C D D
Keterangan :
10. : Ruangan dengan kumpulan alat ukur
11. : Ruangan dengan kumpulan alat
penghalusC : Kumpulan alat pengecatan
D : Kumpulan alat pemotong
Keuntungannya:
6. Mesin serba guna, misalnya sebuah alat potong dapat digunakan untuk
memotong berbagi produk dengan desain yang berbeda, sehingga investasi
rendah
10
0
7. Fleksibilitas produk tinggi, artinya dengan peralatan yang tersedia,
perusahaandapat membuat berbagai macam produk yang berbeda satu sama
lainnya.
8. Spesialisasi mesin & karyawan tinggi
9. Memperkecil terhentinya produksi karena merusak salah satu mesin
Kekurangannya:
5. Karena proses & produknya beragam, pengendalian material menjadi lebih sulit
6. Pengawasan lebih sulit
7. Meningkatnya persediaan dalam proses
8. Total waktu produksi / unit lebih lama
9. Memerlukan keterampilan yang lebih tinggi dan penjadwalan lebih sulit
I
A B C D E
N
O
U
P A B D E
T
P
U
U
A E
T
T
10
1
Keuntungannya:
5. Aliran & pengendalian material lebih mudah & langsung
6. Pengawasan lebih mudah
7. Persediaan produk dalam proses rendah
8. Tidak memerlukan keterampilan yang tinggi
9. Waktu proses / unit lebih cepat
10. Dapat menggunakan mesin otomatis & ban berjalan
11. Penjadwalan lebih mudah
Kekurangan / kelemahan:
3. Proses produk dapat terganggu jika salah satu mesin rusak
4. Produk tidak fleksibel terhadap perubahan
5. Bersifat monoton jadi membosankan
11. Layout
Kelompok Output
Input
A D A D A D
B C B C B C
10
2
Kelemahan :
5. Investasi tinggi
6. Butuh keterampilan yang tinggi
7. Bisa menimbulkan persaingan yang tidak sehat
A Input A
A Produk A
A A A
Contoh: Bengkel
Industri pesawat, kapal, kereta, dll
Kebaikannya:
c. Gerakan material minim, pengawasan mudah
d. Kesempurnaan produk lebih terjamin
10
3
Kekurangannya:
11. Butuh keterampilan yang tinggi
12. Waktu proses / unit lama
13. Memerlukan ruang yang luas
Dalam merencanakan tata letak dengan proses Produk/Garis, pilihan metode yang
dapatdigunakan antara lain adalah :
10
4
13. Metode Line Balancing
Untuk mendapatkan kejelasan dari metode ini, perhatikan contoh berikut :
Suatu perusahaan menghasilkan barang melalui suatu departemen perakitan. Hasil
produksi setiap jamnya 10 unit per jam. Data-data lainnya adalah :
1 3,2 -
2 0,8 1
3 3,0 2
4 3,0 1
5 1,6 1
6 1,2 5
7 1,8 2
8 3,0 3
9 2,8 4
10 2,8 6 dan 7
11 0,8 8
12 2,0 10
13 1,6 9, 11, dan 12
Jumlah 27,6
Langkah 1
Mencari pekerjaan, dan mendata elemen-elemen kerja yang ada ( lihat tabel di atas )
danMencari waktu setiap elemen kerja ( lihat tabel di atas )
Langkah 2
Menyusun precedence diagram
4 9
1 5 6
1
2 7 1 1
3 8 1
10
5
Langkah 3
Menghitung cyrcle time ( c ) yakni waktu maksimum mengerjakan satu unit produk di
suatu work station )
c = ( 1/r )3.600 sekon = ( 1/10 )3.600 sekon
= 350 detik
= 6 menit
Langkah 4
Menghitung jumlah work station
Langkah 5
Mencari alternatif alternatif anggota stations
Eleme
Station Alternatif nkerja waktu Waktu Idle
terpilih komulatif
10
6
Langkah 6
Menghitung waktu komulatif setiap alternatif ( lihat tabel )
Langkah 7
Menentukan pilihan wark stations, yang waktu komulatifnya tidak melebihi cyrcle time
dan paling mendekati cyrcle time. ( lihat tabel )
4 9
1 5 6
2 7 1 1 1
3 8 1
Langkah 8
Menghitung tingkat pengangguran dan tingkat efisiensi
Jumlah pengangguran komulatif tiap station ( i ) = 0 + 0.4 + 0.2 + 1.2 + 0.6 = 2,4 menit
Jadi, dengan cara ini operasional perusahaan 92 % telah dilakukan secara efisien.
Semakin besar % efisiensi yang dicapai, semakin optimal perusahaan tersebut.
10
7
PERENCANAAN MATERIAL HANDLING
Rp
Total Pendapatan
Biaya Tetap
Rugi }
Volume
10
8
Notasi-notasi dalam BEP:
BEP (rp) : BEP dalam rupiahBEP (x) : BEP dalam
unit
X : Jumlah unit yang terjualF : Total biaya tetap
v : Biaya variabel per unit
P : Harga jual netto per unit
TR: Total Revenue (Pendapatan total)
TC: Total biaya
: Laba / keuntungant : Pajak keuntungan
BEP dalam unit BEP dalam rupiah TR = TC BEP
(x) = F
P.x = F + v.x P-v
P.x – v.x = F BEP
(x).P = F . P( P –
v )x = F P-v
BEP (x) = F BEP (rp) = F
(P-v) 1- v/P
Contoh:
Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap Rp. 1.000.000. Saat ini biaya
tenaga kerja langsungnya Rp. 1.500/unit biaya material Rp. 500/unit.
Apabila harga jual produk Rp. 4.000/unit, tentukanlah:
17. Titik Break Even
18. Apabila keuntungan ditargetkan Rp. 560.000 berapa unit harus dijual?
19. Bila keuntungan tersebut dikenakan pajak 30%, berapa unit
terjual, agarkeuntungan tetap sebesar Rp. 560.000,-?
10
9
DAFTAR PUSTAKA
11
0