Anda di halaman 1dari 18

PELAKSANAAN KONTRAK KONSTRUKSI

GEDUNG MUHAMMADIYAH
(Studi di Mualimin Muhammadiyah Lombok Barat)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

RENI YUSMITA
D1A117255

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN KONTRAK KONSTRUKSI


GEDUNG MUHAMMADIYAH
(Studi di Mualimin Muhammadiyah Lombok Barat)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

RENI YUSMITA
D1A117255

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pertama,

Dr. Aris Munandar, SH., M.Hum.


NIP.19610610 198703 1 001
PELAKSANAAN KONTRAK KONSTRUKSI GEDUNG MUHAMMADIYAH
(Studi di Mualimin Muhammadiyah Lombok Barat)

RENI YUSMITA
D1A117255

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang pelaksanaan kontrak
konstruksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa dan untuk mengetahui proses
penyelesaian jika terjadi wanprestasi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Metode
penelitian dalam penulisan ini adalah normatif empiris. Hasil penelitian didapatkan bahwa
pelaksanaan perjanjian kerjasama kontrak konstruksi pembangunan Gedung Muhammadiyah
Lombok Barat bahwa penyedia jasa mengalami kendala anggaran, sehingga menyebabkan
pihak penyedia jasa tidak memenuhi prestasinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
Dengan adanya hal tersebut, pihak pengguna jasa menganggap bahwa pihak penyedia jasa
melakukan wanprestasi. Penyelesaian sengketa pada perjanjian Kerjasama antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa yaitu dengan menggunakan upaya non litigasi yaitu dengan melakukan
negosiasi yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah tetapi keputusan penyelesaian
sengketa tetap berada ditangan keduabelah pihak yang bersengketa.
Kata Kunci : Perjanjian, Kontrak Konstruksi, dan Wanprestasi.

IMPLEMENTATION OF THE MUHAMMADIYAH BUILDING


CONSTRUCTION CONTRACT
(Study at Mualimin Muhammadiyah West Lombok)

ABSTRACT
This study aims to identify and explain the implementation of construction contracts between
service providers and service users and to determine the settlement process in the event of a
default between service providers and service users. The research method in this paper is
normative empirical. The results of the study found that the implementation of the cooperation
agreement for the construction contract for the construction of the Muhammadiyah building in
West Lombok was stated in the form of a construction cooperation contract. Dispute resolution
on the Cooperation agreement between service provider Mr. Julkarnain and service user Ms.
Shofia Rawiana, ST.,MT. namely by means of the service user providing an opportunity for the
service provider to complete the construction of the building until it is completed with the
additional time given for one week by paying a fine of 1% (one per mil) every day starting from
the due date agreed by both parties, From the results of these negotiations, it is known that the
service provider agreed to carry out the construction of the Muhammadiyah Building again
until it was completed with an additional period of 1 week according to the agreement of both
parties. Legal settlement due to delays in completion of development is resolved using non-
litigation legal remedies, namely by conducting negotiations involving a third party as an
intermediary but the dispute resolution decision remains in the hands of both parties to the
dispute.
Kaywords : Agreement, Conscruction Controct, and Default.
i

I. PENDAHULUAN

Pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian

merupakan suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih lainnya. Perjanjian suatu perbuatan hukum yang

sangat sering dilakukan didalam masyarakat, karena mayoritas seluruh kegiatan

hukum yang dilakukan berdasarkan kesepakatan.1 Salah satu perjanjian yang

dilakukan masyarakat adalah kontrak kerja kontruksi, yang mana kontrak kerja

kontruksi memiliki pengertian suatu perjanjian untuk melaksanakan suatu

pembangunan dengan persyaratan tertentu yang dibuat oleh pihak pertama sebagai

pemilik bangunan dengan pihak kedua sebagai pelaksana pembangunan. Kontrak

kerja konstruksi adalah suatu kontrak yang mengatur hubungan hukum antara

pengguna jasa dan penyedia jasa mengenai pelaksanaan pekerjaan konstruksi.2

Kontrak kerja konstruksi yang dilakukan oleh pihak pengguna jasa dan

pihak penyedia jasa bisa dikatakan sah karena adanya kesepakatan dari kedua belah

pihak. Kesepakatan adalah pernyataan yang dikatakan antara para pihak.

Kesepakatan yang dibuat dalam kontrak kerja konstruksi akan menimbulkan akibat

hukum, akibat hukumnya adalah timbulnya hak dan kewajiban masing-masing

pihak. Apabila didalam suatu pelaksanaan kontrak kerja konstruksi ada hak dan

kewajiban yang tidak bisa terpenuhi oleh salah satu pihak, maka bisa dikatakan

1
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A Bardin, Bandung, 1994, hlm. 49.
2
Dinda Anna Zatika , Hamzah, Depri Liber Sonata, “Tinjauan Yuridis Perjanjian
Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Antara Pt. Hutama Karya (Persero) dan Pt. Waskita Karya
(persero ) Tbk “ Pactum Law Jurnal. Vol 1 No 3, 2018, hlm. 210.
ii

salah satu pihak tersebut telah melakukan wanprestasi dan akan dimintai

pertanggungjawaban atas kesalahan yang telah diperbuatnya. 3

Kontrak kerja konstruksi harus dibuat secara tertulis, karena selain

ditujukan untuk pembuktian, kontrak kerja konstruksi juga mengandung resiko

yang menyangkut keselamatan umum dan tertib bangunan. Kontrak kerja

konstruksi termasuk perjanjian untuk melakukan pekerjaan sebagaimana ketentuan

Pasal 1601 KUHPerdata. Didalam isi perjanjian/kontrak antara pihak pertama

dengan pihak kedua ini terdapat bangunan yang akan didirikan didaerah Kabupaten

Lombok barat. terdapat juga perencanaan pekerjaan, harga kontrak borongan,

jangka waktu penyelesaian pekerjaan, pembayaran dan sebagainya. Isi

perjanjian/kontrak itulah yang akan dijadikan aturan selama berlangsungnya hingga

selesainya kontrak kerja kontruksi antara pihak pertama dengan pihak kedua.

Namun dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi masih saja sering

terjadi permasalahan, baik permasalahan yang disebabkan oleh pihak penyedia jasa

maupun pihak pengguna jasa. Ada berbagai faktor pontensial penyebab

permasalahan hukum dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, permasalahan

tersebut dikelompokan dalam tiga (3) aspek yaitu, pertama aspek keterlambatan

dalam pembayaran, aspek kedua jangka waktu pelaksanaan yang tidak tepat sesuai

perjanjian, dan faktor tidak sesuai gambar dengan struktur kolom yang terpasang.

Ketiga aspek keterlambatan pembayaran don’t payment memberikan pengaruh

terhadap lama pekerjaan. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu kasus yang

3
Salim, HS., Hukum Kontrak (Teori & Tehnik Penyusunan Kontrak), PT Sinar Grafika,
Jakarta, 2009, hlm. 5.
iii

menarik untuk dikaji adalah pekerjaan konstruksi pembangunan kontrak konstruksi

Gedung Muhammadiayah Lombok Barat.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penyusun merumuskan dua

permasalahan, yaitu : 1). Bagaimana pelaksanaan kontrak konstruksi antara

penyedia jasa dengan pengguna jasa ? dan 2). Bagaimana proses penyelesaian jika

terjadi wanprestasi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa ?

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sistem pelaksanaan

perjanjian kontrak konstruksi antara pihak pertama dengan pihak kedua dan untuk

mengetahui proses penyelesaian jika terjadi wanprestasi antara pihak pertama

dengan pihak kedua. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah a). Manfaat secara

teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan

pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya khususnya Hukum

Perjanjian Diluar KUHPerdata tentang perjanjian konstruksi, dan b). Manfaat

secara praktis dengan penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi

masyarakat, pemerintah, legislatif, praktis hukum dan aparat penegak hukum dalam

menyelesaikan masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan perjanjian

konstruksi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif empiris, dengan metode

pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan

sosiologis. Sedakangkan sumber jenis data yang digunkan adalah data lapangan dan

dan kepustakan, tehnik pengumpulan adalah wawancara dan studi dokumen.

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif.

II. PEMBAHASAN
iv

Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Konstruksi Antara Penyedia Jasa Dengan


Pengguna Jasa Gedung Muhammadiyah di Lombok Barat

Kontrak kerja konstruksi merupakan suatu perjanjian untuk melaksanakan

suatu pembangunan dengan persyaratan tertentu yang dibuat oleh pihak pertama

sebagai pemilik bangunan dengan pihak kedua sebagai pelaksana pembangunan.

Kontrak kerja konstruksi adalah suatu dokumen kontrak yang mengatur hubungan

hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa mengenai pelaksanaan pekerjaan

konstruksi.4

Krolonogi kasus pelaksanaan perjanjian kontrak kontruksi antara penyedia

jasa dengan pengguna jasa terhadap pembangunan Gedung Muhammadiyah di

Lombok Barat, dapat diketahui berdsarkan hasil wawancara dengan Ibu Shofia

selaku pihak pengguna jasa, bahwa terkait proses pelaksanaan perjanjian, beliau

menyatakan:5

“Jadi perjanjian yang saya lakukan dengan Bapak Julkarnain tepatnya


terjadi pada hari sabtu tanggal 12 bulan desember tahun 2020, Bapak
Jurkarnain merupakan mahasiswa saya yang kebetulan bisa menangani
sebuah proyek pembangunan gedung ini yang berada di daerah Narmada.
Kami bersepakat dan mengadakan perjanjian kerjasama dalam
melaksanakan pemasangan rangka atap baja ringan dan penutup atap
multiroof pada Gedung BSMM dengan ukuran 8x8 m, rangka baja ringan
menggunakan c.75.75, pekerjaannya termasuk juga pemasangan kalsiplank
dan platfond”.

4
Dinda Anna Zatika, Hamzah, dkk. Op.cit, Hal. 210.
5
Hasil Wawancara dengan Ibu Shofia, Wawancara dilakukan dikediaman Ibu Shofia
Rawiana Jln. Dr soejono No. 5 Lingkar Selatan Jempong Baru Mataram, Sabtu 03 Juli 2021 pukul
11.12 WITA.
v

Selain melakukan wawancara dengan pihak pengguna jasa, penulis juga

melakukan wawancara dengan pihak penyedia jasa yakni Bapak Julkarnain yang

menerangkan bahwa :6

“Memang benar saya melakukan kerjasama pembangunan gedung ini


dengan Ibu Shofia Rawiana yang berada di daerah Narmada Lombok Barat,
saya ditawarkan proyek pembangunan Gedung ini kemudian membicarakan
RAB (Rencana Anggaran Biaya) kemudian pengajuan penawaran kontrak
kerja setelah itu saya menandatangani perjanjian kerja sehingga disepakati
kontrak kerja tersebut, pengerjaan dengan jangka waktu 1 bulan terhitung
mulai tanggal penandatanganan kontrak hingga sampai pelaksanaan
pembangunan struktur selesai”.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Ibu

Shofia selaku pengguna jasa dengan Bapak Jurkarnain selaku penyedia jasa. Maka

diketahui bahwa proses pelaksanaan perjanjian kontruksi yang dilakukan oleh

kedua belah pihak menggunakan jenis perjanjian tertulis.

Pada suatu perjanjian tentunya menimbulkan akibat hukum yakni hak dan

kewajiban para pihak. Ahmad Ichsan dalam buku Wawan Muhwan Hariri

menyatakan bahwa :7

“Suatu perikatan yang lahir oleh karena suatu perjanjian mempunyai dua
sudut yaitu sudut kewajiban dan hak-hak yang timbul. Lazimnya suatu
perjanjian adalah timbal balik, suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari
perjanjian itu juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan
kebalikannya dari hak-hak yang diperolehnya dan sebaliknya suatu pihak
yang memikul kewajiban-kewajiban juga memperoleh hak-hak yang
dianggap sebagai kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan
kepadanya itu”.

Setiap hubungan hukum akan mempunyai akibat hukum, dalam arti

menimbulkan adanya hak dan kewajiban bagi keduabelah pihak yang mengadakan

6
Hasil Wawancara dengan Bapak Jurkarnain, wawancara dilakukan dikediaman Bapak
Jurkarnain di Banjar Ampenan, kamis 1 juli 2021, Pukul 15.26 WITA.
7
Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, Pustaka Setia, Bandung 2011, hlm. 121.
vi

hubungan hukum. Demikian juga halnya dengan perjanjian kontruksi yang dibuat

oleh keduabelah pihak akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi keduabelah

pihak, yaitu antara pihak penyedia jasa dan pihak pengguna jasa. Hal ini

dikarenakan hak dan kewajiban itu merupakan suatu perbuatan yang bertimbal

balik, artinya hak dari satu pihak merupakan kewajiban dari pihak lain, begitu juga

dengan sebaliknya.

Adapun yang menjadi kewajiban bagi pihak pengguna jasa pada perjanjian

kerjasama ini ialah membayar semua biaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

volume yang telah diserahkan dilapangan sebesar 23.040.000,00 (dua puluh tiga

juta empat puluh ribu rupiah), kemudian pihak penyedia jasa berkewajiban untuk

menyelesaikan pekerjaan pembangunan setelah surat perjanjian ini ditandatangani

dengan sistem pembayaran, yang mana pihak pengguna jasa akan membayar DP

30% dari harga kontrak sebesar Rp. 8.010.000, (Delapan juta sepuluh ribu rupiah)

setelah keduabelah pihak telah menandatangi surat perjanjian kontrak kerjasama

pembangunan Gedung Muhammadiyah. 8

Selanjutnya pihak penyedia jasa mengajukan permintaan pembayaran 100%

(pengajuan termin), setelah pelaksanaan pekerjaan telah selesai terpasang sesuai

dengan volume yang terpasang dan pihak pengguna jasa berkewajiban untuk

memberikan pelunasan pembayaran pekerjaan setelah pengajuan termin dari pihak

pengguna jasa dan volume fisik material mencapai 100%, pengajuan termin

8
Hasil Wawancara dengan Bapak Jurkarnain, Wawancara dilakukan dikediaman Ibu
Shofia Rawiana Jln. Dr soejono No. 5 Lingkar Selatan Jempong Baru Mataram, Sabtu 03 Juli 2021
pukul 11.12 WITA.
vii

tersebut dalam bentuk tertulis, biaya yang digunakan sepenuhnya akan dibebankan

pada dana Hibah Pembangunan BSMM Narmada.9

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pihak bahwa perjanjian kontrak

konstruksi ini telah berjalan sesuai dengan keinginan keduabelah pihak yang telah

bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama dalam melaksanakan

pemasangan rangka atap baja ringan dan penutupan multiroof pada Gedung BSMM

Narmada. Namun pada faktanya dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, masih

saja terjadinya suatu permasalahan baik permasalahan yang disebabkan oleh pihak

pengguna jasa maupun penyedia jasa, yang menjadi faktor penyebab permasalahan

hukum yang timbul dalam proses pelaksanaan konstruksi pertama adalah adanya

aspek keterlambatan dalam pembayaran yang membuat pihak penyedia jasa tidak

bisa melanjutkan pekerjaan, kemudian jangka waktu pelaksanaan yang tidak tepat

sesuai perjanjian yang sudah disepakati keduabelah pihak dan juga terdapat

beberapa faktor lainnya, seperti tidak sesuainya gambar kolom yang terpasang yang

disebabkan kurangnya komunikasi antara keduabelah pihak dan yang terakhir

faktor keterlambatan pembayaran atau don’t payment yang memberikan pengaruh

terhadap lamanya pekerjaan.

Dalam setiap perjanjian yang dibuat haruslah mengutamakan asas iktikad

baik, karena iktikad baik inilah yang nantinya dapat meminimalisir terjadinya

permasalahan wanprestasi yang kerap menghantui suatu perjanjian. Artinya tanpa

adanya iktikad baik, maka dapat terjadi suatu permasalahan kedepannya, termasuk

9
Hasil Wawancara dengan Bapak Jurkarnain, Wawancara dilakukan dikediaman Bapak
Jurkarnain di Banjar Ampenan, kamis 1 juli 2021, Pukul 15.26 WITA.
viii

pada kasus yang dikaji ini mengenai masalah pembangunan kontrak konstruksi. Hal

ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 dalam ayat (3) KUHPerdata berbunyi,

“perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Iktikad baik berarti keadaan

batin para pihak untuk membuat dan melaksanakan kontrak secara jujur, terbuka,

dan saling percaya.

Suatu perjanjian kerjasama kontrak kontruksi pembangunan gedung

Muhammadiyah di Narmada Kabupaten Lombok Barat yang dilakukan oleh pihak

penyedia jasa yaitu Bapak Julkarnain dengan pihak pengguna jasa yaitu Ibu Shofia

Rawiana berakhir karena adanya suatu perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh

pihak penyedia dengan alasan tidak cukupnya biaya anggaran untuk pembangunan

gedung Boarding School Mu’allamin Muhammadiyah. Sebagaimana dalam

perjanjian kerjasama para pihak tersebut, Ibu Shofia selaku pihak pengguna jasa

hanya memberikan DP pembangunan sebesar 30% yaitu Rp. 8.010.000; (Delapan

juta sepuluh ribu rupiah) sejak dimulainnya penandatangan kesepakatan perjanjian

pembangunan Gedung tersebut. Akan tetapi dalam proses pembangunan pihak

penyedia mengalami kendala anggaran, dikarenakan adanya suatu hal personal

yang tidak dapat diungkapkan, sehingga menyebabkan pihak penyedia tidak dapat

memenuhi prestasinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan dalam perjanjian

dengan pihak pengguna jasa, berdasarkan hal tersebut pembangunan akhirnya

dihentikan untuk sementara waktu yang tidak ditentukan keberlanjutan

pembangunan gedung tersebut. Dengan adanya hal tersebut, pihak pengguna jasa

menganggap bahwa pihak penyedia jasa melakukan wanprestasi, hal ini yang
ix

menjadi penyebab berakhirnya perjanjian kerjasama pembangunan kontruksi

gedung Muhammadiyah di Narmada Kabupaten Lombok Barat.

Pada dasarnya, berakhirnya suatu perjanjian tidak diatur secara tegas,

melainkan hanya dalam KUHPerdata menyebutkan mengenai hapusnya perjanjian

yang tercantum pada Pasal 1381 KUHPerdata. Walaupun demikian, ketentuan-

ketentuan tentang hapusnya peranjian tersebut juga merupakan ketentuan tentang

hapusnya perjanjian karena pada umumnya perjanjian lahir karna adanya perjanjian

yang dibuat terlebih dahulu. Sebagaimana berdasarkan ketentuan Pasal 1381

KUHPerdata hapusnya perjanjian karena sebagai berikut:10

1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai, diikuti oleh penyimpanan atau penitian;
3. Karena pembaharuan utang;
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Karena pencampuran utang;
6. Karena pembebasan utangnya;
7. Karena musnahnya barang yang terutang;
8. Karena pembatalan atau kebatalan;
9. Karena berlakunya suatu syarat batal;
10. Karena lewat waktu.

Penyelesaian Sengketa Para Pihak Dalam Kontrak Konstruksi Gedung


Muhammadiyah Lombok Barat
Pada ketentuan perjanjian dikenal dengan istilah prestasi dan wanprstasi.

Prestasi adalah suatu yang wajib harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.

Didalam perjanjian, apabila telah terjadinya suatu kesepakatan, maka setiap para

pihak diharapkan dapat mengindahkan apa yang sudah diperjanjikan. Akan tetapi

seiring dengan berjalannya waktu, perjanjian tidak selalu berjalan mulus, terkadang

ada salah satu pihak yang melakukan wanprestasi. Prestasi merupakan isi dari pada

10
Abdul R.Salim, 2011, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta, hlm 35.
x

sebuah perikatan, apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah

disepakati dalam perjanjian, maka ia dikatakan lalai (Wanprestasi). Wanprestasi

adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak

menurut selayaknya.

Didalam perjanjian kerja sama kontrak konstruksi pembangunan Gedung

Muhammadiyah antara Ibu Shofia dan Bapak Julkarnain telah dibuat sesuai dengan

ketentuan kesepakatan bersama, yang mana pihak penyedia jasa telah menyepakati

kerjasama dalam pelaksanaan penyelesaian pengerjaan kontrak kontruksi dalam

jangka waktu 1 bulan, terhitung sejak mulai tanggal penandatangan kontrak atau

hingga pelaksanaan pembangunan struktur terselesaikan. Namun seiring dengan

berjalannya waktu, setelah dua minggu proses pengerjaan konstruksi pembangunan

Gedung Muhammadiyah sempat terhenti, yang mana hal ini disebabkan oleh adanya

suatu permasalahan yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa, sebagaimana pihak

penyedia jasa tidak dapat melanjutkan pengerjaan pembangunan gedung tersebut,

dikarenakan pihak penyedia jasa terhalang oleh biaya anggaran pembangunan

sehingga proses pembangunan gedung ini terhentikan selama beberapa hari. Akibat

dari adanya kelalaian/wanprestasi yang dilakukan pihak penyedia jasa, maka pihak

peyedia jasa dianggap telah melanggar kesepakatan yang telah dibuat didalam

kontrak yang telah ditandatanggani oleh keduabelah pihak tersebut. Berdasarkan

informasi dari hasil wawancara dengan Bapak Julkarnain, mengatakan: 11

“Saya mengakui memang benar bahwasanya saya menghentikan


pembangunan karena saya terhalang oleh biaya, kebetulan saat itu saya

11
Hasil Wawancara dengan Bapak Jurkarnain, Wawancara dilakukan dikediaman Bapak
Jurkarnain di Banjar Ampenan, kamis 1 juli 2021, Pukul 15.26 WITA.
xi

sedang kekurangan biaya disebabkan oleh hal yang tidak bisa saya beritahu
yang seharusnya untuk membeli barang yang saya gunakan untuk
melanjutkan bangunan, namun saya belum bisa penuhi karena terhalang
biaya dan menyebabkan saya melakukan wanprestasi”.

Pada dasarnya sengketa perjanjian kerjasama merupakan hubungan hukum

dalam lapangan hukum perdata, sehingga jika terjadi sengketa termasuk ke dalam

sengketa perdata, yang lazimnya diselesaikan melalui dua jalur yakni jalur

pengadilan (litigasi) dan diluar pengadilan (non litigasi). Dalam sengeketa antara

pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa terkait dengan upaya penyelesaian

yang dilakukan oleh para pihak akibat adanya wanprestasi dalam pelaksanaan

perjanjian pembangunan Gedung Muhammadiyah adalah dengan upaya hukum

diluar pengadilan (non litigasi). Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara

dengan Ibu Sofia selaku pihak pengguna jasa, bahwa beliua menyatakan :12

“Dalam perjanjian kerja sama antara pihak penyedia jasa dengan pihak
pengguna jasa tidak menyelesaikan sengketa melalui jalur pengadilan
(litigasi). Hal ini karenakan permasalahan wanpretasi yang terjadi anatara
keduabelah pihak dapat ditangani oleh para pihak sendiri dengan secara
kekeluargaan, serta kami juga beranggapan bahwa jika penyelesaian
sengketa diselesaikan melalui jalur pengadilan, maka akan menyita banyak
waktu dan mengeluarkan banyak biaya untuk biaya perkara, sehingga untuk
penyelesaian perkaranya, kami memilih dengan upaya negosiasi. Dari hasil
negosiasi tersebut, pihak penyedia jasa sepakat untuk melakukan
pembangunan Gedung Muhammadiyah kembali sampai selesai dengan
tambahan kurun waktu 1 minggu menurut kesepakatan kami”.

Istilah alternatif penyelesaian sengketa dapat ditemukan didalam Undang-

Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(LN Tahun 1999 No.138), adapun beberapa jalur yang dapat ditempuh melalui

12
Hasil Wawancara dengan Ibu Shofia, Wawancara dilakukan dikediaman Ibu Shofia
Rawiana Jln. Dr soejono No. 5 Lingkar Selatan Jempong Baru Mataram, Sabtu 03 Juli 2021 pukul
11.12 WITA.
xii

upaya hukum diluar pengadilan yakni mediasi, negosiasi, arbitrase, dan konsoliasi.

Berdasarkan hasil Analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian hukum

akibat adanya keterlambatan penyelesaian pembangunan diselesaikan

menggunakan upaya hukum non litigasi yaitu dengan melakukan negosiasi yang

melibatkan pihak ketiga sebagai penengah tetapi keputusan penyelesaian sengketa

tetap berada ditangan keduabelah pihak yang bersengketa.


xiii

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dalam penjanjian Kerjasama kontrak konstruksi yang

dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kontrak konstruksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa

pembangunan Gedung Muhamamadiyah di Lombok Barat terbukti bahwa

berakhirnya suatu perjanjian kontrak konstruksi pembangunan gedung

Muhammadiyah terjadi diakibatkan dari kelalaian/kesalahan dari pihak

penyedia yang tidak tepat waktu dalam menyelesaikan prestasinya

sebagaimana yang telah disepakati bersama sehingga mengakibatkan

pembangunan menjadi terbengkalai dan berujung pada berakhirnya perjanjian

kerjasama antara kedua belah pihak yang mana hal ini jelas telah bertentangan

dengan Pasal 1381 KUHPerdata sebagaimana telah tertuang diatas.

2. Penyelesaian Sengketa Para Pihak Dalam Kontrak Konstruksi Gedung

Muhammadiyah Lombok Barat pihak pengguna jasa memberikan kesempatan

kepada pihak penyedia jasa untuk menyelesaikan pembangunan Gedung

tersebut sampai selesai dengan tambahan waktu yang diberikan selama satu

minggu dengan membayar denda sebesar 1% (satu permil ) setiap hari

terhitung dari jatuh tempo yang telah disepakati kedua belah pihak, Dari hasil

negosiasi tersebut maka diketahui bahwa pihak penyedia jasa sepakat untuk

melakukan pembangunan Gedung Muhammadiyah kembali sampai selesai

dengan tambahan kurun waktu 1 minggu menurut kesepakatan kedua belah

pihak. penyelesaian hukum akibat adanya keterlambatan penyelesaian


xiv

pembangunan diselesaikan menggunakan upaya hukum non litigasi yaitu

dengan melakukan negosiasi yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah

tetapi keputusan penyelesaian sengketa tetap berada ditangan keduabelah

pihak yang bersengketa.

SARAN

1. Diharapkan kepada para pihak untuk melaksanakan prestasi dengan itikad

baik agar tidak terjadinya wanprestasi yang merugikan pihak lain dan para

pihak sebaiknya melakukan perjanjian dengan prinsip kehatian-hatian untuk

mencegah terjadinya kecurangan oleh pihak lainnya.

2. Untuk memberikan perlindungan hukum bagi kedua belah pihak hendaknya

mengikatkan dirinya pada perjanjian tertulis terlebih apabila nilai perjanjian

tersebut sangat besar, sehingga apabila nanti terdapat wanprestasi dapat

diselesaikan sesuai isi perjanjian dan tentunya akan lebih memberikan

perlindungan bagi kedua belah pihak.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amirudin & Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum,PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Hariri, Wawan Muhwan, 2011, Hukum Perikatan, Pustaka Setia, Bandung.

Salim, Abdul R., 2011, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Prenada Media, Jakarta.

Salim, HS., 2009, Hukum Kontrak (Teori & Tehnik Penyusunan Kontrak), PT Sinar
Grafika, Jakarta.

Setiawan, R., 1994. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra A Bardin, Bandung.

Jurnal

Zatika, Dinda Anna, Hamzah, Depri Liber Sonata, 2018, “Tinjauan Yuridis
Perjanjian Konstruksi Pembangunan Jalan Tol Antara Pt. Hutama Karya
(Persero) dan Pt. Waskita Karya (persero ) Tbk “ Pactum Law Jurnal. Vol
1 No 3.

Hasil Wawancara

Hasil Wawancara dengan Ibu Shofia, Wawancara dilakukan dikediaman Ibu Shofia
Rawiana Jln. Dr soejono No. 5 Lingkar Selatan Jempong Baru Mataram,
Sabtu 03 Juli 2021 pukul 11.12 WITA.

Hasil Wawancara dengan Bapak Jurkarnain, wawancara dilakukan dikediaman


Bapak Jurkarnain di Banjar Ampenan, kamis 1 juli 2021, Pukul 15.26
WITA.

Anda mungkin juga menyukai