Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KUALITAS KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM

PERSPKTIF HUKUM KONTRAK INDONESIA

Untuk memenuhi tugas

ujian tengah semester

dalam mata kuliah hukum kontrak

oleh :

SITI AISYAH

NIM.21103080100

PROGRAM STUDY HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Tahun 2023
ANALISIS KUALITAS KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI DALAM
PERSPKTIF HUKUM KONTRAK INDONESIA

Siti aisyah

Email: 21103080100@student.uin-suka.ac.id

Abstraksi

Kontrak pekerjaan konstruksi memiliki peran penting dalam menjaga kualitas pelaksanaan
proyek dan hasil kerja. Namun, masih banyak terjadi sengketa antara pemilik proyek dan
kontraktor yang disebabkan oleh kurangnya kualitas kontrak pekerjaan konstruksi. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kualitas kontrak pekerjaan konstruksi di Indonesia dengan
menggunakan metode penelitian normatif. Data diperoleh melalui studi kepustakaan terhadap
berbagai peraturan dan hukum yang terkait dengan kontrak pekerjaan konstruksi di Indonesia.
Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kontrak pekerjaan konstruksi di Indonesia


masih rendah, terutama dalam hal kesesuaian dengan peraturan dan hukum yang berlaku.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas kontrak pekerjaan konstruksi, seperti
ketidakjelasan ketentuan dalam kontrak, ketidaksesuaian antara kontrak dengan peraturan dan
hukum yang berlaku, dan ketidakadilan dalam pembagian risiko antara pemilik proyek dan
kontraktor.

Dalam rangka meningkatkan kualitas kontrak pekerjaan konstruksi di Indonesia, diperlukan


upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya kesesuaian antara
kontrak dengan peraturan dan hukum yang berlaku, serta meningkatkan kualitas pembuatan
dan peninjauan kontrak. Selain itu, perlu adanya perbaikan dalam pembagian risiko antara
pemilik proyek dan kontraktor, sehingga kedua belah pihak dapat bekerja sama dengan lebih
efektif dan menghindari terjadinya sengketa yang merugikan.

Abstraction

Construction work contracts have an important role in maintaining the quality of project
implementation and work results. However, there are still many disputes between project
owners and contractors due to a lack of quality in construction work contracts. This study
aims to analyze the quality of construction work contracts in Indonesia using normative
research methods. The data was obtained through a literature study on various laws and
regulations related to construction work contracts in Indonesia. The analysis was carried out
using a qualitative and descriptive approach.
The results of the study show that the quality of construction work contracts in Indonesia is
still low, especially in terms of compliance with applicable laws and regulations. There are
several factors that affect the quality of construction work contracts, such as unclear terms in
the contract, discrepancies between contracts and applicable laws and regulations, and
unfairness in risk sharing between project owners and contractors.

In order to improve the quality of construction work contracts in Indonesia, efforts are needed
to increase understanding and awareness of the importance of conformity between contracts
and applicable laws and regulations, as well as improve the quality of contract drafting and
review. In addition, there is a need for improvement in the distribution of risks between
project owners and contractors, so that both parties can work together more effectively and
avoid costly disputes.

PENDAHULUAN

Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang memerlukan kontrak sebagai landasan


hukum pelaksanaannya. Kontrak pekerjaan konstruksi adalah perjanjian antara pemilik
proyek dengan kontraktor yang memuat kesepakatan mengenai pelaksanaan pekerjaan, waktu
penyelesaian, biaya, mutu hasil kerja, serta peraturan dan standar keselamatan dan kesehatan
kerja. Kualitas kontrak pekerjaan konstruksi menjadi sangat penting karena mempengaruhi
kualitas pelaksanaan proyek dan hasil kerja. Kontrak yang tidak baik dapat menyebabkan
sengketa antara pemilik proyek dan kontraktor, serta menimbulkan kerugian finansial dan
reputasi bagi kedua belah pihak.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas kontrak pekerjaan konstruksi di


Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, kami
menggunakan metode kualitatif dan melakukan studi kasus terhadap beberapa proyek
konstruksi di Indonesia. Data diperoleh melalui pengawas proyek, serta analisis dokumen
kontrak dan peraturan yang terkait. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang kualitas kontrak pekerjaan konstruksi dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas
kontrak pekerjaan konstruksi di masa depan.

METODE

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang
didasarkan pada studi kepustakaan dan analisis dokumen. Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen kontrak pekerjaan konstruksi, peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan kontrak pekerjaan konstruksi, dan literatur terkait. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan pendekatan hukum kontrak Indonesia yang meliputi
unsur-unsur penting dalam kontrak, asas-asas kontrak, serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan menggunakan pendekatan ini, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kontrak pekerjaan konstruksi dan
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas kontrak tersebut."

PEMBAHASAN

Kontrak pekerjaan konstruksi adalah perjanjian antara pemilik proyek (owner) dan kontraktor
yang menyepakati berbagai hal terkait pelaksanaan proyek konstruksi, termasuk ruang
lingkup pekerjaan, jadwal pelaksanaan, biaya, persyaratan kualitas, dan tanggung jawab
masing-masing pihak. Kontrak pekerjaan konstruksi menjadi dasar bagi pelaksanaan proyek
konstruksi dan menjadi acuan dalam menyelesaikan sengketa yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan proyek.

Kesesuan kontrak dalam hal ini penulis menghubungkan dengan asas-asas kontrak terdapat
beberapa asas kontrak yang menjadi dasar dalam penyusunan kontrak tersebut.

 Asas Kesepakatan (Pacta Sunt Servanda)

Asas ini mengandung arti bahwa setiap kesepakatan yang telah dibuat harus dijalankan dan
dipenuhi oleh kedua belah pihak dengan itikad baik. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi,
asas ini menunjukkan bahwa para pihak harus menjalankan semua ketentuan dan persyaratan
yang telah disepakati dalam kontrak.

 Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini mengandung arti bahwa setiap orang bebas untuk membuat kontrak dan menentukan
isi kontraknya sesuai dengan kehendaknya, selama tidak bertentangan dengan undang-undang
dan norma yang berlaku. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi, asas ini menunjukkan bahwa
para pihak bebas untuk menentukan isi kontrak yang meliputi harga, waktu penyelesaian, dan
spesifikasi pekerjaan.

 Asas Keadilan dan Keseimbangan

Asas ini mengandung arti bahwa kontrak harus adil dan seimbang bagi kedua belah pihak.
Dalam kontrak pekerjaan konstruksi, asas ini menunjukkan bahwa kontrak harus mengatur
hak dan kewajiban secara seimbang bagi kedua belah pihak, seperti hak pembayaran sesuai
jadwal dan kewajiban penyelesaian pekerjaan sesuai dengan spesifikasi dan waktu yang telah
disepakati.

 Asas Pembuktian

Asas ini mengandung arti bahwa setiap pihak bertanggung jawab untuk membuktikan apa
yang diklaimnya dalam kontrak. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi, asas ini menunjukkan
bahwa para pihak harus dapat membuktikan bahwa mereka telah memenuhi kewajiban
masing-masing, seperti bukti pembayaran dan bukti penyelesaian pekerjaan.

 Asas Kepercayaan

Asas ini mengandung arti bahwa setiap pihak harus dapat dipercaya dan tidak bertindak
curang dalam kontrak. Dalam kontrak pekerjaan konstruksi, asas ini menunjukkan bahwa
para pihak harus memiliki itikad baik dan tidak melakukan tindakan yang merugikan pihak
lain, seperti menyembunyikan informasi atau melakukan penipuan.

Dalam prakteknya, penggunaan asas-asas kontrak tersebut harus diimbangi dengan


pengaturan yang jelas dan tegas dalam kontrak pekerjaan konstruksi, sehingga dapat
meminimalisir adanya sengketa antara kedua belah pihak.

Jenis-jenis kontrak umumnya dibedakan berdasarkan berbagai faktor, seperti objek


kontrak, waktu pelaksanaan, dan cara pembayaran. Beberapa jenis kontrak yang sering
digunakan dalam pekerjaan konstruksi antara lain:

 Kontrak lump sum: kontrak di mana harga keseluruhan pekerjaan disepakati di awal,
tanpa memperhitungkan biaya tambahan yang mungkin timbul selama pelaksanaan
proyek.
 Kontrak unit harga: kontrak di mana harga satuan tiap unsur pekerjaan disepakati di
awal, dan harga keseluruhan dihitung berdasarkan jumlah satuan yang dikerjakan.
 Kontrak cost-plus: kontrak di mana kontraktor diberi penggantian atas biaya yang
dikeluarkan selama pelaksanaan proyek, ditambah dengan keuntungan yang
disepakati di awal.
 Kontrak desain dan konstruksi: kontrak di mana kontraktor bertanggung jawab tidak
hanya untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi juga untuk merancang dan
mengembangkan desain bangunan.

Unsur-unsur penting dalam kontrak pekerjaan konstruksi antara lain:

 Identitas kedua belah pihak yang membuat kontrak, yaitu pemilik proyek (owner) dan
kontraktor.
 Deskripsi pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor, termasuk spesifikasi
teknis, kualitas, dan ukuran yang diinginkan oleh pemilik proyek.
 Waktu pelaksanaan proyek, termasuk jadwal penyelesaian dan batas waktu
penyelesaian proyek.
 Harga dan pembayaran, termasuk besaran biaya dan cara pembayaran yang disepakati
oleh kedua belah pihak.

Persyaratan dan tanggung jawab masing-masing pihak, termasuk tanggung jawab atas
kesalahan, keterlambatan, dan kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan.
Kualitas kontrak pekerjaan konstruksi yang baik antara lain meliputi:

 Jelas dan lengkap: kontrak harus mengandung semua informasi penting yang
dibutuhkan oleh kedua belah pihak, termasuk deskripsi pekerjaan, jadwal
pelaksanaan, biaya, persyaratan kualitas, dan tanggung jawab masing-masing pihak.
 Tidak ambigu: kontrak harus ditulis dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami,
sehingga tidak menimbulkan kebingungan atau tafsiran ganda.
 Memenuhi persyaratan hukum: kontrak harus memenuhi persyaratan hukum yang
berlaku, seperti terkait perjanjian, perdata, dan perpajakan.
 Tidak merugikan salah satu pihak: kontrak harus mengatur hak dan kewajiban
masing-masing pihak dengan adil dan seimbang, sehingga tidak merugikan salah satu
pihak.
 Terukur: kontrak harus memiliki indikator yang jelas dan terukur, sehingga kinerja
kontraktor dapat dinilai dan dipantau selama pelaksanaan proyek.

Kualitas kontrak pekerjaan konstruksi tidak diatur secara khusus dalam UUD (Undang-
Undang Dasar) karena UUD hanya mengatur mengenai hal-hal pokok terkait sistem
pemerintahan, hak asasi manusia, kebebasan, dan kewajiban warga negara.

Namun, dalam prakteknya, kontrak pekerjaan konstruksi diatur dalam peraturan-peraturan


hukum yang berlaku, baik itu undang-undang, peraturan pemerintah, maupun peraturan
daerah, yang terkait dengan bidang konstruksi, perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.

Beberapa undang-undang yang terkait dengan kontrak pekerjaan konstruksi di


Indonesia antara lain:

 Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi merupakan undang-undang yang
mengatur mengenai jasa konstruksi di Indonesia. Undang-Undang ini diterbitkan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu jasa konstruksi di Indonesia agar sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman serta memperbaiki kinerja industri konstruksi.

Beberapa hal penting yang diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi antara lain:

 Definisi tentang jasa konstruksi, pengguna jasa konstruksi, dan penyedia jasa
konstruksi.
 Persyaratan izin usaha jasa konstruksi, tata cara pemberian, dan pembatalan izin usaha
jasa konstruksi.
 Kewajiban penyedia jasa konstruksi dalam memberikan jaminan kepada pengguna
jasa konstruksi terkait dengan kualitas pekerjaan konstruksi yang dihasilkan.
 Persyaratan kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh penyedia jasa
konstruksi, seperti memiliki tenaga ahli yang terampil dan terlatih di bidang
konstruksi.
 Penyusunan kontrak jasa konstruksi, termasuk jenis kontrak yang dapat digunakan,
persyaratan dalam kontrak, serta tata cara penyelesaian sengketa kontrak jasa
konstruksi.
 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang menjadi dasar pelaksanaan
jasa konstruksi.
 Pengawasan dan sertifikasi mutu dalam pelaksanaan jasa konstruksi.
 Penyelesaian sengketa di bidang jasa konstruksi.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi ini penting bagi para pelaku
industri konstruksi, baik penyedia jasa konstruksi maupun pengguna jasa konstruksi, karena
mengatur secara jelas dan rinci mengenai tata cara pelaksanaan jasa konstruksi, termasuk
kualitas dan mutu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya.

 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi merupakan undang-undang yang
mengatur mengenai jasa konstruksi di Indonesia. Undang-Undang ini diterbitkan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu jasa konstruksi di Indonesia agar sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman serta memperbaiki kinerja industri konstruksi.

Beberapa hal penting yang diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi antara lain:

 Definisi tentang jasa konstruksi, pengguna jasa konstruksi, dan penyedia jasa
konstruksi.

Undang-Undang ini memberikan definisi mengenai apa yang dimaksud dengan jasa
konstruksi, pengguna jasa konstruksi, dan penyedia jasa konstruksi. Definisi ini
berguna untuk memudahkan para pelaku industri konstruksi dalam memahami arti
dan ruang lingkup dari ketiga hal tersebut.

 Persyaratan izin usaha jasa konstruksi, tata cara pemberian, dan pembatalan izin usaha
jasa konstruksi.

Undang-Undang ini juga mengatur mengenai persyaratan untuk memperoleh izin


usaha jasa konstruksi, termasuk tata cara pemberian dan pembatalan izin tersebut. Hal
ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap penyedia jasa konstruksi yang
beroperasi di Indonesia memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi yang
ditentukan.

 Kewajiban penyedia jasa konstruksi dalam memberikan jaminan kepada pengguna


jasa konstruksi terkait dengan kualitas pekerjaan konstruksi yang dihasilkan.

Salah satu hal yang diatur dalam Undang-Undang ini adalah kewajiban penyedia jasa
konstruksi dalam memberikan jaminan kepada pengguna jasa konstruksi terkait
dengan kualitas pekerjaan konstruksi yang dihasilkan. Jaminan ini harus disertakan
dalam kontrak jasa konstruksi yang disepakati antara kedua belah pihak.

 Persyaratan kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh penyedia jasa
konstruksi, seperti memiliki tenaga ahli yang terampil dan terlatih di bidang
konstruksi.

Undang-Undang ini juga mengatur mengenai persyaratan kualifikasi dan kompetensi


yang harus dimiliki oleh penyedia jasa konstruksi, termasuk memiliki tenaga ahli
yang terampil dan terlatih di bidang konstruksi. Hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa penyedia jasa konstruksi yang beroperasi di Indonesia memiliki kemampuan
dan keahlian yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.

 Penyusunan kontrak jasa konstruksi, termasuk jenis kontrak yang dapat digunakan,
persyaratan dalam kontrak, serta tata cara penyelesaian sengketa kontrak jasa
konstruksi.

Undang-Undang ini juga mengatur mengenai penyusunan kontrak jasa konstruksi, termasuk
jenis kontrak yang dapat digunakan, persyaratan dalam kontrak

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung adalah undang-undang yang
mengatur tentang persyaratan teknis dan prosedur perijinan pembangunan gedung. Berikut
adalah penjelasan lebih detail mengenai Undang-Undang No. 28 Tahun 2002:

 Definisi Bangunan Gedung

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 mendefinisikan Bangunan Gedung sebagai suatu


bangunan yang terdiri atas satu atau beberapa lantai dan dirancang untuk ditempati
atau digunakan secara tetap untuk keperluan manusia.
 Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 menetapkan persyaratan teknis yang harus


dipenuhi dalam pembangunan gedung, antara lain:

 Kondisi tanah dan pondasi yang aman dan kuat.


 Struktur bangunan yang tahan gempa dan beban angin.
 Keamanan dan kesehatan bangunan, termasuk keamanan dari kebakaran dan bencana
alam.
 Ketersediaan fasilitas dan prasarana yang memadai.

 Proses Perijinan Pembangunan Gedung

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 juga mengatur prosedur perijinan pembangunan gedung,
mulai dari perencanaan, perizinan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan bangunan gedung. Pada
umumnya, prosedur perijinan dibagi menjadi tahap-tahap berikut:

 Perencanaan dan desain bangunan gedung.


 Pengajuan izin mendirikan bangunan (IMB) ke pemerintah setempat.
 Pembangunan dan pelaksanaan konstruksi gedung.
 Verifikasi dan pemeriksaan bangunan oleh pemerintah setempat.
 Pemeliharaan dan pengawasan bangunan gedung.

Dalam menjalankan proses perijinan, Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 juga


memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja di lapangan, serta
perlindungan terhadap lingkungan sekitar.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keselamatan
bangunan gedung di Indonesia, serta menjamin bahwa pembangunan gedung dilakukan
secara tertib, aman, dan terkontrol.

 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Cipta

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi adalah undang-undang yang
mengatur tentang penyediaan jasa konstruksi. Beberapa hal yang diatur dalam undang-
undang ini antara lain:

Definisi Jasa Konstruksi: Menurut Pasal 1 ayat 1, jasa konstruksi adalah kegiatan jasa yang
meliputi perencanaan, perancangan, pengawasan, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan
konstruksi.
Klasifikasi Jasa Konstruksi: Menurut Pasal 3, jasa konstruksi dikelompokkan menjadi 5
klasifikasi yaitu kelas I, II, III, IV dan kelas khusus.

Izin Usaha Jasa Konstruksi: Menurut Pasal 4, setiap badan usaha penyedia jasa konstruksi
harus memiliki izin usaha jasa konstruksi.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa Konstruksi: Menurut Pasal 5, penyedia jasa
konstruksi harus memenuhi kewajiban dan tanggung jawab dalam penyediaan jasa
konstruksi.

Pengawasan dan Penegakan Hukum: Undang-undang ini juga mengatur tentang pengawasan
dan penegakan hukum dalam penyediaan jasa konstruksi.

Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi kemudian dicabut oleh Undang-
Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Cipta adalah undang-undang yang
mengatur tentang perlindungan hak cipta dan hak terkait di Indonesia. Beberapa hal yang
diatur dalam undang-undang ini antara lain:

Definisi Hak Cipta: Menurut Pasal 1 ayat 1, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya.

Objek Hak Cipta: Menurut Pasal 2, objek hak cipta mencakup karya ilmiah, seni, dan sastra,
termasuk di antaranya buku, musik, film, dan software.

Pendaftaran Hak Cipta: Meskipun undang-undang tidak menuntut pendaftaran hak cipta,
pendaftaran hak cipta sangat disarankan karena memberikan kepastian hukum bagi pemilik
hak cipta.

Perlindungan Hak Cipta: Menurut Pasal 14, hak cipta dilindungi selama pencipta masih hidup
dan 50 tahun setelah pencipta wafat.

Penggunaan Hak Cipta: Undang-undang ini mengatur tentang penggunaan hak cipta,
termasuk penggunaan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan kritik sastra atau seni.

Sanksi Pelanggaran: Undang-undang ini juga mengatur sanksi bagi pelanggar hak cipta, yang
dapat berupa sanksi pidana dan/atau sanksi perdata.

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Cipta telah mengalami beberapa perubahan
dan penyempurnaan, terakhir diubah oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.

Peraturan pemerintah dan peraturan daerah juga turut mengatur terkait kontrak pekerjaan
konstruksi, seperti Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengenai Pelaksanaan
Konstruksi.

Dalam praktiknya, para pihak yang akan membuat kontrak pekerjaan konstruksi perlu
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam undang-undang dan peraturan-
peraturan tersebut agar kontrak yang disepakati dapat memenuhi standar kualitas dan dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan harapan.

Kasus-kasus yang terkait

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


adalah peraturan yang mengatur tentang proses pengadaan barang/jasa oleh pemerintah.
Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018:

 Ruang Lingkup: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 mengatur tentang


pengadaan barang/jasa oleh instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, serta
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
 Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang/Jasa: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018
menetapkan prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah, antara lain: transparansi, akuntabilitas, keterbukaan, keadilan, kepastian
hukum, efektivitas, efisiensi, dan kesederhanaan.
 Jenis-Jenis Pengadaan Barang/Jasa: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018
membagi pengadaan barang/jasa menjadi beberapa jenis, antara lain: pengadaan
langsung, lelang umum, lelang terbatas, lelang sederhana, lelang elektronik, dan
pengadaan barang/jasa melalui sistem kerja sama.
 Tahapan Pengadaan Barang/Jasa: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 juga
menetapkan tahapan-tahapan pengadaan barang/jasa yang harus dilakukan oleh
pemerintah, mulai dari persiapan pengadaan, pengumuman pengadaan, pendaftaran
peserta, evaluasi penawaran, hingga pengumuman pemenang dan penandatanganan
kontrak.
 Penyedia Barang/Jasa: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 menetapkan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh penyedia barang/jasa yang ingin mengikuti
pengadaan oleh pemerintah, termasuk syarat keuangan, syarat teknis, dan syarat
kualifikasi.
 Kontrak: Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 menetapkan ketentuan-ketentuan
yang harus ada dalam kontrak antara pihak pemerintah dan penyedia barang/jasa,
antara lain: deskripsi pekerjaan, harga, jaminan, jangka waktu, dan sanksi.

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 bertujuan untuk meningkatkan efektivitas,


efisiensi, dan transparansi dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah.
Putusan Mahkamah Agung RI No. 124/K/Pdt/2020 adalah sebuah putusan pengadilan
terkait sengketa kontrak pekerjaan konstruksi antara PT X sebagai penggugat dengan PT Y
sebagai tergugat.

Dalam putusan ini, Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi yang memenangkan PT Y sebagai tergugat. Sengketa ini berawal dari
perbedaan interpretasi mengenai pelaksanaan perjanjian kontrak pekerjaan konstruksi antara
kedua belah pihak.

Mahkamah Agung menekankan pentingnya adanya kesepakatan yang jelas antara kedua
belah pihak dalam kontrak pekerjaan konstruksi, termasuk di dalamnya spesifikasi teknis,
jangka waktu, biaya, dan kualitas pekerjaan. Selain itu, Mahkamah Agung juga menegaskan
pentingnya pengawasan yang dilakukan oleh kedua belah pihak selama pelaksanaan kontrak
pekerjaan konstruksi.

Putusan Mahkamah Agung No. 124/K/Pdt/2020 dapat dijadikan acuan bagi perusahaan-
perusahaan yang akan melakukan kontrak pekerjaan konstruksi untuk memperhatikan
ketentuan-ketentuan penting dalam kontrak dan melakukan pengawasan yang ketat selama
pelaksanaan kontrak.

Putusan Mahkamah Agung RI No. 124/K/Pdt/2020 adalah putusan kasasi dari


Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi atas sengketa kontrak pekerjaan konstruksi antara
PT. X sebagai penggugat dengan PT. Y sebagai tergugat. Sengketa ini berkaitan dengan
pembayaran pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh PT. X pada PT. Y yang tidak dibayar
sepenuhnya.

Dalam putusan ini, Mahkamah Agung memutuskan bahwa PT. Y tidak dapat menolak
pembayaran sebagian dari pekerjaan konstruksi yang telah dilakukan oleh PT. X berdasarkan
alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak termasuk dalam perjanjian kontrak. Mahkamah Agung
menegaskan bahwa apabila suatu pekerjaan dilakukan dalam rangka kontrak, maka pekerjaan
tersebut harus dibayar sesuai dengan nilai kontrak, kecuali jika terdapat perubahan perjanjian
atau adendum yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Selain itu, Mahkamah Agung juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang melakukan kontrak
harus memahami dengan jelas isi kontrak tersebut dan menjalankan semua ketentuan yang
ada di dalamnya. Jika terdapat ketidakjelasan dalam kontrak, maka pihak-pihak harus
melakukan klarifikasi terlebih dahulu agar tidak terjadi sengketa di kemudian hari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kualitas kontrak pekerjaan konstruksi
yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, seperti jelas dan lengkap, tidak ambigu,
memenuhi persyaratan hukum, tidak merugikan salah satu pihak, dan terukur. Dengan
memperhatikan kualitas kontrak yang baik, diharapkan dapat meminimalkan risiko dan
konflik antara kedua belah pihak serta meningkatkan kinerja proyek konstruksi.

Namun, masih terdapat beberapa tantangan dalam mencapai kualitas kontrak yang baik,
seperti perbedaan interpretasi antara kedua belah pihak terhadap isi kontrak, sulitnya
mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap, serta masalah hukum yang terkait dengan
kontrak konstruksi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih maksimal dalam penyusunan kontrak pekerjaan
konstruksi yang lebih baik dan terukur, dengan memperhatikan segala aspek yang terkait dan
mengakomodasi kepentingan semua pihak yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA

Yubaidi,Ahmad, 2023. Hukum kontrak dan perancangan kontrak, CV.Dawuh


Guru,yogyakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ibrahim,jhonny.2007.Teori dan metode penelitian hukum normatif.Bayumedia


publishing;malang

Miru,ahmadi.2007.hukum kontrak perancangan kontrak.PT Raja grafindo persada:jakarta

Suyatno, S., & Susilo, W. 2019. Hukum Kontrak Konstruksi. Genta Publishing.

Purwadi, B. 2015. Kontrak Konstruksi dan Praktiknya. CV. Citra Legalis.

Adisusilo, D., & Arifin, S. (2020). Kontrak Konstruksi, Aspek Hukum dan Praktik. Bumi
Aksara.

Susantono, B. 2016 Hukum Kontrak Konstruksi dalam Perspektif Praktis. Penerbit Andi.

Adisusilo, D., & Arifin, S. 2020. Kontrak Konstruksi, Aspek Hukum dan Praktik. Bumi
Aksara.

Peraturan perundangan-undangan

Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Putusan Mahkamah Agung RI No. 124/K/Pdt/2020 tentang sengketa kontrak pekerjaan


konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai