Anda di halaman 1dari 28

PELAKSANAAN KONTRAK KONTRUKSI KERJA AIR BERSIH

ANTARA PENYEDIA JASA DAN PENGGUNA JASA DI DESA


OELBITENO KEC.FATULEU TENGAH.KAB.KUPANG.

Oleh:
FONI ARDILA MNUNE
NIM: 1802010055
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NUSA CENDANA
No.Telepon:
E-mail:

Pembimbing I:
Sukardan Aloysius.,SH.M.Hum
UNIVERSITAS NUSA
CENDANA
Jalan Adisucipto penfui-kupang
E-mail:

Pembimbing II:
Darius Mauritsius, SH.,M.Hum
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
ABSTRAK
PELAKSANAAN KONTRAK KONTRUKSI KERJA AIR BERSIH ANTARA PENYEDIA JASA DAN
PENGGUNA JASA DI DESA OELBITENO KECAMATAN FATULEU TENGAH KABUPATEN
KUPANG (oleh: Foni Ardila Mnune, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Nusa
cendana bersama Sukardan Aloysius, SH,.M,Hum. selaku pembimbing I Dan Darius
Mauritsius,SH.M.Hum. Selaku Dosen pembimbing II)

Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi tentang bagaimana pelaksanaan proyek


air bersih antara penyedia jasa dan pengguna jasa. Serta faktor-faktor penghambat pelaksanaan
proyek Penelitian ini dilakukan di desa Oelbiteno kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten
Kupang. jenis penelitian adalah penelitian yuridis empiris sedangkan tipe penelitian adalah
kualitatif .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan perjanjian kontrak kerja proyek air
bersih antara pengguna jasa dan penyedia jasa, terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yakni CV. Galilea berupa tidak terlaksananya perjanjian sesuai dengan kontrak
yang ditandatangani, dan CV. Galilea diberikan sanksi berupa pembayaran denda sebesar
1/1000 dari nilai yang belum terbayarkan dan penambahan waktu kerja selama 50 hari Kerja.

Terkait faktor penghambat dalam pelaksanaan proyek pembangunan air bersih di Desa
Oelboteno Kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang adalah faktor cuaca dan kondisi alam
sekitar sehingga ini bisa dikatakan sebagai force majeure atau keadaan terpaksa selain dari itu
bisa dikatakann sebagai keadaan memaksa yang bersifat relative.

Kata Kunci : Perjanjian, Kerja Kontruksi,kontrak kerja.

Abstract

Implemtation of cleam water work construction contracts between service providers


and service users in Oelbiteno Village, Fatuleu Tengah sub-district,Kupang regency.supervised
By: Sukardan Aloysius,SH.M.Hum. as supervisor I and Darius Mauritsius,SH.m.Hum. as
Supervised II.

This research was conducted investigate how clean water projects ar implemented
between service providers and service users. As well as the inbejbiting factor s for
implementing the project. This research was conducted in the village of Oelbiteno, Fatuleu
Tengah sub-district,kupang Regency.the tipe of research is empirikan juridical research white
the type of research is qualitative.
The results showed that the implementation the clean water project work contract
agreement between the service user and the service provider.a default was made by the service
provider, namely CV,Galilea in the form of non-performance og agreement in accordance with
the signed contract. and CV Galilea was given a sanction in the form off paying a fine of 1/1000
of the unpaid amount and an additional 50 days of working time.

Regarding the inhibiting factors in the implementation of the clean water development
project in Oelbiteno village, Fatuleu Tengah district, Kupang Regency, the weather and
surrounding natural conditions can be a force majeure or a forced situation other than can be
said to be a relative force majeure.

Keywords : agreement,contruction work, employment contract.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berusaha melakukan


pemerataan pembangunan di seluruh wilayahnya. Hasil-hasil dari pembangunan
tersebut harus dapat dinikmati rakyat secara adil dan merata sebagai peningkatan
kesejahteraan. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan dalam arti
sesungguhnya yaitu pembangunan fisik bangunan, seperti pembangunan jalan,
jembatan, irigasi, gedung, perumahan, serta segala sarana dan prasarana berserta
infrastrukturnya. Pembangunan tersebut tidak bisa dipisahkan dari penyelenggaraan
jasa konstruksi.(Pranoto. 2015)

Perkembangan pembangunan infrastruktur yang semakin meningkat melahirkan


pesatnya perkembangan perusahaan jasa yang bergerak dibidang konstruksi
(Kurniawan2018). Dalam arti teknis, istilah konstruksi dipakai untuk menjelaskan
suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan
lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana
kegiatan lainnya. Hasil kegiatan tersebut antara lain bangunan gedung, jalan, jembatan,
rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi,
landasan pesawat terbang, dermaga, bangunan pembangkit listrik, transmisi, distribusi
dan bangunan jaringan komunikasi.(lature 2018).
Dalam pengelolaan keuangan negara/daerah salah satunya digunakan untuk
proyek jasa konstruksi. proyek jasa konstruksi di Indonesia baik di tingkat provinsi,
kabupaten dan kota, terdiri dari proyek swasta dan proyek pemerintah. Proyek swasta
dapat dilaksanakan dengan cara pelelangan atau penunjukan langsung yang dananya
dibiayai oleh swasta. Sedangkan pada proyek pemerintah dapat dilaksanakan dengan
cara pelelangan atau penunjukan langsung, dengan pembiayaan berasal dari Anggaran
Pendapatan

Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Dalam
pelaksanaan proyek jasa konstruksi yang diselenggarakan oleh pemerintah
menggunakan biaya APBN/APBD diperlukan aturan hukum sebagai dasar atau sarana
pengatur agar pelaksanaan proyek jasa konstruksi tersebut dapat berjalan dengan baik
dan hasilnya bermanfaat bagi masyarakat.

Kontrak kerja konstruksi yang dilakukan oleh pihak pengguna jasa dan pihak
penyedia jasa bisa dikatakan sah karena adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
Kesepakatan adalah pernyataan yang dikatakan antara para pihak. Kesepakatan yang
dibuat dalam kontrak kerja konstruksi akan menimbulkan akibat hukum, akibat
hukumnya adalah timbulnya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Apabila didalam
suatu pelaksanaan kontrak kerja konstruksi ada hak dan kewajiban yang tidak bisa
terpenuhi oleh salah satu pihak, maka bisa dikatakan salah satu pihak tersebut telah
melakukan wanprestasi dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan yang
telah diperbuatnya.(salim 2019)

Dalam ketentuan Undang-Undang No. 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


terdapat juga akibat hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa atas
perjanjian/kontrak yang telah disepakati, yang dimana pihak penyedia jasa mempunyai
kewajiban untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan
perjanjian yang dibuat dengan pihak pengguna jasa, sedangkan pihak pengguna jasa
berhak atas suatu pekerjaan konstruksi yang telah dikerjakan oleh pihak penyedia jasa.
Kontrak kerja konstruksi harus dibuat secara tertulis, karena selain ditujukan untuk
pembuktian, kontrak kerja konstruksi juga mengandung resiko yang menyangkut
keselamatan umum dan tertib bangunan. Kontrak kerja konstruksi termasuk perjanjian
untuk melakukan pekerjaan sebagaimana ketentuan Pasal 1601 KUHPerdata.
( Slamet ,2016)
Maka dari itu kontrak kerja konstruksi merupakan dokumen yang penting dalam
proyek, yang dimana segala hal terkait hak dan kewajiban serta alokasi resiko diatur
dalam kontrak. Sehingga kontrak/perjanjian dalam suatu kegiatan jasa konstruksi
menjadi dasar dilaksanakannya kegiatan konstruksi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan juga pengawasan konstruksi.

Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung
tercapainya pembangunan nasional. Posisi strategis tersebut dapat dilihat dari adanya
keterkaitan dengan sektor lain. Jasa konstruksi sesungguhnya merupakan bagian
penting dari terbentuknya produk konstruksi, karena jasa konstruksi menjadi arena
pertemuan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Pada wilayah penyedia jasa juga
bertemu sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan sektor konstruksi
seperti pelaku usaha, pekerjanya dan rantai pasok yang menentukan keberhasilan dari
proses Penyediaan jasa konstruksi yang menggerakkan pertumbuhan sosial ekonomi.
Pengguna jasa konstruksi bisa berasal dari pihak pemerintah dengan menggunakan
anggaran APBN atau APBD, perusahaan swasta, BUMN, BUMD, dan lain-lain.
(pranoto,2018)

Dalam hal perjanjian kerja konstruksi yang dilakukan oleh BUMDES selaku
pengguna jasa dengan CV GALILEA selaku penyedia jasa dalam Pembangunan proyek
air bersih harus melalui Prosedur yang telah ditentukan, dari sebelum pelaksanaan
Kontrak, hingga berakhirnya Kontrak.

Pemerintah dalam memenuhi kebutuhannya akan barang/jasa baik dalam


rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat maupun untuk kepentingan pemerintah
sendiri pada dasarnya dapat dilakukan dengan sendiri maupun melibatkan pihak
swasta melalui mekanisme pengadaan barang/jasa pemerintah. Pengadaan barang/jasa
pemerintah berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 155, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5334) (untuk
selanjutnya disebut Perpres Pengadaan Barang/Jasa) adalah kegiatan untuk
memperoleh barang/jasa oleh kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah/institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

Menurut pasal 1 angka 22 Perpres Pengadaan Barang/Jasa, kontrak pengadaan


barang/jasa adalah kontrak tertulis antara Pejabat Pembuat Komitmen (untuk
selanjutnya disebut PPK) dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
Kontrak yang pada dasarnya termasuk dalam ruang lingkup hukum

Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam/cekungan yang dapat


menampung air limpasan ataupun air dari sumber lainnya. Air yang ditampung dapat
berasal dari limpasan sungai, mata air, air hujan maupun limpasan saluran pembuang
irigasi. Embung idapat menampung kelebihan air saat musim hujan untuk kemudian
dapat digunakan ketika musim kemarau. Bangunan embung memiliki banyak manfaat
antara lain adalah untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan air irigasi
dan juga kebutuhan air bagi hewan ternak dan perikanan darat.

Adanya bangunan-bangunan seperti embung diharapkan dapat memenuhi kebutuhan


air irigasi terutama saat musim kemarau sehingga dapat meningkatkan produksi
pertanian. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air baku pertanian tersebut maka
dikeluarkanlah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Percepatan Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa.

Sehingga embung merupakan bangunan yang berfungsi menampung kelebihan air yang
terjadi pada musim hujan untuk persediaan air di suatu Desa di musim kering. Selama
musim kering air akan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk. Di musim hujan Embung tidak beroperasi karena air di luar Embung
tersedia cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Oleh karena itu pada
setiap akhir musim hujan sangat diharapkan kolam Embung dapat terisi penuh air
sesuai rencana. Manfaat dari pembangunan proyek air bersih ini antara lain, untuk
mengairi tanaman palawija dan tanaman lain seperti jagung, kacang hijau, kacang tanah,
kacang tunggak, ubi jalar, dan bawang merah.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pelaksanaan proyek air bersih yang berlokasi Di Desa Oelbiteno , kecamatan Fatuleu
Tengah,untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan
Embung yang memiliki manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Berdasarkan uraian
di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pelaksanaan
Kontrak Kerja Konstruksi Proyek Air Bersih Antara Penyedia Jasa dan Pengguna
Jasa” (Studi Kasus Desa Oelbiteno, Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten
kupang).

2. Metode Penelitian

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini dengan menggunakan tipe yuridis empiris yaitu penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum dilapangkan (law in
action). .

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah yuridis empiris dengan menggunakan sifat


penelitian sifat penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang terperinci mengenai, keadaan atau gejala-gejala sosial, agar dapat
dipergunakan untuk memperkuat hipotesa atau teori-teori penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data .

a) Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
masyarakat, atau berasal dari hasil wawancara dan observasi, maupun
laporan-laporan dalam bentuk dokumen yang tidak resmi dan diolah oleh
peneliti.
b) Data sekunder adalah data yang mendukung dari data primer berupa perundang-
undangan, buku-buku, dan literature pustaka lainnya. Data sekunder berupa:
1. Undang- undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi.
3. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
4. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
6. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
7. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
C. Aspek penelitian
a. pelaksanaan kontrak kerja proyek air bersih antara penyedia jasa dan
pengguna jasa di Desa Oelbiteno kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten
Kupang
b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek kontrak kerja kontruksi
proyek air bersih antara penyedia jasa dan pengguna jasa di Desa Oelbiteno,
Kecamatan Fatuleu Tengah.Kab.Kupang.
D. Populasi, sampel dan Responden
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu pejabat CV GALILEA (1 orang), Pengurus
Dana Desa (3 orang), dan tokoh masyarakat sebanyak (4 orang). Total
populasi dalam peneliti ini adalah (8 orang)
b. Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi sampel oleh
karena jumlah anggota populasi terbatas maka semuanya ditetapkan sebagai
anggota sampel teknik sampel yang di gunakan adalah teknik sampel jenuh
c. Responden adalah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti untuk tujuan penelitian. Adapun yang menjadi Responden dalam
penelitian ini adalah:
1. Pejabat CV GALILEA : 1 orang
2. Pejabat pembuat komitmen : 1 orang
3. Kepala Desa : 1 orang
3. Tokoh Masyarakat. : 5 Orang
Jumlah : 8 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi Lapangan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan melakukan wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
mengenai data yang dibutuhkan secara langsung yang dapat mendukung atau
menunjang penelitian penulis. Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak
terkait, dalam hal ini masyarakat, penyedia jasa, dan pengguna jasa yakni pihak
pengelola proyek air bersih.

b.Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan penulis gunakan dengan cara melakukan pengamatan


dan pencatatan bahan atau data yang diperoleh melalui berbagai literatur
karangan para ahli yang berbentuk pengetahuan ilmiah, ataupun pengertian
baru tentang fakta yang diketahui maupun pengertian suatu gagasan (ide) baik
dalam bentuk buku, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, desertasi dan hal-hal
lain yang tentunya berhubungan dengan permasalahan yang diangkat penulis.

F. Metode pengelolaan Data


1) Pemeriksaan Data ( Editing) yaitu yang mencetak atau memeriksa
kelengkapan- kelengkapan data yang di peroleh agar di pertanggung
jawabkan.
2) Penandaan Data ( Coding) Yaitu memberikan catatan atau tanda yang
menyampaikan jenis sumber data, pemegang hak cipta atau urutan
rumusan masalah.
3) Tabulasi Data Yaitu memindahkan data kedalam tabel sederhana untuk
Memudahkan kegiatan analisis data.
G. Analisis Data

Untuk menghasilkan kesimpulan yang benar-benar akurat, terpercaya, dan


kebenaran ilmiah yang sesuai judul penelitian penulis, maka bahan yang penulis
dapatkan melalui wawancara, maupun studi kepustakaan kemudian diolah dan
dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif. Metode
deduktif yang dimaksud adalah bentuk analisis dengan bertitik tolak dari hal-hal
yang bersifat umum, kemudian disimpulkan ke dalam hal yang bersifat khusus.
Metode ini digunakan untuk menyimpulkan hal yang penjabarannya sangat
umum ke hal yang khusus.
3. Hasil penelitian dan pembahasan

A. Gambaran umum lokasi penelitian


Desa Oelbiteno Merupakan salah satu Desa Di kecamatan Fatuleu Tengah
Kabupaten kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Desa Oelbiteno memiliki luas wilayah seluas 53,7 Km² dengan ketinggian Rata-
rata adalah 20m dari permukaan laut. Jarak Desa Oelbiteno ke ibu kota
kecamatan adalah 1m sedangkan jarak ke ibu kota kecamatan adalah 25 Km.
Selain itu Desa Oelbiteno memiliki wilayah administratif yang terdiri dari 9
rukun tetangga (RT ) dan 3 rukun Warga (RW). Dimana 9 Rt. dan 3 Rw
terdistribusi oleh 3 Dusun ketiga Dusun tersebut adalah sebagai berikut: Dusun
1 Oelbiteno, Dusun 2 kofi dan Dusun 3 Oelhue . Adapun batas wilayah Desa
Oelbiteno sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Nuataus kecamatan
Fatuleu Barat;
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Nunsaen kecamatan
Fatuleu Tengah;
3. Sebelah barat berbatasan Desa Bipolo Kecamatan Sulamu
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Nunsaen dan passi
kecamatan Fatuleu Tengah.

B. Pelaksanaan kontrak kerja proyek air bersih antara penyedia jasa dan pengguna
jasa di Desa Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah, Kabupaten Kupang

Dalam melaksanakan perjajian kerja kontruksi yang dilakukan oleh Bumdes


selaku pengguna jasa dan CV Galilea sebagai Penyedia jasa dalam Pembangun embung
untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat desa Oelbiteno, harus melalui prosedur
yang telah ditentukan darisebelum pelaksanaan kontrak, sesudah dan berakhirnya
pelaksaan kontrak.

Pengerjaan konstruksi pembangunan Embung oleh CV. Galilea , dalam hal ini didasari
dengan suatu perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, baik oleh Bapak
Melkiur Lasena selaku direksi CV. Galilea dengan Ibu Tersia Banunut bertindak untuk
dan atas nama pejabat pembuat Komitmen pembangunan embung di desa Oelbiteno.
Adapun Tahap Pelaksanaan Kontrak Dalam aturan turunan Peraturan Presiden nomor
16 Tahun 2018 yaitu Peraturan Lembaga nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa melalui Penyedia.

Penetapan SPPBJ, Penandatanganan Kontrak, Penyerahan Lokasi Kerja, Surat Perintah


Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP), Pemberian Uang Muka,
Penyusunan Program Mutu, Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak, Mobilisasi,
Pemeriksaan Bersama, Pengendalian Kontrak Inspeksi, Pabrikasi Pembayaran Prestasi
Pekerjaan, Perubahan Kontrak, Penyesuaian Harga Keadaan Kahar, Penghentian
Kontrak atau Berakhirnya Kontrak, Pemutusan Kontrak, Pemberian Kesempatan, Denda
dan Ganti Rugi.

Adapun Proses terjadinya kontrak kontruksi kerja antara Bumdes dan CV. Galilea
adalah sebagai berikut :

1. Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


Pejabat Penandatanganan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJmelakukan reviu atas
laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk
memastikan: a. Bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan. b. Bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki
kemampuan untuk melaksanakan Kontrak.
Berdasarkan hasil reviu pejabat Penandatanganan Kontrak memutuskan untuk
menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia tersebut.

Sehingga dalam kontruksi pembangunan embung ini kedua belah pihak sepakat Untuk
menggunakan Metode pemilihan penyedia barang/ jasa di lakukan melalui proses
(LPSE) Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang diadakan langsung dan
serentak.Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi
informasi untuk Pengadaan barang/jasa secara elektronik akan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas, meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang
sehat, memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan, mendukung proses monitoring
dan audit dan memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time guna
mewujudkan clean and good Government dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

Dasar hukum pembentukan Layanan Pengadaan barang/jasa Secara Elektronik adalah


Pasal 73 Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang
ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Lembaga LKPP Nomor 14 Tahun
2018 tentang Layanan pengadaan Secara Elektronik. Layanan Pengadaan Secara
Elektronik dalam menyelenggarakansistempelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara
elektronik juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik .

Sedangkan LPSE atau Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah penyelenggara


sistem elektronik pengadaan barang/jasa pemerintah. Hasil dari proses LPSE
menetapkan Cv. Galilea sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam Pembangunan air bersih
berupa Embung di desa Oelbiteno,kecamatan Fatuleu Tengah Kabupaten Kupang.

2. Isi kontrak

Sebuah kontrak tentunya mempunyai aturan atau pedoman yang harus dilaksanakan,
agar dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara jelas dan nyata sesuai apa yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak. Demikian juga halnya dengan perjanjian
kontrak antara Desa dengan CV. Galilea, dalam pelaksanaan pekerjaan jasa
Pembangunan air bersih berupa embung di Desa Oelbiteno kecamatan Fatuleu tengah
kabupaten kupang.

Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala desa oelbiteno yang mengatakan bahwa lingkup
pekerjaan yang harus dilakukan oleh CV. Galilea dalam pembangunan embung di desa
Oelbiteno sesuai dengan yang tertuang dalam perjanjian adalah sebagai berikut:

a. Perjanjian pekerjaan ini mengikat kedua belah pihak, dilakukan oleh Kontrak.
Harga Satuan, yaitu penyelesaian seluruh pekerjaan ini dilakukan dalam batas
waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan, dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume
pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara.

b. Jumlah volume dan nilai kontrak yang sebenarnya, dihitung berdasarkan


pelaksanaan di lapangan (volume terpasang), dan dengan ketentuan bahwa
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan/terpasang oleh pihak kedua
(kontraktor).
Sehubungan dengan ketentuan yang harus dilakukan oleh pihak kedua
(kontraktor/CV. Galilea ). maka dalam melakukan pekerjaan senantiasa dilakukan
pengawasan oleh Pengawas Lapangan dan Pengawas Konsultan, sebagaimana yang
dijelaskan dalam Pasal 2 Surat Perjanjian/Kontrak yang telah disepakati. Adapun
pengawas lapangan yang melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh pihak kedua (CV. Galilea), ditetapkan dengan Surat Keputusan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

Hal ini juga dijelaskan oleh Tim pelaksanaan kegiatan selaku Pengguna jasa yang
mengatakan bahwa petugas pengawas lapangan ditetapkan dengan Surat Keputusan
Pengguna Anggaran, agar lebih jelas dan memberikan kekuatan dalam melakukan
tugasnya di lapangan.

Jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari nilai
penawaran, dan harus diserahkan dalam bentuk surat jaminan pelaksanaan dari Bank
Pemerintah atau Bank Umum oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama sebelum
penandatanganan surat perjanjian. Jaminan pelaksanaan pekerjaan tersebut harus
mempunyai masa berlaku 90 (sembilan puluh) hari melebihi masa pemeliharaan
pekerjaan, dan akan dikembalikan kepada pihak kedua pada 90 (sembilan puluh) hari
setelah masa pemeliharaan pekerjaan selesai dilaksanakan, diterima baik oleh pihak
pertama yang dinyatakan dengan suatu Berita Acara Serah Terima pekerjaan secara
keseluruhan. Jaminan ini bertujuan agar pihak kedua benar-benar serius untuk
melaksanakan pekerjaan sebagaimana yang diperjanjikan. Oleh karena itu jaminan ini
bentuk dari pertanggungjawaban dari pihak kedua terhadap pekerjaan yang sudah
diterimanya.

Apabila selambat-lambatnya 14 (Empat belas ) hari kerja setelah diterbitkan Surat


Penunjukan Penyedia Jasa, ternyata pihak kedua belum menyerahkan jaminan
pelaksanaan, maka pihak kedua tersebut dianggap mengundurkan diri dan dikenakan
sanksi sesuai ketentuan yang berlaku, artinya pihak pertama dapat membatalkan
perjanjian tersebut.

Dalam surat jaminan pelaksanaan pekerjaan tersebut harus ada ketentuan bahwa
jaminan pelaksanaan pekerjaan menjadi milik negara yang dapat dicairkan oleh pihak
pertama tanpa persetujuan pihak kedua, bilamana terjadi pemutusan perjanjian
pekerjaan dengan memperhitungkan prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
pihak kedua.Pada prinsipnya isi kontrak tersebut berisi kesepakatan antara Bumdes
dengan CV. Galilea dalam pengerjaan Penyediaan air bersih berupa embung bagi
Masyarakat desa Oelbiteno. Di Jln. poros tengah kecamatan Fatuleu tengah.

Apabila pihak kedua mengundurkan diri setelah menandatangani surat perjanjian


kontrak, maka jaminan pelaksanaan menjadi milik daerah, yang disetorkan ke kas
daerah, dan apabila pihak kedua melanggar ketentuan ini, maka pihak pertama dapat
membatalkan pihak kedua sebagai pemenang lelang.

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pihak kedua pemenang lelang harus
mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah diterimanya. Konsekuensi dari
pengunduran diri tersebut tentu ada, kemungkinan nama dari perusahaan tersebut
sudah mendapat catatan bagi panitia lelang, untuk pelelangan yang akan datang
perusahaan tersebut tidak boleh ikut.

Di sini terlihat bahwa perusahaan pemenang lelang harus ada bukti jaminan agar
perusahaan yang bersangkutan memang benar-benar melaksanakan pekerjaan yang
telah diterimanya pada waktu menang tender. Bangunan proyek pemerintah tidak sama
dengan menerima proyek dari individu atau perseorangan, proyek pemerintah
dilakukan pelelangan secara resmi dan dengan mekanisme yang ditentukan oleh
undang-undang. Jadi pihak kedua tidak bisa memutuskan begitu saja, karena sudah
melalui mekanisme administrasi yang cukup panjang, sehingga memang harus
dipertanggungjawabkan, karena sudah melibatkan banyak orang dan sudah dilaporkan
kepada pimpinan.

3. Pengadaan Barang dan Jasa.

Peraturan mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah Peraturan


Presiden Nomor 16 Tahun 2018 sebagai pengganti Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menurut Pasal 1 ayat (2)
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 menyebutkan bahwa pengadaan
barang/jasa pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai pengadaan barang/jasa
adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh kementerian /lembaga/ perangkat daerah
yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai
dengan serah terima hasil pekerjaan.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu tawaran untuk
mengajukan harga dan memborong pekerjaan atas penyediaan barang/jasa. Setelah
adanya pengertian tentang pengadaan barang/jasa, barulah diketahui ada beberapa
pihak yang memiliki kepentingan didalam-Nya, baik pihak pertama yaitu instansi
pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan swasta yang
melakukan atau mengadakan penawaran barang atau jasa. Sedangkan pihak kedua
adalah personal atau perusahaan yang menawarkan diri untuk bisa memenuh
permintaan pengadaan barang/jasa yang dilakukan penawaran sebelumnya. Biasanya
Pengadaan barang atau jasa identik dengan adanya berbagai fasilitas baru seperti
bangunan, jalan, rumah sakit, gedung perkantoran, sekolah yang guna untuk memenuhi
kebutuhan suatu instansi pemerintah terhadap barang atau jasa. Adapun jenis-jenis
pengadaan barang atau jasa antara lain :

1. Pengadaan Barang

Yang dimaksud dengan pengadaan barang disini adalah pengadaansetiap benda baik
berwujud ataupun tidak berwujud, benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang
dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau barang yang dapat dimanfaatkan
oleh si pengguna barang.

2. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

Pengadaaan jasa konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan


pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan atau pembuatan serta pembangunan
wujud fisik lainnya.

3. Pengadaan jasa-jasa lainnya

Pengadaan jasa-jasa lainnya bisa disebut sebagai jasa yang. Membutuhkan


kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan dalam suatu sistem tata kelola
yang dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dan pengadaan barang.
Metode pemilihan pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah metode yang
dilakukan atau digunakan oleh pemerintah untuk pemilihan penyedia jasa atau barang
di Indonesia. Metode pemilihan ini berdasarkan Pasal 41Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 menyatakan bahwa penyedia barang atau pekerjaan kontruksi terdiri
atas :

a. E-purchasing
b. Pengadaan Langsung
c. Penunjukan Langsung
d. Tender Cepat
e. Tender

Terbentuknya kontrak antara TPK Desa dan CV. Galilea sebagai penyedia jasa
telah melewati tahap-tahapan dan merupakan bagian dari program pemerintah itu
sendiri untuk melakukan pekerjaan konstruksi yaitu Pengerjaan penyediaan air bersih
di Desa Oelbiteno.

Metode pemilihan yang digunakan dalam pengadaan pekerjaan konstruksi ini


adalah metode pemilihan Tender yang di tunjuk langsung oleh Dinas pekerja Umum.
Dan mengacu pada Pasal 28 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang atau jasa pemerintah menyebutkan bahwa pemilihan tender dapat
dilakukan apabila pemilihan huruf a sampai dengan huruf d tidak bisa dilaksanakan
seperti, E-purchasing, pengadaan langsung, penunjukan langsung, dan tender cepat.

Nilai kontrak yang diketahui adalah sebesar Rp 135.346.000 (seratus Tiga puluh Lima
Juta Tiga ratus Empat puluh Enam Ribu Rupiah). Menurut Pasal 39 Perpres nomor 54
tahun 2010 mengatur Pengadaan Langsung.

sebagai berikut:

1) Penunjukan langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,- (seratus
juta rupiah) dengan ketentuan:
a) Merupakankebutuhanoperasional/D/L/I
(Kementerian/Daerah/Lembaga/Instansi);
b) teknologi sederhana;
c) resiko kecil; dan/atau
d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan dan/atau
badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan Koperasi Kecil.
2) Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar
kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
3) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) Pejabat Pengadaan.

4. Pasal-pasal Perpres tentang Penunjukan Langsung

Pasal 39 tersebut di atas menetapkan batasan pengadaan yang dapat


dilaksanakan dengan cara Pengadaan Langsung. Jika tidak terpenuhi batasan tersebut
maka pengadaan barang/jasa tidak boleh dilakukan dengan cara Pengadaan Langsung.
Contohnya pengadaan barang dengan nilai lebih dari Rp100.000.000,- tidak boleh
dilakukan dengan pengadaan langsung tetapi harus dengan cara penunjukan langsung
atau dengan cara pelelangan.

Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa metode Pengadaan Langsung


merupakan cara yang paling sederhana di antara berbagai metode pengadaan
barang/jasa pemerintah. Pengadaan Langsung cukup dilaksanakan oleh Pejabat
Pengadaan tanpa melalui proses lelang.

Dalam pasal-pasal Perpres 54 tahun 2010 tidak dijumpai aturan yang secara khusus
mengatur tentang cara Pengadaan Langsung. Ketentuan tentang Pengadaan Langsung
dijumpai dalam pasal-pasal

berikut:

1. Penunjukan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada. Penyedia


Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/Penunjukan Langsung. (Pasal 1
angka 32 Perpres nomor 54/2010)
2. Penunjukan langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang /Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- (Dua Ratus juta
rupiah) dengan ketentuan:
a) Merupakankebutuhan operasional/D/L/I (Kementerian/Daerah/Lembaga/
Instansi);
b) teknologi sederhana;
c) resiko kecil; dan/atau
d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang=perseorangan dan/atau
badan usaha kecil serta koperasi kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro, Usaha
Kecil dan Koperasi Kecil. (Pasal 39 ayat (1) Perpres nomor 54/2010)
3. Penunjukan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di pasar
kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya. (Pasal 39 ayat (2)
Perpres nomor 54/2010)
4. Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) Pejabat Pengadaan. (Pasal 39 ayat
(3) Perpres nomor 54/2010)
5. Penunjukan Langsung meliputi paling kurang tahapan sebagai berikut:
a) Survey harga pasar dengan cara membandingkan minimal dari 2 (dua) Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang berbeda;
b) Membandingkan harga penawaran dengan Harga Perkiraan Sendiri; dan
c) Klarifikasi teknis dan negosiasi harga/biaya. (Pasal 57 ayat (5) Perpres nomor
54/2010).

Setelah panitia membuat berita acara dokumen penawaran, tahap selanjutnya adalah
melakukan penilaian terhadap semua penawaran yang dimasukkan oleh perusahaan
yang ikut dalam tender tersebut dan metode evaluasi yang digunakan adalah sistem
harga yang terendah dimana metode ini mengacu pada Perpres Nomor 16 Tahun 2018
pasal 30 yang menyatakan bahwa evaluasi penawaran dalam pemilihan pengadaan
barang dan jasa adalah sistem harga terendah.

Selanjutnya panitia menetapkan pemenang tender dalam pemilihan pengadaan barang


dan jasa tersebut, lalu panitia pemilihan tender menetapkan pemenang tender yaitu :

Nama Perusahaan : CV GaliLea

Alamat : Desa Bipolo

Harga Penawaran : Rp 135.346. 600

Setelah mendapatkan pemenang tender yaitu CV Galilea panitia tender


memberikan waktu sanggahan selama 6 hari kepada publik untuk melakukan
sanggahan baik untuk menyatakan protes atau menyatakan ketidakpuasan terhadap
keputusan panitia tender dalam hal ini yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum ,
karna tidak ada protes atau yang menyatakan ketidakpuasan terhadap putusan tersebut
maka dibuatlah surat perjanjian kerja antara penyedia jasa dan pengguna jasa
konstruksi Perpres Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
menyebutkan bahwa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dengan penyedia
pekerjaan konstruksi dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
terhitung sejak diterbitkannya surat penunjukan dan ditanda tangani oleh direksi atau
pihak yang dianggap sah berdasarkan akta pendirian untuk menandatangani kontrak
pengadaan barang/jasa pemerintah.

Kontrak antara kedua belah pihak yaitu pihak penyedia jasa konstruksi dengan
pengguna jasa konstruksi yang dibuat secara tertulis, dimana didalam kontrak tersebut
mengatur tentang hal-hal termasuk hak berserta kewajiban kedua belah pihak supaya
tidak terjadi perselihan antara kedua belah pihak.

Kontrak yang merupakan kontrak kerja konstruksi ini dibentuk oleh instansi
pemerintah KabupatenKupangyaitu Dinas Pekerjaan Umum dan dengan CV. Galilea
selaku perusahaan dibidang konstruksi yang memenangkan tender, dimana kontrak
yang dimaksud disini adalah kontrak untuk melakukan pekerjaan Pembangunan
Embung di Desa Oelbiteno Kecamatan Fatuleu Tengah. Kontrak yang diatur pada surat
perjanjian kerja Nomor : 01/TPK/DOB/V/2022 yang berisikan :

1. Para pihak
Yang menjadi pihak didalam kontrak pekerjaan konstruksi yang dibentuk oleh
Bumdes diantara lain :
Nama : Tersia Banunut
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Alamat : Desa Oelbiteno
2. Dalam hal ini yang selanjutnya disebut sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) yaitu pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
pekerjaan konstruksi
Nama. : Melkiur Lasena
Jabatan. : Direkrut Cv Galilea
Alamat. : Desa Bipolo
Dalam hal ini bertindak sebagai direktur CV Galilea yang selanjutnya disebut
sebagai penyedia jasa.
5.Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Adalah waktu yang dibutuhkan oleh penyedia jasa konstruksi untuk menyelesaikan
pekerjaan, terdiri atas tahap pelaksanaan yang disusun secara logis, realistik dan dapat
dilaksanakan. Kontrak pekerjaan konstruksi ini menyebutkan bahwa CV Galilea harus
menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam jangka waktu 90 ( Sembilan puluh ) hari
kalender, dimana pekerjaan yang dimulai dari tanggal 18 Mei 2022 harus selesai
dengan waktu selambat lambatnya yaitu pada tanggal 18 Agustus 2022. CV Galilea
bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut dalam waktu
tersebut.

6. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Adapun hak dan kewajiban dari CV Galilea adalah :

a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang


telah ditentukan didalam kontrak.
b. CV Galilea berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasaran
dari pejabat pembuat komitmen untuk kelancaran pelaksaan pekerjaan sesuai
kontrak.
c. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada pejabat
pembuat komitmen (PPK).
d. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan didalam kontrak.
e. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh
tanggung jawab dengan menyediakan bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau
dari lapangan dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang
diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang
dirinci dalam kontrak.
f. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan
pelaksanaan yang dilakukan oleh pejabat pembuat komitmen (PPK).
g. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang
telah ditetapkan didalam kontrak.
h. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi
i. lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan pada
j. masyarakat yang diakibatkan oleh kegiatan penyedia.
Sedangkan hak dan kewajiban pengguna jasa dalam pengerjaan Pembangunan
embung yaitu adalah :

a. mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia.


b. meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh penyedia jasa yaitu CV Galilea
c. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam
kontrak yang telah ditetapkan penyedia.
d. memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan
Pembangunan embung sesuai dengan kontrak.
e. mengenakan denda keterlambatan (kalau ada).
f. Membayar uang muka.
g. Memberikan instruksi sesuai jadwal.
h. Membayar ganti rugi karena kesalahan yang diperbuat oleh pejabat pembuat
komitmen (PPK).
I. Mengusulkan penetapan denda sanksi daftar hitam kepada PA.
7. Masa Pemeliharaan

Yaitu Kurun waktu kontrak yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak,
dihitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan konstruksi sampai dengan
tanggal penyerahan akhir pekerjaan. Setelah penyedia jasa konstruksi yaitu CV Galilea
menyelesaikan pekerjaan Pembangunan embung lalu diserahkan kepada pengguna jasa
tadi yaitu TPK Desa bangunan atau konstruksi tersebut memiliki masa pemeliharaan
selama 3 (Tiga) bulan atau 90 (Sembilan puluh ) hari kalender.

8. Keterlambatan dan Ganti rugi

Apabila Cv Galilea tidak bisa menyelesaikan pekerjaan Penyediaan air bersih


dalam waktu yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 90 hari, maka CV. Galilea.
dikenakan denda sebesar 1% (satu persen) dari nilai pekerjaan dengan Nominal
sebesar Rp. 1.367.460 ( Satu Juta Tiga Ratus Enam Puluh Tujuh Ribu Empat Ratus
Enam Puluh Rupiah) kontrak.

Setalah itu besaran denda dibayarkan oleh penyedia jasa apabila pejabat pembuat
komitmen memutuskan kontrak (PPK) secara sepihak adalah 1% (satu persen ) dari
sisa nilai pekerjaan sehari. Selanjutnya denda akibat penyedia diputus kontrak secara
sepihak oleh pejabat pembuat komitmen (PPK) yang dibayarkan oleh penyedia dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal pemutusan kontrak. Denda akibat penyedia
diputus kontrak secara sepihak oleh pejabat pembuat komitmen dibayarkan oleh TPK
Desa Sebagai penyedia jasa.

9. Tata Cara pembayaran

Mengacu pada Pasal 53 Perpres Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan


barang/Jasa Pemerintah yaitu tentang tata cara pembayar prestasi pekerjaan
konstruksi, didalam perjanjian pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dengan CV Galilea disebutkan bahwa pembayaran dilakukan dengan cara termin dan
telah Sesuaikan dengan peraturan. Dimana awal mula melakukan pekerjaan konstruksi
CV. Galilea juga mendapatkan uang muka dari pengguna jasa konstruksi sebesar 20 % (
dua puluh per seratus) dari nilai kontrak yang telah ditentukan.

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Embung di desa Oelbiteno sebagai


pengawas lapangan ada dua pihak dari pihak Dinas Pekerjaan Umum itu sendiri dan
dari pihak konsultan yang berdasarkan dari hasil kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan
apabila tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Kontrak
yang meliputi bahan, peralatan, personil, administrasi, metode dan manajemen
pelaksanaan yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan mutu pekerjaan , jadwal
pelaksanaan dan administrasi Kontrak, dapat melakukan:

1) Memberikan teguran dan peringatan,

2) Menangguhkan pembayaran angsuran,

3) Memberikan perintah pembongkaran/penggantian,

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun
tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini dapatterjadi karena memang
tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak
melakukan prestasi tersebut.Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan
dari pihak yangwanprestasi) dirugikan, apalagi kalau pihak lain tersebut adalah
pedagang maka bisa kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, pihak wanprestasi harus
menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan. Berdasarkan keterangan yang di dapat
dari bahwa pihak penyedia jasa yakni CV . Galilea tidak dapat melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak kerja, sehingga di berikan addendum1x
(satu kali).

Dari pemberian addendum itu CV. Galilea diberikan sanksi berupa denda dan waktu
pengerjaan di perpanjang selama 50 hari. hal ini sesuai dengan pernyataan dari hasil
wawancara dengan Bapak Azer Naben selaku penyedia jasa air bersih mengatakan
bahwa

wanprestasi yang dilakukan oleh perusahaan kami yaitu CV. Galilea berakibat
perusahaan ini harus membayar denda dari total pekerjaan yang belum diselesaikan
sebesar 1/1000 dari nilai yang belum terbayar.

Adapun Sanksi Perdata yang diatur pada Pasal-pasal yang berkaitan dengan sanksi
kegagalan konstriksi Terdapat dibuku IV menurut Undang- UndangRepublik Indonesia
No.18 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.29 tahun 2000,
antara lain sebagai berikut;

a. Undang-undang Republik Indonesia No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,


tentang kegagalan konstruksi, bunyi pasal 25, 26, 27 dan 28, dan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan pemerintah.
b. Peraturan Pemerintah No.29 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Pada
bagian kelima memuat tentang Kegagalan Pekerjaan konstruksi, bunyi pasal 31,
32, 33, dan 34, adalah; Pasal 31, Kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil
pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
c. Undang-Undang Republik Indonesia no.18 tahun 1999 (sanksi) Undang-Undang
No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pada BAB X tentang Sanksi, bunyi
pasal 41, 42, dan 43, adalah; Pasal 41, Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat
dikenakan sanksi administrasi dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-
undang ini.
wanprestasi yang dilakukan oleh penyedia jasa yakni CV. Galilea berupa tidak
terlaksananya perjanjian sesuai dengan kontrak yang ditandatangani dan CV. Galilea
diberikan sanksi berupa pembayaran denda sebesar 1/1000 dari nilai yang belum
terbayarkan dan penambahan waktu kerja selama 50 hari

C. Faktor Penghambat Dari Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Konstruksi Proyek


Air Bersih Antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.

Dalam pelaksanaannya ada kendala yang dihadapi oleh CV . Galilea Force


Majeure atau keadaan memaksa Force Majeure dapat diartikan sebagai clausula yang
memberikan dasar pemaaf pada salah satu pihak dalamsuatu perjanjian, untuk
menanggung sesuatu hal yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, yang
mengakibatkan pihak tersebut tidak dapat menunaikan kewajibannya berdasarkan
kontrak yang telah diperjanjikan. Force Majeuredalam hukum perdata pada prinsipsnya
terbagi dalam 2 jenis yaitu:

1) Teknis
a. Dana

Dalam pelaksanaan pembangunan embung Di Desa Oelbiteno kecamatan


Fatuleu Tengah. pemerintah Desa membiayai semua perencanaan pembangunan
yang ada.oelh kerena itu adanya dana dari pemerintah daerah dan pemerintah
pusat merupakan salah satu faktor pendukung dalam implementasi
pembangunan embung.meskipun dalam implementasinya belum mampu
mengatasi permasalahan yang ada, namun TPK Desa Oelbiteno mengungkapkan
bahwa faktor utama pendukung pembangunan di Embung adalah Dana.Senada
dengan pernyataan Kaur Umum dan Perencanaan Ibu Tersia
Banunut :“Sebagaimana uang dapat membeli segalanya. Begitupun jika ingin
dikaitkan ke dalam ranah penyelenggaraan pemerintah, dalam hal ini
pembiayaan pembangunan Desa. Bukan tidak mungkin, keberadaan dana yang
memadai mampu menunjang pembangunan serta memenuhi kebutuhan
Desa”(Hasil wawancara TB. 2 Agustus 2021).

b.Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat menjadi faktor dalam implementasi pembangunan
karena sangat mempengaruhi kelancaran suatu program serta kepedulian
masyarakat terhadap infrastruktur yang telah disediakan pemerintah. Meskipun
belum maksimal namun partisipasi masyarakat dalam pembangunan embung di
Desa Oelbiteno merupakan salah satu faktor pendukung terlaksananya beberapa
program tahunan yang direncanakan. Keterlibatan masyarakat ini sangat
dibutuhkan agar program pembangunan yangdilaksanakan benar-benar murni
berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih leluasa
berekspresi mencapai kemajuan Desa.

Seperti yang disampaikan oleh Tokoh masyarakat bapak Levinus Maubana


bahwa bentuk partisipasi bukan hanya berkaitan dengan keikut sertaannya
dalam pelaksanaan pembangunan namun juga termasuk partisipasi dalam hal
pikiran atau ide.

“Partisipasi Masyarakat ini dimulai dari partisipasi mereka ketika bersuara


mengenai keluhannya terhadap kekurangan sarana dan prasarana di tempatnya
misalnya. Karena dengan begitu asumsi-asumsi merekalah yang akan di bawah
ke MusrengbangDes untuk diperundingkan kembali”(Hasil wawancara LM.4
Agustus 2022). Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor pendukung yang lain adalah partisipasi masyarakat, walau belum
maksimal namun keterlibatan masyarakat dalam memberikan ide dan masukan
terhadappermasalahan yang mereka hadapi, sangat membantu dalam
penyusunan rencana kerja agar pembangunan embung ini benar-benar untuk
masyarakat.

2.Nonteknis

a. belum maksimalnya pengawasan

Belum maksimalnya pengawasan yang dilakukan oleh masyarakatdalam


misalnyakita sudah bangun jalan tani tahun ini, tiba-tiba jalannya rusak tahun
depannya kita bangun lagi. Apa kata dunia?”(Hasil wawancara TB.5Agustus 2022
).“PastiTanpa adanya pengawasan yang super ketat, ini menjadiketakutan kita
terhadap terjadinya sesuatu yang tidak sama sekali diharapkan oleh masyarakat.
Termasuk misalnya terjadinyapenyelewengan anggaran oleh pemerintah, tentu
saja kita sama-sama tidak menginginkan kejadian seperti itu. Akan tetapi, selama
kita tetap menyadari dan memiliki jiwa tanggung jawab yang besar, saya rasa
semua akan berjalan sebagaimana mestinya”.

b. Cuaca dan Medan

Kondisi alam sangat berpengaruh dalam melaksanakan Pembangunan


embung di Desa Oelbiteno Cuaca merupakan kendala yang tidak bisa ditebak
karena setiap saat dapat berubah membuat pelaksanaan program pembangunan
dapat mundur dari jadwal yang direncanakan, ditambah dengan medan yang
sulit untuk dijangkau terutama saat musim hujan tiba. Sesuai dengan pengakuan
dari narasumber peneliti: Berdasarkan hasil wawancara dengan Melkiur Lasena
selaku pengawas pihak penyedia jasa Air Bersih Di Desa Oelbiteno kecamatan
Fatuleu Tengah mengatakan bahwa Ada faktor- faktor penghambat yang terjadi
dalam proses pembangunan penyediaan air bersih berupa embung faktor alam
yang terjadi seperti perubahan cuaca Yang terjadi seperti hujan yang terus
menerus sehingga mengakibatkanterjadinya longsor di daerah pembangunan
proyek tersebut. Sehingga tidak memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan
baik. Apabila dipaksakan maka hasil pekerjaan kurang bagus dan tidak
memuaskan.

Adapun faktor lain yang menghambat Pelaksanaan proyek, seperti yang


dikemukakan oleh Bapak Melkiur Lasena selaku direktur Cv. Galilea bahwa ada
sebagian Masyarakat yang sangat mendukung dengan adanya pembangunan Embung
tersebut dapat membantu masyarakat dalam bidang pertanian seperti, Menanaman
Jagung,sayur,umbi umbian dan kacang- kacangan.

tetapi ada sebagian masyarakat yang tidak bertanggung jawab meminta kepada Bapak
Melkiur Lasena selaku direktur CV. Galilea untuk membayar upeti akibat kegiatan
keluar masuknya kendaraan ke lokasi proyek yang dianggap mengganggu dan merusak
jalan sehingga aktifitas Masyarakat terganggu.

Hal ini di benarkan oleh Tokoh masyarakat berdasarkan hasil wawancara


dengan Bapak Ferdinan Taklal selaku masyarakat di desa mengatakan bahwa pihak
penyedia jasa harus membayar ke masyarakat sekitar proyek di karena kan dengan
adanya alat berat keluar masuk lokasi yang mengakibatkanaktifitas masyarakat
terganggu, timbul debu akibat rusaknya jalan desa.

Dari hasil pengamatan Pekerjaan proyek dilokasi itu sendiri sangat lambat karena
lokasinya sempit dan terbatas. Pekerjaan proyek berada pada sungai yang telah
mengering (kali mati) dan sangat berbahaya apabila di kerjakan pada waktu musim
hujan. Karena jika pada musim hujan debut air di kali mati sehingga pekerjaan tidak
dapat Terlaksana dengan baik.

faktor penghambat dalam pelaksanaan proyek air bersih di Desa Oelbiteno adalah
faktor cuaca dan kondisi alam sekitar sehingga ini bisa dikatakan sebagai Force majeure
atau keadaan terpaksa selain dari itu bisa dikatakan sebagai keadaan memaksa yang
bersifat relative.

C. Harga dan Bahan Material

Harga bahan material yang tidak menentu menjadi kendala tersendiri


dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur karena membuat pengeluaran
pembangunan tidak sesuai dengan RAB yang telah disetujui. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti, adapun informasi yang didapatkan melalui beberapa
informan:“Faktor penghambat lainnya ya bahan materialnya. Karena biasa kita
sudah pesan. Berbulan-bulan tidak ada karena tambang material juga meningkat.
“Harga bahan material yang tiba-tiba melonjak naik juga menjadi proses kami
tersendat, karena kenaikannya bisa berdampak dengan RAB yang sudah disusun
sebelumnya

3. KESIMPULAN
a. Wanprestasi yang dilakukan oleh penyedia jasa yakni CV. Galilea berupa
tidak terlaksananya perjanjian sesuai dengan kontrak yang ditandatangani
dan CV. Galilea diberikan sanksi berupa pembayaran denda sebesar 1% (1
persen) dari nilai yang belum terbayarkan dan penambahan waktu kerja
selama 50 hari
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan proyek air bersih di Desa Oelbiteno
adalah faktor cuaca dan kondisi alam sekitar sehingga ini bisa dikatakan
sebagai Force majeure atau keadaan terpaksa selain dari itu bisa dikatakan
sebagai keadaan memaksa yang bersifat relative.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Miru,2013, hokum kontrak dan perancangan kontrak,Rajawali pers,Jakarta, hlm.1
Alim Hs, hokum kontrak (teory dan teknik penyusunan kontrak ), Sinar Grafik,Jakarta , 2004,
hlm.27-30.
Asnudin

Anda mungkin juga menyukai