94-103
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SYIAH KUALA ISSN : 2597-6907 (online)
Khairani
Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Jl. Putro Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh – 23111
e-mail : khairaniarifin@unsyiah.ac.id
Abstrak - Penelitian ini bertujuan mengetahui, menjelaskan, dan menganalisis pelaksanaan kontrak kerja
konstruksi oleh para pihak dan upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan dalam permasalahan keterlambatan
terkait pekerjaan konstruksi. Hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan kontrak kerja konstruksi antara PT
Medan Smart Jaya dengan PT PLN (Persero) Sumbagut I belum terlaksana sebagaimana yang diperjanjikan,
pihak penggunan jasa maupun penyedia jasa konstruksi melakukan wanprestasi dalam bentuk keterlambatan
melakukan kewajibannya dan upaya penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak adalah melalui
musyawarah yang dilakukan dengan cara pengajuan amandemen/Addendum perpanjangan kontrak. Disarankan
kepada para pihak di masa yang akan datang apabila melaksanakan kontrak kerja konstruksi harus memperjelas
mengenai waktu pelaksanaan dan sanksi-sanksi yang disepakati, jika keterlambatan yang terjadi terus berulang
seperti yang terjadi dalam permasalahan ini dan dalam penyelesaian sengketa ini apabila tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah maka dapat diselesaikan secara litigasi melalui jalur hukum.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Para Pihak, Kontrak Kerja Konstruksi.
Abstract - This research aims to be informed , explicate, and analyze the implementation of the construction
work contract by the parties and the dispute resolution efforts conducted in the problem of delays related to the
construction work. The results of this research showed that the implementation of the construction work
contract between Medan Smart Jaya LLC and PLN (Persero) LLC Sumbagut I had not been implemented
according to the agreement, the service users and the construction service providers defaulted in the form of
delays in carrying out their obligations and the dispute resolution efforts carried out by the parties is through
deliberation which is conducted by way of submitting an amendment/Addendum to the contract extension. It is
recommended to the parties in the future when carrying out a construction work contract to clarify the
implementation time and agreed sanctions, if the delays that occur continue to repeat as happened in this
problem and in the settlement of this dispute if it cannot be resolved amicably then it can be resolved through
litigation such as legal actions.
Keywords : Responsibilities, Parties, Parties of Constriction.
PENDAHULUAN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selanjutnya disebut PT PLN, sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan penyuplai dan pengatur pasokan listrik di berbagai
daerah di Indonesia, terus menerus melakukan upaya pemenuhan kebutuhan listrik secara
bertahap di seluruh pelosok tanah air. Dalam melaksanakan pembangunan tersebut, PT PLN
harus bekerja sama dengan pihak penyedia jasa konstruksi.
94
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 95
Cut Putri Soraya, Khairani
Jasa Konstruksi adalah suatu kegiatan untuk membangun sarana maupun prasarana
pada suatu pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini dilaksanakan dengan kesepakatan
melalui penawaran antara pihak penyedia jasa konstruksi dengan penyelenggara konstruksi
dan dituangkan ke dalam sebuah kontrak kerja yang terdiri dari pihak pertama dan pihak
kedua. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, para pihak terikat dalam suatu perjanjian
yang disebut dengan Kontrak Kerja Konstruksi, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam
Pasal 1338 KUHPer bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
undang bagi yang membuatnya. Pada Undang-Undang Jasa Konstruksi tidak dikemukakan
secara jelas mengenai pemberlakuan kontrak kerja konstruksi, tetapi tegas dalam menyatakan
masa pelaksanaan termasuk masa pemeliharaan. Pada tahap pelaksanaan kerja di lapangan
masih kerap terjadi kesalahan ataupun keterlambatan dalam penerapannya yang
mengakibatkan pekerjaan konstruksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dalam pembangunan ini PT Medan Smart Jaya selaku pelaksana pekerjaan konstruksi
pada tower transmisi bekerja sama dengan PT PLN (persero) Sumbagut I dalam sebuah
kontrak kerja. Kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi ini tertera pada Pasal 9
tentang Waktu Pelaksanaan dan Akhir Perjanjian bahwa perjanjian harus diselesaikan dalam
waktu 360 (tiga ratus enam puluh) hari kalender efektif terhitung sejak tanggal 29 Desember
2017 dan berakhir pada tanggal 23 Desember 2018. Pada kenyataanya pembangunan ini
mengalami permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak sebagaimana yang
telah diperjanjikan. Permasalahan yang terjadi dalam pembangunan ini mengakibatkan
pekerjaan tidak tepat waktu dalam penyelesaiannya yaitu menjadi 1615 hari, sehingga
menyebabkan berkurangnya tingkat produktivitas, serta terjadinya pemborosan biaya dan
waktu dalam proses pelaksanaan, baik berupa pembiayaan langsung, maupun berwujud
pembengkakan investasi, dan kerugian1.
Adapun Untuk mengatasi permasalahan tersebut para pihak mengajukan Addendum
Kontrak, Addendum Kontrak merupakan perubahan suatu kontrak atau perjanjian dengan
penambahan klausul/Pasal yang dibuat secara tertulis. Perubahan ini secara fisik terpisah dari
perjanjian pokok, namun secara hukum melekat pada perjanjian pokoknya 2.
Adapun identifikasi masalah penelitian ini yakni:
1
Haekal Hassan, “Faktor–Faktor Penyebab Keterlambatan Pada Proyek Konstruksi dan Alternatif
Penyelesaiannya (Studi Kasus: Di Manado Town Square III)”, Jurnal Sipil Statik: Vol 4 (11), 2016, hlm 44.
2
Nandang Purnama, “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Dan Pengusaha Dalam Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Pasal 59 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”, Jurnal:
Volume 02 (01), 2021, hlm 74-86.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 96
Cut Putri Soraya, Khairani
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara hukum normatif in-action mengenai pemberlakuan atau
implementasi pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi di masyarakat. 3
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kota Banda Aceh, yaitu pada pekerjaan
konstruksi pembangunan tower transmisi, karena mengalami keterlambatan dalam
pembangunannya dari jangka waktu yang sebagaimana telah dituliskan dalam kontrak
kerja.
3. Populasi Penelitian
Populasi yang dipilih meliputi penyedia jasa konstruksi, yaitu PT Medan Smart Jaya
dan pengguna jasa konstruksi, yaitu PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek (UPP)
Jaringan Aceh Cabang PT PLN (Persero) SUMBAGUT I.
4. Sampel Penelitian
Sampel adalah perwakilan dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi.4
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dengan
3
Abdulkarim Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004,
hlm.134.
4
Burhan Ashofia, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, hlm.79.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 97
Cut Putri Soraya, Khairani
pengambilan yang dilakukan secara acak kepada pihak yang berkaitan langsung dengan
permasalahan ini, yang diambil dari responden saja. Terdapat tiga responden dari
penelitian ini, yaitu:
a. Responden
1) Manager PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek (UPP) Jaringan Aceh. Cabang
PT PLN (Persero) SUMBAGUT I selaku pengguna jasa;
2) Manager Lapangan PT Medan Smart Jaya selaku pelaksana jasa; dan
3) PT Pusmanpro selaku Konsultan Pengawas.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian Kepustakaan
Adapun dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan
mempelajari buku-buku, teori-teori, peraturan perundang-undangan, pendapat para
sarjana, artikel-artikel dan tulisan-tulisan ilmiah yang ada berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
b. Penelitian Lapangan
Adapun dilakukan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan
mewawancarai para pihak yang terlibat dalam penelitian proposal seperti responden.
6. Analisis Data
Keseluruhan analisis bahan dan data yang dihasilkan berdasarkan penelitian baik
data sekunder maupun data primer yang memiliki keterkaitan dalam permasalahan yang
diteliti. Data tersebut dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu
pengelompokan berdasarkan masalah yang diteliti setelahnya akan dilakukan penarikan
kesimpulan dan pengimplementasian guna memberi analisis dalam penulisan karya
ilmiah.
5
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2005, hlm 59.
6
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN
(Persero) Sumbagut I Dengan PT Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 KV Sigli – Ulee Kareng,
2 CCT, 2 Zebra (Section 4), Sumatera Utara: PT PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2017, Pasal 9.
7
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN
(Persero) Sumbagut I Dengan PT Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 KV Sigli – Ulee Kareng,
2 CCT, 2 Zebra (Section 4), Sumatera Utara: PT PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2017, Pasal 9.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 99
Cut Putri Soraya, Khairani
8
Eko Sukmawanto, Manager Unit Pelaksana Proyek Sumbagut I, wawancara 21 januari 2022
9
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Amandemen XIV Perpanjangan Waktu, Sumatera Utara:
PT PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2021.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 100
Cut Putri Soraya, Khairani
tersebut ialah tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan waktu yang
telah diperjanjikan dalam kontrak, hal ini didasari dengan Pasal 1238 KUHPerdata
pengguna jasa melakukan wanprestasi berupa keterlambatan dalam melaksanakan
prestasinya dalam kurun waktu lebih kurang 4 tahun, dimana hambatan yang
terjadi pada pengguna jasa yaitu selama kurang lebih 4 (empat) Tahun berjalannya
pekerjaan, lahan belum dibebaskan secara keseluruhan dan lambat dalam
mendapatkan perizinan terkait pembangunan.
c. Wanprestas yang dilakukan oleh penyedia jasa
Dalam Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN (Persero)
Sumbagut I Dengan PT Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 kV
Sigli – Ulee Kareng, 2 CCT, 2 Zebra (Section 4) ini penyedia jasa mengalami
hambatan yaitu pada Tahun 2018 dalam amandemen II dijelaskan bahwa penyedia
jasa baru dapat menyelesaikan pekerjaan dengan progress prestasi sebesar 5,70%.10
Pada Tahun 2019 dalam amandemen IV dijelaskan bahwa penyedia jasa baru
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan progress prestasi sebesar 33,2589%
terdapat banyak hambatan seperti masih adanya kekurangan dalam ketersediaan
material tower yang akan digunakan pada pondasi tower yang telah selesai.11 Pada
Tahun 2020 dalam amandemen VI dijelaskan bahwa penyedia jasa baru dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan progress prestasi sebesar 45,12% hambatan yag
terjadi yaitu jumlah tanah yang bebas belum keseluruhan melainkan 59/60.12 Pada
Tahun 2021 dalam amandemen XIV dijelaskan bahwa penyedia jasa baru dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan progress prestasi sebesar 78,13%, jumlah
pengerjaan pondasi yang telah diselesaikan sebanyak 60/60, jumlah erection yang
telah diselesaikan sebanyak 50/60, stringing atau pemasangan kabel belum ada
yang diselesaikan, sedangkan pekerjaan komisioning baru dapat dilakukan jika
seluruh pekerjaan stringing pada Section lain sudah diselesaikan juga.13
10
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Amandemen II Perpanjangan Waktu, Sumatera Utara: PT
PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2018.
11
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Amandemen IV Perpanjangan Waktu, Sumatera Utara: PT
PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2019.
12
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Amandemen VI Perpanjangan Waktu, Sumatera Utara:
PT PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2020.
13
Teuku Soelaiman, Octavianus Padudung, Amandemen XIV Perpanjangan Waktu, Sumatera Utara:
PT PLN UIP Sumatera Bagian Utara, 2021.
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 101
Cut Putri Soraya, Khairani
penyelesaian sengketa yang digunakan saat ini ada 2 (dua) yaitu musyawarah dan
amandemen.14
Upaya yang penyelesaian sengketa para pihak dalam permasalahan ini yaitu
dengan melakukan musyawarah yang dilakukan oleh para pihak untuk mendapat jalan
tengah dalam menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan oleh para pihak, upaya
musyawarah tertera dalam Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN
(Persero) Sumbagut I Dengan PT Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 kV
Sigli – Ulee Kareng, 2 CCT, 2 Zebra (Section 4) Pasal 21 tentang Penyelesaian
Perselisihan yang berisikan jika terjadi perselisihan pendapat dalam rangka pelaksanaan
perjanjian ini, para pihak sepakat untuk menyeleaikan dengan cara musyawarah.
Setelah upaya musyawarah dilakukan oleh para pihak jalan tengah yang di dapat
berupa pengajuan amandemen sebagaimana tertera pada Surat Perjanjian Pengadaan
Barang/Jasa Antara PT PLN (Persero) Sumbagut I Dengan PT Medan Smart Jaya
Tentang Pembangunan T/L 275 kV Sigli – Ulee Kareng, 2 CCT, 2 Zebra (Section 4).
Pada kenyataannya setelah adanya amandemen berkali-kali, pihak pengguna jasa masih
belum mampu melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah dicantumkan dalam
Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN (Persero) Sumbagut I Dengan
PT Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 kV Sigli – Ulee Kareng, 2 CCT, 2
Zebra (Section 4), sehingga terjadi peralihan pekerjaan yang tidak disebutkan dalam
amandemen.
KESIMPULAN
Pelaksanaan kontrak kerja konstruksi antara PT Medan Smart Jaya dengan PT PLN
(Persero) Sumbagut I belum terlaksana sebagaimana yang diperjanjikan, pengguna jasa
maupun penyedia jasa lalai dalam melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan waktu yang
telah diperjanjikan dalam kontrak, hal ini didasari pada Pasal 1238 KUHPerdata pengguna
jasa dan penyedia jasa dinyatakan melakukan wanprestasi berupa melaksanakan apa yang
diperjanjikan namun terlambat. Keterlambatan tersebut ialah terlambat dalam melaksanakan
prestasinya dalam kurun waktu lebih kurang 4 tahun, wanprestasi yang dilakukan yaitu dalam
Surat Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Antara PT PLN (Persero) Sumbagut I Dengan PT
Medan Smart Jaya Tentang Pembangunan T/L 275 kV Sigli – Ulee Kareng, 2 CCT, 2 Zebra
14
Teuku Sadli, Site Manager PT Medan Smart Jaya, wawancara 15 januari 2022
JIM Bidang Hukum Perdata : Vol. 6, No.2 Mei 2022 103
Cut Putri Soraya, Khairani
(Section 4) Pasal 9 angka (1) yang berisikan Pekerjaan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Rencana Kerja Syarat-syarat (RKS) dan lampiran-lampiran dalam perjanjian
harus diselesaikan oleh pihak kedua dalam waktu 360 (Tiga Ratus Enam Puluh) hari kalender
terhitung efektif sejak tanggal 29 Desember 2017 dan berakhir pada tanggal 23 Desember
2018, namun pada kenyataannya pekerjaan mengalami keterlambatan hingga 1615 hari.
Upaya penyelesaian sengketa wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak adalah melalui
musyawarah dengan cara pengajuan amandemen perpanjangan kontrak, namun pada
amandemen terjadi ketidaksesuaian berupa peralihan pekerjaan yang tidak dicantumkan
dalam amandemen. Peralihan tersebut berupa perizinan penarikan kabel yang seharusnya
dilaksanakan oleh pengguna jasa dialihkan kepada penyedia jasa. Peralihan pekerjaan
tersebut mengakibatkan penyedia jasa mengalami pekerjaan yang berlipat ganda sehingga
berdampak pada keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang menjadi kewajiban dari
penyedia jasa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdulkarim Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Jurnal
Haekal Hassan, 2016, “Faktor–Faktor Penyebab Keterlambatan Pada Proyek Konstruksi dan
Alternatif Penyelesaiannya (Studi Kasus: Di Manado Town Square III)”, Jurnal Sipil
Statik: Volume 04 (11).
Nandang Purnama, 2021, “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Dan Pengusaha Dalam
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Pasal 59 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja”, Jurnal: Volume 02 (01).
Lainnya