MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dr. Hengki Andora, S.H., LL.M.
Disusun Oleh :
Danu Tejo Mukti, S.H.
NIM : 2220119008
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah mencurahkan segala rahmat serta karunianya kepada penulis, sehingga
INDONESIA” ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
tugas Mata Kuliah Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pada Program
Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk kemajuan penulis
di masa yang akan datang. Semoga penulisan Makalah ini dapat memberikan manfaat
dan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Manfaat dan Tujuan ............................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerapan Musyawarah Dalam Penyelesaian Sengketa
Konstruksi di Indonesia........................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tujuan pembangunan tersebut maka kegiatan
pembangunan baik fisik maupun non fisik memiliki peranan yang penting bagi
industri barang dan jasa yang diperlukan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi
kepentingan. Di satu sisi muncul permintaan (demand) dari Pengguna Jasa, di sisi
1
Mas Agus Priyambodo, “Mekanisme Penyelesaian Sengketa Konstruksi Menurut Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi”, Jurnal IBLAM Law Review, Vol.01 No. 03 (2021),
173-177.
1
Dicapai atau tidak suatu kepentingan tersebut menjadi sebuah kesepakatan,
itu ditentukan oleh pertemuan kehendak (meeting of mind) di antara para pihak.
Apabila dicapai kata sepakat maka Pengguna dan Penyedia Jasa akan saling
mengikatkan diri secara hukum melalui suatu perjanjian atau kontrak yang disebut
mengatur hubungan hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
sengketa konstruksi yang terjadi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
sehubungan dengan pelaksanaan suatu usaha jasa konstruksi antara para pihak
yang tersebut dalam suatu kontrak konstruksi. Sengketa konstruksi terjadi akibat
tuntutan atau klaim konstruksi tidak dipenuhi atau dilayani misalnya keterlambatan
maupun manajerial dari para pihak yang mana harus diselesaikan sesuai pilihan /
singkat dapat dikatakan bahwa sengketa konstruksi timbul karena salah satu pihak
telah melakukan tindakan cidera janji (wanprestasi). Selain itu sengketa dapat
tentang apa isi dari ketentuan- ketentuan didalam perjanjian, atau pun disebabkan
hal-hal lainnya.3
2
Karolus E. Lature, “Analisis Penyelesaian Sengketa Konstruksi di Indonesia”, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 15 No. 03 (November 2018) 215.
3
Gatot Soemartono, arbitrase dan mediasi di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006,
hlm 1.
2
Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi, secara tegas biasanya
waktu (time-consuming) dan berbiaya tinggi (high-cost). Selain itu, bagi para pihak
bersifat solusi menang-menang (win-win solution) serta efisien dari segi waktu dan
biaya.
sesuai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang mana musyawarah mufakat
masyarakat Indonesia.
musyawarah dan kekeluargaan diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dan
3
B. RUMUSAN MASALAH
Indonesia?
Adapun Manfaat dan Tujuan dari penelitian dan penulisan makalah ini
konstruksi di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
KONSTRUKSI DI INDONESIA
persengketaan itu dapat dikatakan selesai atau berakhir oleh karena telah diterima
dan telah memuaskan para pihak yang bersengketa (Susanti Adi Nugroho, 2015).
Penyelesaian sengketa tersebut lebih menekankan pada cara atau proses yang
bersengketa.4
bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dalam proses musyawarah harus merupakan
hasil kesepakatan atau persetujuan para pihak. Musyawarah dapat ditempuh oleh
dua pihak yang bersengketa maupun lebih dari dua pihak (multiparties).
Penyelesaian dapat dicapai atau dihasilkan jika semua pihak yang bersengketa
dapat menerima penyelesaian itu. Namun, ada kalanya karena berbagai faktor para
pihak tidak mampu mencapai penyelesaian sehingga mediasi berakhir dengan jalan
buntu (deadlock dan stalemate). Situasi ini yang membedakan musyawarah dan
4
Laurensius Arliman S, “Mediasi Melalui Pendekatan Mufakat Sebagai Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa Untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional”, Jurnal UIR Law Review,
Vol. 02 No. 02 (Oktober 2018) 388.
5
litigasi. Litigasi pasti berakhir dengan sebuah penyelesaian hukum, berupa putusan
hakim yang final dan mengikat, meskipun penyelesaian hukum belum tentu
berlangsung dan pihak yang kalah selalu tidak puas (Takdir Rahmadi, 2010).5
berdasarkan aturan hukum dan etika (the rule of law and the rule of ethics) yang
diakui dan atau disepakati bersama (Jimly Asshiddiqie, 2011). Karena itu, sistem
memperdekat jarak antara para pihak. Hal ini menunjukkan bahwa cara
falsafah masyarakat jawa yang terkandung dalam konsep rukun, yang artinya
menjauhkan diri dari benturan atau konflik dengan segala dimensinya (I Made
Sukadana, 2012). Bahkan dalam Bahasa Minang pun ada istilah bulek aia dek
pambuluah bulek kato dek mufakaik, yang menjelaskan bahwa apapun segala
tepat.6
penyelesaian kasus dengan secara damai, baik dikenal sebagai acara musyawarah
5
Ibid, hlm 389
6
Ibid, hlm 394
6
Pancasila sebagai landasan paling mendasar dalam hidup kemasyarakatan,
Beberapa nilai budaya hukum Pancasila yang penting diperkuat adalah semangat
persaudaraan, ramah tamah dan gotong royong. Gotong royong memiliki beberapa
lapisan makna. Hal ini menunjuk pada tingkat hubungan dengan prinsip simbiosis
mutualisme, saling membantu, bekerja sama, berbagi beban, semua untuk semua,
yang semuanya itu dimulai dengan mufakat untuk mencapai tujuan bersama.8
yang mana musyawarah mufakat juga merupakan cara penyelesaian yang tumbuh
7
Ibid, hlm 394
8
Muzayin Mahbub, Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia, Komisi Yudisial, Jakarta, 2012,
hlm. 260.
9
Yurika Dibba Destari Deiredja, Rizky Gelar Pangestu dan Dr. Hassanain Haykal, S.H., M.Hum,
“Pengembangan Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis Berdasarkan Kearifan Lokal ”, Jurnal
Zenit, Vol. 02 No. 02 (Agustus 2013) 137-143.
7
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
bersama;
hasil musyawarah;
f. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah;
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati Nurani yang
luhur;
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
melaksanakan pemusyawaratan.
8
konsep negosiasi telah sesuai dengan cermin dari sifat dan sikap bangsa Indonesia
sengketa melalui jalur peradilan adat. Penyelesaian sengketa baik melalui jalur
Prof. Dr. H. Joni Emirzon SH, M.Hum dalam kuliah pakar berjudul
negosiasi yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa untuk mendapatkan
oleh umat manusia. Alasan utamanya adalah karena dengan negosiasi, para pihak
menyetujui sudut pandang dari pihak yang membujuk tersebut. Melalui negosiasi,
semua pihak yang ikut terlibat akan mencoba untuk menghindari pertengkaran.
10
Ibid
11
Ibid
12
Nikita Rosa Damayanti, “Negosiasi: Pengertian,Tujuan, serta Tahapannya”, diakses dari
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5987543/negosiasi-pengertiantujuan-serta-tahapannya, pada
tanggal 15 Maret 2023 pukul 23:49 WIB.
9
Pihak-pihak yang ikut bernegosiasi harus setuju untuk mencapai sebuah bentuk
kesepakatan secara bersama. Kesepakatan tersebut dicapai antara satu pihak (bisa
berupa sebuah kelompok atau organisasi) dan pihak lainnya (bisa berupa sebuah
pihak yang bersengketa. Di dalam negosiasi terjadi proses di antara dua pihak atau
lebih yang mana pihak-pihak tersebut mulanya memiliki pemikiran yang berbeda.
lainnya dari negosiasi adalah sebuah proses untuk mencapai kesepakatan. Caranya
persamaan, guna meraih tujuan secara bersama untuk hal yang lebih
menguntungkan.14
Negosiasi dilakukan tidak hanya sebagai media saja. Banyak tujuan dari
negosiasi, tetapi ada beberapa tujuan yang paling penting dalam bernegosiasi.
Berikut ini adalah tiga tujuan negosiasi yang penting dalam melakukan negosiasi:15
13
Wida Kurniasih, “Pengertian Negosiasi: Tujuan, Tahap dan Jenis-jenisnya”, diakses dari
https://www.gramedia.com/literasi/negosiasi/, pada tanggal 15 Maret 2023 pukul 23:51 WIB.
14
Ibid
15
Ibid
10
tersebut akan dicapai secara maksimal, jika semua pihak yang terlibat dalam
Selain itu, pihak-pihak yang terlibat di dalam negosiasi harus merasa saling
yang terlibat harus ikut mempelajari semua kemungkinan dari masalah atau
persengketaan yang muncul. Mempelajari keinginan dari pihak lain juga harus
Ketika sesuatu sudah tepat dan dapat mencapai kesepakatan bersama, maka hal
Di dalam sebuah proses negosiasi, pasti ada sebuah konflik dan perbedaan. Hal
tersebut adalah hal biasa yang dapat terjadi. Justru negosiasi adalah upaya
adalah salah satu tujuan dari negosiasi. Sebelum negosiasi dilakukan, pihak
yang terlibat dalam negosiasi harus saling memahami posisi dari pihak lain.
Selain itu, harus memberikan kepercayaan kepada pihak yang dapat diajak
negosiasi. Hal tersebut berguna untuk meredam konflik dan perbedaan yang
ada di dalam proses negosiasi. Para pihak harus memastikan jika ada perbedaan
Meskipun masalah terjadi, harus tetap menjaga norma kesopanan, tidak berat
11
sebelah saja, dan meskipun ada saling kritik tetapi tetap saling memberikan
bersama dan mengurangi konflik. Ada hal penting lainnya dari tujuan
Tujuan negosiasi yang sangat penting adalah pihak yang ikut bernegosiasi
ketika negosiasi berada pada titik menemukan win win solution. Untuk
genggaman.
Hal itu akan membuat rasa kepercayaan saling terbangun. Kerja sama pun
PT. Petrokimia Gresik yang mana PT. Petrokimia Gresik selaku Pengguna Jasa
adalah sebuah perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang produksi pupuk
12
EPC dibuat antara kedua belah pihak pada tanggal 7 November 2011 dengan Surat
jasa, hal tersebut dilakukan karena beberapa bagian pekerjaan tidak sesuai dengan
desain konstruksi tersebut. Klaim yang diajukan oleh Penyedia Jasa tersebut
ditolak oleh Pengguna Jasa, karena menurut Pengguna Jasa perubahan desain
konstruksi tersebut adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh Penyedia Jasa
sesuai dengan kontrak Lump Sum. tidak menyepakati atau tidak menyetujui hal
adalah resiko atau tanggung jawab Pengguna Jasa sesuai kontrak konstruksi
dengan bentuk imbalan Lump Sum yang memiliki pengertian kontrak jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga
yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses
interpretasi yang berbeda antara kedua belah pihak atas klausul tentang perubahan-
perubahan desain yang tertera pada pasal 8 Kontrak Jasa Konstruksi pekerjaan
ditanggung oleh Penyedia Jasa sepanjang gambar atau disain dan spesifikasi tidak
13
mengalami perubahan, sehingga penyedia jasa berhak mengajukan klaim dengan
oleh PT Petrokimia Gresik adalah pengguna jasa atau owner berhak melakukan
karena perubahan desain tersebut adalah resiko enginering atau penyedia jasa yaitu
JIS, splitter gate complete, brake motor, new extend panel, cable power, motor 30
Para pihak dengan itikad baik kemudian menempuh jalur musyawarah atau
independen yang dibentuk oleh para pihak. Hasil atau kesepakatan yang telah
dicapai antara kedua belah pihak adalah dari seluruh perubahan desain kontruksi
Karya (Persero) selaku penyedia jasa adalah ruang lingkup pekerjaan sebagai
resiko yang harus dilakukan oleh penyedia jasa kecuali pekerjaan perubahan
harga borong tetap yang ada pada klausul kontrak EPC Pengembangan Pelabuhan.
Kemudian perlu dilakukan addendum atau perubahan atas klausul kontrak tentang
harga borong tetap dan tidak semua perubahan desain kontruksi bangunan harus
mendapatkan tambahan biaya dan tambahan waktu yang harus diberikan oleh
14
pengguna jasa kepada penyedia jasa. Berdasarkan hasil negosiasi dan musyawarah
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
bahwa perundingan atau negosiasi yang dilakukan oleh para pihak yang
sengketa yang sedang dihadapi. Konsep negosiasi telah sesuai dengan cermin
dari sifat dan sikap bangsa Indonesia yang tertuang pada Pancasila terutama
bergantung dari itikad baik dari para pihak untuk menyelesaikan permasalahan
B. SARAN
16
solusi menang-menang (win-win solution) dan efisien dari segi waktu dan
biaya serta diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dan mendapatkan solusi
17
DAFTAR PUSTAKA
Yurika Dibba Destari Deiredja, Rizky Gelar Pangestu dan Dr. Hassanain Haykal,
S.H., M.Hum, “Pengembangan Metode Alternatif Penyelesaian
Sengketa Bisnis Berdasarkan Kearifan Lokal ”, Jurnal Zenit, Vol. 02
No. 02 (Agustus 2013).
18