Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perikatan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Norrahimah 2112130189
2023M/1445H
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Pelaksanaan
Perjanjian”.
Tak ada gading yang tak retak karena itu kami sebagai tim penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun
penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan
maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi penulis dan seluruh
pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
D. Metode Penulisan.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
A. Kesimpulan..................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pihak. Akibat hukum itu adalah berupa hak dan kewajiban secara timbal balik antara para
pihak. Salah satu sumber hukum perjanjian di Indonesia adalah KUHPerdata. Pasal 1338
ayat 1 KUHPerdata berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem
hukum perjanjian di Indonesia menganut sistem terbuka (open system). Sistem terbuka
artinya bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan
Dengan adanya perjanjian maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian. Para pihak akan terikat untuk
mematuhi isi dari pada perjanjian yang telah dibuat dan disepakati. Dalam dunia bisnis,
perjanjian sangat penting sebagai pegangan, pedoman, alat bukti bagi para pihak. Dengan
dikemudian hari. Perjanjian dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para
pihak. Dengan adanya perjanjian diharapkan para pihak yang terlibat di dalam perjanjian
dapat menjalankan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui, dan melakukannya
1
Niru Anita Sinaga, “Implementasi Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian”, Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara—Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Vol. 10, No. 1
(September 2019), hlm. 3.
2
Ibid,.
2
sebagai panduan undang-undang perdata, dan juga dalam KHES sebagai panduan hukum
ekonomi syariah di Indonesia. Dalam dua kitab undang-undang ini dasar hukum
perikatan diatur secara gamblang meskipun ada letak perbedaan diantara keduanya dalam
berbagai aspek, namun dalam dua kitab ini membahas secara jelas aturan mengenai
Sesuai asas pacta sunt servanda perjanjian yang sudah dibuat secara sah bersifat
mengikat dan berlaku sebagai undang-undang yang melahirkan suatu perikatan. Namun,
pada kondisi tertentu perjanjian para pihak tidak berjalan secara harmonis karena
berbagai kendala dari salah satu pihak atau pun kedua belah pihak sehingga
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ditulis di atas maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas ialah
sebagai berikut:
3
Muhammad Aminuddin Shofi, Muhammad Alwi Sihab Bashari, “Penafsiran Akad dan Penyelesaian
Sengketa dalam Hukum Perikatan Perspektif Kaidah Fikih Muammalah Kulliyah (Studi Komparasi KHES dan
KUHPerdata), Jurisy: Jurnal Ilmiah Syariah, Vol. 2, No. 1 (Maret 2022), hlm. 88.
4
Rachmah Fidiastuti, Naufal Afrian Noormansyah, Dwi Desi Yayi Tarina, “Penafsiran Hakim Dalam
Sengketa Wanprestasi Kontrak Kerjasama Perspektif Prinsip Kebiasaan Setempat”, Vol. -, No. -, hlm. 2.
3
D. Metode Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan penulis adalah library research (kajian pustaka).
Dengan demikian, pembahasan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka
serta beberapa tulisan yang ada relevansinya dengan objek kajian. Dalam hal ini objek
yang penulis maksud adalah buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan badan
usaha non badan hukum persekutuan perdata dan sumber-sumber pendukung lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 5 Selain pada Pasal 1313 KUHPerdata diatas,
para ahli juga memberikan pendapat mengenai perjanjian, bahwa perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum mengenai harta kekayaan dua pihak yang berjanji untuk melaksanakan
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik sesuai dengan asas-asas pada perjanjian. Yang dimaksud
dengan itikad baik dalam ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata adalah keharusan untuk
melaksanakan suatu perjanjian secara jujur atau secara pantas dan patut.7
perjanjian itu ada yang dibuat secara sah. Dengan demikian berdasarkan Pasal 1368
KUHPerdata, pelaksanaan dari isi suatu perjanjian dibatasi oleh kepantasan dan
kepatutan. Namun demikian, apabila dalam pelaksanaan suatu perjanjian salah satu pihak
tidak mematuhi ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata atau tidak melakukan
5
Yogi Aditya Pangestu, “Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Perjanjian Pengangkutan Sampah Antar
PT Multi Inti Guna Dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru Dalam Perkara No. 252
PDT./2016/PN.PBR”, (Skripsi—Universitas Islam Riau, 2019), hlm. 21.
6
Ibid., hlm. 22.
7
Aditya Fadli Turangan, “Pelaksanaan Perjanjian Dengan Itikad Baik Menurut Pasal 1338 KUHPerdata”,
Lex Privatum, Vol. VII, No. 1, (Januari 2019), hlm. 47.
5
perjanjian secara jujur atau secara pantas dan patut, hal itu tidak dapat mengubah hak dan
kewajiban pokok dari para pihak yang telah disepakati dalam perjanjian.8
Hal yang harus dilaksanakan dalam perjanjian itu dinamakan prestasi. Perjanjian
untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang, perjanjian untuk berbuat sesuatu, dan
perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Jika pada suatu perjanjian salah satu pihak tidak
dapat memenuhi atau melaksanakan sepenuhnya perjanjian yang telah disepakati maka
Faktor waktu dalam suatu perjanjian juga sangat penting, karena dalam suatu
perjanjian biasanya kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian dapat
terlaksana secepat mungkin, karena penentuan waktu pelaksanaan perjanjian itu sangat
penting untuk mengetahui tibanya waktu yang diwajibkan untuk menepati janjinya yang
telah disepakati. Dalam pelaksanaan perjanjian dibutuhkan hak dan kewajiban yang harus
dijalankan oleh masing-masing pihak supaya perjanjian tersebut tidak berat sebelah,
maka dari itu dalam pembuatannya agar hal tersebut menjadi asas keseimbangan diantara
masing-masing pihak.10
panjang terurai, tetapi ada kontrak yang singkat padat, bahkan ada kontrak yang terdiri
dari beberapa kalimat saja. Kesemua model kontrak tersebut tetap sah menurut hukum.
8
Ibid,.
9
Ibid,.
10
Yogi Pangestu, “Analisis Yuridis…”, hlm. 78.
6
Penafsiran perjanjian sangat diperlukan apabila para pihak memiliki pola pikir yang
saling bertentangan.11
dari penyataan yang dilakukan oleh para pihak, pemaknaan tersebut mempunyai
hubungan dengan keadaan dari peristiwa nyata yang berkaitan dengan dan karenanya
Pada Pasal 1342 KUHPerdata disebutkan bahwa “jika kata-kata dalam suatu
kontrak sudah jelas maka tidak lagi diperkenankan untuk menyimpang daripadanya
dengan jalan penafsiran”. Hal ini mengisyaratkan bahwa apapun kontrak yang dibuat
orang hendaknya jelas isinya sehingga memberi kepastian. Hal inilah yang dalam ilmu
hukum kontrak disebut dengan asas sens clair atau doktrik kejelasan makna (plain
meaning rules).13
yang paling baik, pastilah tetap saja membutuhkan penafsiran. Demikian pula, untuk
penafsiran yang baik pula. Menurut Ulpianus, bahwa meskipun peraturan dari sang
pembuat kontrak jelas sekali, namun penafsirannya tidak boleh diabaikan. Pendapat ini
didukung oleh Celcus, yang menyatakan bahwa kata-kata yang jelas sekalipun, tetap
11
Zam Zam Jamilah, Hasyim Purba, Sunarmi, Dedi Harianto, “Penafsiran Klausul Perjanjian Kerja Sama
Program Pengembangan Operasional Antara PT Bank X dengan Universitas Y”, Locus Journal of Academic
Literature Review, Vol. 1, No. 5 (September 2022), hlm. 264.
12
Ibid,.
13
Ibid,.
14
Bambang Sutiyoso, “Penafsiran Kontrak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Maknanya
Bagi Para Pihak yang Bersangkutan”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 20, No. 2 (April 2013), hlm. 209.
7
Pada suatu perjanjian tidak jarang dijumpai jika salah satu pihak tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam perjanjian tersebut atau yang sering disebut sebagai
wanprestasi. Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dengan itikad baik dapat terjadi
baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini
dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga
lain tersebut adalah pedagang maka bisa kehilangan keuntungan yang diharapkan. Bentuk
1. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya. Dengan kata lain, terlambat
melakukan prestasi, artinya meskipun prestasi itu dilaksanakan atau diberikan, tetapi
tidak sesuai dengan waktu pada perjanjian. Prestasi ini disebut juga sebagai kelalaian.
2. Tidak memenuhi prestasi, artinya prestasi itu tidak hanya terlambat, tetapi juga tidak
bisa lagi dijalankan. Hal semacam ini disebabkan beberapa hal, yaitu:
musnah.
b. Prestasi kemudian sudah tidak berguna lagi, karena saat penyerahan mempunyai
3. Memenuhi prestasi tidak sempurna, artinya prestasinya tetap diberikan tetapi tidak
sebagaimana mestinya.
15
Aditya Turangan, “Pelaksanaan Perjanjian…”, hlm. 49.
16
Ibid,.
8
suatu wanprestasi, kecuali memenuhi dua unsur yaitu adanya peringatan (aanmaning atau
somasi) dan unsur jika prestasi tidak dapat dilaksanakan karena adanya overmacht atau
keadaan terpaksa.17
Prestasi merupakan kewajiban para pihak yang harus dipenuhi para pihak dalam
suatu perjanjian. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud benda, tenaga atau keahlian, dan
17
Ibid,.
18
Ibid,.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
memiliki ikatan perjanjian, pelaksanaan perjanjian yang dilakukan secara penuh tanpa
ada kendala dan hambatan biasa disebut sebagai prestasi. Jika suatu perjanjian telah
dibuat maka masing-masing pihak sudah terikat dan harus melaksanakan perjanjian
antara masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian, karena pada dasarnya
manusia memiliki penfsiran tersendiri maka dari itu agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara para pihak maka diperlukan penafsiran isi perjanjian yang
3. Pada saat pelaksanaan perjanjian berlangsung tidak jarang dijumpai adanya kendala
atau hambatan baik yang disengaja atau yang tidak disengja, baik faktor alam atau
faktor ekonomi ketika pelaksanaan perjanjian masih berlanjut. Jika kendala ini
membuat tidak dapat memenuhi perjanjian maka hal ini sering disebut sebagai
wanprestasi.
B. Saran
10
1. Diharapkan dalam membuat perjanjian dapat mengetahui isi dan maksud dari
perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak atau bahkan masing-masing
pihak.
sebagaimana mestinya dan seharusnya yang tertuang pada isi perjanjian agar tidak
terjadi wanprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fidiastuti, Rachmah, Naufal Afrian Noormansyah, and Dwi Desi Yayi Tarina. "Penafsiran
Hakim Dalam Sengketa Wanprestasi Kontrak Kerjasama Perspektif Prinsip Kebiasaan
Setempat." n.d.
Jamilah, Zam Zam, Hasyim Purba, Sunarmi, and Dedi Harianto. "Penafsiran Klausul Perjanjian
Kerja Sama Program Pengembangan Operasional Antara PT Bank X dengan Universitas
Y." Locus Journal of Academic Literature Review, Vol. 1, No. 5, September 2022.
Shofi, Muhammad Aminuddin, and Muhammad Alwi Sihab Bashari. "Penafsiran Akad dan
Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Perikatan Perspektif Kaidah Fikih Muamalah
Kulliyah (Studi Komparasi KHES dan KUHPerdata)." Jurisy: Jurnal Ilmiah Syariah,
Vol. 2, No. 1, Maret 2022.
Sinaga, Niru Anita. "Implementasi Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian."
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 10, No. 1, 2019.
Sutiyoso, Bambang. "Penafsiran Kontrak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Maknanya Bagi Para Pihak yang bersangkutan." Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol.
20, No. 2, April 2013.
Tarungan, Aditya Fadli. "Pelaksanaan Perjanjian Dengan Itikad Baik Menurut Pasal 1338
KUHPerdata." Lex Privatum, Vol. VII, No. 1, Januari 2019.