Anda di halaman 1dari 14

PELAKSANAAN PERJANJIAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perikatan

Dosen Pengampu:

Yunizar Prajamufti, S.HI, M.H.

Disusun Oleh:

Norrahimah 2112130189

Ahmad Ridani 2112130175

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

2023M/1445H
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah dengan judul “Pelaksanaan

Perjanjian”.

Tak ada gading yang tak retak karena itu kami sebagai tim penulis menyadari bahwa

dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, baik dari sisi materi maupun

penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan

maupun saran yang bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi penulis dan seluruh

pembaca.

Palangka Raya, 8 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan Makalah..........................................................................................2

D. Metode Penulisan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. Pengertian Pelaksanaan Perjanjian.............................................................................4

B. Penafsiran Isi Perjanjian.............................................................................................5

C. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian.......................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................................9

B. Saran............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjanjian melahirkan perikatan yang menimbulkan akibat hukum bagi para

pihak. Akibat hukum itu adalah berupa hak dan kewajiban secara timbal balik antara para

pihak. Salah satu sumber hukum perjanjian di Indonesia adalah KUHPerdata. Pasal 1338

ayat 1 KUHPerdata berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Hal ini menunjukkan bahwa sistem

hukum perjanjian di Indonesia menganut sistem terbuka (open system). Sistem terbuka

artinya bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan

syarat-syaratnya, pelaksanaannya, maupun bentuknya tertulis atau lisan, dll.1

Dengan adanya perjanjian maka akan menimbulkan hak dan kewajiban bagi

masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian. Para pihak akan terikat untuk

mematuhi isi dari pada perjanjian yang telah dibuat dan disepakati. Dalam dunia bisnis,

perjanjian sangat penting sebagai pegangan, pedoman, alat bukti bagi para pihak. Dengan

adanya perjanjian yang baik diharapkan dapat mencegah terjadinya perselisihan

dikemudian hari. Perjanjian dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para

pihak. Dengan adanya perjanjian diharapkan para pihak yang terlibat di dalam perjanjian

dapat menjalankan sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui, dan melakukannya

dengan itikad baik.2

1
Niru Anita Sinaga, “Implementasi Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian”, Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara—Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma, Vol. 10, No. 1
(September 2019), hlm. 3.
2
Ibid,.
2

Di Indonesia mengenai hukum perikatan sama-sama diatur dalam KUHPerdata

sebagai panduan undang-undang perdata, dan juga dalam KHES sebagai panduan hukum

ekonomi syariah di Indonesia. Dalam dua kitab undang-undang ini dasar hukum

perikatan diatur secara gamblang meskipun ada letak perbedaan diantara keduanya dalam

berbagai aspek, namun dalam dua kitab ini membahas secara jelas aturan mengenai

ketentuan penafsiran akad, ketentuan mengenai berakhirnya perikatan, sekaligus panduan

tentang solusi jika terjadi perselisihan diantara para pihak.3

Sesuai asas pacta sunt servanda perjanjian yang sudah dibuat secara sah bersifat

mengikat dan berlaku sebagai undang-undang yang melahirkan suatu perikatan. Namun,

pada kondisi tertentu perjanjian para pihak tidak berjalan secara harmonis karena

berbagai kendala dari salah satu pihak atau pun kedua belah pihak sehingga

menyebabkan keadaan menjadi wanprestasi.4

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ditulis di atas maka penulis mengambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari pelaksanaan perjanjian?

2. Apa maksud dari penafsiran isi perjanjian?

3. Apa saja kendala-kendala dalam melaksanakan perjanjian?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas ialah

sebagai berikut:

3
Muhammad Aminuddin Shofi, Muhammad Alwi Sihab Bashari, “Penafsiran Akad dan Penyelesaian
Sengketa dalam Hukum Perikatan Perspektif Kaidah Fikih Muammalah Kulliyah (Studi Komparasi KHES dan
KUHPerdata), Jurisy: Jurnal Ilmiah Syariah, Vol. 2, No. 1 (Maret 2022), hlm. 88.
4
Rachmah Fidiastuti, Naufal Afrian Noormansyah, Dwi Desi Yayi Tarina, “Penafsiran Hakim Dalam
Sengketa Wanprestasi Kontrak Kerjasama Perspektif Prinsip Kebiasaan Setempat”, Vol. -, No. -, hlm. 2.
3

1. Memahami pengertian dari pelaksanaan perjanjian.

2. Memahami penafsiran isi perjanjian.

3. Memahami kendala-kendala dalam melaksanakan perjanjian.

D. Metode Penulisan

Jenis penulisan yang digunakan penulis adalah library research (kajian pustaka).

Dengan demikian, pembahasan dalam makalah ini dilakukan berdasarkan telaah pustaka

serta beberapa tulisan yang ada relevansinya dengan objek kajian. Dalam hal ini objek

yang penulis maksud adalah buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan badan

usaha non badan hukum persekutuan perdata dan sumber-sumber pendukung lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelaksanaan Perjanjian

Perjanjian di dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang hukum perdata disebutkan

bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 5 Selain pada Pasal 1313 KUHPerdata diatas,

para ahli juga memberikan pendapat mengenai perjanjian, bahwa perjanjian adalah suatu

perbuatan hukum mengenai harta kekayaan dua pihak yang berjanji untuk melaksanakan

sesuatu, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian tersebut.6

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menentukan bahwa suatu perjanjian harus

dilaksanakan dengan itikad baik sesuai dengan asas-asas pada perjanjian. Yang dimaksud

dengan itikad baik dalam ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata adalah keharusan untuk

melaksanakan suatu perjanjian secara jujur atau secara pantas dan patut.7

Itikad baik menitik beratkan pada pelaksanaan suatu perjanjian, sesudah

perjanjian itu ada yang dibuat secara sah. Dengan demikian berdasarkan Pasal 1368

KUHPerdata, pelaksanaan dari isi suatu perjanjian dibatasi oleh kepantasan dan

kepatutan. Namun demikian, apabila dalam pelaksanaan suatu perjanjian salah satu pihak

tidak mematuhi ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata atau tidak melakukan

5
Yogi Aditya Pangestu, “Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Perjanjian Pengangkutan Sampah Antar
PT Multi Inti Guna Dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru Dalam Perkara No. 252
PDT./2016/PN.PBR”, (Skripsi—Universitas Islam Riau, 2019), hlm. 21.
6
Ibid., hlm. 22.
7
Aditya Fadli Turangan, “Pelaksanaan Perjanjian Dengan Itikad Baik Menurut Pasal 1338 KUHPerdata”,
Lex Privatum, Vol. VII, No. 1, (Januari 2019), hlm. 47.
5

perjanjian secara jujur atau secara pantas dan patut, hal itu tidak dapat mengubah hak dan

kewajiban pokok dari para pihak yang telah disepakati dalam perjanjian.8

Hal yang harus dilaksanakan dalam perjanjian itu dinamakan prestasi. Perjanjian

untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang, perjanjian untuk berbuat sesuatu, dan

perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. Jika pada suatu perjanjian salah satu pihak tidak

dapat memenuhi atau melaksanakan sepenuhnya perjanjian yang telah disepakati maka

keadaan menjadi wanprestasi. 9

Faktor waktu dalam suatu perjanjian juga sangat penting, karena dalam suatu

perjanjian biasanya kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian dapat

terlaksana secepat mungkin, karena penentuan waktu pelaksanaan perjanjian itu sangat

penting untuk mengetahui tibanya waktu yang diwajibkan untuk menepati janjinya yang

telah disepakati. Dalam pelaksanaan perjanjian dibutuhkan hak dan kewajiban yang harus

dijalankan oleh masing-masing pihak supaya perjanjian tersebut tidak berat sebelah,

maka dari itu dalam pembuatannya agar hal tersebut menjadi asas keseimbangan diantara

masing-masing pihak.10

B. Penafsiran Isi Perjanjian

Rumusan kalimat dalam kontrak ada bermacam-macam, ada kontrak yang

panjang terurai, tetapi ada kontrak yang singkat padat, bahkan ada kontrak yang terdiri

dari beberapa kalimat saja. Kesemua model kontrak tersebut tetap sah menurut hukum.

Karena itu, mengingat keanekaragaman kontrak tersebut maka dibutuhkan kejelasan-

kejelasan lebih lanjut, dengan dilakukannya penafsiran terhadap kontrak tersebut.

8
Ibid,.
9
Ibid,.
10
Yogi Pangestu, “Analisis Yuridis…”, hlm. 78.
6

Penafsiran perjanjian sangat diperlukan apabila para pihak memiliki pola pikir yang

saling bertentangan.11

Menurut Aser dan Hartkamp penafsiran perjanjian adalah menentukan pengertian

dari penyataan yang dilakukan oleh para pihak, pemaknaan tersebut mempunyai

hubungan dengan keadaan dari peristiwa nyata yang berkaitan dengan dan karenanya

menentukan apa akibat hukum yang muncul dari pernyataan-pernyataan tersebut.12

Pada Pasal 1342 KUHPerdata disebutkan bahwa “jika kata-kata dalam suatu

kontrak sudah jelas maka tidak lagi diperkenankan untuk menyimpang daripadanya

dengan jalan penafsiran”. Hal ini mengisyaratkan bahwa apapun kontrak yang dibuat

orang hendaknya jelas isinya sehingga memberi kepastian. Hal inilah yang dalam ilmu

hukum kontrak disebut dengan asas sens clair atau doktrik kejelasan makna (plain

meaning rules).13

Paul Scholten menegaskan, sekalipun undang-undang itu dirumuskan dengan cara

yang paling baik, pastilah tetap saja membutuhkan penafsiran. Demikian pula, untuk

memahami secara baik isi kontrak maupun dokumen-dokumen bisnis diperlukan

penafsiran yang baik pula. Menurut Ulpianus, bahwa meskipun peraturan dari sang

pembuat kontrak jelas sekali, namun penafsirannya tidak boleh diabaikan. Pendapat ini

didukung oleh Celcus, yang menyatakan bahwa kata-kata yang jelas sekalipun, tetap

harus ditafsirkan menurut maksud orang yang mengeluarkan peraturan itu.14

11
Zam Zam Jamilah, Hasyim Purba, Sunarmi, Dedi Harianto, “Penafsiran Klausul Perjanjian Kerja Sama
Program Pengembangan Operasional Antara PT Bank X dengan Universitas Y”, Locus Journal of Academic
Literature Review, Vol. 1, No. 5 (September 2022), hlm. 264.
12
Ibid,.
13
Ibid,.
14
Bambang Sutiyoso, “Penafsiran Kontrak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Maknanya
Bagi Para Pihak yang Bersangkutan”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol. 20, No. 2 (April 2013), hlm. 209.
7

C. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Perjanjian

Pada suatu perjanjian tidak jarang dijumpai jika salah satu pihak tidak dapat

memenuhi kewajibannya dalam perjanjian tersebut atau yang sering disebut sebagai

wanprestasi. Wanprestasi atau tidak dipenuhinya janji dengan itikad baik dapat terjadi

baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak sengaja wanprestasi ini

dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga

karena terpaksa untuk tidak melakukan prestasi tersebut.15

Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain dirugikan, apalagi kalau pihak

lain tersebut adalah pedagang maka bisa kehilangan keuntungan yang diharapkan. Bentuk

wanprestasi adalah sebagai berikut:16

1. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya. Dengan kata lain, terlambat

melakukan prestasi, artinya meskipun prestasi itu dilaksanakan atau diberikan, tetapi

tidak sesuai dengan waktu pada perjanjian. Prestasi ini disebut juga sebagai kelalaian.

2. Tidak memenuhi prestasi, artinya prestasi itu tidak hanya terlambat, tetapi juga tidak

bisa lagi dijalankan. Hal semacam ini disebabkan beberapa hal, yaitu:

a. Pemenuhan prestasi tidak mungkin lagi dilaksanakan karena barangnya telah

musnah.

b. Prestasi kemudian sudah tidak berguna lagi, karena saat penyerahan mempunyai

arti yang sangat penting.

3. Memenuhi prestasi tidak sempurna, artinya prestasinya tetap diberikan tetapi tidak

sebagaimana mestinya.

15
Aditya Turangan, “Pelaksanaan Perjanjian…”, hlm. 49.
16
Ibid,.
8

Tidak sempurna dalam memenuhi suatu perjanjian tidak selamanya merupakan

suatu wanprestasi, kecuali memenuhi dua unsur yaitu adanya peringatan (aanmaning atau

somasi) dan unsur jika prestasi tidak dapat dilaksanakan karena adanya overmacht atau

keadaan terpaksa.17

Prestasi merupakan kewajiban para pihak yang harus dipenuhi para pihak dalam

suatu perjanjian. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud benda, tenaga atau keahlian, dan

tidak berbuat sesuatu.18

17
Ibid,.
18
Ibid,.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan perjanjian merupakan suatu kewajiban dari masing-masing pihak yang

memiliki ikatan perjanjian, pelaksanaan perjanjian yang dilakukan secara penuh tanpa

ada kendala dan hambatan biasa disebut sebagai prestasi. Jika suatu perjanjian telah

dibuat maka masing-masing pihak sudah terikat dan harus melaksanakan perjanjian

sebagaimana yang telah disepakati.

2. Penafsiran perjanjian terkadang harus dilakukan agar tidak ada kesalahpahaman

antara masing-masing pihak yang terikat dalam perjanjian, karena pada dasarnya

manusia memiliki penfsiran tersendiri maka dari itu agar tidak terjadi

kesalahpahaman antara para pihak maka diperlukan penafsiran isi perjanjian yang

dijelaskan secara gamblang pada saat pembuatan perjanjian berlangsung.

3. Pada saat pelaksanaan perjanjian berlangsung tidak jarang dijumpai adanya kendala

atau hambatan baik yang disengaja atau yang tidak disengja, baik faktor alam atau

faktor ekonomi ketika pelaksanaan perjanjian masih berlanjut. Jika kendala ini

membuat tidak dapat memenuhi perjanjian maka hal ini sering disebut sebagai

wanprestasi.

B. Saran
10

1. Diharapkan dalam membuat perjanjian dapat mengetahui isi dan maksud dari

perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak atau bahkan masing-masing

pihak.

2. Diharapkan jika sudah terikat dalam perjanjian dapat melaksanakan perjanjian

sebagaimana mestinya dan seharusnya yang tertuang pada isi perjanjian agar tidak

terjadi wanprestasi.
DAFTAR PUSTAKA

Fidiastuti, Rachmah, Naufal Afrian Noormansyah, and Dwi Desi Yayi Tarina. "Penafsiran
Hakim Dalam Sengketa Wanprestasi Kontrak Kerjasama Perspektif Prinsip Kebiasaan
Setempat." n.d.

Jamilah, Zam Zam, Hasyim Purba, Sunarmi, and Dedi Harianto. "Penafsiran Klausul Perjanjian
Kerja Sama Program Pengembangan Operasional Antara PT Bank X dengan Universitas
Y." Locus Journal of Academic Literature Review, Vol. 1, No. 5, September 2022.

Pangestu, Yogi Aditya. "Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Perjanjian Pengangkutan


Sampah Antar PT Multi Inti Guna Dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Pekanbaru Dalam Perkara No. 252 PDT./2016/PN.PBR." Skripsi--Universitas Islam
Riau, 2019.

Shofi, Muhammad Aminuddin, and Muhammad Alwi Sihab Bashari. "Penafsiran Akad dan
Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Perikatan Perspektif Kaidah Fikih Muamalah
Kulliyah (Studi Komparasi KHES dan KUHPerdata)." Jurisy: Jurnal Ilmiah Syariah,
Vol. 2, No. 1, Maret 2022.

Sinaga, Niru Anita. "Implementasi Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian."
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara, Vol. 10, No. 1, 2019.

Sutiyoso, Bambang. "Penafsiran Kontrak Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan
Maknanya Bagi Para Pihak yang bersangkutan." Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Vol.
20, No. 2, April 2013.

Tarungan, Aditya Fadli. "Pelaksanaan Perjanjian Dengan Itikad Baik Menurut Pasal 1338
KUHPerdata." Lex Privatum, Vol. VII, No. 1, Januari 2019.

Anda mungkin juga menyukai