Anda di halaman 1dari 31

Modul Pengauditan II

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN AKUNTAN


PUBLIK

Disusun Oleh :

RISMAYANTI (A031171019)

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan modul yang
berjudul “Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Akuntan Publik” dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengauditan
II yang diampu oleh Bapak Drs. Muhammad Ashari, SE.Ak.,M.SA.,CA.

Dalam proses penyusunannya, modul ini tak lepas dari bantuan, arahan
dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
atas segala partisipasi dan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan modul
ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan modul ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga modul ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Makassar, 28 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAGIAN I TINJAUAN MATA KULIAH .......................................................... 4
A. Deskripsi Mata Kuliah ................................................................................. 4
B. Kegunaan Mata Kuliah ................................................................................ 4
C. Sasaran Pembelajaran Mata Kuliah ............................................................. 4
B. Ruang Lingkup Bahan Modul ...................................................................... 6
C. Manfaat Pembelajaran Modul ...................................................................... 6
D. Urutan Pembahasan ...................................................................................... 6
BAGIAN III MATERI PEMBELAJARAN ........................................................... 7
A. OTORITAS JASA KEUANGAN ............................................................... 7
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia ................................................. 7
2. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan .............................................................. 10
3. Fungsi, Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan ......................... 10
4. Kebijakan Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan ...................................... 13
B. AKUNTAN PUBLIK ................................................................................ 15
1. Profesi Akuntan Publik .......................................................................... 15
2. Jasa-jasa Akuntan Publik........................................................................ 16
3. Tanggung Jawab Akuntan Publik........................................................... 21
4. Etika Profesional Akuntan Publik .......................................................... 22
BAGIAN IV LATIIHAN ................................................................................... 29
A. Jawablah latihan soal dibawahh ini sesuai petunjuk! ................................. 29
B. Petunjuk Latihan ........................................................................................ 29
Silahkan jawab pertanyaan diatas dengan memberikan jawaban yang teliti dan
cermat serta penjelasan secara menyeluruh dan jelas! ...................................... 29
BAGIAN V RANGKUMAN .............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

3
BAGIAN I
TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Mata Kuliah


Pengauditan II merupakan salah satu mata kuliah wajin bagi
mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univerisitas
Hasanuddin. Bahasan- bahasan dan materi dari mata kuliah Pengauditan I
akan dilanjutkan dalam mata kuliah ini. Dalam mata kuliah Pengauditan I,
berisi pembahasan-pembahasan mengenai berbagai hal yang perlu
diketahui oleh mahasiswa mengenai profesi akuntan publik dan
pekerjaannya. Sedangkan, dalam mata kuliah Pengauditan II ini,
dipusatkan kepada metodologi auditing yang meliputi desain pengendalian
terhadap berbagai siklus transaksi entitas dan desain pengujian substantive
terhadap berbagai saldo akun signifikan dalam laporan keuangan.
B. Kegunaan Mata Kuliah
Dengan mata kuliah ini diharapkan agar mampu mendorong
mahasiswa untuk memahami proses pengauditan dan penyusunan laporan
audit yang meliputi konsep-konsep audit serat aspek-aspek praktisnya.
Selain itu, besar harapan bahwa mahasiswa mampu mengembangkan
dirinya sebagai perancang berbagai pengujian pengendalian dan pengujian
substantive dalam berbagai sistem pengolahan data akuntansi yang
dihadapinya dalam praktik nanti.
C. Sasaran Pembelajaran Mata Kuliah
Pertemuan Sasaran Pembelajaran
Meguasai konsep integritas akademik secara umum dan kerangka
1
koseptual auditing II
Mampu memahami audit siklus pendapatan : pengujian
2
pengendalian
Mampu memahami audit siklus pendapattan : pengujian
3
substantive
Mampu memahami audit siklus pengeluaran : pengujian
4
pengendalian

4
Mampu memahami audit siklus pengeluaran : pengujian
5
substantive
6 Mampu memahami audit siklus produksi
7 Mampu memahami audit siklus jasa personalia
8 Mid test
9 Mampu memahami audit siklus investasi
10 Mampu memahami audit siklus pembiayaan
11 Mampu memahami audit saldo kas
Mampu memahami penyelesaian audit dan tanggung jawab pasca
12
audit
Mampu memahami penyusunan laporan audit atas laporan
13
keuangan yang telah di audit
14 Mampu memahami jasaa-jasa lain akuntan dan pelaporannya
15 Mampu memahami BAPEPAM dan akuntan publik
16 Final test

5
BAGIAN II

PENDAHULUAN

A. Sasaran Pembelajaran Modul


Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK)
2. Mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan Akuntan Publik
B. Ruang Lingkup Bahan Modul
Modul ini mengacu pada referensi-referensi terkait yang
didasarkan pada Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Pengauditan II.
Modul ini diharapkan agar dapat menambah pengetahuan terkait audit
dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan dan akuntan publik. Dalam modul
ini, materi audit atas siklus pendapatan pengujian pengendalian meliputi
pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Otoritas Jasa
Keuangan dan Akuntan Publik.
C. Manfaat Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Memahami hal-hal yang berkaitan dengan Otoritas Jasa Keuangan
2. Memahami hal-hal yang berkaitan dengan Akuntan Publik
D. Urutan Pembahasan
1. Otoritas Jasa Keuangan.
2. Akuntan Publik

6
BAGIAN III
MATERI PEMBELAJARAN

A. OTORITAS JASA KEUANGAN


1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) adalah sebuah lembaga di bawah Kementerian Keuangan Indonesia
yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan
pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terhitung
mulai tanggal 31 Desember 2012, tugas dan fungsi Bapepam-LK berpindah
ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Terdapat beberapa tugas fungsi Bapepam-LK yang tetap dilaksanakan
oleh Kementerian Keuangan (tidak berpindah ke OJK), yaitu:
a. Fungsi Pengaturan
1) Mewakili pemerintah dalam mengajukan Rancangan Undang-
Undang terkait bidang tugas OJK kepada DPR. Saat ini terdapat
RUU yang masih memerlukan proses penyelesaian, antara lain
RUU Lembaga Keuangan Mikro, RUU Perasuransian, RUU Dana
Pensiun, RUU Jaring Pengaman Sektor Keuangan, RUU
Penjaminan dan RUU Penjaminan Polis.
2) Memberikan masukan kepada pejabat ex officio OJK dari
Kementerian Keuangan atas substansi draft Peraturan OJK untuk
memastikan bahwa Peraturan OJK sejalan dengan kebijakan
Pemerintah.
b. Fungsi Kesekretariatan Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan
Dalam pasal 44 ayat (2) Undang-Undang OJK dinyatakan bahwa
“Forum Koordinasi Stabilitas Sektor Keuangan dibantu kesekretariatan
yang dipimpin salah seorang pejabat eselon I di Kementerian
Keuangan”, sehingga fungsi tersebut harus diakomodasikan dalam unit
pengganti eks Bapepam-LK.
c. Fungsi Hubungan Internasional

7
Fungsi ini diperlukan untuk mengakomodasikan kepentingan OJK
dalam hubungan internasional yang bersifat Government to
government.
d. Penanganan dokumen dan permasalahan eks UP3 (Unit Pelaksana
Penjaminan Pemerintah).
e. Perizinan dan pengawasan aktuaris
Mengingat cakupan jasa aktuaris sangat luas, tidak terbatas pada
industri jasa keuangan, maka tidak tepat apabila perizinan dan
pengawasannya tetap berada pada OJK. Perizinan dan pengawasan
aktuaris mungkin akan lebih tepat apabila ditangani oleh Kementerian
Keuangan bersama dengan profesi lainnya yaitu Akuntan dan Penilai
f. Pembinaan atas jaminan sosial dan dana pensiun PNS saat ini menjadi
salah satu tugas Biro Dana Pensiun.
g. Pelaksanaan UU No 33 dan 34 tahun 1964 tentang Dana
Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan Penumpang dan UU Nomor 34
Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungjawaban Wajib Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan.
h. BPJS.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan lainnya.
Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21 tersebut. Tugas pengawasan
industri keuangan non-bank dan pasar modal secara resmi beralih dari
Kementerian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK pada 31 Desember 2012.

8
Sedangkan pengawasan di sektor perbankan beralih ke OJK pada 31
Desember 2013 dan Lembaga Keuangan Mikro pada 2015.
Dalam menjalankan tugasnya, OJK memiliki nilai-nilai penting yaitu :
a. Integritas. Bertindak objektif, adil, dan konsisten sesuai dengan kode
etik dan kebijakan organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan
komitmen.
b. Profesionalisme. Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan
kompetensi yang tinggi untuk mencapai kinerja terbaik.
c. Sinergi. Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik
internal maupun eksternal secara produktif dan berkualitas.
d. Inklusif. Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan
serta memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industri
keuangan.
e. Visioner. Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan
(Forward looking) serta dapat berpikir di luar kebiasaan (Out of The
Box Thinking).

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya Otoritas Jasa Keuangan


berlandaskan asas-asas sebagai berikut:

a. Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan


dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
c. Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum.
d. Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan,

9
serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
e. Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
f. Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral
dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan.
g. Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
2. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan
Pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK menyebutkan
bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan,
akuntabel dan mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi kepentingan konsumen
maupun masyarakat.
Dengan pembentukan OJK, maka lembaga ini diharapkan dapat
mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh
sehingga meningkatkan daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus
mampu menjaga kepentingan nasional. Antara lain meliputi sumber daya
manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa
keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik,
yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness).
3. Fungsi, Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan.

10
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas
utama dari OJK adalah melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap:
a) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan.
b) Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal.
c) Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun.
d) Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:
a) Terkait Khusus Pengawasan dan Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan
Bank yang meliputi:
 Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank,
anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank,
serta pencabutan izin usaha bank.
 Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
 Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang
meliputi: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio
kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit,
rasio pinjaman terhadap simpanan dan pencadangan bank,
laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank,
sistem informasi debitur; pengujian kredit (credit testing), dan
standar akuntansi bank
 Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank,
meliputi: manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal
nasabah dan anti-pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan
terorisme dan kejahatan perbankan, serta pemeriksaan bank.
b) Terkait Pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank)
meliputi:
 Menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
 Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa
keuangan.
 Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.

11
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah
tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola
statuter pada lembaga jasa keuangan.
 Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta
mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan
kewajiban.
 Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
c) Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non-bank)
meliputi:
 Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan
jasa keuangan.
 Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan
oleh Kepala Eksekutif.
 Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan,
pelaku, dan atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
 Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan
atau pihak tertentu.
 Melakukan penunjukan pengelola statute.
 Menetapkan penggunaan pengelola statute.
 Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan.
 Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang
perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda
terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan,
persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.

12
4. Kebijakan Pengaturan Otoritas Jasa Keuangan
Untuk mencapai ekonomi yang berkelanjutan, untuk menciptakan
peluang kerja yang luas dan seimbang di semua sektor ekonomi dan
untuk memastikan kesejahteraan yang adil bagi semua orang Indonesia,
program pembangunan nasional harus sepenuhnya diimplementasikan
dan mampu memajukan kegiatan ekonomi yang lebih luas, dan
menyentuh semua sektor riil ekonomi Indonesia. Programm
Pembangunan Nasional juga harus dilaksannakan secara transparaan dan
bertanggung jawab dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi
yang diabadikan dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam mencapaai tujuan-tujuan ini, Program
Pengembangan Ekonomi Nasional harus didukung oleh tata
pemerintahan yang baik, yang secara terus-menerus memperbaiki semua
aspek sistem ekonomi nasional. Komponen penting dari ekonomi
nasional adalah sistem keuangan dan semua kegiatan jasa keuangan yang
bertindak sebagai perantara berbagai aktivitas produktif dalam
perekonomian.
Fungsi intermediasi dapat dilakukan oleh berbagai organisasi atau
lembaga jasa keuangan telah memberikan kontribusi yang signifikan
untuk membiayai pembangunan ekonomi. Karena itu, negara selalu
serius mengembangkan kegiatan jasa keuangan, berusaha menciptakan
kerangka kerja hukum yang komprehensif dan komprehensif serta
pengawasan sektor jasa keuangan. Globaliisasi dalam sistem keeuangan
dan keemajuan pesat dalam teknologii informasi dan inovasii keuangan
telahh menciiptakan sisten keuanngan yang sanngat kompleks, diinamis
dan saliing terkait antara sub-sektor keuangan dalam hal produk dan
institusi. Selain itu, kebeeradaan lembaga jasa keeuangan yang
mempertahankan hubungan kepemiliikan diberbagai sub-sektor keuangan
(korporasi) telah meningkatkan kompleksiitas transaksii dan inteeraksi
antara lembaga jasa keuangan dalam sisstem keuangan.
UU OJK pada dasarnya berisi ketentuan tentang organisasi dan tata
kelola organisasi (Governace) dengan wewenang pengawasan dan

13
peraturan di sektor jasa keuangan. OJK didirikan dengan tujuan
mengelola semua kegiatan jasa keuaengan dalam industri jasa keuangan
secara sistematis, adill, transsparan, dan bertanggung jawab dan mampu
meweujudkan sisstem keauangan yang berkembang secara
berrkelanjutan, dan mampu melindungi keepentingan konssumen dan
masyarakat. Sejalan dengan tujuaan ini, OJK harus dapat mendukung
keppentingan sektor jasa keuangan nasional untuk meningkatkan daya
saing nasional. Selain itu, dengan mempertimbangkan aspek positif
globalisasi, OJK harus mampu melindungi kepentingan nasional,
termasuk sumber daya manusia, manajemen, pengawsan dan
kepeemilikan di sektorr jasa keuangan.
Penjelasan UU OJK menyebutkan “Otoritas Jasa Keuangan
dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang
meliputi indeependensi, akuntabillitas, pertangggungjawaban,
trannsparansi, dan kewajaran (fairness)”. Sistem nilai, juga dikenal
sebagai tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance
atau GCG), mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan
kegiatan operasional dan proses kegiatan fungsinya secara sehat.
Pembentukan organisasi GCG dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, sehingga mengungkapkan informasi tentang
beberapa aspek utama GCG dan arahan organisasi perusahaan.
OJK sebagai lembaga sektor publik, GCG adalah komponen
mendasar dari kemampuan OJK untuk menjalankan fungsinyanya dalam
jangka panjang. Dengan diterbitkannya peta tata kelola Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), GCG adalah ukuran kinerja OJK, selain itu juga
ukuran kerja OJK adalah kinerja keuangan dan operasional. Dalam tata
kelola OJK di Indonesia terbagi atas 4 bagian yaitu Governanve
Principles, Governance Structure, Governance Process, dan Governance
Outcome.

14
B. AKUNTAN PUBLIK
1. Profesi Akuntan Publik
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit
yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan
berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan
dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum
perusahaan di negara tersebut. Akuntan publik merpakan individu dengan
ijin yang dimiiliki untuuk memberikan jasa asurans sesuai denga
peraturan perundang-undangan.
Mengingat bahwa laporan keuangan diperlukan oleh masyarakat
luas, maka kualitas laporan keuangan tersebut menjadi sangat krusial.
Sebelum laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat
pertanggung jawaban kepada para pemangku kepentingan, perlu ada
jaminan bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar.
Yang paling tepat untuk memberikan jaminan ini adalah pihak luar
manajemen yang kompeten dan independen. Pihak ini sering disebut
sebagai akuntan publik, yang fungsi pokoknya melakukan pemeriksaan
umum atas laporan keuangan perusahaan sebelum diterbitkan sebagai
alat pertanggung jawaban manajemen.
Pemeriksaan oleh akuntan publik ini sangat penting karena
walaupun departemen akuntansi dalam suatu organisasi (perusahaan)
mempunyai kecakapan dan keterampilan dalam ilmu dan praktik
akuntansi, namun karena posisinya dibawah manajemen perusahaan
maka berdasarkan persepsi pihak luar manajemen, kedudukan akuntan
perusahaan tersebut dianggap tidak independen. Fungsi pokok akuntan
publik adalah melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan
perusahaan dan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan
setelah melakukan prosedur audit.
Seluruh akuntan Indonesia bernaung di dalam organisasi profesi
yang disebut Ikatan Akuntan Indonesia - IAI (Institute of Indonesia
Chartered Accountantst). Sejalan dengan semakin bertambahnya
spesialisasi bidang-bidang pekerjaan yang digeluti oleh para akuntan,

15
maka terbentuk pula sub-sub organisasi profesi, seperti Insititut Akuntan
Publik Indonesia, Institut Akuntan Manajemen Indonesia, Institut
Akuntan Sektor Publik, dan Institut Akuntan Pendidik Indonesia.
IAI didirikan pada 23 Desember 1957 dengan tujuan membimbing
perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan,
dan mempertinggi mutu pekerjaan akuntan. IAI bertanggung jawab
menyelenggarakan ujian sertifikasi akuntan profesional, menjaga
kompetensi melalui penyelenggaraan pendidikan profesional
berkelanjutan, menyusun dan menetapkan kode etik, standar profesi, dan
standar akuntansi, menerapkan penegakan disiplin anggota, serta
mengembangkan profesi akuntan Indonesia.
Sebagai salah satu kompartemen dari IAI, kompartemen akuntan
publik beranggotakan para akuntan yang berpraktik sebagai akuntan
publik dan telah memiliki ijin praktik. Tujuan utama dibentuknya
kompartemen ini adalah untuk membina para anggotanya agar dapat
melaksanakan fungsi dan perannya sebagai akuntan publik yang
profesional dan selalu memutakhirkan pengetahuannya terutama
dibidang akuntansi dan pegauditan.
2. Jasa-jasa Akuntan Publik
a. Jasa Penjaminan
Jasa penjaminan (assurance services) adalah jasa profesional
independen untuk memperbaiki kualitas informasi bagi para
peengambil keputusan. Orang-orang yang bertanggungjawab untuk
melakukan pengambilan keputusan memebutuhkan jasa penjaminan
guna membantu memperbaiki keandalan dan relevansi informasi
yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Jasa
penjaminan memiliki nilai karena pemberi jaminan bersifat
independen dan tidak bias dengan informasi yang diperiksanya.
Jasa penjaminan dapat diberikan oleh Kantor-kantor Akuntan
Publik (KAP) atau profesional-profesional lainnya.

16
b. Jasa Atestasi

Jasa atestasi adalah jenis jasa penjaminan yang dilakukan kantor


akuntan publik dengan menerbitkan suatu laporan tertulis yang
menyatakan kesimpulan tentang keandalan pernyataa tertulis yang
dibuat oleh pihak lain. Ada tiga bentuk jasa atestasi yaitu audit atas
laporan keuangan historis, review atas laporan keuangan historis,
dan jasa atestasi lainnya.
1) Audit atas laporan keuangan historis, adalah salah satu bentuk
atestasi yang dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini
auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan
pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Manakala klien
menyajikan informasi dalam suatu bentuk laporan keuangan
pada saat itu klien pada hakekatnya membuat berbagai asersi
tentang keadaan keuangan dan hasil-hasil operasinya. Para
pemakai laporan keuangan eksternal yang mendasarkan
pengambilan keputusan bisnisnya pada laporan keuangan
tersebut akan melihat pada laporan auditor untuk mendapatkan
keyakinan bahwa laporan keuangan itu bisa diandalkan. Mereka
memandang laporan auditor memiliki nilai karena auditor
independen terhadap klien dan memahami hal-hal yang
berkaitan dengan pelaporan keuangan.
2) Review atas laporan keuangan historis, adalah jenis lain dari
jasa atestasi yang diberikan kantor-kantor akuntan publik.
Banyak perusahaan nonpublic menginginkan jaminan atas
laporan keuangan dengan biaya yang lebih murah. Audit
menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review hanya
menghasilkan jaminan yang moderat atas laporan keuangan, dan
untuk mendapat jaminan demikian, dibutuhkan bukti yang lebih
sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup
memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya
pemeriksaaan yang lebih murah.

17
3) Jasa atestasi lainnya. Kebanyakan dari jasa atestasi yang
diberikan oleh kantor-kantor akuntan publik merupakan
perluasan dari audit atas laporan keuangan, karena pemakai
laporan membutuhkan jaminan independen tentang informasi
lainnya (selain informasi dalam laporan keuangan). Sebagai
contoh, bank sering minta kepada debiturnya (pengambil kredit)
agar diperiksa oleh akuntan publik untuk mendapatkan jaminan
bahwa debitur telah melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu
sebagaimana tercantum dalam akad kredit.

c. Jasa penjaminan lainnya


Kebanyakan jasa penjaminan lain yang diberikan kantor-kantor
akuntan publik tidak merupakan jasa atetstasi. Jasa-jasa tersebut
mirip dengan jasa atestasi yaitu akuntan publik harus independen
dan harus memberikan jaminan atas informasi yang akan dipakai
para pengambil keputusan. Perbedaannya ialah bahwa akuntan
publik tidak diminta untuk menerbitkan laporan tertulis dan
penjamin tidak mengenai keandalan pernyataan tertulis yang dibuat
pihak lain dalam kaitannya dengan suatu kriteria tertentu. Dalam
penugasan jasa penjaminan semacam ini, jaminan diberikan atas
keandalan dan relevansi informasi yang dinyatakan atau tidak
dinyatakan oleh pihak lain. Karakteristik umum jasa penjaminan,
termasuk audit atas jasa atestasi lainnya, dititikberatkan pada
perbaikan kualitas informasi yang digunakan para pengambil
keputusan
d. Jasa bukan penjaminan
Kantor akuntan publik juga memberikan berbagai jenis jasa lain
yang pada umumnya tidak merupakan jasa penjaminan. Tiga contoh
jenis jasa bukan penjaminan yang sering diberikan kantor-kantor
akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa
perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen.
Antara jasa konsultasi manajemen dan jasa penjaminan
seringkali nampak tumpeng-tindih. Tujuan utama penugasan

18
konsultasi manajemen adalah memberikana rekomendasi kepada
manajemen, sedangkan tujuan utama suatu penugasan jasa
penjaminan adalah untuk memperbaiki kualitas infromasi. Meskipun
kualitas informasi seringkali merupakan kriteria penting dalam
penugasan konsultasi, namun sasaran ini tidak merupakan tujuan
utama.
Jenis jasa bukan penjaminan yang dihasilkan oleh akuntan
publik dapat juga dikategorikan denga jasa kompilasi, jasa
perpajakan, dan jasa konsultasi. Dalam jasa kompilasi, akuntan
publik melaksanakan berbagai jasa akuntansi kliennya seperti
pencatatan (baik dengan manual maupun dengan komputer) transaksi
akuntansi bagi kliennya sampai dengan penyusunan laporan
keuangan. Jasa perpajakan meliputi bantuan yang diberikan oleh
akuntan publik kepada kliennya dalam pengisian surat
pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak penghasilan, perencanaan
pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi masalah
perpajakan
Jasa konsultasi diatur dalam Standar Jasa Konsultasi. Jasa
konsultasi dapat meliputi jasa-jasa berikut ini :
a) Konsultasi (consutasions. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi
adalah memberikan konsultasi atau saran profesional
(professional advice) yang memerlukan respon segera,
berdasarkan pada pengetahuan mengenai klien, keadaan, masalah
teknis terkait, representasi klien, dan tujuan bersama berbagai
pihak. Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar
terhadap rencana bisnis buatan klien dan pemberian saran tentang
perangkat lunak komputer yang cocok digunakan oleh klien
(berdasarkan investigasi lebih lanjut oleh klien).
b) Jasa pemberian saran profesional (advisory services). Untuk jenis
jasa ini, fungsi praktisi adalah mengembangkan temuan,
simpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan
diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah review

19
operasional dan improvement study, analisis terhadap suatu sistem
akuntansi, pemberian bantuan dalam proses perencanaan
strategic, dan definisi persyaratan yang harus dipeenuhi oleh
suatu sistem informasi.
c) Jasa implementasi. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah
mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya
dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasii.
Praktisi bertanggung jawab kepada klien dalam hal pelaksanaan
dan manajemen kegiatan perikatan. Contoh jenis jasa ini adalah
penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung
yang berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap peningkatan
produktivitas, dan pemberian bantuan dalam proses
penggabungan (merger) organisasi.
d) Jasa transaksi. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk
menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi
khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis
jasa adalah jasa pengurusan kepailitan, jasa penilaian, penyediaan
informasi untuk mendapatkan pendanaan, analisis kemungkinan
penggabungan usaha atau akusisi, dan jasa pengurusan perkara
pengadilan.
e) Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya. Untuk jenis jasa
ini, fungsi praktisi adalah menyediakan staf yang memadai
(dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa
pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh
klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien
sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini
adalah manajemen fasilitas pemrosesan data, pemrograman
komputer, perwalian dalam rangka kepailitan, dan aktivitas
controllership.
f) Jasa produk. Untuk jenis jasa ini, fungsi praktisi adalah untuk
menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk

20
tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan
paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat
lunak komputer, dan penjualan, dan instalasi metodologi
pengembangan sistem.
3. Tanggung Jawab Akuntan Publik
Secara umum auditor sama dengan profesi lainnya merupakan
subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas
kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di
dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara
(lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis.
Litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau
reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan
publik tersebut. Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia
terhadap kepercayaan yang diberikan publik seharusnya akuntan publik
dapat memberikan kualitas jasa yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan mengedepankan kepentingan publik yaitu selalu bersifat obyektif
dan independen dalam setiap melakukan analisa serta berkompeten
dalam teknis pekerjaannya. Terlebih-lebih tanggung jawab yang
dimaksud mengandung kewajiban hukum terhadap kliennya.
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan PMK No. 17 Tahun
2008 pasal 44 ayat (1) menyatakan akuntan publik dan/atau KAP
bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikan dan ayat (2)
menyatakan Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor
Independen dan Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan
selama 10 (sepuluh) tahun.
Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pasal 80 UU No.8 tahun
1995 tentang Pasar Modal menyatakan Akuntan Publik sebagai jasa
professional ikut bertanggung jawab bila Pernyataan Pendaftaran Emiten
yang dijaminnya tidak memuat informasi mengenai Fakta Material sesuai
Undang-Undang sehingga informasi tersebut menyesatkan. Namun
tanggung jawab auditor terbatas pada pendapat yang diberikannya.

21
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-
86/BL/2011 tentang independensi akuntan yang memberikan jasa di
pasar modal, pada pasal 7 menyatakan dalam penerimaan penugasan
profesional, Akuntan wajib mempertimbangkan secara profesional dan
memiliki independensi yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank, pada pasal 19 menyatakan Akuntan Publik yang
melakukan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank wajib :

a. Melakukan audit sesuai dengan standar professional akuntan publik


serta perjanjian kerja dan lingkup audit yang disepakati Bank dan
Kantor Akuntan Publik
b. Memberitahukan pelanggaran perundang-undangan dan keadaan lain
yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank selambat-
lambatnya 7 ari setelah ditemukan.
c. Menyampaikan hasil audit dan Management Letter kepada Bank
Indonesia.
d. Memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998.

4. Etika Profesional Akuntan Publik

Pada dasarnya setiap individu yang rnelakukan pekerjaan akan


mendapatkan kepercayaan dari pihak lain agar dapat mendukung
kelancaran pekeIjaan yang ia lakukan. Agar kepercayaan tersebut dapat
terus terjaga, maka setiap individu berkewajiban untuk menjaga
kepercayaan yang telah diberikan dengan berbuat dan bertingkah laku
sesuai dengan aturan yang ada dan memperhatikan kepentingan
masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dengan kata lain,
setiap individu harus memiliki etika dalam menjalankan profesinya.

22
Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip
moral atau nilai-nilai. Apabila terdapat aturan tertulis mengenai prinsip
moral atau nilai-nilai tersebut, maka dapat dikatakan sebagai kode etik.
Kode etik yang mengatur profesi auditor independen di Indonesia dikenal
dengan nama Kodl~ Etik Profesi Akuntan Publik. IAPI menyatakan bahwa
Kode etik ini menetapkan primip dasar dan aturan etika profesi yang harus
diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau
Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (lAPI) maupun yang bukan merupakan anggota IAPl, yang
memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selain
assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan kode etik
profesi. Di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik, terdapat empat
prinsip dasar yang akan dibahas dalam penelitian sekarang yaitu:

1) Prinsip integritas
Menurut lAPI dikatakan bahwa setiap praktisi harus tegas dan
jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam
melaksanakan pekerjaannya. Setiap anggota harus dapat menjalankan
tanggung jawab pekerjaan dengan integritas yang tinggi agar
kepercayaan masyarakat dapat terus terjaga. Integritas merupakan
kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa sehingga laporan yang disajikan itu dapat menjelaskan suatu
kebenaran akan fakta, karena dengan cara itulah maka masyarakat
dapat mengakui profesionalisme seorang akuntan.
Seorang auditor independen tidak dapat mengambil ktmntungan
pribadi di atas kepercayaan masyarakat. Dalam pelaksanannya,
integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan
adil. Apabila auditor independen dihadapkan pada situasi tidak

23
terdapat aturan, standar, panduan khusus, atau dalam menghadapi
pendapat yang bertentangan, ia harus berpikir apakah keputusan atau
perbuatannya telah seusai dengan integritasnya sebagai auditor
independen. IAPI menyatakan bahwa praktisi tidak boleh terkait
dengan laporan, komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya
terdapat kesalahan yang material atau pemyataan yang menyesatkan,
pemyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati, dan
penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas
informasi yang seharusnya diungkapkan.
2) Prinsip objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa
yang diberikan anggota. Setiap praktisi tidak boleh membiarkan
subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak
(undue influence) dari pihak-pihak lain mempengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya. Ketika melaksanakan
pengauditan seorang akuntan harus mampu menempatkan dirinya
sebaik dan sebebas mungkin sehingga mampu melihat kenyataan
secara apa adanya dan mampu menilai secara jujur serta menyajikan
sesuai dengan hasil penilaian terhadap kenyataannya tersebut. Hal ini
berarti bahwa seorang auditor independen dalam menjalankan
objektivitas harus dapat melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh
klien tanpa adanya pengaruh dari pihak luar.
IAI mengatur dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia, bahwa
dalam menghadapi situasi dan prakitk yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas,
pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor
berikut:
a. Bila auditor independen dihadapkan pada situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan
kepadanya, maka tekanan ini dapat menggangu objektivitasnya.

24
b. Kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam menentukan
standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau
kelihatan dapat merusak objektivitas seseorang
c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau
pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
d. Auditor independen memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa profesional
mematuhi prinsip objektivitas.
e. Auditor independen tidak boleh menerima atau menawarkan
hadiah atau memberikan entertainment yang dipercaya dapat
menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertinbangan
profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Auditor independen harus menghindari situasi-
situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka temoda.
3) Prinsip kompetensi
Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan
pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara
objektif, cermat, dan seksama. Kompetensi didefinisikan sebagai
aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia
untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup
sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan di
mana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah
laku akan menghasilkan kinerja.
Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan
yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin. Setiap praktisi
wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatl
tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga
klien Itau pemberi keIja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan.

25
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman
memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan
akuntansi. Pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Secara umum ada lima pengetahuan yang harus dimiliki
oleh seorang auditor yaitu pengetahuan pengauditan umum,
pengetahuan area fungsional, pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi
yang paling baru, pengetahuan mengenai industri khusus, pengetahuan
mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Untuk area
fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer
sebagian didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian
besar dari pelatihan dan pengalaman. Demikian juga dengan isu
akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan profesional
yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan mengenai
industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan
dan pengalaman.
Auditor independen dituntut untuk memiliki kompetensi yang
tinggi, di mana kompetensi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan
tetapi juga pengalaman. Semakin banyak pengalaman seseorang, maka
hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai
memori tentang struktur kategori yang rumit. Auditor dapat
memperoleh pengetahuan dan struktur pengetahuannya melalui
pengalaman.
Auditor yang bepengalaman akan memiliki lebih banyak
pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor
yang belum berpengalaman. Seorang auditor yang lebih
berpengalaman dapat mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan dengan
lebih baik daripada auditor yang kurang berpengalaman. Mereka juga
lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-
kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan
kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem
akuntansi yang mendasari.
4) Prinsip perilaku profesional

26
Setiap praktisi wajib mematuhi hukurn dan peraturan yang berlaku
dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi. Hal tersebut berhubungan dengan prinsip perilaku profesional
yang harus dimiliki auditor independen. Profesionalisme merupakan
suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekeIjaan
merupakan suatu profesi atau tidak.
Sebagai profesional, akuntan publik harus berperilaku yang
terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi dan
mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien, dan rekan
seprofesi. IAPI mengatakan bahwa dalam memasarkan dan
mempromosikan diri dan pekeIjaannya, setiap praktisi harus bersikap
jujur dan tidak boleh bersikap atau melakubn tindakan sebagai berikut:
a. Membuat pemyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional
yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman
yang telah diperoleh.
b. Membuat pemyataan yang merendahkan atau melakukan
perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan
praktisi lain.
Terdapat lima dimensi profesionalisme yaitu:

a. Pengabdian pada profesi (dedication)


Pengabdian pada profesi tercermn dalam dedikasi profesional
melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap
pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan
sekadar alat untuk mencapai tujuan_ Penyerahan diri secara total
mernpakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang
diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan
material.
b. Kewajiban sosial (social obligation)
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peran
profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun
oleh profesional karena adanya pekerjaan terse but.

27
c. Kemandirian (autonomy demands)
Kemandirian adalah suatu pandangan bahwa seorang
profesional harns mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak yang lain.
d. Keyakinan terhadap peraturan profesi (beliefin self-regulation)
Merupakan suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan
bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang
ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan ini berarti menggunakan ikatan profesi sebagai
acuan, termasuk organisasi formal, dan kelompok-kelompok
kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui
ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran
profesinya.

28
BAGIAN IV
LATIIHAN

A. Jawablah latihan soal dibawahh ini sesuai petunjuk!


1. Apa saja fungsi bapepam yang tidak berpindah ke OJK?
2. Jelaskan asas-asas OJK!
3. Jelaskan keterkaitan GCG dengan OJK!
4. Apa yang dimaksud dengan akuntan publik?
5. Jasa-jasa apa saja yang diberikan oleh kantor akuntan publik?
6. Sebutkan kode etik profesi akuntan publik!

B. Petunjuk Latihan

Silahkan jawab pertanyaan diatas dengan memberikan jawaban


yang teliti dan cermat serta penjelasan secara menyeluruh dan jelas!

29
BAGIAN V
RANGKUMAN

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-


LK) adalah sebuah lembaga di bawah Kementerian Keuangan Indonesia
yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan
pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terhitung
mulai tanggal 31 Desember 2012, tugas dan fungsi Bapepam-LK berpindah
ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan lainnya.
Mengingat bahwa laporan keuangan diperlukan oleh masyarakat luas,
maka kualitas laporan keuangan tersebut menjadi sangat krusial. Sebelum
laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat pertanggung
jawaban kepada para pemangku kepentingan, perlu ada jaminan bahwa
laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar. Yang paling tepat
untuk memberikan jaminan ini adalah pihak luar manajemen yang kompeten
dan independen. Pihak ini sering disebut sebagai akuntan publik, yang
fungsi pokoknya melakukan pemeriksaan umum atas laporan keuangan
perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggung jawaban
manajemen.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bali Meme, 2013. Tanggungg Jawab Akuntan Publik. Diakses pada 27 Mei
2021 pada http://memebali.blogspot.com/2013/03/tanggung-jawab-akuntan-
publik.html?m=1

Diba N. Farah dkk, 2019. Kebijakan Tata Kelola Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) di Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum dan Pendidikan 18 (2)

Handoko Jesica dan Bhiga Primaraharjo, 2011. Pengaruh Kode Etik Profesi
Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit Auditor Independen di Surabaya.
Jurnal Akuntansi Kontenporer 3 (1)

Hutapea G. Smith, 2014. Independensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam


Melaksanakan Mediasi. Jurnal Universitas Atmajaya Yogyakarta (1-17)

Jusup Al Haryono, 2010. Auditing, Buku Satu. Yogyakarta : STIE YKPN

Kayo Edison Sutan, 2013. Tugas dan Fungsi BAPEPAM-LK pindah ke OJK.
Diakses pada https://www.sahamok.net/pasar-modal/tugas-dan-fungsi-
bapepam-lk-pindah-le-ojk/

Mulyadi, 2002. Auditing Buku 1, Jakarta : Salemba Empat

Otoritas Jasa Keuangan, Tentang OJK. Diakses pada 26 Mei 2021 di


https://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/Pages/Visi-Misi.aspx

Siregar B. Gautama, 2017. Etika dan Tanggung Jawab Hukum Auditor.


Yurisprudentia (3)(1)

31

Anda mungkin juga menyukai