Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai tugas individu pada mata kuliah dasar-dasar
manajemen konstruksi. Tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen yang telah memberikan
perhatian dan bimbingan selama mengikuti mata kuliah.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi
penulisan maupun kata-kata yang di gunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan kami terima dengan sangat
senang hati.

Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan yang
disebabkan adanya keterbatasan data dan kemampuan kami yang masih tahap belajar. Akhir
kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk yang membacanya.

Depok, 4 November 2019

Sri Defila
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian..................................................................................................................................3
2.2 Aspek-aspek Kontrak Konstruksi............................................................................................3
2.3 Proses Kontrak Kerja Konstruksi............................................................................................4
BAB III.....................................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keberadaan kontrak konstruksi sangatlah penting mengingat pada umumnya
penyedia jasa hampir selalu mempunyai kedudukan lebih lemah dari posisi pengguna jasa
atau pengguna jasa lebih dominan ketimbang pengguna jasa, dimana penyedia jasa hampir
selalu harus memenuhi draft kontrak yang dibuat oleh pengguna jasa karena pengguna jasa
selalu menempatkan dirinya lebih tinggi daripada penyedia jasa
Dengan demikian, kontrak konstruksi merupakan dokumen yang penting dalam
proyek, dimana segala hal terkait hak dan kewajiban serta alokasi risiko diatur dalam
kontrak. Sehingga kontrak dalam suatu kegiatan jasa konstruksi menjadi dasar
dilaksanakannya kegiatan konstruksi mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan juga
pengawasan konstruksi. Demikian penting-nya kontrak, maka kerugian proyek terbesar
adalah disebabkan oleh kegagalan dalam mengelola kontrak konstruksi. Oleh karenanya
pemahaman kontrak mutlak diperlukan oleh Tim proyek dalam menjalankan proyek agar
semua masalah dan risiko yang terkandung di dalamnya dapat diatasi dan sesuai dengan
kemampuan masing-masing pihak dalam mengatasinya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak konstruksi?
2. Apa saja aspek-aspek kontrak konstruksi?
3. Apa saja proses kontrak kerja konstruksi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui maksud dari kontrak konstruksi
2. Mengetahui dan memahami aspek-aspek kontrak konstruksi
3. Mengetahui dan memahami proses kontrak kerja konstruksi

1.4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Istilah kontrak kerja konstruksi merupakan terjemahan dari construction contract.


Kontrak kerja konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam pelaksanaan konstruksi
bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Menurut Pasal 1
Ayat (5) UUJK, Kontrak kerja kostruksi merupakan: “Keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi”.

2.2 Aspek-aspek Kontrak Konstruksi


Suatu Kontrak Kerja Konstruksi mengandung aspek-aspek seperti aspek teknis,
hukum, administrasi, keuangan/perbankan, perpajakan, dan sosial ekonomi. Pada umumnya
pelaku jasa konstruksi, baik pengguna jasa maupun penyedia jasa lebih memperhatikan
aspek teknis saja dan kurang memperhatikan aspek lainnya, terutama aspek hukumnya.
Mereka baru menyadari pentingnya aspek lainnya pada saat terjadi perselisihan yang terjadi
akibat aspek lain tadi. Aspek teknis yang tercakup dalam Kontrak Kerja Konstruksi
meliputi:
1. Syarat-syarat Umum Kontrak (General Condition of Contract)
2. Lampiran-lampiran (Apendices)
3. Syarat-syarat Khusus Kontrak (Special Condition of Contract/Condition of
Contract – Particulars)
4. Spesifikasi Teknis (Technical Specifications)
5. Gambar-gambar Kontrak (Contract Drawings).

Dalam aspek teknis ini ditetapkan pula uraian mengenai :

1. Lingkup Pekerjaan (Scope of Works)


2. Waktu Pelaksanaan (Construction Period)
3. Metode Pelaksanaan (Construction Method)
4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)
5. Cara/Metode Pengukuran (Method of Measurement).
Selain aspek teknis, ada beberapa aspek hukum yang sering pula menimbulkan
dampak hukum yang cukup luas atau serius, yaitu:
1. Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of Work)
2. Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak (Termination of Contract)
3. Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages)
4. Penyelesaian Perselisihan (Settlement of Dispute)
5. Keadaan Memaksa (Force Majeure)
6. Hukum yang Berlaku (Governing Law)
7. Bahasa Kontrak (Contract Language)
8. Domisili (Domicile).

2.3 Proses Kontrak Kerja Konstruksi


 Pemberitahuan atau Pengumuman

Pada umumnya pengguna jasa akan terlebih dahulu membuat pengumuman atau pemberitahuan
dengan membuka penawaran melalui suatu pelelangan untuk mencari penyedia jasa yang
sanggup untuk melaksanakan pekerjaan. Pengumuman dilakukan diumumkan paling kurang
diwebsite K/L/D/I, dan papan pengumuman resmi untukmasyarakat serta Portal Pengadaan
Nasional melalui LPSE,sehingga masyarakat luas dan dunia usaha yang berminat danmemenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya (Pasal 36 ayat (3) Perpres No. 54 Tahun 2010).

Dalam hal ini juga dijelaskan mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan tempat lokasi proyek
atau pekerjaan, dimana tempat pendaftaran dan batas waktu pendaftaran, dimana dan kapan saat
pelelangan akan diadakan.

Bagi pihak penyedia jasa atau kontraktor yang berminat untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
dapat mendaftar secara tertulis dengan memasukkan dokumen penawaran sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan dalam pengumuman untu ikut sebagai peserta pelelangan (tender).
Selanjutnya pejabat pemilihan penyedia jasa akan melakukan evaluasi terhadap dokumen
penawaran yang masuk. Pada fase penawaran, pejabat pemilihan wajib melakukan penilaian
terhadap semua penawaran yang masuk. Unsur yang dinilai meliputi segi administrasi, teknis dan
harga, menagcu pada keriteria, metode dan tatacara yang telah ditetapkan dalam dokumen
pemilihan penyedia jasa.

 Persyaratan Kualifikasi dan Klasifikasi


1. Kualifikasi

Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dankemampuan usaha serta pemenuhan


persyaratan tertentulainnya dari Penyedia Barang/Jasa (Pasal 56 ayat (1) Perpres 54 Tahun
2010). Dalam tahap kualifikasi ditentukan juga beberapa persyaratan bagi penyedia jasa yakni

 Penyedia jasa harus memiliki surat izin usaha pada bidang usahanya (IUJK);
 Mempunyai kapasitas menandatangani kontrak pengadaan;
 Tidak masuk daftar hitam dan tidak dalam pengawasan pengadilan;
 Tidak bangkrut/pailit;
 Kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksinya tidak sedang menjalani
sanksi pidana.

Kualifikasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu prakualifikasi atau pascakualifikasi,
berikut penjelasannya :

a) Prakualifikasi

Sebelum menentukan pihak pemenang yang dipilih untuk mengerjakan pekerjaan konstruksi
tersbut, terlebih dahulu dilakukan prakualifikasi terhadap calon-calon penyedia jasa yang ada.
Prakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan sebelum pemasukan
penawaran. Berdasarkan Perpre No. 54 Tahun 2010, prakualifikasi dilaksanakan untuk
pengadaan sebagai berikut:

 Pemilihan penyedia jasa konsultasi;


 Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bersifat kompleks
melalui pelelangan umum;
 Pemilihan penyedia barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya yang menggunakan metode
penunjukan langsung, kecuali untuk penanganan darurat.

Perbuatan prakualifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dasar perusahaan, baik
yang berbentuk badan hukum, maupun yang tidak bentuk badan hukum dimana mereka
mempunyai usaha pokok berupa pelaksanaan pekerjaan pemborongan, konsultasi, dan
pengadaan barang/jasa lainnya.

b) Pascakualifikasi

Pascakualifikasi merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah pemsukan


penawaran. Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2010 Pasal 56 ayat (9), pascakualifikasi
dilaksanakan untuk pengadaan sebagai berikut :

 Pelelangan Umum, kecuali Pelelangan Umum untukPekerjaan Kompleks;


 Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung; dan
 Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.

2. Klasifikasi

Klasifikasi adalah bagian dari kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan perusahaan
pemborong di bidang jasa pemborongan/konstruksi sesuai bidang dan sub-bidang pekerjaan atau
penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa
pemborongan tersebut. Klasifikasi usaha jasa pemborongan/konstruksi terdiri dari:

1) Klasifikasi usaha bersifat umum, diberlakukan kepada badan usaha


yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan satu atau lebih
bidang pekerjaan. Bidang usaha jasa pemborongan yang bersifat umum
ini harus memenuhi kriteria mampu mengerjakan bangunan konstruksi
atau bentuk fisik lain, mulai dari penyiapan lahan sampai penyerahan
akhir atau berfungsinya bangunan konstruksi.
2) Klasifikasi usaha bersifat spesialis, diberlakukan kepada usaha orang
perseorangan dan atau badan usaha yang mempunyai kemampuan
hanya melaksanakan satu sub bidang atau satu bagian subbidang
pekerjaan. Badan usaha jasa pemborongan/konstruksi yang bersifat
spesialis ini harus memenuhi criteria mampu mengerjakan bagian
tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lain.
3) Klasifikasi usaha orang perseorangan yang berketerampilan kerja
tertentu, diberlakukan kepada usaha orang perseorangan yang
mempunyai kemampuan hanya melaksanakan suatu keterampilan
tertentu. Badan usaha jasa pemborongan ini mampu mengerjakan
subbagian pekerjaan pemborongan dan bagian tertentu bangunan
konstruksi dengan menggunakan teknologi sederhana.

Pelaksanaan klasifikasi dan kualifikasi usaha orang perorangan dan badan usaha dapat dilakukan
oleh asosiasi perusahaan yang telah mendapat akreditasi dari lembaga. Tujuan diadakannya
standarisasi klasifikasi dan kualifikasi jasa pemborongan/konstruksi yaitu untuk mewujudkan
standar produktivitas dan mutu hasil kerja sehingga mendorong berkembangnya tanggung jawab
profesional di antara para pihak.

 Pelelangan Dan Pelulusan

Dalam melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan, pejabat pengadaan harus


terlebih dahulu menetapkan metode pemilihan penyedia barang/jasa, metode penyampaian
dokumen, metode evaluasi penawaran, metode penilaian kualifikasi dan jenis kontrak yang
paling sesuai dengan pengadaan barang/jasa yang bersangkutan. Untuk pengadaan pekerjaan
pemborongan sendiri dapat digunakan metode pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan
langsung, penunjukan langsung, atau pengadaan langsung.

1. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan


secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat dunia usaha
yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
2. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang
diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi
dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang telah diyakini mampu, guna
memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi
kualifikasi.
3. Pemilihan Langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tanpa melalui
pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawar dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi dan langsung
dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.
4. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan
cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
5. Pengadaan Langsung adalah pemilihan penyedia barang/jasa dengan penunjukan
langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi
baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis
dapat dipertanggungjawabkan.

Ukuran untuk menentukan pelulusan adalah penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara
dan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai calon pemenang, dengan memperlihatkan
keadaan umum dan keadaan pasar, baik untuk jangka pendek atau jangka menengah. Dalam
praktek pelaksanaan pelelangan, penentuan pelulusan pelelangan didasarkan atas penawaran
yang terendah yang dapat dipertanggung-jawabkan (the lowest responsible bid).

 Sanggahan dan Penunjukan Pemenang

Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 ditentukan bahwa peserta pemilihan Penyedia atau lelang
yang merasa keberatan atas penetapan pemenang lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan
sanggahan secara tertulis, selambat- lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman pemenang lelang (Pasal 82 ayat (1) Perpres No. 54 Tahun 2010). Dalam Pasal 81
ayat (1) ditentukan bahwa Peserta pemilihan yang merasa dirugikan dapat mengajukan surat
sanggahan kepada instansi pemerintah pengguna jasa konstruksi, apabila menemukan :

1. Penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah diatur dalam Peraturan
Presiden ini dan yang telah ditetapkan dalam dokumen Pengadaan Jasa;
2. Adanya rekayasa tertentu yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak
sehat;
3. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/ atau Pejabat yang berwenang
lainnya.

Kemudian Pengguna Jasa akan mengeluarkan surat penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ)
sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan ketentuan :

1. Tidak ada sanggahan dari peserta lelang;


2. Sanggahan maupun sanggahan banding yang diterima pejabat yang
berwenang terbukti tidak benar;
3. Sanggahan yang diterima melewati waktu masa sanggah atau telah berakhir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kontrak konstruksi merupakan kontrak yang dikenal dalam pelaksanaan konstruksi
bangunan, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun pihak swasta.
 Aspek teknis yang tercakup dalam Kontrak Kerja Konstruksi meliputi:
1. Syarat-syarat Umum Kontrak (General Condition of Contract)
2. Lampiran-lampiran (Apendices)
3. Syarat-syarat Khusus Kontrak (Special Condition of Contract/Condition of Contract –
Particulars)
4. Spesifikasi Teknis (Technical Specifications).
5. Gambar-gambar Kontrak (Contract Drawings)
 Aspek Hukum yang tercakup dalam Kontrak Kerja Konstruksi meliputi:
1. Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of Work)
2. Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak (Termination of Contract)
3. Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages)
4. Penyelesaian Perselisihan (Settlement of Dispute)
5. Keadaan Memaksa (Force Majeure)
6. Hukum yang Berlaku (Governing Law)
7. Bahasa Kontrak (Contract Language)
8. Domisili (Domicile).
 Proses terjadinya kontrak kerja konstruksi, meliputi:
1. Pemberitahuan atau pengumuman
2. Persyaratan kualifikasi dan klasifikasi
3. Pelelangan dan pelulusan
4. Sanggahan dan penunjukan pemenang
6.
DAFTAR PUSTAKA

Djatnika, Suntana. 2018. Kontrak Kerja Konstruksi. Indonesia: Institut Arbiter Indonesia
Hansen, Seng. 2017. Quantity Surveying: Pengantar Manajemen Biaya dan Kontrak Konstruksi.
Indonesia: Gramedia Pustaka Utama
Rani, Hafnidar. 2016. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Deepublish
Sijabat, Emma. 2014. Tinjauan Yuridis tentang Kontrak Konstruksi Antara Disperindag Kab.
Asahan dengan PT. Menara Kharisma Internusa Medan. Medan: Universitas Sumatera
Utara
Slamet, Sri Redjeki. 2016. Kesempurnaan Kontrak Kerja Konstruksi Menghindari Sengketa. Lex
Jurnalica Vol. 13 No 3, Desember 2016. Jakarta: Universitas Esa Unggul

xiii
MAKALAH
KONTRAK KONSTRUKSI DAN PROSES KONSTRUKSI

Disusun untuk memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Dasar-dasar


Manajemen Konstruksi

Disusun Oleh :

SRI DEFILA (1801413015)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN


JEMBATAN-KONSENTRASI JALAN TOL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai