Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, kita telah mengenal yang namanya “kalimat”. Kalimat sering
kita nyatakan dengan tulisan maupun tulisan. Kalimat juga sering disampaikan dalam berbagai
Bahasa.
Dalam kegiatan sehari – hari, kita sering menjumpai kalimat, seperti kalimat dalam berita
pagi, kalimat dalam buku yang kita baca, kalimat dari buku harian kita, dan sebagainya. Kalimat
yang kita jumpai ini tersusun oleh kata dan frasa atau kelompok kata.
Pada kesempatan kali ini, Kami akan menyusun sebuah makalah Bahasa Indonesia
mengenai “Kalimat”.

B.     Tujuan
Penyususnan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara
pengungkapan dan penulisan kalimat secara tepat dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kalimat.
Ada beberapa pengertian, yaitu sbb:
o   Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap.
o   Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
o   Kalimat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah :
  kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan
  perkataan
  satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
ataupun potensial terdiri atas klausa.

B.     Unsur – Unsur Kalimat


1.      Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Subjek
dapat berbentuk kata benda, frasa kata benda, atau kata kerja. Contoh:

         Rafi sedang membaca. (kata benda)

         Pacar Rafi cantik. (frasa kata benda)

         Memancing hobi Rafi. (kata kerja)

2.      Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang
subjek. Predikat biasanya berbentuk kata kerja, frasa kata kerja, frasa numeral (bilangan), kata
benda, frasa kata benda, frasa preposisi (kata depan), kata sifat, atau frasa kata sifat. Contoh:

         Opick makan. (kata kerja)

         Opick sedang makan. (frasa kata kerja)

         Adik Opick tiga orang. (frasa numeral)


         Opick pengusaha. (kata benda)

         Opick pengusaha properti. (frasa kata benda)

         Opick ke kantor. (frasa preposisi)

         Opick tampan (kata sifat)

         Opick tampan sekali (frasa kata sifat)

3.      Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja. Objek dapat berbentuk kata
benda atau frasa kata benda. Bagian kalimat ini terletak setelah predikat berkata kerja aktif
transitif (-kan, -i, me-). Contoh:

         Opick mencintai Maya. (kata benda)

         Opick telah memasukkan laptop barunya ke dalam tas itu. (frasa kata benda)

         Opick memerankan Sang Kodok. (frasa kata benda)

4.      Pelengkap
Pelengkap atau komplemen sering disamakan dengan objek. Padahal, pelengkap beda
dengan objek karena tidak dapat menjadi subjek jika kalimat dipasifkan. Pelengkap mengikuti
predikat yang berimbuhan ber-, ter-, ber-an, ber-kan, dan kata-kata khusus (merupakan,
berdasarkan, dan menjadi). Contoh:

         Opick bertubuh kekar.

         Opick tersandung batu.

         Opick bercucuran keringat.

         Kamar Opick berhiaskan lampu warna-warni.

         Opick merupakan warga negara Korea.

         Keputusan Opick berdasarkan hukum.

         Opick menjadi manajer.

5.      Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna
subjek atau predikat. Contoh:
         Opick tinggal di Jakarta.

         Setiap hari Sabtu Opick berwisata kuliner.

Ada dua ciri keterangan. Pertama, posisinya dapat dipindahkan ke awal, tengah, atau
akhir kalimat. Contoh:

         Opick menonton berita politik dengan serius.

         Opick dengan serius menonton berita politik.

         Dengan serius Opick menonton berita politik.

Kedua, keterangan dapat berupa keterangan tambahan, keterangan pewatas, atau


keterangan aposisi. Contoh:

         Opick, yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea.
(konstruksi yang sebagai keterangan tambahan)

         Opick yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit adalah warga negara Korea.
(konstruksi yang sebagai keterangan pewatas)

         Opick, Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (Direktur Keuangan PT
Morat-Marit sebagai keterangan aposisi)

C.    Pola Kalimat


1.      Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

         Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)

         Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)

         Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)

         Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

2.      Kalimat Dasar Berpola S P O


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
         Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

3.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap
berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

         Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

4.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

         Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

5.      Kalimat Dasar Berpola S P K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

         Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K

6.      Kalimat Dasar Berpola S P O K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

         Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

7.      Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K


Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya

         Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

8.      Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K


Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina
atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:

         Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

D.    Jenis – Jenis Kalimat


1.      Berdasarkan Pengucapan
a.       Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa
kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
b.      Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan 
orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah
menjadi kalimat berita.
Contoh:
–        Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
–        Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
2.      Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
a.       Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat
yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga
ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
  KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat rajin
.               S          P
  KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
o  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
o  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
b.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan
baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
1)      Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat
sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu :
  KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:
–        Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
–        Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
  KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun,
melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh:
–        Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang sudah maju.
–        Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
  KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh:
–        Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
–        Aku atau dia yang akan kamu pilih.
  KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan. Contoh:
–        Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
–        Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
  KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan
kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh:
–        Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama
juara melukis tingkat SMP.
2)      Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang
tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang
memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat).
Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, yaitu:
a.       Waktu : ketika, sejak
b.      Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
c.       Akibat: hingga, sehingga, maka
d.      Syarat: jika, asalkan, apabila
e.       Perlawanan: meskipun, walaupun
f.       Pengandaian: andaikata, seandainya
g.      Tujuan: agar, supaya, untukbiar
h.      Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
i.        Pembatasan: kecuali, selain
j.        Alat: dengan+ katabenda:  dengan tongkat
k.      Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
–        Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
3)      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat atau kebalikannya. Contoh:
–        Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
3.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya
a.       Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam
penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
a.       Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
b.      Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
c.       Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
b.      Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi
menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat
berita :
a)      Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b)      Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c)      Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
d)     Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
c.       Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan
dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh:
–        Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
–        Kapan Taufiq Abdullah kembali ke Inggris?
d.      Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’
atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam
pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh:
–        Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
–        Bukan main, eloknya.
4.      Berdasarkan Unsur Kalimat
a.       Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek
dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh :
–        Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
           S                P                  K
b.      Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek
saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya
berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman. Contoh:
–        Selamat sore
–        Silakan Masuk!
5.      Berdasarkan Susunan  S-P
a.       Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna. Contoh:
–        Ambilkan koran di atas kursi itu!
.          P                       S
b.      Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh:
–        Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
.            S                 P            O                     K
6.      Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
a.       Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini
seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat
itu sudah bermakna lengkap. Contoh;
–        Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b.      Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat
dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak
kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk
kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk
ketegangan. Contoh:
–        Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
c.       Kalimat Yang  Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:
–        Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
7.      Berdasarkan Subjeknya
a.       Kaliamat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat
ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga
dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja),
misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum). Contoh:
–        Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)      Kalimat Aktif  Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat
pasif.
Contoh:    Eni mencuci piring.
.                  S        P         O
2)      Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita
(O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak
diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh:
–        Mereka berangkat minggu depan.
.        S              P                   K
3)      Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan
objek. Contoh:
–        Dian kehilangan pensil.
.      S          P            Pel.
b.      Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan
oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1)      Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:
–        Piring dicuci Eni.
       S        P      O
2)      Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan
O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi
penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata
kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:
–        Ku pukul adik.
O2    P      S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.      Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.      Awalan me- diganti dengan di-.
3.      Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
4.      jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian
subjek dan predikat dirapatkan.
E.     Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis
secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula.
Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik
sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat, tidak mengalami kontaminasi
frasa , sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat
efektif juga memiliki enam syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan (3)
kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan
1.      Kesatuan
Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai
kalimat yang jelas .
2.      Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang
termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-
Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.
3.      Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian
kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba
(kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda),
bentuk berikutnya juga harus nomina.
4.      Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat
sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
5.      Kehematan
  Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak
mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat
berisi.
6.      Kelogisan 
            Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif,
kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak
boleh mengandung dua pengertian.

F.     Kesalahan dalam Kalimat


Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat kontaminasi,
(2) ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat , (3) gejala pleonasme dalam kalimat,dan (4)
penggunaan kata yang salah dalam kalimat.
1.      Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya , namun
kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena adanya
pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan
kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas.
2.      Ketidakjelasan Unsur Subjek dan Predikat dalam Kalimat.
Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur S dan tidak memiliki unsur P akan
membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti O, Ket dan Pel.
3.      Gejala Pleonasme dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata
atau bahasa yang berlebihan.
4.      Penggunaan Kata yang Salah dalam Kalimat
Beberapa penggunaan kata yang salah dalam kalimat diantara (a) penggunaan kata
”kalau” yang salah,(b) penggunaan kata “di” yang salah,(c) penggunaan kata ”daripada” salah,
dan (d) pengulangan kata.
a)      Penggunaan Kata “Kalau” yang Salah
Kadang-kadang kita melihat pemakaian kata kalau yang kurang tepat sebagai unsur
penghubung antarklausa seperti yang akan diperhatikan pada contoh di bawah ini. Kata kalau
kita gunakan di depan klausa yang bersifat kondisional (=syarat).Isinya menyatakan sesuatu yang
mungkin,namun dapat juga sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan atau mungkin tercapai.
Dalam halseperti yang disebutkan terakhir itu, kata sambung kalau dapat diganti dengan kata lain
yang menyatakan ketidakmungkinan itu, yaitu kata umpamanya, seandainya, andai kata dan
sekiranya.

b)      Penggunaan Kata Depan “Di” yang Salah


Penggunaan kata depan “di” yang salah, di antaranya :
–        Pakaian itu disimpannya di dalam lemari. (salah)
–        Pakaian itu disimpannya dalam lemari.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

–        Perkara itu di atas tanggungan sayalah. (salah)


–        Perkara itu atas tangungan sayalah.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

c)      Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah


Penggunaan kata “daripada” yang salah, di antaranya :
–         Pukulan smash daripada Icuk menghujam tajam. (salah)
–         Pukulan smash Icuk menghujam tajam.(benar)
–         Hati kita sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu.(salah)
–         Hati kita sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar)

d)     Pengulangan Kata


Pengulangan kata yang terjadi dalam kalimat , misalnya :
–        Setahunnya hanya menghasilkan sekitar 200 film setahun.(salah)
–        Setahun hanya menghasilkan 200 film. (benar)
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah ini dapat kami simpulkan bahwa, dalam pengungkapan
sebuah kalimat harus mudah difahami dan dalam penulisan, kalimat harus ditempatkan tanda
titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanya seru (!), dan tanda – tanda lainnya.
B.     Saran
Saran dari kami, setiap dosen atau guru yang mengajarkan mata kuliah atau mata
pelajaran Bahasa indonesia, jangan lupa untuk mengajarkan pula bagaimana cara pengungkapan
dan penulisan dengan tepat, agar para siswa dan mahasiswa tidak keliru dalam penulisan serta
penggunkapan kalimat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai