Anda di halaman 1dari 76

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii


PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 14
1.1 TUJUAN UMUM ....................................................................................................... 14
1.2 TUJUAN KHUSUS ...................................................................................................... 14
1.3 GAMBARAN UMUM ................................................................................................. 14
PENANDATANGANAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA .............................................. 16
2.1 SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA BARANG/JASA (SPPBJ) ......................................... 16
2.2 FINALISASI DOKUMEN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA ............................... 17
2.3 PENYIAPAN JAMINAN PELAKSANAAN...................................................................... 19
2.4 PELAKSANAAN PENANDATANGANAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/ JASA ...... 20
PELAKSANAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA ......................................................... 22
3.1 SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK), SURAT PERINTAH PENGIRIMAN (SPP), DAN
SERAH TERIMA LOKASI ....................................................................................................... 22
3.2 PENYUSUNAN PROGRAM MUTU/RENCANA MUTU ................................................ 23
3.2.1 Rencana Pengendalian Waktu Pelaksanaan ......................................................... 29
3.2.2 Rencana Pengendalian Mutu Pelaksanaan .......................................................... 41
3.2.3 Rencana Pengendalian Biaya Pelaksanaan........................................................... 45
3.3 RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK .......................................................... 46
3.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN ...................................................................................... 51
3.4.1 Pengendalian Waktu Pelaksanaan ....................................................................... 51
3.4.2 Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................ 60
3.4.3 Pengendalian Biaya Pelaksanaan ......................................................................... 63
3.4.4 Pengukuran Pelaksanaan dengan Pendekatan Terintegrasi ................................ 65
3.4.5 Variasi pada Pelaksanaan Kontrak ....................................................................... 65
3.5 ADMINISTRASI KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA ........................................... 67
SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN .......................................................................................... 72
4.1 PROSES SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN .............................................................. 72
4.2 PELAKSANAAN SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN ................................................... 77
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 81

ii
1 PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN UMUM

Tujuan Umum dari Materi Pengelolaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah bagi Pelaku Usaha ini adalah agar pembaca atau peserta pelatihan,
yaitu pelaku usaha, memahami tata cara pengelolaan kontrak dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah.

1.2 TUJUAN KHUSUS

Setelah mempelajari buku ini, pembaca atau peserta pelatihan diharapkan


mampu:
1. Memahami tata cara penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa
pemerintah.
2. Memahami tata cara pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa
pemerintah.
3. Memahami tata cara serah terima pekerjaan pada pengadaan barang/jasa
pemerintah.

1.3 GAMBARAN UMUM

Pada siklus pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan melalui penyedia


barang/jasa, terdapat beberapa tahapan yang meliputi :

Perencanaan Persiapan Persiapan


Pemilihan Penyedia
Pengadaan Pengadaan Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa
Barang/Jasa Barang/Jasa Barang/Jasa

Pelaksanaan
Serah Terima
Kontrak Pengadaan
Pekerjaan
Barang/Jasa

Berdasarkan gambar di atas, buku informasi ini akan membahas 2(dua) tahapan yang
terdapat pada siklus tersebut, yaitu tahapan Pelakaksanaan Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa dan Serah Terima Pekerjaan. Dimana kedua tahapan tersebut akan
diuraikan kedalam beberapa bab yang terdapat pada buku informasi Pengelolaan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 14


Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini, yang terdiri dari :
dengankomposisisebagaiberikut:

• Bab 1. Pendahuluan, yang mejelaskan tentang Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
pembelajaran, serta Gambaran Umum dari materi yang akan dibahas.

• Bab 2. Penandantanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, yang akan


menjelaskan tentang hal-hal yang perlu untuk dilakukan sebelum dilakukannnya
penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa, yang meliputi : Finalisasi
Dokumen Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dan Penyiapan Jaminan Pelaksanaan,
serta Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa itu sendiri.

• Bab 3. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, yang menjelaskan tentang


hal-hal yang perlu dilaksanakan pada pelaksanaan pekerjaan yang meliputi :
Penyusunan Program Mutu/Rencana Mutu, Pelaksanaan Pekerjaan, dan
Administrasi Kontrak.

• Bab 4. Serah Terima Pekerjaan, yang menjelaskan tentang hal-hal yang perlu
dilaksanakan terkait serah terima pekerjaan yang meliputi : Persiapan Serah
Terima Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 15


2 PENANDATANGANAN KONTRAK
PENGADAAN BARANG/JASA

2.1 SURAT PENUNJUKAN PENYEDIA BARANG/JASA (SPPBJ)

Setelah peserta pemilihan penyedia barang/jasa ditetapkan sebagai Pemenang atau


sebagai Calon Penyedia berdasarkan proses pemilihan penyedia barang/jasa, maka
selanjutnya Calon Penyedia akan menerima Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ). SPPBJ ini akan disampaikan kepada Calon Penyedia oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak. Pada dasarnya fungsi dari SPPBJ ini bagi Calon Penyedia
adalah :
a. Memberikan informasi tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh calon
penyedia barang/jasa sebelum dilakukannya penandatanganan kontrak; dan
b. Sebagai dasar bagi pihak penjamin (Asuransi/Bank Umum/Lembaga Penjamin)
untuk menerbitkan jaminan pelaksanaan bagi Calon Penyedia apabila diperlukan.

Khusus pada pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi konstruksi, sebelum
Pejabat Penandatangan Kontrak menyampaikan SPPBJ, Calon Penyedia akan diundang
untuk menghadiri Rapat Persiapan Penunjukan Penyedia. Rapat ini diadakan untuk
memastikan Calon Penyedia memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Keberlakuan data isian kualifikasi;
b. bukti sertifikat kompetensi personel manajerial;
c. perubahan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dikarenakan jadwal pelaksanaan
pekerjaan yang ditetapkan sebelumnya akan melewati batas tahun anggaran;
d. melakukan sertifikasi bagi operator, teknisi atau analis yang belum bersertifikat
pada saat pelaksanaan pekerjaan; dan
e. pelaksanaan alih pengalaman/keahlian bidang konstruksi melalui sistem kerja
praktik/magang, paling sedikit pembahasan terkait jumlah peserta, durasi
pelaksanaan, dan jenis keahlian.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 16


Untuk pembuktian sertifikat kompetensi dilaksanakan tanpa menghadirkan personel
yang bersangkutan. Berdasarkan hasil rapat inilah Pejabat Penandatangan Kontrak
akan menerbitkan SPPBJ. Dengan demikian, maka Calon Penyedia perlu untuk
menyiapkan diri dengan melengkapi data-data yang diperlukan sebelum menghadiri
rapat tersebut.

2.2 FINALISASI DOKUMEN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

Aktifitas finalisasi dokumen kontrak pengadaan barang/jasa merupakan suatu proses


transformasi dari beberapa hal yang menjadi masukan (input), untuk menghasilkan
suatu keluaran (output) berupa rancangan dokumen kontrak yang siap untuk
ditandatangani. Mengingat segala hal yang dicantumkan di dalam kontrak
mengandung kepentingan kedua belah pihak, baik Pejabat Penandatangan Kontrak
maupun Calon Penyedia, maka diperlukan suatu tahapan akhir bagi kedua belah pihak
untuk melakukan finalisasi terhadap dokumen rancangan kontrak untuk menjamin
bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi pada dokumen kontrak tersebut.

Finalisasi dokumen rancangan kontrak dilakukan oleh Calon Penyedia Barang/Jasa


dengan :
1. Melakukan Reviu Syarat-Syarat Kontrak.
Tujuan dilakukannya reviu terhadap syarat-syarat kontrak adalah untuk
memastikan bahwa jenis kontrak dan syarat-syarat kontrak pada kontrak yang
akan ditandatangani telah dipahami dan sesuai dengan kemampuan Calon
Penyedia Barang/Jasa. Hal ini perlu dilakukan karena mengingat terdapat
perbedaan waktu antara penyusunan rancangan kontrak dengan
penandatanganan kontrak. Beberapa syarat-syarat kontrak yang perlu
diperhatikan saat dilakukannya reviu antara lain :
• Ketentuan tentang Uang Muka, yang meliputi : nilai uang muka yang dapat
diberikan, syarat pemberian uang muka, dan penggunaanya.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 17


• Ketentuan tentang pembayaran, yang meliputi : tahapan pembayaran, tata
cara perhitungan prestasi pekerjaan, dan persyaratan pengajuan pembayaran.
• Ketentuan tentang perselisihan, yang meliputi : pihak yang ditunjuk sebagai
lembaga untuk penyelesaian perselisihan dan tata cara penyelesaian
perselisihan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut.
• Ketentuan tentang sanksi, yang meliputi : jenis sanksi dan hal-hal yang dapat
dikenakan sanksi.
• Ketentuan tentang Keadaan Kahar, yang meliputi : hal-hal apa yang dapat
dikategorikan sebagai keadaan kahar dan langkah apa yang perlu dilakukan
oleh Penyedia Barang/Jasa apabila mendapati kejadian yang dapat
dikategorikan sebagai keadaan kahar. Hal ini merupakan salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan karena akan menjadi dasar untuk ditetapkan
sebagai Peristiwa Kompensasi oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.
• Ketentuan tentang Penyelesaian Sengketa, yang meliputi : pihak yang akan
ditunjuk untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa antara pihak Pejabat
Penandatangan Kontrak dengan pihak Penyedia Barang/Jasa berdasarkan
kontrak pengadaan barang/jasa. Dimana penyelesaian sengket antara para
pihak dapat diselesaikan melalui jalur non-litigasi atau litigasi. Yang dimaksud
jalur non-litigasi meliputi : mediasi, rekonsiliasi, Dewan Sengketa Konstruksi,
Lembaga Penyelesaian Sengketa LKPP, dan arbitrase. Sedangkan yang
dimaksud jalur litigasi adalah penyelesaian sengketa melalui lembaga
peradilan.
2. Penyuntingan Rancangan Kontrak
Penyuntingan Rancangan Kontrak dilakukan terhadap substansi, bahasa,
redaksional, angka, dan huruf pada rancangan kontrak. Tujuan dilakukannya
penyuntingan ini adalah untuk memastikan bahwa tidak terdapat hal-hal yang
saling bertentangan di dalam kontrak sehingga Para Pihak memiliki pemahaman
yang sama atas setiap hal yang tercantum di dalam kontrak.
Setelah melakukan tahapan tersebut di atas, maka selanjutnya kedua belah pihak
membubuhkan paraf pada setiap lembar dokumen rancangan kontrak.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 18


Finalisasi dokumen rancangan kontrak dilakukan pada Rapat Persiapan
Penandatanganan Kontrak. Dimana pada rapat tersebut juga dibahas beberapa hal,
yaitu :
a. Dokumen Kontrak dan kelengkapan;
b. Kelengkapan Rencana Keselamatan Konstruksi;
c. Rencana penandatanganan Kontrak;
d. Rencana pemberdayaan tenaga kerja praktik/magang (bila ada);
e. Jaminan Uang Muka (ketentuan, bentuk, isi, waktu penyerahan);
f. Jaminan Pelaksanaan (ketentuan, bentuk, isi, waktu penyerahan);
g. Asuransi;
h. Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat evaluasi penawaran;
dan/atau
i. Hal yang telah diklarifikasi dan dikonfirmasi pada saat rapat persiapan penunjukan
penyedia.

2.3 PENYIAPAN JAMINAN PELAKSANAAN

Pada pengadaan barang/jasa pemerintah dikenal 5(lima) jaminan, yaitu :


• Jaminan Penawaran.
• Jaminan Sanggah Banding.
• Jaminan Pelaksanaan.
• Jaminan Uang Muka.
• Jaminan Pemeliharaan.
Jika disyaratkan bagi penyedia barang/jasa untuk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
sebelum dilakukan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa, maka Calon
Penyedia harus menyiapkan jaminan tersebut. Penjelasan lebih lengkap tentang tata
cara penyiapan jaminan-jaminan pada pengadaan barang/jasa pemerintah dapat
dilihat pada Buku Informasi Partisipasi dalam Proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 19


2.4 PELAKSANAAN PENANDATANGANAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/
JASA

Kontrak ditandatangani dengan ketentuan:


a. DIPA/DPA telah ditetapkan;
b. penandatangan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah diterbitkan SPBBJ, kecuali apabila DIPA/DPA belum disahkan; dan
c. ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak.

Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama Penyedia adalah Direktur
Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang disebutkan namanya dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atau Penyedia perorangan. Selain pihak yang disebut di atas,
pihak lain yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang mendapat kuasa
atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direktur Utama/Pimpinan
Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak yang sah berdasarkan Akta
Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak sepanjang pihak lain
tersebut merupakan pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang
berstatus sebagai tenaga kerja tetap.

Khusus pada pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi konstruksi,


penandatanganan kontrok tidak dapat didelegasikan atau dikuasakan kepada pihak
lain selain direktur utama/pimpinan perusahaan atau yang namanya tercantum dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Kontrak dibuat sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari :


a. sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
1) Kontrak asli pertama untuk Pejabat Penandatangan Kontrak dibubuhi materai
pada bagian yang ditandatangani oleh Penyedia; dan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 20


2) Kontrak asli kedua untuk Penyedia dibubuhi materai pada bagian yang
ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan Kontrak;
b. Rangkap/salinan Kontrak tanpa dibubuhi materai apabila diperlukan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 21


3 PELAKSANAAN KONTRAK PENGADAAN
BARANG/JASA

3.1 SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK), SURAT PERINTAH PENGIRIMAN


(SPP), DAN SERAH TERIMA LOKASI

Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari Pejabat Penandatangan
Kontrak kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi untuk
segera memulai pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. SPMK diterbitkan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah tandatangan Kontrak atau 14 (empat
belas) hari kerja sejak penyerahan lokasi pekerjaan. Dalam SPMK dicantumkan seluruh
lingkup pekerjaan dan tanggal mulai kerja yang merupakan waktu dimulainya
pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak.

Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari Pejabat
Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk mulai melaksanakan pekerjaan
penyediaan barang sesuai Kontrak. Pejabat Penandatangan Kontrak menerbitkan SPP
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penandatanganan
Kontrak. SPP harus sudah disetujui/ditandatangani oleh Penyedia sesuai dengan yang
dipersyaratkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal penerbitan SPP.
Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan sebagai tanggal awal
perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan serah terima Barang. Untuk
pekerjaan yang pengiriman barangnya dijadwalkan tidak dilaksanakan sekaligus tetapi
secara berkala/bertahap sesuai rencana kebutuhan, harus dinyatakan dalam Kontrak.

Selain SPMK dan SPP, pada pengadaan barang/jasa tertentu dimana Penandatangan
Kontrak perlu menyerahkan lokasi untuk dikuasai oleh Penyedia, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dan Penyedia melakukan serah terima lokasi yang
dituangakan dalam Berita Acara Penyerahan Lokasi. Dimana sejak
diserahterimakannya lokasi tersebut kepada Penyedia, maka Penyedia
bertanggungjawab atas lokasi tersebut dan berhak menggunakannya dalam rangka

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 22


penyelesaian pekerjaan. Lokasi yang dimaksud contohnya seperti lokasi pekerjaan
konstruksi, gudang yang akan digunakan Penyedia untuk menyimpan barang yang
dikirimkan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak, atau bentuk lokasi lainnya yang
berhak untuk digunakan oleh Penyedia.

3.2 PENYUSUNAN PROGRAM MUTU/RENCANA MUTU

Mengacu pada norma yang berlaku dalam sistem manajemen mutu, dalam
pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa terdapat 2 (dua) aspek yang harus
dipenuhi, yaitu : aspek penjaminan mutu (quality assurance) dan pengendalian mutu
pekerjaan dan hasil pekerjaan (quality control). Agar pelaksanaan sistem manajemen
mutu pada pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa berlangsung dengan baik,
maka penyedia barang/jasa perlu untuk menyusun dokumen Program Mutu/Rencana
Mutu. Tujuan dari penyusunan dokumen tersebut adalah untuk memberikan
gambaran kepada Pejabat Penandatangan Kontrak bagaimana pekerjaan akan
dilaksanakan sehingga dapat meyakinkan bagi Pejabat Penandatangan Kontrak bahwa
hasil pekerjaan yang dilaksanakan akan sesuai dengan kontrak pengadaan barang/jasa.

Dokumen Program Mutu/Rencana Mutu adalah dokumen yang menjelaskan tentang


rencana yang akan dilakukan penyedia barang/jasa dalam rangka memenuhi
persyaratan mutu, persyaratan jadwal pelaksanaan, dan persyaratan biaya
pelaksanaan yang ditetapkan di dalam dokumen kontrak. Jadi yang dimaksud dengan
Program Mutu/Rencana Mutu tidak hanya mencakup kualitas, tetapi juga menyangkut
jadwal dan biaya pelaksanaan. Dokumen Program Mutu/Rencana Mutu tersebut
disusun sesuai dengan karakteristik dan kompleksitas pekerjaan, dengan mencakup
hal-hal sebagai berikut:

Program Mutu pada Rencana Mutu Pekerjaan Program Mutu Jasa


Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi (RMPK) Konsultansi Kontruksi
Lainnya/Jasa Konsultansi
1. Informasi mengenai 1. Data Umum; 1. Informasi Pekerjaan;
pekerjaan yang akan 2. Struktur Organisasi 2. Organisasi Kerja;
dilaksanakan; Penyedia Jasa; 3. Jadwal Pelaksanaan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 23


2. Organisasi Kerja 3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan;
Penyedia; Pekerjaan; 4. Metode Pelaksanaan;
3. Jadwal Pelaksanaan 4. Gambar Desain dan 5. Pengendalian
Pekerjaan; Spesifikasi Teknis; Pekerjaan; dan
4. Prosedur 5. Tahapan Pekerjaan; 6. Laporan Pekerjaan.
Pelaksanaan 6. Rencana Kerja
Pekerjaan; Pelaksanaan (Method
5. Prosedur Instruksi Statement), meliputi :
Kerja; dan/atau a. Metode Kerja;
6. Pelaksana Kerja. b. Tenaga Kerja;
c. Material;
d. Alat;
e. Aspek
Keselamatan Kerja
Konstruksi;
7. Rencana Pemeriksaan
dan Pengujian/RPP
(Inspection and Test
Plan/ITP); dan
8. Pengendalian Sub-
Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi
dan Pemasok.

Program Mutu pada Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi diuraikan


sebagai berikut :
1. Informasi Pekerjaan; menjelaskan tentang lingkup pekerjaa, nilai kontrak, masa
pelaksanaan, sumber dana, profil pemilik pekerjaan, dan/atau profil penyedia
barang/jasa.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 24


2. Struktur Organisasi; menjelaskan tentang struktur organisasi para pihak yang
terlibat dalam penyelesaian pekerjaan, baik penyedia barang/jasa, pemilik
pekerjaan, atau pengawas pekerjaan (bila ada).
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; menjelaskan tentang jenis/tahapan pelaksanaan
pekerjaan, jumlah atau volumenya, serta rencana waktu pelaksanaannya.
4. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan; menjelaskan tentang antara lain jenis/tahapan
pelaksanaan pekerjaan, pihak-pihak yang bertanggungjawab melaksanakan, dan
hubungan kerja pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya.
5. Prosedur Instruksi Kerja; menjelaskan tentang instruksi kerja yang digunakan
untuk setiap jenis/tahapan pekerjaan.
6. Pelaksana Kerja; menjelaskan tentang personel dan pihak-pihak lain yang terlibat
di dalam pelaksanaan pekerjaan, seperti sub-penyedia dan pemasok.

Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) diuraikan sebagai berikut :


1. Struktur Organisasi Penyedia Jasa; menguraikan tentang struktur organisasi tim
internal serta sub-penyedia jasa-nya, beserta penjelasan terkait kualifikasi,
kompetensi dan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing personil/
divisi/bagian yang dimaksud. Struktur organisasi penyedia jasa juga dilengkapi
denganstruktur organisasi dari Sub Penyedia Jasa.
2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; menjelaskan tentang jadwal yang mencakup
seluruh tahapan yang ada dalam proyek tersebut sehingga dapat memberikan
gambaran terkait rencana kegiatan mulai tahap persiapan sampai tahap
penyelesaian.
3. Gambar Desain dan Spesifikasi Teknis; merupakan lampiran gambar Detail
Engineering Design (DED) yang sudah disepakati saat penandatanganan kontrak
dan memberikan uraian singkat dan jelas mengenai persyaratan spesifikasi teknis
sesuai kontrak. Contohnya: Persyaratan proses produk/hasil produk, Persyaratan
mutu material, Standard/aturan yang dipakai, Mutu produk akhir.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 25


4. Tahapan Pekerjaan; menjelakan tentang rangkaian pekerjaan yang sistematis dari
awal sampai akhir untuk mewujudkan suatu bangunan konstruksi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis.
5. Rencana Kerja Pelaksanaan (Method Statement); menguraikan tentang daftar
standar, prosedur, pedoman pelaksanaan dan/atau instruksi kerja yang
digunakan untuk setiap pekerjaan, baik yang terkait dengan teknis/pelaksanaan
pekerjaan maupun terkait penjaminan mutu dan pengendalian mutu dan analisis
K3 untuk setiap pekerjaan di lapangan. Rencana Kerja Pelaksanaan terdiri dari
komponen:
a. Metode Kerja, yaitu suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang
mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan pengetahuan maupun
standar yang telah diujicobakan;
b. Tenaga Kerja, berupa uraian personil dan tanggung jawab dari setiap tahap
pekerjaan. Uraian personil yang dimaksud adalah jabatan apa saja yang
berhubungan dengan metode pekerjaan tersebut dan jumlah personil tiap
jabatannya;
c. Material, berupa uraian material yang akan dipakai pada pekerjaan tersebut
dan sudah disetujui oleh pengguna jasa. Uraian material yang dimaksud ialah
penjabaran dari merek material yang telah disetujui oleh pengguna jasa dan
spesifikasi material sesuai dengan yang tertulis dalam kontrak;
d. Alat, berupa uraian seluruh alat yang akan dipakai dalam pekerjaan tersebut.
Mulai dari alat berat hingga alat yang paling kecil. Uraian alat yang dimaksud
ialah mulai dari nama alat yang dipakai, detil spesifikasi alat (produktifitas dan
sumber daya), serta jumlah unit setiap alat tersebut.
6. Aspek Keselamatan Konstruksi; berupa uraian atas Hal-hal yang harus
diperhatikan dari segi K3 yang berhubungan dengan metode kerja.
7. Rencana Pemeriksaan dan Pengujian/RPP (Inspection and Test Plan/ITP);
menjelaskan tentang prosedur dan rencana inspeksi dan pengujian di lapangan
untuk memastikan agar mutu produk yang dihasilkan tetap terjaga, mencakup
poin-poin sebagai berkut:

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 26


a. Kriteria keberterimaan (termasuk toleransi penerimaan);
b. Cara pengujian/pemeriksaan; dan
c. Jadwal pengujian (frekuensi pengujian), dan Penanggung jawab/pelaksana
pengujian.
Rencana pelaksanaan ITP harus disesuaikan dengan uraian tahapan pekerjaan
yang disampaikan pada poin sebelumnya.
8. Pengendalian Sub-Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Pemasok; menjelaskan
tentang bentuk pengendalian pekerjaan yang dikerjakan pihak ketiga (Sub
Kontraktor dan pemasok) yang menjadi acuan dalam proses pelaksanaan
pekerjaan dan hasil produk pekerjaan yang harus dicapai.

Program Mutu pada Jasa Konsultansi Konstruksi diuraikan sebagai berikut :


1. Informasi Pekerjaan; berupa penjelasan mengenai nama paket kegiatan, kode
dan nomor kontrak, sumber dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu pelaksanaan
dan nama pengguna dan penyedia jasa konsultansi.
2. Organisasi Kerja; berupa struktur organisasi yang menggambarkan hubungan
kerja antara penyedia jasa dan pengguna jasa, dan menjelaskan keterkaitan/alur
instruksi dan koordinasi pihak-pihak dalam pelaksanaan kegiatan (internal
penyedia jasa). Dilengkapi dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang dari
tiap-tiap tenaga ahli agar jelas siapa berbuat apa dan menghindari terjadinya
tumpang tindih (overlapping) kegiatan.
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan; menjelaskan tentang informasi terkait rentang
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tahapan kegiatan yang dimulai
dari persiapan, implementasi, dan pelaporan. Informasi yang dimaksud
mencakup jadwal peralatan, dan jadwal penugasan personel.
4. Metode Pelaksanaan; menjelaskan tentang gambaran umum tentang apa yang
akan dikerjakan oleh Konsultan dan alur/tahapan proses pekerjaan yang meliputi:
a. Penjelasan bagaimana pelaksanaan tiap tahapan pekerjaan (untuk tahapan
penting).

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 27


b. Input yang digunakan dalam setiap tahapan proses, beserta output yang
dihasilkan.
c. Cek/kontrol yang dipergunakan untuk memastikan bahwa tahapan proses
dapat diterima.
5. Pengendalian Pekerjaan; menjelaskan tentang pengendalian pekerjaan yang
dilakukan oleh penyedia jasa untuk memastikan agar pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan perencaan kegiatan dengan metode kerja, jadwal penugasan
tenaga ahli, dan acuan/persyaratan yang digunakan. Dapat menggunakan alat
bantu berupa ceklist/daftar simak.
6. Laporan Pekerjaan
a. Dalam komponen laporan pekerjaan dijelaskan mengenai jadwal rencana
penyerahan laporan pekerjaan beserta poin-poin yang akan disampaikan
dalam laporan.
b. Jenis-jenis laporan sesuai dengan persyaratan dalam dokumen kontrak,
secara umum meliputi:
1) Laporan Pendahuluan :
Berisi pemahaman terhadap apa yang diminta di dalam kontrak, dan
rencana kerja/metode kerja untuk mencapai sasaran yang diharapkan
dalam kontrak. Laporan ini diserahkan kepada pemberi tugas 1 (satu)
bulan sejak SPMK. Laporan pendahuluan dibahas dengan direksi
pekerjaan dan instansi lain yang terkait.
2) Laporan Antara :
Merupakan laporan kegiatan konsultan selama paruh waktu, berisi
pengumpulan data primer maupun sekunder, analisa sementara. Laporan
ini diserahkan kepada pemberi tugas pada pertengahan waktu
pelaksanaan kontrak.
3) Draft Laporan Akhir
Berisi laporan kegiatan konsultan secara menyeluruh mulai dari
pengumpulan data, analisa, kesimpulan dan saran/masukan. Diserahkan
kepada pemberi tugas satu bulan sebelum berakhirnya masa kontrak.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 28


4) Laporan Akhir
Merupakan perbaikan/revisi dari draft laporan akhir yang telah dibahas
denga direksi teknis dan instansi terkait lainya. Laporan ini diserahkan
pada akhir kontrak.
5) Produk Akhir
Laporan produk akhir adalah produk akhir yang diminta pengguna jasa,
misalnya Pedoman, Modul, Gambar Desain, BOQ, dll.

Masing-masing pihak yang terlibat di dalam kontrak pengadaan barang/jasa harus


menyusun Program Mutu/Rencana Mutu dan dilakukan sinkronisasi antara Program
Mutu/Rencana Mutu pihak yang satu dengan yang lain. Sehingga terjadi hubungan
yang sinergi antara pihak Pejabat Penandatangan Kontrak, pihak Penyedia
Barang/Jasa, dan pihak Pengawas Pekerjaan. Contoh sinergi tersebut misalnya pada
suatu pekerjaan dengan waktu pelaksanaan selama 24 minggu. Pada jadwal
pelaksanaan yang ditetapkan oleh penyedia barang/jasa, Tahapan – X akan
dilaksanakan pada Minggu ke–8. Maka pengawas pekerjaan menetapkan aktifitasnya
pada jadwal pengawasan Minggu ke-8 yaitu mengawasi pelaksanaan Tahapan – X dan
mendampingi penyedia barang/jasa untuk melakukan pengujian hasil pelaksanaan
Tahapan – X tersebut.

Program mutu/rencana mutua pada umumnya mencakup rencana pengendalian waktu


dan kualitas pelaksanaan pekerjaan. Selain itu, hal lain yang penting untuk dilakukan
oleh penyedia barang/jasa adalah menyusun rencana pengendalian biaya pelaksanaan
pekerjaan. Ketiga hal tersebut diuraikan seperti di bawah ini.

3.2.1 Rencana Pengendalian Waktu Pelaksanaan

Penyedia barang/jasa sebagai pihak yang berperan dalam kegiatan pengendalian mutu,
memiliki tugas untuk menyusun jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan secara rinci.
Terdapat beberapa metode penyusunan jadwal rencana pelaksanaan yang umum
digunakan pada kontrak pengadaan barang/jasa, diantaranya adalah :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 29


1. Diagram Batang (Bar Chart Diagram).
Diagram Batang atau Bar Chart Diagram diperkenalkan oleh Gantt dan Frederick
W. Taylor dalam bentuk bagan balok/batang, dengan panjang balok sebagai
representasi dari durasi setiap tahapan pekerjaan/kegiatan. Diagram Batang terdiri
atas sumbu Y (vertikal) yang menyatakan tahapan pekerjaan/kegiatan dari suatu
pekerjaan, sedangkan sumbu X (horisontal) menyatakan satuan waktu dalam hari,
minggu, atau bulan sebagai durasi untuk masing-masing tahapan
pekerjaan/kegiatan. Pada bagan ini juga dapat ditentukan milestone sebagai
bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas secara
keseluruhan.

Kelebihan dari Diagram Batang diantaranaya adalah bersifat informatif, mudah


dibaca, dan efektif untuk komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan
sederhana. Sedangkan kelemahan penggunaan diagram ini adalah penyajian
informasi Diagram Batang yang agak terbatas. Diantaranya adalah ketergantungan
antara tahapan pekerjaan/kegiatan yang satu dengan yang lain tidak jelas dan
lintasan kritis pekerjaan tidak dapat diketahui. Selain itu, karena urutan kegiatan
kurang terinci, maka bila terjadi keterlambatan pekerjaan akan sulit untuk
menentukan prioritas kegiatan yang akan dikoreksi.

Berikut ini adalah salah satu contoh Diagram Batang untuk suatu pekerjaan jasa
konsultansi :

Mei Juni Juli


No. Tahapan
1 2 1 2 1 2

1. Studi Literatur

2. Pengumpulan Bahan
dan Data.

3. Identifikasi Masalah

4. Laporan Pendahuluan

5. Penyusunan Rancangan
Rekomendasi

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 30


6. Laporan Antara

Penyempurnaan
Rancangan
Rekomendasi

7. Laporan Akhir

Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, dan Laporan Akhir berlaku sebagai


milestone untuk jadwal rencana pelaksanaan jasa konsultansi tersebut.

2. Diagram Jaringan Kerja (Network Diagram).


Diagram Jaringan Kerja (Network Diagram) adalah suatu metode yang digunakan
untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengevaluasi kemajuan dari suatu
pekerjaan. Jaringan ini dikembangkan dari Work Breakdown Structure (WBS)
dan gambar diagram alir dari rencana kerja pekerjaan. Diagram Jaringan Kerja
menggambarkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagian-bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Urutan kegiatan yang logis
3. Ketergantungan antar kegiatan
4. Waktu kegiatan melalui lintasan kritis.
Diagram Jaringan Kerja merupakan kerangka dari sistem informasi yang dapat
dipergunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu,
biaya, dan mutu pekerjaan. Kelebihan dari Diagram Jaringan Kerja adalah mudah
dipahami karena berisi tampilan grafis dari aliran atau urutan tiap bagian
pekerjaan. Pengembangan jaringan kerja juga dapat dengan mudah dilakukan.
Berikut ini adalah contoh Diagram Jaringan Kerja untuk suatu pekerjaan
pengadaan barang/jasa :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 31


A (4) 11 F (2)
3
13

D (6)

0 B (5) 5 G (6) 11 I (4) 15


1 2 5 6
0 5 11 15

E (3)

C (3) 8 H (4)
4
11

Keterangan :

EETi ES EF EETj
I J LETj
LETi
LS LF
• EET : Earliest Event
Time
• LET : Latest Event Time
• ES : Earliest Start

Penjelasan untuk Diagram Jaringan Kerja di atas adalah sebagai berikut :

Nama Akifitas Koneksi antar Aktifitas Durasi (hari)

A 1–3 4
B 1–2 5
C 1–4 3
D 2–3 6
E 2–4 3
F 3–6 2
G 2–5 6
H 4–6 4
I 5–6 14

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 32


Cara menghitung EET dan LET sebagai berikut:
i) Perhitungan maju
Perhitungan maju digunakan untuk memperoleh waktu paling awal
dimulainya suatu aktifitas (EETi = Earliest Event Time node i pada I-node) dan
waktu selesainya (EETj = Earliest Event Time node j pada J-node) untuk suatu
aktifitas, dilakukan dengan mengambil nilai maksimum dari perhitungan
durasi setiap aktifitas. Begitu pula dengan nilai seperti dibawah ini:
a. ES (Earliest Start) : Saat paling cepat untuk memulai suatu aktifitas.
b. EF (Earliest Finish) : Saat paling cepat untuk akhir suatu aktifitas.
ii) Perhitungan mundur
Perhitungan mundur digunakan untuk memperoleh waktu paling lambat
dimulainya suatu aktifitas (LETi = Latest Event Time node i pada I-Node) dan
waktu selesainya (LETj = Latest Event Time node j) pada J-Node) untuk suatu
aktifitas, dilakukan dengan mengambil nilai minimum dari perhitungan durasi
setiap aktifitas. Begitu pula dengan nilai seperti dibawah ini:
a. LS (Latest Start) : Saat paling lambat untuk memulai suatu aktifitas.
b. LF (Latest Finish) : Saat paling lambat untuk akhir suatu aktifitas.
Selanjutnya, untuk menyusun Diagram Jaringan Kerja yang baik, maka
diperlukan metode untuk menetapkan urut-urutan setiap aktifitas agar
realistis untuk dilaksanakan. Metode tersebut diantaranya :
• Metode Jalur Kritis (Critical Path Method/CPM);
Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan suatu pekerjaan. Banyak masalah terkait jadwal pelaksanaan
yang dapat segera teridentifikasi dengan penggunaan metode jalur kritis,
sehingga sistem ini merupakan metode yang paling banyak dipergunakan
diantara sesuatu sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan.
Para pengguna metode jalur kritis dianggap mempunyai kemampuan
teknis untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan
setiap bagian pekerjaan. Disamping itu dalam proses perencanaan dan
pengawasan, dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan untuk

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 33


pelaksanaan pekerjaan yang lebih singkat.

Dengan metode jalur kritis, Diagram Jaringan Kerja dianalisis dengan


mempertimbangkan aktifitas yang menggunakan estimasi waktu
sederhana (simple time estimate) sebagai waktu pelaksanaan
sehingga dapat ditetapkan urut-urutan aktifitas yang ditetapkan sebagai
lintasan kritis (critical path). Atau dapat diartikan bahwa yang dimaksud
dengan lintasan kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian beberapa
aktifitas dengan total jumlah waktu pelaksanaan paling lama. Sehingga
bila salah satu aktifitas pada lintasan kritis tersebut mengalami
keterlambatan penyelesaian, maka akan mempengaruhi waktu
penyelesaian seluruh pekerjan. Sebaliknya, jika jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan akan dipercepat, maka aktifitas-aktifitas yang berada pada
lintasan kritis inilah yang waktu pelaksanaannya harus dipercepat.

Ciri-ciri dari aktifitas yang masuk dalam lintasan kritis adalah sebagai
berikut :

Nilai EET sama dengan LET.


Urut-urutan aktifitas yang menghasilkan durasi terpanjang untuk
penyelesaian pekerjaan.
Tidak terdapat tenggang waktu antara akhir dari suatu aktifitas
dengan waktu dimulainya aktifitas berikutnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lintasan kritis yang terdapat


pada Diagram Jaringan Kerja di atas berada pada aktifitas B – G – I. Di
dalam penyajiannya, aktifitas yang termasuk dalam lintasan kritis diberi
tanda khusus agar dapat segera dibedakan dengan aktifitas lain yang tidak
termasuk lintasan kritis. Misalnya dengan diberi gambar anak panah tebal
(Activity On Arrow Diagram).

• Metode Program Evaluation and Review Technic (PERT);


Dalam menyusun Diagaram Jaringan Kerja, perlu ditetapkan asumsi-

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 34


asumsi sebagai dasar penyusunannya. Asumsi-asumsi tersebut
diantaranya ini :
Jenis-jenis aktifitas dan durasi masing-masing aktifitas.
Hubungan antar aktifitas berdasarkan urutan teknis pekerjaan;
ditetapkan mana aktifitas yang berperan sebagai pendahulu
(predecessor) dan yang berperan sebagai sasaran (successor).
Hubungan antar aktifitas berdasarkan karakter waktu antar aktifitas;
misalnya waktu tenggang (lag time), Start to Start, Finish to Start, dan
Finish to Finish.
Dasar pendekatan Metode PERT umumnya meliputi:
1. Menentukan kejadian (event) atau komponen pekerjaan yang ada
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Kejadian (event) atau komponen pekerjaan yang ada dalam
pelaksanaan pekerjaan memiliki keterkaitan atau ketergantungan satu
sama lain sehingga diagram jaringan kerja dapat dikembangkan.
3. Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai (terciptanya) suatu
kejadian (event) atau komponen pekerjaan, diperhitungkan bersama
waktu ketidakpastian.
4. Merencanakan suatu analisa dan penilaian untuk mengolah data.
5. Menetapkan saluran informasi untuk mendapatkan data aktual dan
data penyimpangan sebagai bahan penilaian.
6. Penggunaan aplikasi komputer untuk menganalisanya.

Sehingga diharapkan penggunaan metode ini dapat memberikan dampak:


a. berkurangnya semaksimal mungkin terjadinya penundaan aktifitas
dan pekerjaan;
b. berkurangnya hambatan-hambatan;
c. alokasi sumber daya dapat dilakukan secara tepat untuk setiap
aktifitas;
d. terjadi koordinasi yang baik dan selaras dari berbagai komponen

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 35


pekerjaan sebagai suatu keseluruhan pekerjaan sehingga dapat
selesai tepat waktu.

Istilah-istilah terkait :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 36


Berikut ini contoh Diagram Jaringan Kerja pada suatu pekerjaan konstruksi :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 37


3. Diagram Vektor (Vector Diagram).
Diagram vektor dapat digunakan untuk penyusunan jadwal rencana pekerjaan
yang jumlah aktifitasnya sedikit dan bukan merupakan urut-urutan pekerjaan,
serta aktifitas yang berulang. Metode ini cukup efektif untuk digunakan,
mengingat untuk menyusun jadwal rencana pekerjaan dengan metode ini tidak
membutuhkan keahlian yang sangat teknis. Banyak digunakan pada pekerjaan
konstruksi jalan, bangunan bertingkat, dan pengadaan barang yang pengirimannya
dilakukan secara bertahap. Metode ini dikenal pula dengan nama Penjadwalan
Linear (Line of Balance).
Diagram vektor merupakan suatu grafik yang terdiri dari dua sumbu yaitu :
Sumbu X : menggambarkan waktu rencana pelaksanaan pekerjaan.
Sumbu Y : menggambarkan kuantitas rencana yang akan dilaksanakan.

Berikut ini contoh Diagram Vektor yang digunakan pada pengadaan dan distribusi
pupuk sebanyak 10.000 Kg, dimana pengadaan dan distribusi dilakukan sesuai
kebutuhan, yaitu selama bulan Maret sebesar 2000 Kg, selama bulan April sebesar

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 38


2500 Kg, selama bulan Mei sebesar 1500 Kg, selama bulan Juni sebesar 2500 Kg,
dan selama bulan Juli sebesar 1500 Kg :

Rencana Pelaksanaan Pengadaan & Distribusi Pupuk


2.500

2.000

1.500
Volume (Kg)

1.000

500

-
Maret April Mei Juni Juli

4. Kurva S.
Selain Diagram Batang dan Diagram Jaringan Kerja, metode lain yang umum
digunakan untuk penyusunan jadwal rencana pekerjaan adalah dengan Kurva S (S
– Curve). Nama dari metode ini menggambarkan bahwa jadwal rencana pekerjaan
bentuknya akan menyerupai huruf S. Atau sebagian orang menyebutnya
menyerupai bentuk kursi malas. Meskipun pada kenyataannya akan dapat ditemui
pekerjaan-pekerjaan yang jadwal pekerjaannya menyerupai bentuk huruf S yang
tidak sempurna. Hal ini akibat dari karakter setiap pekerjaan dapat berbeda-beda.

Kelebihan metode ini adalah, selain dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan jadwal aktual dari suatu pekerjaan, juga dapat memberikan informasi
tentang rencana biaya dan realisasi biaya. Sedangkan kelemahan dari penggunaan
metode ini terletak pada tidak tersedianya informasi tentang hubungan antar
aktifitas yang satu dengan yang lain dalam rangka penyelesaian pekerjaan. Selain
itu, mengingat bahwa penggunaan metode ini umumnya dikaitkan dengan biaya

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 39


untuk setiap aktifitas, maka dalam hal kontrak pekerjaan pengadaan barang/jasa
yang tidak melampirkan rincian harga per aktifitas akan mengalami kesulitan di
dalam penerapannya.
Penyusunan jadwal rencana pekerjaan dengan metode ini dapat dilakukan
dengan:
Untuk sumbu X : menampilkan satuan waktu rencana pelaksanaan pekerjaan.
Satuan waktu yang umum digunakan adalah hari, minggu, atau bulan.
Untuk sumbu Y : menampilkan bobot kumulatif rencana pelaksanaan, yang
diperoleh dengan menghitung volume rencana dan biaya rencana setiap
aktifitas, lalu ditetapkan bobotnya dalam persentase kumulatif biaya.
Selanjutnya, koordinat (X,Y) untuk setiap satuan waktu dan aktifitas diplotkan ke
dalam suatu grafik. Titik-titik koordinat ini kemudian dihubungkan oleh suatu
kurva dan akan berbentuk menyerupai huruf S.

Berikut ini contoh Kurva S pada suatu pekerjaan konstruksi :

Selain jadwal pelaksanaan pekerjaan yang bersifat umum seperti telah diuraikan di
atas, pada beberapa pekerjaan penyedia barang/jasa juga perlu menyusun
beberapa jadwal lainnya, yaitu :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 40


a. Jadwal Peralatan;
Pada jadwal peralatan akan disajikan informasi tentang jenis peralatan, jumlah
peralatan, kapasitas masing-masing peralatan, waktu rencana penggunaan,
dan waktu rencana mobilisasi dan demobilisasi.
b. Jadwal Personil;
Pada jadwal personil akan disajikan informasi tentang nama personil, jumlah
personil, kualifikasi masing-masing personil, waktu rencana mobilisasi, dan
demobilisasi.
c. Jadwal Material;
Pada jadwal material akan disajikan informasi tentang jenis material, volume
material, persyaratan teknis material, dan waktu rencana penyediaan dan
penggunaannya.
d. Jadwal Pengujian.
Pada jadwal pengujian akan disajikan informasi tentang jadwal rencana
pengujian material, jadwal rencana pengujian bagian-bagian hasil pekerjaan,
dan jenis pengujian sesuai persyaratan teknis pekerjaan.

3.2.2 Rencana Pengendalian Mutu Pelaksanaan

Pada prinsipnya, kegiatan pengendalian mutu oleh penyedia barang/jasa adalah


melalui pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara
sumber daya (masukan/input); metode pelaksanaan/proses produksi, kemasan, dan
pengiriman (proses); dan hasil pekerjaan (keluaran/output); dengan persyaratan
kualitas yang ada. Lingkup kegiatan membandingkan ini tentunya disesuaikan dengan
karakteristik pekerjaan pengadaan barang/jasa. Misalnya pada pekerjaan pengadaan
barang mungkin cukup membandingkan keluaran dengan persyaratan kualitas yang
ditetapkan saja. Sedangkan pada pekerjaan konstruksi mungkin sangat diperlukan
untuk membandingkan sumber daya, proses, dan hasil pekerjaan, dengan persyaratan
teknis pekerjaan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 41


Selanjutnya, perlu dipahami pula bahwa sebagian persyaratan kualitas untuk suatu
pekerjaan pengadaan barang/jasa umumnya dituangkan di dalam dokumen spesifikasi.
Dimana dokumen tersebut menjadi salah satu bagian dari dokumen kontrak. Sehingga
dokumen spesifikasi tersebut menjadi salah satu acuan di dalam pelaksanaan
pengendalian mutu. Dengan demikian, di dalam penyusunan rencana pengendalian
mutu, harus mengacu kepada dokumen spsesifikasi.

Dalam penyusunan rencana pengendalian mutu, hal-hal yang dapat dilakukan


diantaranya sebagai berikut :
1. Menetapkan unsur fungsi pengendali kualitas (quality controller) di dalam
organisasi penyedia barang/jasa.
Fungsi pengendali kualitas merupakan unit organisasi yang bertanggungjawab
dalam pengendalian mutu sumber daya, proses, dan hasil pekerjaan dalam
rangka menghasilkan barang/jasa yang sesuai dengan karakteristik barang/jasa
yang ditetapkan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.

Pada pekerjaan pengadaan barang, unit yang berfungsi melakukan pengendalian


mutu ini umumnya diserahkan sepenuhnya kepada pihak penyedia barang/jasa
atau produsen. Hal ini karena mengingat bahwa barang merupakan sesuatu yang
dihasilkan dari proses pabrikasi, dimana kegiatan pabrikasi itu sendiri dianggap
menjadi kompetensi teknis industri yang telah dimiliki penyedia barang/jasa atau
produsen tersebut.

Sedangkan pada jenis pengadaan lainnya, seperti pada pekerjaan konstruksi,


dimana proses produksinya baru dilakukan setelah adanya permintaan Pejabat
Penandatangan Kontrak melalui kontrak pengadaan barang/jasa, maka unit yang
berfungsi melakukan pengendalian mutu dibentuk oleh penyedia barang/jasa
berdasarkan persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak. Hal tersebut dilakukan
apabila misalnya pada dokumen spesifikasi terdapat ketentuan berikut :

Penyedia sebagaimana disyaratkan dalam kontrak harus


menyediakan tempat kerja, bahan, fasilitas, pekerja, pelayanan dan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 42


pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian yang
diperlukan.

Penyedia menyampaikan usulan personil penguji : daftar beserta Daftar


Riwayat Hidup semua teknisi laboratorium yang diusulkan Penyedia
untuk pelaksanaan pengujian menurut Kontrak ini.

Personil yang bertugas pada pengujian bahan haruslah terdiri atas


tenaga-tenaga yang mempunyai pengalaman cukup dan telah terbiasa
melakukan pengujian bahan yang diperlukan dan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.

Dari ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyedia barang/jasa


mengusulkan unit pengendali kualitas kepada Pejabat Penandatangan Kontrak
sebagai bagian dari pengendalian mutu.

2. Menyediakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan


pengendalian mutu.
Selain menetapkan unit yang berfungsi mengendalikan kualitas, penyedia
barang/jasa juga perlu untuk menyediakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan
untuk melakukan pengujian dalam rangka pengendalian mutu sesuai karakteristik
pekerjaan yang ditetapkan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak. Hal tersebut
dilakukan apabila misalnya pada dokumen spesifikasi terdapat ketentuan berikut:

Penyedia sebagaimana disyaratkan dalam kontrak harus


menyediakan tempat kerja, bahan, fasilitas, pekerja, pelayanan dan
pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian yang
diperlukan.

Penyedia menyampaikan usulan mobilisasi Laboratorium Pengujian :


detil dari mobilisasi laboratorium dan peralatannya sebagai bagian
dari program mobilisasi sesuai dengan ketentuan pada bagian lain
dari Spesifikasi ini, harus disediakan oleh Penyedia.

Peralatan dan perlengkapan laboratorium yang terdaftar dalam


Lampiran dari Spesifikasi ini harus sudah disediakan dalam waktu 45
hari terhitung sejak Tanggal Mulai Kerja, sehingga pengujian sumber
bahan dapat dimulai sesegera mungkin.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 43


Dengan demikian, maka penyedia barang/jasa perlu untuk menyampaikan usulan
peralatan yang akan digunakan untuk melakukan pengendalian mutu kepada
Pejabat Penandatangan Kontrak sebagai bagian dari rencana pengendalian mutu.
Hal ini umumnya dilakukan dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi.

Sedangkan dalam pekerjaan pengadaan barang, penetapan tentang peralatan-


peralatan yang digunakan dalam pengujian diserahkan sepenuhnya kepada
penyedia barang/jasa atau produsen.

3. Menetapkan daftar/formulir pengujian kualitas.


Pada pengadaan barang, daftar atau formulir pengujian kualitas sumber daya
merupakan bagian dari pengendalian mutu pada proses pabrikasi. Dimana proses
pabrikasi sendiri umumnya diserahkan sepenuhnya kepada penyedia barang/jasa
atau produsen.

Sedangkan pada pekerjaan lain seperti pekerjaan konstruksi, penyedia


barang/jasa menetapkan daftar atau formulir pengujian kualitas yang akan
digunakan untuk melakukan pengendalian mutu. Hal tersebut dilakukan apabila
misalnya pada dokumen spesifikasi terdapat ketentuan berikut :

Penyedia menyampaikan usulan formulir pengujian : usulan formulir


pengujian standar yang akan digunakan dalam Kontrak ini untuk
semua jenis pengujian yang disyaratkan dalam Spesifikasi, harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaaan dalam waktu 45 hari terhitung
sejak Tanggal Mulai Kerja, untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.

Formulir yang dapat digunakan untuk pengujian yang sebenarnya


dan pelaporan hasil pengujian hanyalah formulir telah disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Berikut ini contoh daftar/formulir pengujian kualitas yang disusun oleh penyedia
barang/jasa untuk pekerjaan Timbunan Tanah pada suatu pekerjaan konstruksi
jalan :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 44


3.2.3 Rencana Pengendalian Biaya Pelaksanaan

Rencana pengendalian biaya yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa adalah dengan
menyusun Rencana Arus Kas. Rencana Arus Kas yang disusun harus sesuai dengan
standar keuangan yang berlaku. Dengan adanya Rencana Arus Kas maka penyedia
barang/jasa dapat lebih mudah untuk melakukan pengendalian biaya pelaksanaan
pekerjaan.

Dalam Rencana Arus Kas dapat merencanakan tentang bagaimana penyedia


barang/jasa melakukan pengelolaan keuangan terkait kontrak pekerjaan pangadaan
barang/jasa. Hal-hal yang dicantumkan di dalam Rencana Arus Kas tersebut
diantaranya adalah :
1. Rencana pemasukan, yang diperoleh dari :
Pembayaran uang muka.
Pembayaran prestasi pekerjaan (bisa dilakukan dengan termin, atau bulanan,
atau sekaligus).
Biaya yang diperoleh dari manajemen perusahaan penyedia barang/jasa.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 45


2. Rencana pengeluaran, dengan memperhatikan :
Kewajiban kepada sub penyedia dan/atau pemasok.
Kewajiban kepada pekerja.
Kewajiban asuransi.
Kewajiban bank.
Dalam Rencana Arus Kas tersebut, idealnya kas penyedia selalu dalam posisi positif
selama pelaksanaan pekerjaan.

3.3 RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK

Sebelum melaksanakan Kontrak yang bernilai besar atau kompleks, Pejabat


Penandatangan Kontrak dan Penyedia harus melakukan rapat secara tatap muka untuk
mendiskusikan kesamaan pemahaman dan administrasi Kontrak. Rapat tatap muka
harus dilaksanakan secara:
a. formal;
b. agenda rapat diketahui secara bersama sebelum pelaksanaan rapat; dan
c. para pihak masing-masing harus menunjuk narahubung selama pelaksanaan
kontrak.
Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
a. reviu kontrak, dan pembagian tugas dan tanggung jawab dari kedua belah pihak;
b. pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal efektif
pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;
c. reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan evaluasi
kemajuan pekerjaan;
d. diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
e. Tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang disesuaikan
dengan kondisi pekerjaan;
f. melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan mendiskusikan prosedur
untuk manajemen perubahan; dan
g. melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para pihak selama pelaksanaan
pekerjaan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 46


Sebagian dari hal-hal yang dibahas pada rapat persiapan pelaksanaan kontrak
merupakan hal-hal yang tercantum pada program mutu/rencana mutu. Pada rapat ini
juga akan disepakati tentang program mutu/rencana mutu yang telah disusun oleh
penyedia barang/jasa.

Rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi diuraikan sebagai berikut :


1. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak merupakan rapat awal antara PPK,
Pengendali Pekerjaan (Direksi Lapangan/Konsultan MK), Pengawas Pekerjaan
(Direksi Teknis/Konsultan Pengawas), Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi, tim
perencana serta pihak terkait;
2. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak atau Pre Construction Meeting (PCM) harus
sudah dimulai maksimal 7 (tujuh) hari setelah terbitnya SPMK dan sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan;
3. Tujuan rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
a. Persamaan pandangan dan pemahaman terkait hal-hal yang mendasar pada
pelaksanaan proyek, seperti: jadwal, alur komunikasi dan koordinasi, alur
persetujuan, kebijakan pengendalian mutu dan Keselamatan Konstruksi serta
mekanisme pelaporan dan pembayaran hasil pekerjaan;
b. Untuk mendapatkan kesepakatan terhadap pelaksanaan kontrak;
c. Penyesuaian seluruh kegiatan dalam RMPK dengan persyaratan-persyaratan
dalam dokumen kontrak;
d. Pemenuhan terhadap kebutuhan data dan informasi terkait proyek;
e. Untuk melakukan perubaahan kontrak apabila diperlukan.
4. Agenda pembahasan dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak sebagai berikut:

Agenda Rapat Persiapan Keterangan


Pelaksanaan/ Pre Construction
Meeting (PCM)
a. Struktur organisasi proyek PPK
1) PPK menyampaikan struktur organisasi

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 47


Agenda Rapat Persiapan Keterangan
Pelaksanaan/ Pre Construction
Meeting (PCM)
dan tim-nya yang akan terlibat serta
tugas dan tanggung jawab secara
umum dari masing – masing pihak.
2) PPK menjelaskan bentuk hubungan
antara PPK, pengawas pekerjaan, dan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi.

Pengawas Pekerjaan
Direksi Teknis atau Konsultan Pengawas,
menyampaikan struktur organisasinya
serta tugas dan tanggung jawab secara
umum dari masing – masing pihak.

Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


1) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menyampaikan struktur organisasinya
serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing.
2) Perubahan atas personil pelaksana
atau sub Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus diinformasikan pada
rapat PCM dan disetujui oleh PPK.

b. Pendelegasian kewenangan 1) PPK menyampaikan penjelasan


mengenai pelimpahan kewenangan
Pengendalian Pekerjaan dari PPK ke
Direksi Lapangan atau Konsultan MK
2) PPK menyampaikan penjelasan
mengenai pelimpahan kewenangan
pengawasan pekerjaan dari PPK ke
DireksiTeknis/Konsultan
Pengawas.
3) Untuk Konsultan Pengawas yang
ditunjuk oleh PPK lain, laporan dan
tanggung jawab Konsultan Pengawas
tersebut tetap kepada PPK proyek (PPK

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 48


Agenda Rapat Persiapan Keterangan
Pelaksanaan/ Pre Construction
Meeting (PCM)
yang menunjuk Penyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi).

c. Alur komunikasi dan PPK menyampaikan alur komunikasi,


persetujuan koordinasi, persetujuan serta pelaporan.

d. Mekanisme pengawasan Direksi Teknis/Konsultan Pengawas


menyampaikan mekanisme pengawasan
dan pelaporan yang akan dilakukan.

e. Jadwal pelaksanaan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan rencana jadwal
pelaksanaan pekerjaan untuk dibahas dan
disepakati bersama.

f. Mobilisasi Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan secara rinci rencana
mobilisasi yang mencakup mobilisasi
personil inti, peralatan dan material.

g. Metode pelaksanaan a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan gambaran umum
metode pelaksanaan yang akan
dilaksanakan.
b) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
menyampaikan metode pelaksanaan
untuk pekerjaan tertentu yang
dianggap penting.

h. Pembahasan Rencana Mutu 1) Dokumen RMPK diserahkan sebelum


Pekerjaan Konstruksi (RMPK) PCM untuk dievaluasi oleh Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas.
2) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
mempresentasikan RMPK yang
mencakup penjelasan terkait hal
berikut:
a) Rencana pelaksanaan pekerjaan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 49


Agenda Rapat Persiapan Keterangan
Pelaksanaan/ Pre Construction
Meeting (PCM)
(method statement) tiap-tiap
pekerjaan
b) Rencana pemeriksaan dan
pengujian (Inspection and Test
Plan/ITP)
c) Pengendalian subPenyedia Jasa
Pekerjaan Konstruksi dan pemasok.
3) Hasil pembahasan RMPK dapat berupa
persetujuan atau permintaan untuk
perbaikan.

i. Pembahasan pelaksanaan Dilakukan pembahasan terhadap dokumen


Rencana Keselamatan pelaksanaan RKK.
Konstruksi (RKK)

j. Rencana pemeriksaan Pembahasan rencana pemeriksaan


lapangan bersama lapangan bersama dalam rangka penilaian
kesesuaian kontrak dengan kondisi
lapangan.

k. Informasi yang dibutuhkan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan kebutuhan data dan
informasi lainnya yang diperlukan.

l. Dukungan fasilitas Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi


menyampaikan dukungan lainnya yang
diperlukan.

m. Lain – lain Agenda lain yang relevan.

5. Hasil rapat persiapan pelaksanaan kontrak dituangkan dalam Berita Acara Rapat
Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
6. Apabila diperlukan perubahan kontrak, maka diterbitkan adendum kontrak.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 50


3.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka penyedia barang/jasa melakukan


pengendalian pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam program mutu/rencana mutu. Bilamana terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan terhadap program mutu/rencana mutu
yang telah ditetapakan, maka segera dilakukan tindakan perbaikan atau koreksi. Hal
tersebut digambarkan pada bagan alir berikut :

Mulai

Data Data Aktual


Rencana

• Jadwal • Jadwal
• Biaya • Biaya
• Kualitas • Kualitas

Tidak Sesuai?

Tindakan
Koreksi Ya
Selesai

3.4.1 Pengendalian Waktu Pelaksanaan

Dalam kegiatan pengendalian kontrak pengadaan barang/jasa, jadwal rencana


pelaksanaan pekerjaan menjadi tidak berarti apabila tidak dilakukan perbandingan
dengan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu, maka perlu dilakukan
pengumpulan informasi tentang jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian
waktu pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan membandingkan antara jadwal
rencana pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 51


Berdasarkan perbandingan tersebut, maka dapat ditetapkan langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan.

Informasi aktual pelaksanaan pekerjaan idealnya merupakan informasi yang bersifat


tanpa waktu tunda (real time). Hal ini bertujuan agar penyedia barang/jasa dapat
segera melakukan langkah-langkah penanganan yang akurat bilamana ditemui adanya
penyimpangan dari jadwal rencana pelaksanaan. Penyedia barang/jasa melakukan
pemutakhiran (up date) terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan. Sehingga pada jadwal
pelaksanaan pekerjaan, selain terdapat jadwal rencana pelaksanaan, juga terdapat
jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan.

Dalam menyusun jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan, terdapat beberapa hal yang
penting untuk dicantumkan, diantaranya adalah :

1. Nilai atau bobot aktual kemajuan pekerjaan.


2. Status tanggal data aktual pelaksanaan (cut off date).
3. Informasi tentang pihak yang menyusun data aktual pelaksanaan.
4. Validasi data aktual pelaksanaan.

Selain itu, dalam penyusunan jadwal aktual pelaksanaan pekerjaan harus


menggunakan metode yang sama dengan yang digunakan dalam penyusunan jadwal
rencana pelaksanaan pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari perbedaan
persepsi saat dilakukannya analisa terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan. Metode
tersebut diantaranya adalah :

1. Diagram Batang (Bar Chart Diagram).


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu Diagram Batang terdiri
atas sumbu Y (vertikal) yang menyatakan tahapan pekerjaan/kegiatan dari suatu
pekerjaan, dan sumbu X (horisontal) menyatakan satuan waktu dalam hari,
minggu, atau bulan sebagai durasi untuk masing-masing tahapan
pekerjaan/kegiatan. Maka pada saat dilakukan monitoring akan terdapat dua
jadwal pelaksanaan, yaitu jadwal rencana pelaksanaan dan jadwal aktual
pelaksanaan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 52


Berikut ini adalah salah satu contoh Diagram Batang yang menyajikan jadwal
rencana dan jadwal aktual pelaksanaan untuk suatu pekerjaan jasa konsultansi :
Mei Juni Juli
No. Tahapan
1 2 1 2 1 2

Rencana
1. Studi Literatur
Aktual

Rencana
Pengumpulan
2.
Bahan dan Data. Aktual

Rencana
Identifikasi
3.
Masalah Aktual

Rencana
Laporan
4.
Pendahuluan Aktual

Penyusunan Rencana
5. Rancangan
Rekomendasi Aktual

Rencana
6. Laporan Antara
Aktual

Penyempurnaan Rencana
7. Rancangan
Rekomendasi Aktual

Rencana
8. Laporan Akhir
Aktual

Contoh Diagram Batang di atas menjelaskan status tanggal data aktual


pelaksanaan yang digunakan untuk penyusunan jadwal aktual pelaksanaan adalah
setelah minggu kedua bulan Juni. Dari jadwal aktual pelaksanaan tersebut terlihat
bahwa aktifitas ‘Identifikasi Masalah’ diselesaikan lebih lambat dari jadwal
rencana. Sehingga aktifitas ‘Laporan Pendahuluan’, yang menjadi salah satu
milestone, juga dilakukan lebih lambat dari rencana.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 53


2. Diagram Jaringan Kerja (Network Planning Diagram).
Penyusunan jadwal aktual pelaksanaan dengan metode Diagram Jaringan Kerja
dapat dilakukan dengan memberikan warna yang berbeda antara aktifitas yang
telah dilaksanakan dengan aktifitas yang belum dilaksanakan (aktifitas rencana).
Sekaligus juga dilakukan pemutakhiran terhadap durasi aktual pelaksanaan
pekerjaan. Berikut ini adalah contoh Diagram Jaringan Kerja dengan menampilkan
jadwal rencana dan jadwal aktual pelaksanaan untuk suatu pekerjaan pengadaan
barang/jasa :

A (4) 11 F (2)
3
13

D (6)

0 B (5) 5 G (6) 11 I (4) 15


1 2 5 6
0 5 11 15

E (5)/(3)

C (3) 10 H (4)
4
11

Keterangan :

EETi ES EF EETj
I J LETj
LETi
LS LF
• EET : Earliest
Event Time
• LET : Latest Event
Time

Pada contoh di atas, aktifitas dengan durasi rencana pelaksanaan digambarkan


dengan huruf tegak (Normal). Aktifitas dengan durasi aktual yang sesuai dengan
rencana digambarkan dengan huruf dicetak miring (Italic). Sedangkan aktifitas
dengan durasi aktual yang tidak sesuai dengan rencana digambarkan dengan huruf
tebal (Bold).

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 54


Diagram Jaringan Kerja di atas menggambarkan bahwa aktifitas E, yang
direncanakan akan dilaksanakan dengan durasi selama 3 (tiga) hari, dalam
pelaksanaannya dilaksanakan dengan durasi selama 5 (lima) hari. Pada contoh di
atas, dengan status tanggal data aktual pelaksanaan setelah hari kesebelas setelah
dimulainya pekerjaan, tidak menunjukan bahwa penyelesaian keseluruhan
pekerjaan akan terlambat. Meskipun aktifitas E dilaksanakan terlambat selama 2
(dua) hari dari jadwal rencana pelaksanaan yang ditetapkan. Hal ini karena aktifitas
E tersebut tidak masuk dalam lintasan kritis (critical line) dari jadwal pelaksanaan
pekerjaan tersebut. Selain itu, keterlambatan pada aktifitas E masih dalam batas
tenggang waktu yang tidak berdampak pada penyelesaian pekerjaan menjadi tidak
sesuai (terlambat) dengan jadwal rencana pelaksanaan.

3. Diagram Vektor (Vector Diagram)


Penyusunan jadwal aktual pelaksanaan pada metode Diagram Vector dapat
dilakukan dengan memberikan warna yang berbeda antara jadwal rencana
pelaksanaan dengan jadwal aktual pelaksanaan.

Berikut ini contoh Diagram Vektor dengan jadwal rencana dan aktual pelaksanaan
yang digunakan pada pengadaan dan distribusi pupuk sebanyak 10.000 Kg, dimana
pengadaan dan distribusi dilakukan sesuai rencana kebutuhan, yaitu selama bulan
Maret sebesar 2000 Kg, selama bulan April sebesar 2500 Kg, selama bulan Mei
sebesar 1500 Kg, selama bulan Juni sebesar 2500 Kg, dan selama bulan Juli sebesar
1500 Kg :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 55


Jadwal Pelaksanaan Pengadaan & Distribusi Pupuk
2.500

2.000

1.500
Volume (Kg)

Rencana
1.000

Aktual500

-
Maret April Mei Juni Juli

Diagram Vektor yang menyajikan jadwal rencana dan jadwal aktual pelaksanaan di
atas disusun setelah akhir bulan Mei pada periode pelaksanaan pekerjaan. Dari
Diagram Vektor tersebut terlihat bahwa pada bulan Maret, pengadaan dan
distribusi pupuk dilaksanakan sesuai rencana. Pada bulan April, pengadaan dan
distribusi pupuk dilaksanakan lebih kecil dari rencana. Sedangkan pada bulan Mei,
pengadaan dan distribusi pupuk lebih besar dari rencana.
4. Kurva S
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa penyusunan jadwal rencana pekerjaan
dengan metode Kurva S dapat dilakukan dengan :
Untuk sumbu X : menampilkan satuan waktu rencana pelaksanaan pekerjaan.
Satuan waktu yang umum digunakan adalah hari, minggu, atau bulan.
Untuk sumbu Y : menampilkan bobot kumulatif rencana pelaksanaan, yang
diperoleh dengan menghitung volume rencana dan biaya rencana setiap
aktifitas, lalu ditetapkan bobotnya dalam persentase kumulatif biaya.
Selanjutnya, koordinat (X,Y) untuk setiap satuan waktu dan aktifitas diplot ke
dalam suatu grafik. Titik-titik koordinat ini kemudian dihubungkan oleh suatu
kurva dan akan berbentuk menyerupai huruf S. Maka selanjutnya pada kegiatan
monitoring jadwal pelaksanaan pekerjaan, selain dicantumkan jadwal rencana

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 56


pelaksanaan pekerjaan, dicantumkan pula jadwal aktual pelakasanaan pekerjaan
pada sumbu X dan sumbu Y pada jadwal tersebut. Sehingga pada jadwal
pelaksanaan akan terdapat dua kurva, yaitu kurva jadwal rencana pelaksanaan dan
kurva jadwal aktual pelaksanaan.

Berikut ini contoh Kurva S dengan jadwal rencana dan jadwal aktual pelaksanaan
pada suatu pekerjaan konstruksi :

Dari jadwal pelaksanaan yang disusun dengan metode Kurva S ini dapat diketahui
bahwa status tanggal penyusunan jadwal aktual pelaksanaan dilakukan setelah
akhir minggu kesembilan pada periode pelaksanaan pekerjaan. Kurva berwarna
biru pada jadwal pelaksanaan tersebut merupakan kurva yang menggambarkan
jadwal rencana pelaksanaan. Sedangkan kurva yang berwarna merah merupakan
kurva yang menggambarkan jadwal aktual pelaksanaan. Dalam hal kurva jadwal
aktual pelaksanaan berada di bawah kurva rencana pelaksanaan, maka hal

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 57


tersebut menunjukan terjadinya keterlambatan pada pelaksanaan pekerjaan.

Selain jadwal pelaksanaan secara umum, penyedia barang/jasa juga perlu melakukan
pemutakhiran data terhadap :
a. Jadwal Peralatan;
b. Jadwal Personil;
c. Jadwal Material; dan
d. Jadwal Pengujian.
Sehingga jadwal-jadwal di atas akan mencakup jadwal rencana dan jadwal aktual
pelaksanaan selama periode pengumpulan data aktual yang dilakukan.

Berdasarkan perbandingan antara jadwal rencana dan aktual pelaksanaan pekerjaan,


maka dapat disimpulkan tentang ada atau tidaknya penyimpangan. Bentuk
penyimpangan yang mungkin terjadi pada jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah :
Jadwal aktual pelaksanaan lebih lambat dari jadwal rencana pelaksanaan.
Jadwal aktual pelaksanaan lebih cepat dari jadwal rencana pelaksanaan.

Bilamana suatu pekerjaan telah mengalami keterlambatan pelaksanaan, maka perlu


dilakukan penelitian. Hal-hal yang diteliti kemudian dapat menjadi dasar untuk
menetapkan langkah penanganannya oleh penyedia barang/jasa. Berikut ini contoh
daftar simak hal-hal yang perlu untuk diteliti tersebut :

No. Uraian Penelitian Keterangan

1. Berapa keterlambatan yang terjadi? ............. hari kalender atau %

2. Apakah pengukuran keterlambatan Ya Tidak Metode


telah menggunakan metode yang ...................
sama antara jadwal rencana dan
jadwal aktual pelaksanaan?

3. Apakah keterlambatan masih dalam Ya Tidak Terlambat ....


batas toleransi? hari ; Toleransi
.... hari

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 58


4. Apakah keterlambatan terjadi pada Ya Tidak Aktifitas
aktifitas yang berada pada lintasan ..................
kritis?

5. Apakah keterlambatan akan Ya Tidak Aktifitas


mempengaruhi aktifitas lain? ..................

6. Apakah ada aktifitas lain yang Ya Tidak Aktifitas


mendahului aktifitas yang ..................
terlambat?

7. Apakah ada perkiraan waktu Ya Tidak ...... hari


keterlambatan penyelesaian seluruh kalender
pekerjaan?

Penanganan yang umum dilakukan atas keterlambatan pelaksanaan adalah dengan :


Percepatan waktu pelaksanaan (crash program).
Langkah ini dilakukan dengan cara mengurangi durasi aktual pelaksanaan pada
satu atau beberapa aktifitas. Upaya mengurangi durasi ini umumnya berdampak
pada perlunya untuk dilakukan penambahan sumber daya. Penambahan sumber
daya dapat berupa salah satu atau kombinasi dari:
(1) Penambahan jumlah tenaga kerja;
(2) Penambahan jam kerja;
(3) Penambahan jumlah peralatan; dan/atau
(4) Penambahan kapasitas peralatan.
Revisi jadwal rencana pelaksanaan (re-scheduling).
Langkah ini dapat dilakukan atas persetujuan pemilik dan pengawas pekerjaan
dengan mempertimbangkan rekam jejak dan konsistensi dari penyedia
barang/jasa dalam pelaksanaan pekerjaan agar dapat dihasilkan revisi jadwal
rencana pelaksanaan yang realistis.
Revisi metode pelaksanaan (re-engineering).
Langkah ini dapat dilakukan atas persetujuan pemilik dan pengawas pekerjaan
dengan mempertimbangkan kemampuan teknis dari penyedia barang/jasa untuk

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 59


melaksanakan pekerjaan dengan metode pelaksanaan yang berbeda dengan yang
direncanakan.
Untuk setiap langkah penanganan yang akan dilakukan untuk mengatasi
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, penyedia barang/jasa harus melaporkan dan
meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pengawas pekerjaan dan/atau Pejabat
Penandatangan Kontrak.

Selain keterlambatan pekerjaan, maka hal lain yang mungkin terjadi adalah pekerjaan
secara aktual dilaksanakan lebih cepat dari rencana pelaksanaan. Kondisi pekerjaan
yang secara aktual dilaksanakan lebih cepat dari rencana pelaksanaan, tidak selalu
berarti lebih baik. Pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, waktu penyelesaian yang tepat
waktu lebih dibutuhkan daripada waktu penyelesaian pekerjaan yang lebih cepat. Hal
ini biasanya terdapat pada pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan lanjutan. Dalam
hal pekerjaan yang mendahului selesai lebih cepat dari jadwal, sedangkan pekerjaan
lanjutan yang akan dilaksanakan belum dapat dilaksanakan, maka mungkin hal
tersebut tidak diinginkan oleh pemilik pekerjaan. Misalnya pada suatu pekerjaan
pengadaan barang, dimana membutuhkan gudang atau jasa pengelola gudang sebagai
pekerjaan lanjutan. Ketika barang dikirim lebih cepat dari rencana, maka dapat
mengakibatkan barang tersebut ditangani dengan cara yang tidak tepat. Dengan
demikian maka pekerjaan yang secara aktual dilaksanakan lebih cepat, juga dapat
dinyatakan sebagai penyimpangan.

3.4.2 Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pekerjaan

Pada pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan, pada dasarnya penyedia barang/jasa


melaksanakan kegiatan pengendalian mutu berupa pengujian-pengujian sesuai dengan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Pengujian-pengujian terhadap tahapan
masukan (input), proses, dan keluaran (output) sesuai dengan gambar di bawah ini :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 60


Masukan Proses Keluaran

• Material/ • Metode • Bangunan/


Bahan Pelaksanaan/ Konstruksi lain
• Tenaga Kerja Proses • Hasil
• Peralatan Produksi Studi/Analisis
• Kemasan dan • Barang Jadi
Pengiriman • Layanan

Pengujian itu sendiri perlu disesuaikan dengan karakteristik jenis pekerjaan pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan. Matriks berikut dapat memberikan gambaran tentang
pada tahapan mana pengujian perlu dilakukan oleh penyedia barang/jasa :

No. Pengujian Barang Pekerjaan Jasa Jasa


Konstruksi lainnya Konsultansi

1. Material / Bahan √ √ √ N/A

2. Tenaga Kerja √ X X X

3. Peralatan √ √ √ N/A

Metode
4. Pelaksanaan / √ √ √ X
Proses Produksi

Kemasan /
5. √ N/A N/A N/A
Pengiriman

Bangunan /
6. N/A √ N/A N/A
Konstruksi lainnya

7. Hasil Studi /Analisis N/A N/A N/A √

8. Barang Jadi √ N/A N/A N/A

9. Layanan lainnya N/A N/A √ N/A

Keterangan :

√ : pengujian dilakukan oleh penyedia barang/jasa atau produsen.


X : pengujian dilakukan oleh pemilik pekerjaan.
N/A : tidak terkait dengan pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pengujian maka dapat diketahu ada atau tidaknya penyimpangan kualitas
dalam pelaksanaan pekerjaan. Penyimpanyan kualitas dapat berupa :
Kualitas material/bahan;

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 61


bilamana karakteristik material/bahan yang digunakan dalam pelaksanaan tidak
sesuai dengan karakteristik material/bahan yang disyaratkan pada spesifikasi.
Karakteristik material/bahan umumnya dipengaruhi oleh parameter-parameter
teknis atas material/bahan tersebut.
Kualifikasi tenaga kerja;
bilamana kualifikasi tenaga kerja yang dimobilisasi untuk melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada daftar personil
atau kerangka acauan kerja. Kualifikasi tenaga kerja umumnya berupa tingkat
pendidikan, bidang pendidikan, dan pengalaman.
Kualitas peralatan;
bilamana peralatan yang dimobilisai untuk melaksanakan pekerjaan tidak sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan pada daftar peralatan atau spesifikasi.
Kualitas peralatan umumnya dapat dipengaruhi oleh kesesuaian fungsi, kapasitas,
kondisi, dan usia yang berdampak pada faktor efisiensi.
Metode pelaksanaan/proses produksi;
bilamana metode pelaksanaan/proses produksi yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan kriteria, prosedur, atau kaidah-kaidah keilmuan yang berlaku. Atau yang
telah ditetapkan pada spesifikasi atau kerangka acuan kerja.
Kualitas kemasan/pengiriman;
bilamana kemasan/pengiriman yang dilaksanakan tidak sesuai dengan kriteria,
prosedur yang telah ditetapkan pada spesifikasi.
Kualitas bangunan/konstruksi lainnya;
bilamana bangunan/konstruksi lainnya yang dihasilkan tidak sesuai dengan
karakter atau parameter-parameter teknis yang ditetapkan dalam spesifikasi.
Atau mengalami cacat mutu.
Kualitas hasil studi/analisis;
bilamana hasil studi/analisis yang dihasilkan tidak sesuai dengan kriteria keluaran
yang ditetapkan dalam kerangka acuan kerja. Atau tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah keilmuan yang berlaku.
Kualitas barang jadi;

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 62


bilamana barang jadi yang dihasilkan tidak sesuai dengan karakter atau
paramater-parameter teknis yang ditetapkan dalam spesifikasi. Atau mengalami
cacat mutu.
Kualitas layanan;
bilamana layanan yang dihasilkan tidak sesuai dengan parameter-parameter
standar layanan yang ditetapkan dalam spesifikasi atau kerangka acuan kerja.

Dalam hal ditemui adanya penyimpangan kualitas pada pelaksanaan pekerjaan, maka
penanganan yang dapat dilakukan penyedia barang/jasa segera melakukan perbaikan.
Perbaikan yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa :
(1) Perbaikan kegiatan pengendalian mutu yang dilaksanakan penyedia barang/jasa.
(2) Penggantian material/bahan yang tidak sesuai.
(3) Penggantian tenaga kerja yang tidak memenuhi kualifikasi.
(4) Penggantian metode pelaksanaan.
(5) Perbaikan proses produksi.
(6) Penggantian metode pengemasan/pengiriman.
(7) Perbaikan atau penggantian bagian pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai.
(8) Perbaikan hasil studi/analisis.
(9) Perbaikan atau penggantian barang.
(10) Perbaikan tingkat layanan.

Dalam hal Pejabat Penandatangan Kontrak atau Pengawas Pekerjaan memerintahkan


untuk dilakukan perbaikan dalam tenggat waktu tertentu, maka penyedia barang/jasa
harus mematuhi tenggat waktu yang diberikan tersebut. Hal ini untuk menghindari
dilakukannya pemutusan kontrak yang dapat dilakukan oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak.

3.4.3 Pengendalian Biaya Pelaksanaan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa penyedia barang/jasa perlu


menyusun Rencana Arus Kas yang dapat memberikan gambaran tentang bagaimana

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 63


penyedia barang/jasa melakukan pengelolaan keuangan terkait kontrak pekerjaan
pangadaan barang/jasa, maka selanjutnya disusun pula suatu laporan yang
menjelaskan tentang aktualisasi dari rencana tersebut. Bentuk aktualisasi dari rencana
dituangkan dalam suatu Laporan Arus Kas pelaksanaan kontrak yang di dalamnya
terdapat informasi sebagai berikut :
1. Pemasukan keuangan, yang diperoleh dari :
Nilai dan waktu diterimanya pembayaran uang muka.
Nilai dan waktu diterimanya pembayaran prestasi pekerjaan (bisa dilakukan
dengan termin, atau bulanan, atau sekaligus).
Nialai dan waktu diterimanya biaya yang diperoleh dari manajemen
perusahaan penyedia barang/jasa.
2. Pengeluaran keuangan, berupa :
Nilai dan waktu dilakukannya pembayaran kepada sub penyedia atau
pemasok.
Nilai dan waktu dilakukannya pembayaran kepada pekerja.
Nilai dan waktu dilakukannya pembayaran kepada asuransi.
Nilai dan waktu dilakukannya pembayaran kepada bank.

Berdasarkan hasil perbandingan rencana arus kas dengan realisasi arus kas, dapat
diketahui ada atau tidaknya penyimpangan. Penyimpangan pada arus kas umumnya
ditandai dengan terdapatnya kondisi negatif pada arus kas tersebut. Beberapa
kemungkinan yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan arus kas tersebut
adalah :
(1) Nilai pemasukan dan pengeluaran uang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
(2) Waktu pemasukan dan pengeluaran uang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Bilamana terdapat penyimpangan maka penyedia barang/jasa dapat melakukan upaya
sebagai berikut :
(1) Meminta Pejabat Penandatangan Kontrak melaksanakan prosedur pembayaran
yang telah disepakati dalam dokumen kontrak pengadaan barang/jasa.
(2) Melakukan revisi Rencana Arus Kas.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 64


(3) Meminta Pejabat Penandatangan Kontrak untuk memberikan kompensasi kepada
penyedia barang/jasa.
(4) Memperbaiki tata kelola pengelolaan keuangan.
(5) Efisiensi biaya pelaksanaan pekerjaan.
(6) Mengusahakan tambahan modal kerja dari pihak manajemen penyedia
barang/jasa.

3.4.4 Pengukuran Pelaksanaan dengan Pendekatan Terintegrasi

Pada prinsipnya, pengendalian pelakasanaan kontrak mencakup tiga aspek penting


yang menjadi persyaratan atas pekerjaan pengadaan barang/jasa. Ketiga aspek
tersebut meliputi kualitas, waktu, dan biaya. Dimana ketiga aspek tersebut dapat
saling mempengaruhi seperti digambarkan berikut ini :

Biaya

Kualitas Waktu

Mengingat bahwa keterkaitan aspek yang satu dengan yang lain, maka pada
pengendalian pelaksanaan pekerjaan perlu dilakukan analisis secara terintegrasi. Salah
satu metode yang digunakan agar dapat dilakukan untuk analisis secara terintegrasi
adalah Metode Nilai Hasil (Earned Value Method). Penjelasan lebih lengkap tentang
metode ini dapat dilihat pada bagian Lampiran buku informasi ini.

3.4.5 Variasi pada Pelaksanaan Kontrak

Selama pelaksanaan pekerjaan pada kontrak pengadaan barang/jasa seringkali perlu


untuk dilakukan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dikenal

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 65


dengan istilah variasi. Alasan yang sering menjadi dasar perlunya dilakukan variasi
diantaranya adalah :
1. Dokumen perencanaan yang disusun memiliki tingkat akurasi tidak mencapai
100%. Hal ini biasanya terjadi mengingat pada pekerjaan-pekerjaan tertentu
apabila dokumen perencanaan disusun dengan tingkat akurasi 100% akan
membutuhkan biaya yang sangat besar.
2. Perubahan kondisi lapangan tempat pelaksanaan pekerjaan sehingga menjadi
terdapat perbedaan dengan dokumen perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Hal ini mengingat adanya perbedaan waktu antara waktu
dilakukannya perencanaan dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Sehingga
terjadi kondisi lapangan menjadi berbeda dengan dasar dilakukannya
perencanaan.
3. Adanya ide-ide baru yang muncul selama pelaksanaan pekerjaan; misalnya
adanya material/bahan atau teknologi baru.
4. Adanya perubahan kebutuhan dari pemilik pekerjaan; misalnya adanya
perubahan sasaran atau target pekerjaan.
5. Adanya perubahan peraturan perundangan-undangan yang terkait pekerjaan
yang sedang dilaksanakan; misalnya adanya perubahan ketentuan tentang
bahan impor bagi industri.

Sebelum dikeluarkannya perintah untuk melakukan variasi kepada penyedia


barang/jasa atau sebelum usulan variasi penyedia barang/jasa disetujui oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak, maka sebagai bentuk pengendalian perlu disusun suatu
justifikasi sebagai dasar dilakukannya variasi. Justifikasi tersebut minimal mencakup
hal-hal sebagai berikut :
Deskripsi atas perubahan pekerjaan yang diusulkan.
Penjelasan tentang alasan pentingnya dilakukan perubahan dan manfaat yang
akan diperoleh atas perubahan yang dilakukan. Hal tersebut didukung dengan
data-data yang dapat dpertanggungjawabkan secara teknis.
Perubahan lingkup atau kualitas yang diusulkan untuk dilakukan perubahan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 66


Implikasi yang timbul akibat dari dilakukannya perubahan, termasuk implikasi
terhadap waktu pelaksanaan dan biaya pekerjaan.
Resiko yang timbul dari perubahan yang diusulkan.

Penyusunan justifikasi ini perlu untuk melibatkan oleh penyedia barang/jasa,


pengawas pekerjaan, dan Pejabat Penandatangan Kontrak. Perintah Pejabat
Penandatangan Kontrak kepada penyedia barang/jasa untuk melakukan variasi
pelaksanaan kontrak, dapat ditolak oleh penyedia barang/jasa bilamana penyedia
barang/jasa tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan variasi pelaksanaan
kontrak tersebut.
Bentuk dari variasi pada pelaksanaan kontrak dapat berupa salah satu atau
kombinasi dari :
Perubahan lingkup pekerjaan; misalnya pada suatu pekerjaan pembangunan
jalan yang semula direncankan menggunakan perkerasan aspal berubah
menjadi perkerasan beton.
Perubahan kualitas atau karakteristik lain pada item pekerjaan; merupakan
perubahan atas suatu parameter teknis yang telah ditetapkan. Misalnya suatu
pekerjaan beton K 200 berubah menjadi K 300.
Perubahan kuantitas (tambah kurang) pada item pekerjaan (bila merupakan
variasi).
Perubahan elevasi, posisi, atau dimensi pada bagian pekerjaan.
Perubahan urutan atau waktu pelaksanaan pekerjaan.
Bilamana para pihak menyepakati untuk dilakukan variasi pada pelaksanaan kontrak,
maka harus dituangkan ke dalam suatu adendum kontrak.

3.5 ADMINISTRASI KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

Selama pelaksanaan kontrak seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kontrak


tersebut perlu untuk didokumentasikan. Tujuannya adalah :
• Sebagai bahan pembelajaran bagi penyedia barang/jasa.
• Sebagai bukti-bukti apabila terjadi perselisihan di kemudian hari.
• Sebagai bentuk penerapan akuntabilitas.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 67


Pada pengadaan barang/jasa pemerintah, berbagai dokumen perlu
didokumentasikan terkait pelaksanaan kontrak adalah :
1. Dokumen yang dibutuhkan secara umum :

Dokumen Keterangan

BA Pre Award Meeting (jika dilakukan)

SPPBJ

Dokumen Kontrak • Opini hukum (jika diperlukan)


• Jaminan Pelaksanaan
SK Panitia Peneliti / Project Officer /
Wakil Sah PPK

SK Direksi Teknis / Pengawas Ditujukan kepada Konsultan


Pengawas (jika ada)

BA Serah Terima Lokasi (bila diperlukan)

SPMK

BA Pemeriksaan Bersama

BA Rapat Persiapan Pelaksanaan Lampiran : Dokumen Program Mutu

Surat Permohonan UM Lampiran : Rencana penggunaan UM

Surat Persetujuan UM

SPP + BAP UM Jaminan UM

Laporan Harian, Mingguan, Bulanan

Notulen Rapat Kemajuan Pekerjaan

Surat Tagihan / Invoice

Data Pendukung Kualitas (Back up Hasil pengujian, perhitungan teknis,


Quality) (Pek. Konstruksi) dll

Data Pendukung Kuantitas (Back up Hasil pengukuran, perhitungan


Quantity) (Pek. Konstruksi) volume, foto pelaksanaan, dll

Data Pendukung Tagihan (Invoice) (Jasa Daftar hadir, bukti pengeluaran,


Konsultansi) notulen rapat pembahasan laporan,
tanda terima laporan, dll

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 68


Dokumen Keterangan

Data Pendukung Tagihan (Invoice) Surat jalan, faktur, dokumen custom


(Pengadaan Barang)

BA Penetapan Prestasi Pekerjaan Dibuat : Penyedia; Diperiksa :


Konsultan Pengawas (jika ada);
Disetujui : PPK

SPP + BAP Prestasi (Termin / MC)

2. Dokumen yang dibutuhkan pada perubahan kontrak :

Dokumen Keterangan

SK Panitia Peneliti

Surat Permintaan Adendum

Surat Perintah membuat Justifikasi Jika diperlukan


Teknis kepada Konsultan Pengawas
(bila ada)

BA Rapat Panitia Peneliti

BA Negosiasi Harga Jika ada item baru

Adendum Kontrak Tanda terima jaminan pelaksanaan


jika dipinjam untuk diubah

3. Dokumen yang dibutuhkan pada pemutusan kontrak :

Dokumen Keterangan

Surat Teguran Keterlambatan Berdasarkan laporan atau BA Test


Case / Uji Coba; dilakukan teguran
1, 2, 3

BA Penelitian Permasalahan Kontrak / Dilakukan SCM 1, 2, 3


Show Cause Meeting (SCM)
(Konstruksi Bangunan)

BA Test Case / Uji Coba Dilakukan 1, 2

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 69


BA Pengenaan Denda

Surat Pemutusan Kontrak

4. Dokumen yang dibutuhkan pada serah terima pekerjaan :

Dokumen Keterangan

Surat Permohonan Serah Terima dari


Penyedia

Surat Perintah kepada Konsultan


Pengawas untuk melakukan
pemeriksaan

Rekomendasi Konsultan Pengawas Jika belum 100% harus ada


kepada PPK informasi kapan akan 100%

Surat Pemberitahuan PPK kepada Jika belum 100% harus ada


Tim Pemeriksa Hasil Pekerjaan informasi kapan akan 100%

BA Rapat Pertama Tim Pemeriksa


Hasil Pekerjaan

BA Kunjungan Lapangan 1 Lampiran : Daftar Kerusakan atau


(Konstruksi) Cacat

BA Kunjungan Lapangan 2 Lampiran : Hasil Perbaikan


(Konstruksi) kerusakan atau cacat

BA Rapat Kedua Tim Pemeriksa Hasil Rekomendasi pekerjaan telah


Pekerjaan 100%

BA Pemeriksaan Pekerjaan Non Konstruksi

BA Serah Terima (Pertama) Pekerjaan Tanda terima jaminan pelaksanaan


dan jaminan pemeliharaan

Surat Permintaan Serah Terima Akhir

BA Rapat Serah Terima Akhir

BA Pemeriksaan Kegiatan Rekomendasi pekerjaan


Pemeliharaan pemeliharaan telah 100%

BA Serah Terima Akhir Pekerjaan Tanda terima jaminan

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 70


pemeliharaan

SPP + BAP Uang Retensi Jika ada

5. Dokumen yang dibutuhkan pada penyesuaian harga :

Dokumen Keterangan

Surat Pengajuan Pembayaran Lampiran : back up Price


Penyesuaian Harga (Price Adjustment Adjustment Certificate
Certificate)

Rekomendasi Hasil Pemeriksaan back


up Price Adjustment Certificate

BA Price Adjustment Certificate

SPP + BAP Price Adjustment


Certificate

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 71


4 SERAH TERIMA HASIL
PEKERJAAN
4.1 PROSES SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

Pelaksanaan penyerahan hasil pekerjaan 100% (seratus persen) dari Penyedia kepada
Pejabat Penandatangan Kontrak sampai dengan serah terima hasil pekerjaan kepada
PA/KPA dijelaskan dalam bagan alur berikut:

Pekerjaan Pengajuan kepada Pemeriksaan Hasil Berita Acara


Selesai 100% PPK untuk Serah Pekerjaan oleh PPK Hasil
Terima Pemeriksaan

Serah Terima Pemeriksaan Berita Acara Hasil


Berita Acara
kepada PA/KPA Administratif oleh Pemeriksaan
Serah Terima
oleh PPK Pj/PPHP Administratif

Ketentuan Serah Terima Hasil Pekerjaan pada pengadaan barang/jasa pemerintah


adalah sebagai berikut :
1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Kontrak, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada
Pejabat Penandatangan Kontrak untuk penyerahan hasil pekerjaan.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 72


2. Sebelum dilakukan serah terima, Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan
pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan, yang dapat dibantu oleh Konsultan
Pengawas atau tim ahli dan tim teknis.
3. Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan terhadap
kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
4. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil pekerjaan, Pejabat Penandatangan
Kontrak memerintahkan Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi
kekurangan pekerjaan.
5. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam Kontrak maka Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia
menandatangani Berita Acara Serah Terima.
6. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, Pejabat Penandatangan
Kontrak menyerahkan barang/hasil pekerjaan kepada PA/KPA.
7. PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan pemeriksaan administratif
terhadap barang/hasil pekerjaan yang diserahterimakan.
8. PjPHP/PPHP melakukan pemeriksaan administratif proses pengadaan barang/jasa
sejak perencanaan pengadaan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan,
meliputi dokumen program/penganggaran, surat penetapan PPK, dokumen
perencanaan pengadaan, RUP/SIRUP, dokumen persiapan pengadaan, dokumen
pemilihan Penyedia, dokumen Kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya,
dan dokumen serah terima hasil pekerjaan.
9. Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan ketidaksesuaian/kekurangan,
PjPHP/PPHP melalui PA/KPA memerintahkan Pejabat Penandatanganan Kontrak
untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan dokumen administratif.
10. Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam Berita Acara.

Pelaksanaan serah terima pada pekerjaan konstruksi dijelaskan sebagai berikut :


1. Serah Terima Pekerjaan adalah kegiatan penyerahan pekerjaan yang telah selesai
100% (seratus perseratus) dari Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi kepada

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 73


Pengguna Jasa dalam kondisi dan standar sebagaimana disyaratkan dalam
kontrak;
2. Pernyataan pekerjaan selesai 100% berdasarkan rekomendasi dari Direksi
Lapangan/Konsultan MK yang disampaikan kepada PPK;
3. Rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK dikeluarkan berdasarkan hasil
verifikasi lapangan dari Direksi Teknis/Konsultan Pengawas;
4. Isi surat rekomendasi Direksi Lapangan/Konsultan MK mencakup tanggal tentatif
pekerjaan selesai 100%, daftar cacat mutu dan kekurangan (jika ada);
5. Berdasarkan rekomendasi dari Direksi Lapangan/Konsultan MK, PPK melakukan
Serah terima Pertama Pekerjaan. Hasilnya dituangkan dalam berita acara serah
terima pertama pekerjaan.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses Serah Terima Pertama Pekerjaan
adalah:
a. Pengujian Akhir Pekerjaan (Test on Completion)
1) Dalam rangka menerima hasil pekerjaan, PPK memerintahkan Direksi
Teknis/Konsultan Pengawas untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian
terhadap hasil pekerjaan.
2) Sebelum pelaksanaan pengujian akhir pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas harus memberitahukan kepada PPK tentang jadwal pelaksanaan
pengujian yang telah disepakati dengan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi.
3) Sebelum tanggal pelaksanaan pengujian, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus memeriksa dokumentasi pengendalian mutu (quality
control-QC).
4) Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direksi Teknis/Konsultan Pengawas
dalam pengujian pada akhir pekerjaan adalah sebagai berikut:
a) Mengecek kesesuaian kinerja secara keseluruhan dari pekerjaan final
yang telah selesai dengan seluruh persyaratan dalam kontrak maupun
kesesuaian maksud dari desain/gambar, sebagai contoh dimensi,
ketinggian, dll;

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 74


b) Pengujian sampel random minimum oleh Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas (bila diperlukan);
c) Evaluasi dari semua dokumen terlaksana (as-built document) yang
menunjukkan bahwa seluruh pekerjaan telah sesuai dengan
persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan ketidaksesuaian (Non-
Conformance Reports/NCR) telah diselesaikan;
d) Direksi Teknis/Konsultan Pengawas mengevaluasi dokumentasi dari
quality assurance (QA) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk
menyakinkan bahwa seluruh pekerjaan telah selesai sesuai dengan
persyaratan pekerjaan dan seluruh laporan ketidaksesuaian telah
diselesaikan.
5) Untuk pemeriksaan dan uji fungsi, PPK dan Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas dapat mengacu spesifikasi yang ada. Apabila hasil pemeriksaan
terhadap cacat mutu dan uji fungsi belum sesuai dengan spesifikasi yang
ada, maka PPK berhak menunda persetujuan berita acara serah terima
pekerjaan dan Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib melakukan
perbaikan terhadap hasil pekerjaan hingga sesuai dengan spesifikasi yang
sudah tercantum dalam kontrak.
6) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Kontrak maka PPK dan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) Pertama
Pekerjaan (berita Acara PHO).
7) Setelah penandatanganan BAST Pekerjaan (BAST PHO), PPK menyerahkan
hasil pekerjaan kepada PA/KPA. Kemudian PA/KPA meminta Panitia Serah
Terima Pekerjaan Pertama untuk melakukan pemeriksaan administratif
terhadap hasil pekerjaan yang diserahterimakan. Panitia Serah Terima
Pekerjaan Pertama dibentuk oleh PA/KPA.
8) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan
ketidaksesuaian/kekurangan, Panitia Serah Terima Pekerjaan Pertama
melalui PA/KPA memerintahkan PPK untuk memperbaiki dan/atau

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 75


melengkapi kekurangan dokumen administratif. Hasil pemeriksaan
administratif dituangkan dalam Berita Acara.
b. Rencana Pemeliharaan
1) Setelah pelaksanaan PHO, Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi harus
menjaga kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan dalam kontrak.
2) Selama masa pemeliharaan, dibentuk Tim Pemeliharaan yang terdiri dari
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi dan Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas.
3) Sebelum dimulainya masa pemeliharaan, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi harus menyerahkan program kerja/rencana kegiatan yang akan
dilakukan dalam rangka melaksanakan pemeliharaan, paling sedikit
mencakup kegiatan:
a. Pemeriksaan
Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk memastikan apakah
komponen/item/fungsi hasil pekerjaan masih sesuai dengan
spesifikasi.
b. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perbaikan
Kegiatan/tindakan yang dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki
kerusakan suatu komponen/item/ fungsi hasil pekerjaan.
4) Komponen-komponen yang harus dipelihara serta mekanisme
pemeliharaannya, disesuaikan dengan yang tercantum dalam Manual
Operasi & Pemeliharaan yang harus diserahkan pada saat PHO.
5) Dokumen rencana pemeliharaan diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Konsultan MK.
c. Penerbitan Berita Acara Serah Terima (BAST) Pertama Pekerjaan
1) Pada saat pekerjaan telah selesai 100%, Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
kepada Direksi Teknis/Konsultan Pengawas.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 76


2) PPK akan memeriksa hasil pekerjaan terlebih dahulu, sebelum
mengeluarkan/menandatangi BAST Pekerjaan.
3) Hasil pemeriksaan akan ditindaklanjuti dengan pemberitahuan kepada
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi hal-hal yang harus
diselesaikan/diperbaiki oleh Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi agar hasil
pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam kontrak.
4) Sebelum mengeluarkan BAST pekerjaan, Direksi Teknis/Konsultan
Pengawas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi telah menyerahkan dokumen-
dokumen yang dipersyaratkan (antara lain: manual operasi dan
pemeliharaan); dan
b) Telah dilakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan dalam kontrak (baik pengujian terhadap standard mutu
maupun kinerja/fungsi).

4.2 PELAKSANAAN SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN

Sebelum dilaksanakannya serah terima pekerjaan, pihak Pejabat Penandatangan


Kontrak akan melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan. Pemeriksaan yang
dilakukan akan terkait 3(tiga) aspek yaitu aspek administrasi, teknis, dan keuangan.
Agar pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dapat berlangsung dengan baik, maka
penyedia barang/jasa perlu menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan kontrak. Dokumen yang dimaksud diantaranya adalah :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 77


Jenis Pengadaan Aspek Administrasi Aspek Teknis Aspek Keuangan
Pengadaan Barang 1. Kontrak. 1. Faktur Barang. 1. BA Penetapan Prestasi yang
2. BA Rapat Persiapan Pelaksanaan 2. Surat Jalan Barang. pernah diterbitkan.
Kontrak. 3. Dokumen Impor. 2. BA Pembayaran yang pernah
3. Surat Perintah Pengiriman. 4. Sertifikat Produksi. diterbitkan.
4. Adendum Kontrak (bila ada). 5. Sertifikat Pengujian. 3. Surat Permintaan Pembayaran
6. Garansi. (SPP) yang pernah diterbitkan.
Pekerjaan 1. Kontrak. 1. Laporan harian, mingguan, dan 1. BA Penetapan Prestasi yang

Konstruksi 2. BA Serah Terima Lokasi. bulanan. pernah diterbitkan.


3. BA Rapat Persiapan Pelaksanaan. 2. Data pendukung kualitas (Back 2. BA Pembayaran yang pernah
4. BA Pemeriksaan Bersama. up data quality). diterbitkan.
5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 3. Data pendukung kuantitas (Back 3. Surat Permintaan Pembayaran

6. Adendum Kontrak (bila ada). up data quantity). (SPP) yang pernah diterbitkan.
4. Notulensi rapat-rapat.
5. Jastifikasi Teknis.
6. Dokumen lainnya.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 78


Jenis Pengadaan Aspek Administrasi Aspek Teknis Aspek Keuangan
Jasa Konsultansi 1. Kontrak. 1. Laporan Pendahuluan, Antara, 1. BA Penetapan Prestasi yang
2. BA Rapat Persiapan Pelaksanaan Draft Akhir, dan Akhir. pernah diterbitkan.
Kontrak. 2. Produk Akhir. 2. BA Pembayaran yang pernah
3. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 3. Lembar Asistensi. diterbitkan.
4. Adendum Kontrak (bila ada). 4. Notulensi Rapat Pembahasan 3. Surat Permintaan Pembayaran
Laporan. (SPP) yang pernah diterbitkan.
5. Daftar hadir Tenaga Ahli.
6. Bukti pengeluaran.
7. Dokumen lainnya.
Keterangan :
Dokumen pada pengadaan jasa lainnya dapat berupa kombinasi dari dokumen di atas.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 79


Setelah dilakukannya pemeriksaan terhadap dokumen administrasi, teknis, dan
keuangan, maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik hasil
pekerjaan. Tugas dari penyedia barang/jasa pada saat dilakukannya pemeriksaan fisik
diantaranya adalah :
1. Menyiapkan personel yang bertugas sebagai pengendali mutu (quality controller).
2. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk melakukan pengujian.
3. Melaksanakan pengujian sesuai dengan yang diperintahkan pihak Pejabat
Penandatangan Kontrak.

Selain dilakukan pengujian terhadap hasil pekerjaan, penyedia barang/jasa juga perlu
untuk menyiapkan bilamana perlu dilakukan uji coba. Uji coba dimaksudkan untuk
memastikan bahwa hasil pekerjaan barang/jasa telah dapat berfungsi atau beroperasi
sesuai dengan yang ditetapkan pada Spesifikasi Teknis atau Kerangka Acuan Kerja
(KAK). Pelaksanaan uji coba umumnya diperlukan kondisi yang sama dengan kondisi
dimana barang/jasa nantinya akan digunakan oleh pengguna barang/jasa. Sehingga
dalam pelaksanaan uji coba penyedia barang/jasa mungkin perlu melakukan rekayasa
terhadap berbagai hal agar menyerupai kondisi ketika barang/jasa tersebut
dioperasikan.

Sebagai catatan, meskipun telah dilakukannya serah terima hasil pekerjaan dari pihak
Penyedia Barang/Jasa kepada pihak Pejabat Penandatangan Kontrak, pihak Penyedia
Barang/Jasa masih harus bertanggungjawab apabila berdasarkan hasil audit yang
dilakukan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) atau Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) ternyata ditemukan adanya kewajiban pihak Penyedia Barang/Jasa
yang belum terpenuhi. Kewajiban pihak Penyedia Barang/Jasa yang belum terpenuhi
misalnya : kekurangan volume/kuantitas pekerjaan, spesifikasi barang/jasa tidak
sesuai, dan penyelesaian pekerjaan yang dilakukan setelah dilakukannya serah terima.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 80


LAMPIRAN

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 81


Pejelasan Metode Nilai Hasil (Earned Value Method)

Metode Nilai Hasil (Earned Value Methode) bertujuan untuk memastikan pelaksanaan
pekerjaan secara aktual telah dilakukan secara efisien, sehingga tidak akan mengalami
permasalahan keuangan untuk penyelesaian pekerjaan. Metode Nilai Hasil pada
dasarnya mengintegrasikan antara kegiatan pengendalian biaya dan pengendalian
waktu. Dimana pada metode konvensional, kegiatan pengendalian biaya dan
pengendalian waktu dilakukan secara terpisah.

Pada metode ini terdapat tiga dimensi sebagai parameter analisis yaitu :
(1) Planned Value (PV), yaitu nilai biaya (berdasarkan kontrak) yang direncanakan
untuk pekerjaan pada periode tertentu saat dilakukannya analisis. Pada beberapa
referensi lain, istilah Planned Value (PV) identik dengan BCWS (Budgeted Cost of
Work Scheduled).
(2) Earned Value (EV), yaitu nilai biaya (berdasarkan kontrak) untuk pekerjaan yang
telah dilaksanakan pada periode tertentu saat dilakukannya analisis. Nilai Earned
Value (EV) akan setara dengan kemajuan pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan (percent complete) pada periode tertentu saat dilakukannya
analisis. Pada beberapa referensi lain, istilah Earned Value (EV) identik dengan
BCWP (Budgeted Cost of Work Performance).
(3) Actual Cost (AC), yaitu nilai biaya (berdasarkan laporan akuntansi) yang secara
nyata (riil) digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan yang telah dilaksanakan pada

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 82


periode tertentu saat dilakukannya analisis. Pada beberapa referensi lain, istilah
Actual Cost (AC) identik dengan ACWP (Actual Cost of Work Performance).

Berdasarkan parameter di atas, maka dapat diperhitungkan besaran varian atau


penyimpangan biaya dan jadwal yang dapat memberikan informasi kinerja pengelolaan
biaya dan jadwal. Varian biaya dan jadwal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Varian Jadwal (Schedule Varians = SV)
Varian jadwal (SV) adalah jumlah biaya yang diperolah dari hasil pengurangan nilai
biaya (berdasarkan kontrak) yang digunakan untuk pekerjaan yang telah
dilaksanakan pada periode tertentu saat dilakukannya analisis (EV) dikurangi nilai
biaya (berdasarkan kontrak) yang direncanakan untuk pekerjaan pada periode
tertentu saat dilakukannya analisis (PV). Atau dapat disimpulkan formula
perhitungan varian jadwal adalah :

SV = EV – PV

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan jika :


• SV = 0 : pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan (tepat
waktu).
• SV > 0 : pekerjaan dilaksanakan lebih cepat dari yang direncanakan.
• SV < 0 : pekerjaan dilaksanakan lebih lambat dari yang direncanakan.
Varian Biaya (Cost Varians = CV)
Varians biaya adalah jumlah biaya yang diperoleh dari hasil pengurangan nilai
biaya (berdasarkan kontrak) untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan pada
periode tertentu saat dilakukannya analisis (EV) dikurangi nilai biaya (berdasarkan
laporan akuntansi) yang secara nyata (riil) digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilaksanakan pada periode tertentu saat dilakukannya analisis (AC).

CV = EV – AC

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan jika :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 83


• CV = 0 : biaya aktual pekerjaan sama dengan biaya pekerjaan.
• CV > 0 : biaya aktual pekerjaan lebih kecil dari biaya pekerjaan (efisien).
• CV < 0 : biaya aktual pekerjaan lebih besar dari biaya pekerjaan (tidak efisien).
Indeks Kinerja Jadwal dan Biaya
Mengingat bahwa varian jadwal dan biaya di atas belum dapat memberikan
gambaran secara rinci tentang penyimpangan terhadap jadwal dan biaya
pekerjaan, maka diperlukan suatu pengukuran dalam bentuk indeks kinerja untuk
mengukur kinerja, baik jadwal maupun biaya, atau untuk mengetahui tingkat
efisiensi penggunaan sumber daya pekerjaan. Perhitungan indeks kinerja tersebut
dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Indeks Kinerja Jadwal (Schedule Performance Index) :

SPI = _EV_
PV

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan jika :

• SPI = 1 : pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan (tepat


waktu).
• SPI > 1 : pekerjaan dilaksanakan lebih cepat dari yang direncanakan.
• SPI < 1 : pekerjaan dilaksanakan lebih lambat dari yang direncanakan.
b. Indeks Kinerja Biaya (Cost Performance Index):

CPI = _EV_
AC

• CPI = 1 : biaya aktual pekerjaan sama dengan biaya pekerjaan.


• CPI > 1 : biaya aktual pekerjaan lebih kecil dari biaya rencana pekerjaan
(efisien).
• CPI < 1 : biaya aktual pekerjaan lebih besar dari biaya rencana pekerjaan
(tidak efisien).
Perhitungan SPI dan CPI dapat pula dilakukan pada setiap item pekerjaan dan
tingkat di atasnya menurut WBS (Work Breakdown Structure) pekerjaan tersebut.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 84


Pada tingkat WBS yang lebih tinggi, perhitungan SPI dan CPI dilakukan dengan
penjumlahan parameter-parameter yang ada di bawahnya.
Proyeksi Jadwal dan Biaya untuk Penyelesaian Pekerjaan
Berdasarkan hasil analisis atas parameter-parameter tersebut di atas pada
periode tertentu saat dilakukannya analisis, maka akan dapat diperkirakan jumlah
biaya pada akhir pekerjaan, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Anggaran yang tersisa = Biaya total yang tersedia – Biaya yang sudah terpakai;
atau Anggaran tersisa = BAC – EV
• BAC (Budgeted At Cost) : nilai biaya total yang tersedia pada saat
pekerjaan selesai (pada kontrak pengadaan barang/jasa, BAC identik
dengan nilai kontrak pengadaan barang/jasa).
• EV : nilai biaya (berdasarkan kontrak) untuk pekerjaan yang telah
dilaksanakan pada periode tertentu saat dilakukannya analisis.
b. Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (Estimate Total Cost / ETC) =
Anggaran tersisa / CPI.
c. Perkiraan total biaya pekerjaan (Estimate Cost at Completion / EAC) = biaya
yang sudah dipakai + perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa; atau EAC = AC +
ETC.

Berikut ini contoh grafik suatu pekerjaan yang dilakukan analisis dengan Metode Nilai
Hasil (Earned Value) pada bulan kelima dari masa pelaksanaannya :

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 85


Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada Bulan Kelima
20.000
18.000
16.000
14.000
12.000
Biaya 10.000 PV
(x 1 juta 8.000
Rupiah) EV
6.000
4.000 AC
2.000
0

Maret
Januari

Pebruari

April

Mei

Juni

Juli

September

Oktober

Nopember

Desember
Agustus
Bulan

Dari grafik tersebut, diperoleh data yang dapat digunakan untuk analisis dengan
Metode Nilai Hasil adalah sebagai berikut :
• Budgeted at Cost = Rp. 20.000.000.000,- (sama dengan nilai kontrak).
• Planned Value (PV) = Rp. 9.200.000.000,-
• Earned Value (EV) = Rp. 10.000.000.000,-
• Actual Cost (AC) = Rp. 7.800.000.000,-

Perhitungan untuk Varian Jadwal adalah sebagai berikut :

SV = EV – PV

SV = Rp. 10.000.000.000 – Rp. 9.200.000.000

SV = Rp. 800.000.000 > 0

Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan dilaksanakan lebih cepat dari jadwal rencana.

Perhitungan untuk Varian Biaya adalah sebagai berikut :

CV = EV – AC

CV = Rp. 10.000.000.000 – Rp. 7.800.000.000

CV = Rp. 2.200.000.000 > 0

Dapat disimpulkan bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan efisien.

PENGELOLAAN KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA 86

Anda mungkin juga menyukai