Anda di halaman 1dari 111

BAB I

PENDAHULUAN

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari definisi, tujuan dan ruang lingkup mata
kuliah Pengadaan Barang dan Jasa. Pada akhir pertemuan mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan definisi, tujuan dan ruang lingkup mata kuliah Pengadaan Barang dan Jasa.

1.1. Materi Belajar


Mata kuliah Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) diberikan pada mahasiswa semester
IV Program DIII Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Pengadaan Barang dan Jasa yang
diberikan pada Program DIII Teknik Sipil merupakan proses pelelangan jasa konstruksi, para
pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang dan jasa, pembuatan dokumen lelang,
kontrak serta sangsi sangsi bila terjadi pelanggaran.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan


Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan oleh Owners dalam hal ini adalah
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi sampai diselesaikannya
seluruh kegiatan fisik untuk memperoleh Barang/Jasa, atau sampai dengan penyerahan akhir
pekerjaan oleh kontraktor

Sebagai gambaran bagi mahasiswa untuk memahami proses pengadaan barang dan
jasa berikut Alur persiapan Proses Pengadaan Barang dan Jasa oleh Owner dan Proses
pengadaan barang dan jasa pada UKPBJ/ULP/Panitia. Gambar 1.1

PBJ D3-TS-2020 1
PBJ D3-TS-2020 2
Gambar 1.1 Alur persiapan Proses Pengadaan Barang
Sumber berdasar Perpres 16 tahun 2018

PBJ D3-TS-2020 3
1.2 Maksud dan Tujuan
Setelah menempuh mata kuliah Pengadaan Barang/Jasa ini diharapkan mahasiswa
memahami tatacara pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementrian / Lembaga /
Daerah / Institusi. serta mampu menyiapkan dokumen pelelangan baik pengadaan jasa
konsultansi, jasa konstruksi, jasa pengadaan barang dan jasa lainnya, sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup mata kuliah pengadaan barang dan jasa adalah :
1) Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
2) Istilah dalam PBJ
3) Para Pihak yang Terlibat dalam PBJ
4) Pembuatan Dokumen Lelang
5) Proses Pengadaan Barang dan Jasa
6) Evaluasi Dokumen Lelang
7) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
8) Sangsi Sangsi dalam Pelanggaran Pengadaan Barang dan Jasa

1.4 Program Mingguan (Weekly Program)


Mata kuliah Pengadaan Barang dan Jasa diberikan selama 19 minggu masing-masing 8
jam per minggu dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Program Mingguan Mata Kuliah PBJ
Minggu Uraian
1 Pendahuluan
2 Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
3 Para Pihak yang Terlibat dalam PBJ
4 Pengguna dan Penyedia Jasa
5 QUIZ 1
6 Praktek Pembuatan Dokumen Lelang
7 Praktek Menyiapkan Dokumen Lelang
8 Proses Pengadaan Barang dan Jasa
9 Praktek PelaksanaanTender
10 UTS

PBJ D3-TS-2020 4
11 Evaluasi Penawaran
12 Evaluasi Penawaran
13 QUIZ 2
14 Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
15 Sangsi Sangsi dalam pelanggaran PBJ
16 UAS

1.5 Penilaian
Nilai akhir Pengadaan Barang dan Jasa dilakukan dengan menggunakan rumusan
sebagai berikut:
NA = 10% K + 10% T +15% Q + 30% UTS + 35% UAS
Dengan:
NA : Nilai Akhir
K : Kehadiran
T : Tugas
Q : Quiz
UTS : Ujian Tengah Semester
UAS : Ujian Akhir Semester

1.6 Pertanyaan
Berdasarkan uraian di atas jawablah pertanyaan pertanyaan berikut ini:
1) Apakah maksud dan tujuan pemberian mata kuliah Pengadaan barang dan jasa?
2) Sebutkan ruang lingkup mata kuliah Pengadaan Barang dan Jasa?

BAB II
ISTILAH DALAM PBJ

PBJ D3-TS-2020 5
Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari tentang istilah istilah yang biasa dipakai
dalam pengadaan barang dan jasa, materi dalam bab II diambil dari Peraturan Presiden no 16
Tahun 2018 dan PERMEN PUPR RI No. 7/PRT/M/2019. Pada akhir pertemuan ini
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memahami istilah istilah dan lembaga yang
terlibat dalam pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018.

2.1 Materi Belajar

Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018, didalam
pelaksanaan kegiatan pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdapat beberapa istilah istilah
yang perlu di ketahui dan dipahami oleh mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, dimana nantinya
setelah selesai study akan berkecimpung di dunia konstruksi.

2.2 Pengertian Pengadaan


Pengadaan merupakan proses kegiatan untuk pemenuhan atau penyediaan kebutuhan
dan pasokan barang atau jasa di bawah kontrak atau pembelian langsung untuk memenuhi
kebutuhan bisnis. Pengadaan dapat mempengaruhi keseluruhan proses arus barang karena
merupakan bagian penting dalam proses tersebut.

Menurut Undang-undang tentang Jasa konstruksi, pengadaan "Jasa Konstruksi" adalah


pengadaan layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, pengadaan layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.  "Pekerjaan Konstruksi" adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain

Ada 3 (tiga) katagori kegiatan yang tercakup dalam jenis usaha jasa konstruksi menurut UU
No. 18 Tahun 1999, yaitu :

1. Perencana konstruksi adalah badan hukum yang memberikan layanan jasa


perencanaaan dalam konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian
PBJ D3-TS-2020 6
dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen
kontrak kerja konstruksi, ini umumnya disebut Konsultan Perencana.
2. Pelaksana konstruksi adalah badan hukum yang memberikan layanan jasa
pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau
bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan
penyerahan akhir hasil pekerjaan konstruksi, yang umumnya disebut Kontraktor
Konstruksi.
3. Pengawasan konstruksi adalah badan hukum yang memberikan layanan jasa
pengawasan baik sebagian atau keseluruhan pekerjaan pelaksanaan konstruksi mulai
dari penyiapan lapangan  sampai dengan penyerahan akhir konstruksi, ini biasa
disebut Konsultan Pengawas.

2.3 Istilah dalam Pengadaan Barang dan Jasa


1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa
adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai
dengan serah terima hasil pekerjaan.
2. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut kementerian adalah perangkat pemerintah
yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
3. Lembaga adalah organisasi non-Kementerian Negara dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
6. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP
adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

PBJ D3-TS-2020 7
7. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah.
8. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBN yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
9. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD yang selanjutnya disingkat KPA
adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna
anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
10. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja
daerah.
11. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ adalah unit kerja
di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadipusat keunggulan Pengadaan
Barang/Jasa.
12. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber
daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia.
13. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
14. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP adalah pejabat
administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
15. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP adalah tim yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
16. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau
seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi pekerjaan.

PBJ D3-TS-2020 8
17. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan kegiatan secara
Swakelola.
18. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat Fungsional yang diberi tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
19. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat RUP adalah daftar
rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah.
20. E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa adalah pasar elektronik yang disediakan untuk
memenuhi kebutuhan barang/jasa pemerintah.
21. Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan teknologi informasi
untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.
22. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah.
23. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang selanjutnya disebut Swakelola adalah
cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain,
organisasi kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.
24. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang
didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.
25. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa dengan dukungan anggaran belanja dari APBN/APBD.
26. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh barang/jasa yang
disediakan oleh Pelaku Usaha.
27. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri

PBJ D3-TS-2020 9
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
28. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku
Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.
29. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun
tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
oleh Pengguna Barang.
30. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
31. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.
32. Jasa Lainnya adalah jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan,
metodologi khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
33. Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah perkiraan harga
barang/jasa yang ditetapkan oleh PPK.
34. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau
hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
35. Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing adalah tata cara
pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.
36. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
37. Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi.
38. Tender/Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan peserta
pemilihan dapat berasal dari pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.
39. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dalamkeadaan tertentu.

PBJ D3-TS-2020 10
40. Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnyayang
bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
41. Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
42. E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.
43. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati
oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia.
44. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian
tertulis antara PA/KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
45. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
46. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
47. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
48. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan
oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/lembaga keuangan
khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk

PBJ D3-TS-2020 11
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
49. Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta pemilihan/Penyedia
berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa di seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu.
50. Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa yang bertujuan untuk mencapai
nilai manfaat yang menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai penggunanya tetapi juga untuk
masyarakat, serta signifikan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dalam
keseluruhan siklus penggunaannya.
51.Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang
menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.
52. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luarkehendak para pihak dalam
kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
53. Kepala Lembaga adalah Kepala LKPP.

2.4 Tugas
1. Pahami semua istilah istilah dalam pengadaan barang dan jasa

2. Buat rangkuman sesuai pemahaman saudara,

PBJ D3-TS-2020 12
BAB III
PARA PIHAK DALAM PBJ

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari tentang para pihak yang terlibat dalam
pengadaan barang dan jasa, materi dalam bab II diambil dari Peraturan Presiden no 16
Tahun 2018 dan PERMEN PUPR RI No. 7/PRT/M/2019. Pada akhir pertemuan ini
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memahami instansi atau lembaga yang
terlibat dalam pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018.

3.1 Materi Belajar


Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018,
didalam pelaksanaan kegiatan pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdapat beberapa pihak
yang terlibat dalam pengadaan barang danjasa yang perlu di ketahui dan dipahami oleh
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, dimana nantinya setelah selesai study akan bekerja di
proyek konstruksi.

3.2 Organisasi dalam PBJ

Terdapat 2 macam organisasi dalam pengedaan barang/jasa proyek pemerintah yaitu:

1. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk pengadaan melalui Penyedia


barang/jasa terdiri dari :

a. PA (Pengguna Anggaran);
b. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran);
c. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen);
d. Pejabat Pengadaan;
e. Pokja (Kelompok Kerja) Pemilihan;
f. Agen Pengadaan;
PBJ D3-TS-2020 13
g. PPHP (Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan);

2. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola terdiri atas :

1) Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 


2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), 
3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

3.2.1 Pengguna Anggaran (PA)


Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang
disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD, sedangkan Kuasa Pengguna Anggaran
adalah adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau
ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

Secara umum kewenangan pengguna anggaran antara lain adalah:

1. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

2. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran bagi negara;

3. Menetapkan pejabat yang melakukan pengujian atas perintah pembayaran;

4. Menggunakan barang milik negara;

5. Menetapkan petugas yang melaksanakan pengelolaan barang milik negara;

6. Mengawasi pelaksanaan anggaran.

3.2.2 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna Anggaran memiliki
tugas dan wewenang untuk:

1. Menetapkan Rencana Umum Pengadaan;


2. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I);
3. Menetapkan PPK;

PBJ D3-TS-2020 14
4. Menetapkan Pejabat Pengadaan;
5. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
6. Menetapkan pemenang lelang;
7. Mengawasi pelaksanaan anggaran;
8. Menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
9. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan UKPBJ/Pejabat Pengadaan, dalam hal
terjadi perbedaan pendapat;
10. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa.

3.2.3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna


Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
a. Pejabat Pembuat Komitmen harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki integritas;
2. Memiliki disiplin yang tinggi;
3. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan
tugas.
4. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam
sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
5. Menandatangani Pakta Integritas;
6. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) dan bendahara, kecuali PPK yang dijabat oleh PA/KPA pada Pemerintah
Daerah; dan
7. Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.

b. Tugas pokok PPK dalam pengadaan barang/jasa antara lain meliputi:

1. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa;


2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

PBJ D3-TS-2020 15
3. Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi /Kontrak /Surat Perintah
Kerja yang selanjutnya disebut SPK;
4. Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
5. Mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
6. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA;
7. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita
Acara Penyerahan;
8. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan
9. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.

PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani Kontrak dengan


Penyedia Barang/Jasa apabila belum tersedia anggaran atau tidak cukup tersedia
anggaran yang dapat mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk
kegiatan yang dibiayai dari APBN/APBD.

c. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pejabat Pembuat Komitmen di bidang pengadaan
barang/jasa antara lain adalah:

1. Segera setelah pengangkatannya wajib menyusun organisasi, uraian tugas dan


fungsi secara jelas, kebijaksanaan pengadaan, rencana kerja yang menggambarkan
kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan kerja, sasaran yang harus
dicapai, tata laksana dan prosedur kerja secara tertulis untuk disampaikan kepada
atasan langsung dan unit pengawasan internal;
2. Melakukan pencatatan dan pelaporan serta hasil kerja yang dilaksanakannya;
3. Menyimpan dan menatausahakan seluruh dokumen pelaksanaan pengadaan
barang/jasa termasuk berita acara proses pelelangan/seleksi;
4. Memberikan tanggapan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa yang
berada dalam batas kewenangannya.
5. Membuat dan menandatangani dokumen kontrak/perikatan;
6. Membuat dan menandatangani dokumen pembayaran;

PBJ D3-TS-2020 16
7. Membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk diajukan ke Pejabat Penguji
dan Penerbit SPM;
8. Menatausahakan seluruh dokumen pendukung sebagai bukti pembayaran yang akan
dilampirkan pada Surat Permintaan Pembayaran;
9. Menandatangani Kuitansi, Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan/ Kemajuan
Pekerjaan, dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dan Berita Acara Pembayaran;
10. Menghitung dan menetapkan nilai pembayaran dan segala kewajiban penyedia
barang/jasa atas pembayaran yang diterimanya berdasarkan penyelesaian
pekerjaan;
11. Membebankan pengeluaran pada mata anggaran yang tercantum dalam dokumen
anggaran.

3.2.4. Unit Kerja Pengadaan Barang / Jasa

Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa adalah unit yang dibentuk oleh


Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi yang dapat memberikan
pelayanan dan pembinaan dibidang Pengadaaan Barang/Jasa.
Keanggotaan UKPBJ tersebut wajib ditetapkan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa lainnya dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00 dan pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai diatas Rp 100.000.000,00. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dalam UKPBJ dilakukan oleh Kelompok Kerja di mana anggota Kelompok Kerja
tersebut berjumlah gasal dengan beranggotakan paling kurang 3 (tiga) orang dan dapat
ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan serta dapat dibantu oleh tim atau tenaga
ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer) .
Anggota UKPBJ /Pejabat Pengadaan berasal dari pegawai negeri baik instansi
sendiri maupun instansi lainnya, kecuali Lembaga/Institusi Pengguna APBN/APBD yang
memiliki keterbatasan pegawai yang berstatus Pegawai Negeri, Kepala UKPBJ /anggota
Pokja UKPBJ dapat berasal dari pegawai tetap Lembaga/Institusi Pengguna
APBN/APBD yang bukan Pegawai Negeri, dan juga untuk Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola, Kepala UKPBJ /anggota Kelompok Kerja UKPBJ dapat berasal
dari bukan Pegawai Negeri. Apabila Pengadaaan Barang/Jasa bersifat khusus sehingga

PBJ D3-TS-2020 17
memerlukan keahlian khusus, maka UKPBJ /Pajabat Pengadaan dapat menggunakan
tenaga ahli yang berasal dari pegawai negeri atau swasta.
Pegawai/Pejabat yang ditunjuk sebagai Kepala UKPBJ /anggota kelompok kerja
UKPBJ /Pejabat Pengadaan tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1).
Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; 2).
Memahami pekerjaan yang akan diadakan; 3) Memahami jenis pekerjaan tertentu yang
menjadi tugas UKPBJ /Pejabat Pengadaan yang bersangkutan; 4) Memahami isi
dokumen, metode dan prosedur Pengadaan; 5) Tidak mempunyai hubungan keluarga
dengan Pejabat yang menetapkannya sebagai anggota UKPBJ /Pejabat Pengadaan; 6)
Memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan; dan 7). Menandatangani Pakta Integritas. Adapun tugas pokok dan
kewenangan pejabat di UKPBJ adalah:

a. Tugas pokok dan kewenangan Kepala UKPBJ meliputi:

1. memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan UKPBJ ;


2. menyusun program kerja dan anggaran UKPBJ;
3. mengawasi seluruh kegiatan pengadaan barang/jasa di UKPBJ dan melaporkan
apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi penyimpangan;
4. membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan
Institusi;
5. melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia UKPBJ;
6. menugaskan / menempatkan / memindahkan anggota Pokja sesuai dengan beban
kerja masing-masing Pokja UKPBJ;
7. mengusulkan pemberhentian anggota Pokja yang ditugaskan di UKPBJ kepada
PA/KPA/Kepala Daerah; dan
8. menetapkan Staf Pendukung UKPBJ sesuai dengan kebutuhan.

b. Tugas pokok dan wewenang kelompok kerja UKPBJ/Pejabat Pengadaan meliputi:


1. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
2. Menetapkan Dokumen Pengadaan;

PBJ D3-TS-2020 18
3. Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
4. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website K/L/D/I masing-
masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke
LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;
5. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
6. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang
masuk;
7. Membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/ Pimpinan Institusi; dan
8. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa kepada PA/KPA.
9. Menjawab sanggahan;
10. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:
a. Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp
200.000.000.000,00
b. Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi
yang bernilai paling tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
c. Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada
PPK;
d. Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa.

Selain tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagaimana tersebut di atas


sebagai UKPBJ, maka untuk Pejabat Pengadaan juga mempunyai tugas,
wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:

a. Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.
200.000.000,00; dan/atau

PBJ D3-TS-2020 19
b. Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan
Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000,00 (seratus
puluh juta rupiah);

2. Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada


PA/KPA

3.2.5. Agen Pengadaan

Agen Pengadaan adalah Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) atau


Pelaku Usaha yang melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
(K/L/PD) sebagai pihak pemberi pekerjaan.3 Sedangkan UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan
Barang/Jasa. Unit ini merupakan gabungan dari fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP)
serta Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang disertai dengan fungsi
pendukung lainnya. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Agen Pengadaan dapat melaksanakan
pengadaan barang/jasa. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan mutatis mutandis dengan
tugas Pokja Pemilihan dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Artinya pelaksanaan
tugas Agen Pengadaan, dengan perubahan-perubahan yang diperlukan, memiliki
kesamaan dengan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK. Penggunaan Agen Pengadaan
harus mempertimbangkan beberapa kondisi agar pelaksanaan tugas Agen Pengadaan
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Agen Pengadaan digunakan dalam hal:

a. satuan kerja yang tidak didesain untuk pengadaan barang/jasa;

b. aspek struktur dan anggaran Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang


kecil;

PBJ D3-TS-2020 20
c. Kementerian/Lembaga yang baru dibentuk atau Pemerintah Daerah baru hasil
pemekaran;

d. beban kerja sumber daya manusia UKPBJ telah melebihi perhitungan analisis
beban kerja;

e. kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh
UKPBJ yang tersedia;

f. apabila diserahkan kepada Agen Pengadaan akan memberikan nilai tambah


daripada dilakukan oleh UKPBJ-nya sendiri; atau

g. meminimalisir risiko hambatan/kegagalan penyelesaian pekerjaan.7

3.2.6. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah pejabat atau pegawai yang


ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang bertugas
memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. Anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan berasal dari pegawai negeri baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya,
kecuali apabila Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan pada Instansi lain Pengguna
APBN/APBD atau Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dapat berasal dari bukan
pegawai negeri.

Pegawai/Pejabat yang ditunjuk sebagai Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib


memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;


2. Memahami isi Kontrak;
3. Memiliki kualifikasi teknis;
4. Menandatangani Pakta Integritas; dan
5. Tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar
(PPSPM) dan bendahara.

PBJ D3-TS-2020 21
Adapun tugas pokok dan wewenang Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
meliputi :
1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
2. Menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/pengujian; dan
3. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

Apabila dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus,


dapat dibentuk tim/tenaga ahli yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan. Sedangkan terhadap pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan
pekerjaan dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pengguna Jasa Konsultansi yang
bersangkutan.

3.3 Pengertian Penyedia Jasa

Dalam proses pengadaan barang/jasa terdapat pejabat lain yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa yaitu Penyedia Barang/Jasa, yaitu badan usaha atau orang
perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya.

Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan
kegiatan/usaha;
2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan Barang/Jasa;
3. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam
kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di lingkungan pemerintah maupun
swasta, termasuk pengalaman subkontrak;
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia
Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

PBJ D3-TS-2020 22
5. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan
dalam Pengadaan Barang/Jasa;
6. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa
harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase
kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
7. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang
sesuai untuk usaha non-kecil;
8. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk Pengadaan
Barang dan Jasa Konsultansi;
9. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut:
SKP = KP – P
KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:
a. untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5
(lima) paket pekerjaan; dan
b. untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak
6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.
N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan
selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

10. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak
sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan
yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa;
11. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki
laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal
29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir
dalam tahun berjalan.

PBJ D3-TS-2020 23
12. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak;
13. Tidak masuk dalam Daftar Hitam;
14. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman;
15. Menandatangani Pakta Integritas.

Kemampuan Dasar (KD) pada subbidang pekerjaan yang sejenis untuk usaha non
kecil kecuali apabila Pengadaan Barang/Jasa tidak dapat diikuti oleh perusahaan nasional
karena belum ada perusahaan nasional yang mampu memenuhi KD, dihitung dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk Pekerjaan Konstruksi, KD sama dengan 3 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir); dan
2. Untuk Pengadaan Jasa Lainnya, KD sama dengan 5 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir).

Ketentuan mengenai KD tersebut paling kurang sama dengan nilai total HPS dari
pekerjaan yang akan dilelangkan. Dalam hal kemitraan, yang diperhitungkan adalah
KD dari perusahaan yang mewakili kemitraan (leadfirm).

Apabila sifat dan lingkup kegiatan Pengadaan Barang/Jasa terlalu luas, atau jenis
keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tidak dapat dilakukan oleh 1
(satu) Penyedia Barang/Jasa, maka dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa : 

1. Diberikan kesempatan yang memungkinkan para Penyedia Barang/Jasa saling


bergabung dalam suatu konsorsium atau bentuk kerja sama lain; dan/atau 

2. Diberikan kesempatan yang memungkinkan Penyedia Barang/Jasa atau konsorsium


Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan tenaga ahli asing sepanjang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan jenis keahlian yang belum dimiliki dan untuk
meningkatkan kemampuan teknis guna menangani kegiatan atau pekerjaan.

PBJ D3-TS-2020 24
3.4 Pertanyaan :

1. Sebutkan sifat dan sikap apa saja yang menurut saudara harus dimiliki oleh para pihak
yang terlibat dalam PBJ? .

2. Apa maksud dari pakta integritas dan mengapa para pihak harus membuat pakta
integritas, jelaskan!!!!

BAB IV
MENYUSUN DOKUMEN PENGADAAN

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari bagaimana menyusun dokumen
pengadaan/ pelelangan/tender, materi dalam bab IV diambil dari Peraturan Presiden no 16
Tahun 2018 dan evaluasi dokumen berdasar SPSE 4.2 oleh Tatang Sontani dan
Mudjisantosa 2018.
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menyusun dokumen tender atau
dokumen pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018.

4.1 Materi Belajar

Materi yang akan di pelajari dalam bab ini adalah bagaimana mahasiswa mampu
mempersiapkan dokumen pengadaan / tender , mengidentifikasi pemilihan metode
pengadaan, Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Perhitungan Penyesuaian Harga.

PBJ D3-TS-2020 25
4.2 Persiapan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi oleh OWNERS
Prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa adalah efisien, efektif, terbuka dan bersaing,
transparan, adil/tidak diskriminatif, akuntabel. Tahapan dalam pengadaan barang dan jasa
adalah:
4.2.1 Merencanakan Pemaketan Pengadaan
1. Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan berorientasi pada:
a. keluaran atau hasil;
b. volume barang/jasa;
c. ketersediaan barang/jasa;
d. kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau
e. ketersediaan anggaran belanja.
2. Dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa, dilarang:
a. Menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar
di beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya
seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masing-masing;
b. Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut sifat dan jenis
pekerjaannya harus dipisahkan;
c. Menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang besaran nilainya
seharusnya dilakukan oleh usaha kecil; dan/atau
d. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan maksud
menghindari Tender/Seleksi.

4.2.2 Menyusun Jadwal Pengadaan

Pelelangan, adalah salah satu metode pemilihan yang diharapkan menjadi sarana
persaingan yang sehat diantara para peserta pelelangann. Terdapat banyak faktor yang
berpengaruh dalam persaingan yang sehat, salah satunya adalah penyusunan jadwal dan
tahapan pemilihan. Ditinjau dari pihak yang melakukan kegiatan, tahapan pelelangan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) tahapan yang dilaksanakan
oleh Peserta Pemilihan; (2) Tahapan yang dilaksanakan bersama-sama antara Peserta
Pemilihan dan Pokja UKPBJ; dan (3) Tahapan yang dilaksanakan oleh Pokja UKPBJ.

PBJ D3-TS-2020 26
1. Tahapan yang dilaksanakan oleh Peserta Pelelangan

Tahapan yang dilaksanakan oleh Peserta Pelelangan terdiri dari persiapan penawaran,
penyusunan dan pemasukan penawaran serta sanggahan. Persiapan penawaran
dilaksanakan sejak peserta pelelangan mendapatkan Dokumen Pemilihan sampai
dengan pemberian pejelasan. Penyusunan dan pemasukan dapat dilakukan setelah
adanya Adddendum Dokumen Pemilihan yang disampaikan UKPBJ sampai batas
akhir pemasukan penawaran.

Dalam rangka memenuhi ketentuan dalam Dokumen Pemilihan, mungkin Peserta


Pemilihan memerlukan dokumen eksternal misalnya dukungan bank atau dukungan
dari pabrikan/pemilik alat. Dalam tahapan sanggahan, agar dapat mengajukan
sanggahan lebih berkualitas, tentu Peserta Pelelangan yang merasa dirugikan perlu
diberi waktu yang cukup untuk mengajukan sanggahan.

2. Tahapan yang dilaksanakan oleh Peserta Pelelangan dan Pokja UKPBJ.

Tahapan yang dilaksanakan bersama adalah pemberian penjelasan, pembukaan


penawaran serta klarifikasi teknis dan pembuktian kualifikasi. Untuk tahapan ini
harus digunakan hari kerja normal dalam arti bukan hari kerja menjelang atau setelah
akhir pekan panjang (long weekend) dan juga bukan hari kerja "kejepit". Meskipun
pemberian penjelasan dilakukan secara online, pemilihan waktu yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi Peserta Pelelangan yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kualitas penawaran.

Dalam rangka klarifikasi teknis dan/atau pembuktian kualifikasi, selain dilaksanakan


pada hari kerja, perlu didahului dengan pemberitahuan resmi dalam waktu yang layak
sebelum pelaksanaan. meskipun jadwal sudah ditayangkan, tetap harus ditindaklanjuti
dengan pemberitahuan atau undangan yang bersifat khusus.

3. Tahapan Yang Dilaksanakan oleh Pokja UKPBJ

Tahapan yang dilaksanakan oleh Pokja UKPBJ adalah evaluasi penawaran. Tahapan
menggunakan hari kalender dan diselesaikan pada kesempatan pertama. Tantangan
terbesar bagi Pokja UKPBJ adalah mematuhi jadwal yang disusun tanpa mengabaikan

PBJ D3-TS-2020 27
kualitas evaluasi guna menghindari adanya sanggahan yang bisa berakibat pada
pelelangan gagal.

Pelelangan bukanlah tujuan, pelelangan hanyalah sarana menuju persaingan yang


sehat. Tanpa terwujudnya persaingan yang sehat, maka yang terjadi adalah pelelangan
semu semata.

4.2.3 Menyusun Harga Perkiraan sendiri atau Owners’ estimate


Pengertian Harga Perkiraan Sendiri atau Owners’ Estimate adalah perhitungan biaya
atas pekerjaan barang/jasa sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa, dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang
dapat dipertanggungjawabkan.
(1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung (overhead cost).
(3) Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia. (Nilai Total tidak rahasia tapi
rician bersifat rahasia)
(4) Total HPS merupakan hasil perhitungan HPS ditambah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
(5) HPS digunakan sebagai:
a. alat untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan;
b. dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya; dan
c. dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan Pelaksanaan bagi penawaran yang
nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.
(6) HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian negara.
(7) Penyusunan HPS dikecualikan untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), E-purchasing, dan Tender
pekerjaan terintegrasi.
(8) Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum batas akhir
untuk:
a. pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan pasca kualifikasi; atau

PBJ D3-TS-2020 28
b. pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan prakualifikasi.

4.2.4 Menyusun Dokumen Pengadaan


Dokumen pengadaan disiapkan panitia/pejabat pengadaan dan disahkan pengguna
barang/jasa. Jenis dokumen pengadaan:
1. Dokumen pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya
• dokumen pemilihan penyedia
• dokumen pasca/prakualifikasi
2. Dokumen pengadaan jasa konsultansi
• dokumen pemilihan penyedia
• dokumen prakualifikasi

4.3 Persiapan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi oleh Penyedia Jasa


Dokumen penawaran yang harus disiapkan oleh penyedia jasa / kontraktor adalah
sesuai yang disyaratkan oleh pokja UKPBJ antara lain:

1. Surat Izin Usaha pada bidang usaha yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang
berwenang yang masih berlaku:
a. Izin Usaha Perdagangan untuk jasa perdagangan;
b. IUJK (Izin Usaha Jasa Konstruksi) untuk jasa konstruksi;

IUJK aspek yang dinilai oleh pokja UKPBJ adalah Autentifikasi Surat Izin Usaha
dibuktikan dengan meminta penyedia barang/jasa menunjukkan dokumen asli;
Masa berlaku Surat Izin Usaha yang tercantum dalam formulir isian kualifikasi
sesuai dengan dokumen asli; Untuk jasa konstruksi dinilai kesesuaian Bidang pada
Surat Izin Usaha dengan Bidang yang berada di dalam Sertifikat Badan Usaha
(SBU) serta Bidang yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan (pengumuman
pelelangan); sedangkan Untuk jasa perdagangan/jasa konsultansi non konstruksi
dinilai kesesuaian Jenis Barang/Jasa Dagangan Utama pada Surat Izin Usaha
Perdagangan dengan Bidang yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan
(pengumuman pelelangan). Penyedia barang/jasa yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud maka Penyedia Barang/jasa dinyatakan Gugur .
PBJ D3-TS-2020 29
2. Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak pengadaan Aspek yang
dinilai dan teknis pembuktian:
a. Penandatangan dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi harus sama yaitu
Direktur Perusahaan yang bersangkutan;
b. Bila dikuasakan harus menunjukkan Surat Kuasa dari Direktur Perusahaan (bukan
komisaris) dengan dibubuhi meterai dan tanggal;
c. Penyedia barang /jasa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b di atas, atau salah satunya maka Penyedia Barang/jasa
dinyatakan Gugur .
3. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak
berhenti/dihentikan, dan atau tidak sedang menjalani sanksi pidana;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:


Jika sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja mulai pembukaan penawaran ada pihak lain
yang bisa membuktikan bahwa perusahaan yang bersangkutan dalam pengawasan
pengadilan, pailit, kegiatan usahanya berhenti / dihentikan, dan atau sedang menjalani
sanksi pidana maka penyedia barang/jasa dinyatakan Gugur ;

4. Dalam hal penyedia jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/ jasa wajib
mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat persentase
kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:

a. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa


diminta menunjukkan Surat Perjanjian Kerjasama Operasional Asli yang
ditandatangani masing-masing pimpinan perusahaan. Apabilasampai batas
waktu, tidak dapat menunjukkan Surat Perjanjian Asli, maka Penyedia
Barang/Jasa tersebut dapat dinyatakan Gugur ;
b. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa melakukan kemitraan, dalam Surat
Perjanjian Kerjasama harus memuat persentase kemitraan secara jelas, apabila
tidak tercantum maka Penyedia Barang/Jasa tersebut dapat dinyatakan Gugur ;

PBJ D3-TS-2020 30
c. Penyedia barang/jasa harus dapat menunjukkan dokumen asli sesuai
persyaratan kualifikasi dari perusahaan mitranya, selambat-lambatnya 3 (tiga)
hari setelah tanggal klarifikasi. Apabila sampai batas waktunya tidak dapat
menyerahkan dokumen-dokumen tersebut, Penyedia Barang/jasa tersebut
dapat dinyatakan Gugur ;
5. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/ PPh) serta memiliki laporan
bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/ Pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga)
bulan yang lalu

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:


Penyedia Barang/Jasa diminta untuk menunjukkan bukti pembayaran Pajak yang asli
dan benar dikeluarkan oleh kantor pajak, apabila tidak dapat menunjukkan bukti
pajak sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir dan atau palsu maka Penyedia
Barang/jasa tersebut dinyatakan Gugur.

6. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan


barang/jasa baik di lingkungan pemerintah atau swasta termasuk pengalaman
subkontrak baik di lingkungan pemerintah atau swasta, kecuali penyedia barang/ jasa
yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:


Penyedia Barang/Jasa diminta untuk menunjukkan rekaman kontrak asli dan bukti
pembayaran PPn asli dari pengalaman pekerjaan yang diajukan dan apabila tidak
dapat menunjukkan kontrak asli dan bukti pembayaran PPn maka Penyedia
Barang/jasa tersebut dinyatakan Gugur;

7. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di suatu
instansi;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:

PBJ D3-TS-2020 31
a. Untuk Penyedia Barang/Jasa konstruksi dibuktikan dengan melihat data milik
LPJK mengenai perusahaan yang masuk dalam daftar hitam, apabila masuk
dalam data LPJK maka Penyedia Barang/jasa tersebut dinyatakan Gugur ;
b. Untuk Penyedia Barang/Jasa non konstruksi dengan meneliti kebenaran
Pernyataan Tidak Masuk dalam Daftar Sanksi bermeterai yang diberi tanggal,
apabila tidak bermeterai dan bertanggal maka Penyedia Barang/jasa tersebut
dinyatakan Gugur ;
8. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha kecil termasuk
koperasi kecil; Bidang pengalaman harus sesuai dengan pengumuman pelelangan
atau uraian paket pekerjaan mengenai bidang pekerjaan. Aspek yang dinilai dan
teknis pembuktian:
Responsibilitas penyedia barang/jasa terhadap Bidang/Sub Bidang paket
pekerjaan pada pengumuman. Apabila pengalaman yang diberikan tidak sesuai
dengan Bidang pekerjaan yang ditawarkan maka penyedia barang / jasa dianggap
Gugur ;
9. Memiliki kemampuan pada bidang dan subbidang pekerjaan yang sesuai untuk bukan
usaha kecil:
a. Untuk jasa pemborongan memenuhi KD = 2 NPt

(KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman tertinggi) pada subbidang


pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7 (tujuh)
tahun terakhir;

b. Untuk pengadaan barang/ jasa lainnya memenuhi K D = 5 N P t

(KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman tertinggi) pada subbidang


pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7 (tujuh)
tahun terakhir;
Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Penilaian Pengalaman Penilaian
dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah dikerjakan selama 7
(tujuh) tahun terakhir. Pengalaman pekerjaan yang dinilai disertai bukti
penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa.

PBJ D3-TS-2020 32
c. Penilaian pengalaman dimulai dari pekerjaan yang mempunyai Bidang dan
Sub Bidang yang sama dengan pekerjaan yang akan dilelangkan, dinilai
terhadap 3 (tiga) unsur; Tiga unsur yang dinilai sebagaimana dimaksud
yaitu:

1) Bidang pekerjaan (contoh: nilai maksimum 25)

a.Pekerjaan yang Bidang dan Sub Bidangnya sama dengan pekerjaan


yang akan dilakukan pengadaannya mendapat bobot nilai 100%;
b. Pekerjaan yang Bidangnya sama, tetapi Sub Bidangnya
berbeda dengan pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya
mendapat bobot nilai 50%;

2) Penilaian besarnya nilai kontrak (contoh: nilai maksimum 25)

a.Bila nilai pekerjaan yang akan dilakukan pengadaannya sebesar X


b. Pengalaman Pekerjaan X, mendapat nilai 100%;
c.0,5 X Pengalaman Pekerjaan X , dinilai 50%;
d. Pengalaman Pekerjaan < 0,5 X, dinilai 0%;

3) Status Badan Usaha dalam pelaksanaan pekerjaan (contoh: nilai


maksimum 10)

a.Sebagai kontraktor utama/Lead Firm J.O. dinilai 100%;


b. Sebagai sub kontraktor/anggota J.O. dinilai 30%;

Bila total nilai pengalaman yang diperoleh <30, BU yang bersangkutan


gugur/tidak lulus kualifikasi.

10. Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah kemampuan dasar dari perusahaan
yang mewakili kemitraan (lead firm);
11. Untuk pekerjaan khusus/ spesifik/ teknologi tinggi dapat ditambahkan persyaratan
lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli;
12. Spesialis yang diperlukan, atau pengalaman tertentu;
PBJ D3-TS-2020 33
Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Penyedia Barang/Jasa diminta untuk
menyediakan peralatan khusus, tenaga ahli spesialis dengan sertifikat instansi atau
pengalaman tertentu sebagaimana dalam dokumen RKS atau pengumuman lelang dan
bila tidak sesuai maka Penyedia Barang/jasa tersebut dapat dinyatakan Gugur;

13. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah / swasta untuk
mengikuti pengadaan barang/ jasa sekurang-kurangnya 10 % (sepuluh persen) dari
nilai proyek untuk pekerjaan jasa pemborongan dan 5 % (lima persen) dari nilai
proyek untuk pekerjaan pemasokan barang/jasa lainnya, kecuali untuk penyedia
barang/ jasa usaha kecil termasuk koperasi kecil;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian:

a. Penyedia Barang/Jasa diminta untuk menyerahkan Surat Keterangan


Dukungan Keuangan Bank Asli dan apabila tidak dapat menunjukkan Surat
Keterangan Asli maka Penyedia Barang / jasa tersebut dinyatakan Gugur;
b. Penilaian Surat Keterangan Dukungan Keuangan Bank:

1. Dukungan bank harus mencantumkan besarnya nilai dukungan


dalam bentuk angka dan huruf;
2. Dukungan bank harus mencantumkan nama penyedia barang/jasa
yang didukung oleh pihak bank;
3. Dukungan bank harus menyebutkan paket pekerjaan yang diikuti
(dalam surat dukungan hanya mencantumkan satu nama paket
pekerjaan);
4. Dukungan bank harus mencantumkan tanggal masa berlakunya;
5. Penyedia barang/jasa yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1), angka 2) dan angka 3) di atas, atau salah
satunya maka Penyedia Barang/jasa dinyatakan Gugur.

14. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan;

PBJ D3-TS-2020 34
Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Penyedia Barang/Jasa diminta untuk
menunjukkan bukti kepemilikan atau hak menggunakan atas fasilitas dan peralatan
yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan panitia dapat melakukan cross cek kepada
penyedia barang/jasa. Jika tidak dapat membuktikan maka penyedia barang/jasa
dinyatakan Gugur;

15. Termasuk dalam penyedia barang/ jasa yang sesuai dengan nilai paket pekerjaan;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa


(besar/menengah/kecil) harus sesuai dengan pengumuman atau dokumen pengadaan
barang/jasa. Jika tidak sesuai dinyatakan Gugur ;

16. Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang sedang dilaksanakan khusus untuk
jasa pemborongan;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Jika sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja
mulai pembukaan penawaran ada pihak lain yang bisa membuktikan bahwa
perusahaan yang bersangkutan sedang melakukan pekerjaan dan tidak menyampaikan
daftar pekerjaan dimaksud, makapenyedia barang/jasa dinyatakan Gugur ;

17. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan kemampuan
usaha yang dimilikinya;

Aspek yang dinilai dan teknis pembuktian: Jika sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja
mulai pembukaan penawaran ada pihak lain yang bisa membuktikan bahwa
perusahaan yang bersangkutan membuat pernyataan yang tidak benar tentang
kompetensi dan kemampuan usaha yang dimilikinya, maka penyedia barang / jasa
dinyatakan Gugur ;

18. Untuk pekerjaan jasa pemborongan memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang
cukup dan sisa kemampuan paket (SKP).

Sistem e-Procurement secara otomatis menghitung SKK dan SKP bagi penyedia
barang/jasa yang mengikuti pelelangan di lingkungan Pemerintah Daerah.
PBJ D3-TS-2020 35
Jika sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja mulai pembukaan penawaran ada pihak lain
yang bisa membuktikan bahwa perusahaan yang bersangkutan sedang mengerjakan
pekerjaan di Instansi Pemerintah di luar Daerah, maka SKK dan SKP akan
diperhitungkan kembali.

DOKUMEN ADMINISTRASI YANG HARUS DISIAPKAN


URAIAN KETERANGAN
1 PENELITIAN ADMINISTRASI    
  NO. PERSYARATAN KUALIFIKASI DARI PESERTA LELANG
  1 Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)     Ada   Tidak Ada  
       
  2 Sertifikat Badan Usaha (SBU)     Ada   Tidak Ada  
       
    a. Klasifikasi Bidang/Sub Bidang : Arsitektur     Sesuai   Tidak Sesuai  
       
    b. Golongan     Sesuai   Tidak Sesuai  
       
  3 Memiliki Tenaga Ahli yang mempunyai sertifikat Keahlian satu orang     Ada   Tidak Ada  
       
  4 Pernyataan Tidak dalam Pengawasan Pengadilan, tidak bangkrut,     Ada   Tidak Ada  
    kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau tidak sedang    

    menjalani sanksi pidana    

       
  5 Rekaman perjanjian KSO dengan % kemitraan dan perusahaan     Ada   Tidak Ada   Tidak
    yang mewakili kemitraan   Digunakan

       
  6 Surat Tanda Pelunasan Pajak Tahun Terakhir (SPT/Pph)     Ada   Tidak Ada  
       
  7 Laporan Bulanan PPh pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau     Ada   Tidak Ada  
    PPN 3 (tiga) bulan terakhir    
       
  8 Selama 7 (tujuh) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman     Ada   Tidak Ada  

    menyediakan jasa pengadaan barang konstruksi baik dilingkungan    

    pemerintah atau swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali    

    penyedia jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.    

       
  9 Pernyataan tidak pernah dihukum berdasarkan putusan pengadilan     Ada   Tidak Ada  

PBJ D3-TS-2020 36
    atas tindakan yang berkaitan kondite profesional.    
       
  10 Neraca Keuangan     Ada   Tidak Ada  
         
  11 Surat Dukungan Bank     Ada   Tidak Ada
     
  12 Daftar peralatan dan bukti kepemilikan     Ada   Tidak Ada  
       
  13 Daftar Perolehan pekerjaan yang sedang dilaksanakan     Ada   Tidak Ada  
       
  14 Pernyataan Kebenaran Data       Ada   Tidak Ada  
       
  15 Akte Perusahaan     Ada   Tidak Ada  
       
  16 N.P.W.P.     Ada   Tidak Ada  
       
  17 Ijazah Terakhir Personil     Ada   Tidak Ada  
       
  18 Bukti Pengalaman Perusahaan     Ada   Tidak Ada  
       
                       
    Syarat harus memenuhi semua kelengkapan  

    administrasi diatas  
                       
       
    HASIL PENILAIAN     Lulus   Gugur/Tidak Lulus  
       

    KETERANGAN :  
                       

4.4 Pertanyaan :

1. Dari pokok bahasan bab IV ini, apa yang dapat saudara simpulkan terkait penyiapan
dokumen tender? .

2. Seberapa penting penyiapan kelengkapan dokumen tender, dalam bisnis konstruksi


khususnya bagi para penyedia jasa jelaskan!!!!

PBJ D3-TS-2020 37
BAB V
PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari proses pengadaan barang dan jasa, materi
dalam bab V diambil dari Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018. Pada akhir pertemuan ini
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan proses pengadaan barang dan jasa sesuai
Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018.

5.1 Materi Belajar


Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 dan
PERMEN PUPUR RI no.7/PRT/M/2019, tujuan kegiatan proses pengadaan barang dan jasa
adalah untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/lnstitusi Lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

PBJ D3-TS-2020 38
5.2 Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya

Dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, pemborongan/jasa lainnya yang


memerlukan penyedia barang/ jasa dibedakan menjadi 4 (empat), sebagai berikut :
1. Pelelangan Umum
a. Pengumuman dan Pendaftaran Peserta
1) Panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas tentang adanya
pelelangan umum dengan pascakualifikasi atau adanya prakualifikasi dalam rangka
pelelangan umum untuk pengadaan yang kompleks, melalui media elektronik
(Weebsite LPSE).
2) Isi pengumuman memuat sekurang-kurangnya :
a) nama dan alamat pengguna barang/jasa yang akan mengadakan pelelangan
umum;
b) uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan atau barang yang
akan dibeli;
c) perkiraan nilai pekerjaan;
d) syarat-syarat peserta lelang umum;
e) tempat, tanggal, hari, dan waktu untuk mengambil dokumen pengadaan.
3) Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak boleh dihalangi/dilarang
untuk mengikuti proses lelang di propinsi/ kabupaten/kota lokasi pelelangan;
4) Dalam hal pelelangan umum dengan pascakualifikasi, apabila penyedia barang/jasa
yang memasukan dokumen penawaran kurang dari 3 (tiga) maka dilakukan
pengumuman ulang;
5) Dalam hal pelelangan umum dengan prakualifikasi, apabila penyedia barang/jasa
yang lulus prakualifikasi kurang dari 3 (tiga), maka dilakukan pengumuman
prakualifikasi ulang. Penyedia barang/ jasa yang telah lulus prakualifikasi tidak
perlu diprakualifikasi ulang;
6) Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam pengumuman lelang, maka kepada :
a) panitia/pejabat pengadaan dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi dan/atau
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

PBJ D3-TS-2020 39
b) penyedia barang/jasa yang terlibat dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti
pengadaan barang/ jasa pemerintah selama 2 (dua) tahun, dan sanksi pidana
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
b. Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi
Pada prinsipnya penilaian kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha peserta
pelelangan umum, dilakukan dengan pascakualifikasi. Khusus untuk pekerjaan yang
kompleks dapat dilakukan dengan prakualifikasi.
1) Persyaratan Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa (harus dipenuhi sesuai persayaratan
yang ditetapkan pokja UKPBJ/panitia).
2) Tata Cara Pascakualifikasi
a) Pengumuman pelelangan umum dengan pascakualifikasi;
b) Penyampaian dokumen kualifikasi bersamaan (menjadi satu) dengan dokumen
penawaran;
c) Evaluasi dokumen kualifikasi dilaksanakan setelah evaluasi dokumen
penawaran;
d) Penyedia barang/jasa yang dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi
persyaratan kualifikasi pada butir 1) huruf a) sampai dengan huruf q) di atas;
e) Penawaran yang tidak memenuhi syarat kualifikasi dinyatakan gugur.
3) Tata Cara Prakualifikasi
a) Pengumuman prakualifikasi untuk pelelangan umum;
b) Pendaftaran dan pengambilan dokumen prakualifikasi;
c) Penyampaian dokumen prakualifikasi oleh penyedia barang/jasa;
d) Evaluasi dokumen prakualifikasi yang telah dilengkapi oleh penyedia
barang/jasa;
e) Penyedia barang/jasa dinyatakan lulus kualifikasi apabila memenuhi persyaratan
kualifikasi pada butir 1) huruf a) sampai dengan huruf q) di atas;
f) Penetapkan daftar penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi oleh
panitia/pejabat pengadaan;
g) Pengesahan hasil prakualifikasi oleh pengguna barang/jasa; h) Pengumuman
hasil prakualifikasi;
i) Penelitian dan tindak lanjut atas sanggahan terhadap hasil prakualifikasi;

PBJ D3-TS-2020 40
j) Pengumuman hasil prakualifikasi sekurang-kurangnya memuat :
(1) Nama dan perkiraan nilai pekerjaan serta sumber dananya;
(2) Nama dan alamat penyedia barang/jasa dan nama pengurus yang berhak
menandatangani kontrak pekerjaan untuk setiap calon penyedia
barang/jasa;
(3) Nama dan nilai paket tertinggi pengalaman pada bidang pekerjaan yang
sesuai untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil dan subbidang
pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha kecil dalam kurun waktu 7
(tujuh) tahun terakhir;
(4) Keputusan lulus tidaknya setiap calon penyedia barang/jasa;
k) Penyedia barang/jasa yang tidak lulus prakualifikasi dapat menyatakan
keberatan/mengajukan sanggahan kepada pengguna barang/jasa;
l) Apabila sanggahan/keberatan penyedia barang/jasa terbukti benar maka
panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi ulang dan daftar penyedia
barang/jasa yang lulus prakualifikasi hasil evaluasi ulang diumumkan;
m) Dalam rangka efisiensi pelaksanaan penilaian kualifikasi, pengguna barang/jasa
wajib menyediakan fomulir isian kualifikasi penyedia barang/jasa yang memuat
ringkasan informasi dari persyaratan kualifikasi disertai pernyataan penyedia
barang/jasa yang ditanda-tangani di atas meterai, bahwa informasi yang
disampaikan dalam formulir tersebut adalah benar dan bersedia untuk dituntut
secara pidana dan perdata serta bersedia dimasukkan dalam daftar hitam
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sehingga tidak boleh mengikuti pengadaan
untuk 2 (dua) tahun berikutnya, apabila terbukti informasi yang disampaikan
merupakan kebohongan. Formulir isian tersebut sebagai pengganti dokumen
yang dipersyaratkan.

c. Penjelasan Lelang (Aanwijziing)


1) Penjelasan lelang dilakukan di tempat dan pada waktu yang ditentukan, dihadiri
oleh para penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam daftar peserta lelang;
2) Ketidakhadiran penyedia barang/jasa pada saat penjelasan lelang tidak dapat
dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran;

PBJ D3-TS-2020 41
3) Dalam acara penjelasan lelang, harus dijelaskan kepada peserta lelang mengenai :
a) Metoda pengadaan/penyelenggaraan pelelangan;
b) Cara penyampaian penawaran (satu sampul atau dua sampul atau dua tahap);
c) Dokumen yang harus dilampirkan dalam dokumen penawaran;
d) Acara pembukaan dokumen penawaran;
e) Metoda evaluasi;
f) Hal-hal yang menggugurkan penawaran;
g) Jenis kontrak yang akan digunakan;
h) Ketentuan dan cara evaluasi berkenaan dengan preferensi harga atas
penggunaan produksi dalam negeri;
i) Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian pekerjaan kepada usaha kecil
termasuk koperasi kecil;
j) Besaran, masa berlaku dan penjamin yang dapat mengeluarkan jaminan
penawaran.
4) Bila dipandang perlu, panitia/pejabat pengadaan dapat memberikan penjelasan
lanjutan dengan cara melakukan peninjauan lapangan;
5) Pemberian penjelasan mengenai pasal-pasal dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa yang berupa pertanyaan dari peserta dan jawaban dari panitia/pejabat
pengadaan serta keterangan lain termasuk perubahannya dan peninjauan lapangan,
harus dituangkan dalam Berita Acara Penjelasan (BAP) yang ditandatangani oleh
panitia/pejabat pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang hadir, dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa;
6) Apabila dalam BAP sebagaimana dimaksud angka 5 tersebut terdapat hal-
hal/ketentuan baru atau perubahan penting yang perlu ditampung, maka
panitia/pejabat pengadaan harus menuangkan ke dalam adendum dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa dan harus disampaikan dalam waktu bersamaan
kepada semua peserta secara tertulis setelah disahkan oleh pengguna barang/jasa.
Bila ketentuan baru atau perubahan penting tersebut tidak dituangkan dalam
adendum dokumen pemilihan penyedia barang/jasa maka bukan merupakan bagian

PBJ D3-TS-2020 42
dari dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan yang berlaku adalah dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa awal (asli).

d. Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Penawaran


1) Metoda penyampaian dan cara pembukaan dokumen penawaran harus mengikuti
ketentuan yang dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
2) Metoda penyampaian dokumen penawaran yang akan digunakan harus dijelaskan
pada waktu acara pemberian penjelasan, yaitu apakah dengan sistem satu sampul,
dua sampul atau dua tahap.
3) Panitia/pejabat pengadaan mencatat waktu, tanggal dan tempat penerimaan dokumen
penawaran yang diterima melalui pos pada sampul luar penawaran dan
memasukkan ke dalam kotak/tempat pelelangan.
4) Pada akhir batas waktu penyampaian dokumen penawaran, panitia/pejabat
pengadaan membuka rapat pembukaan dokumen penawaran, menyatakan
dihadapan para peserta pelelangan bahwa saat pemasukan dokumen penawaran
telah ditutup sesuai waktunya, menolak dokumen penawaran yang terlambat
dan/atau tambahan dokumen penawaran, kemudian membuka dokumen penawaran
yang masuk.
5) Bagi penawaran yang disampaikan melalui pos dan diterima terlambat,
panitia/pejabat pengadaan membuka sampul luar dokumen penawaran untuk
mengetahui alamat peserta lelang. Panitia/pejabat pengadaan segera
memberitahukan kepada penyedia barang/jasa yang bersangkutan untuk mengambil
kembali seluruh dokumen penawaran. Pengembalian dokumen penawaran disertai
dengan bukti serah terima.
6) Tidak diperkenankan mengubah waktu penutupan penyampaian penawaran untuk
hal-hal yang tidak penting. Apabila terpaksa dilakukan perubahan waktu penutupan
penyampaian penawaran maka perubahan tersebut harus dituangkan di dalam
adendum dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan disampaikan pada seluruh
peserta lelang.
7) Pembukaan dokumen penawaran yang masuk dilaksanakan sebagai berikut :

PBJ D3-TS-2020 43
a) Panitia/pejabat pengadaan meminta kesediaan sekurang-kurangnya 2 (dua)
wakil dari peserta pelelangan yang hadir sebagai saksi. Apabila tidak terdapat
saksi dari peserta pelelangan yang hadir, panitia/ pejabat pengadaan menunda
pembukaan kotak/tempat pemasukan dokumen penawaran sampai dengan
waktu tertentu yang telah ditentukan panitia/pejabat pengadaan sekurang-
kurangnya 2 (dua) jam. Setelah sampai batas waktu yang telah ditentukan, wakil
peserta lelang tetap tidak ada yang hadir, acara pembukaan kotak/tempat
pemasukan dokumen penawaran dilakukan dengan disaksikan oleh 2 (dua)
orang saksi di luar panitia/pejabat pengadaan yang ditunjuk secara tertulis oleh
panitia/pejabat pengadaan;
b) Panitia/pejabat pengadaan meneliti isi kotak/tempat pemasukan dokumen
penawaran dan menghitung jumlah sampul penawaran yang masuk (tidak
dihitung surat pengunduran diri) dan bila penawaran yang masuk kurang dari 3
(tiga) peserta, pelelangan tidak dapat dilanjutkan dan harus diulang, kemudian
mengumumkan kembali dengan mengundang calon peserta lelang yang baru;
c) Pembukaan dokumen penawaran untuk setiap sistem dilakukan sebagai berikut:
(1) Untuk Sistem Satu Sampul, panitia/pejabat pengadaan membuka kotak dan
sampul dokumen penawaran di hadapan para peserta lelang.
(2) Untuk Sistem Dua Sampul, panitia/pejabat pengadaan membuka kotak dan
sampul I di hadapan peserta lelang. Sampul I yang berisi data
administrasi dan teknis dibuka, dan dijadikan lampiran berita acara
pembukaan dokumen penawaran sampul I. Sampul II yang berisi data
harga tidak boleh dibuka dan sampulnya dituliskan identitas perusahaan
dan diparaf oleh panitia/pejabat pengadaan dan wakil peserta lelang dari
perusahaan yang berbeda sebelum disimpan oleh panitia/ pejabat
pengadaan.
(3) Untuk Sistem Dua Tahap, panitia/pejabat pengadaan membuka kotak dan
sampul I di hadapan peserta lelang. Sampul I yang berisi data
administrasi dan teknis dibuka, dan dijadikan lampiran berita acara
pembukaan dokumen penawaran sampul I. Sampul II yang berisi data

PBJ D3-TS-2020 44
harga disampaikan kemudian oleh peserta lelang bilamana telah
dinyatakan lulus persyaratan teknis dan administrasi.
d) Panitia/pejabat pengadaan memeriksa, menunjukkan dan membacakan di
hadapan para peserta pelelangan mengenai kelengkapan dokumen penawaran,
yang terdiri atas :
(1) Untuk satu sampul : (a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum
masa berlaku penawaran; (b) jaminan penawaran asli; (c) daftar kuantitas
dan harga (khusus untuk kontrak harga satuan).
(2) Untuk dua sampul : (a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum
masa berlaku penawaran tetapi tidak tercantum harga penawaran; (b)
jaminan penawaran asli.
(3) Untuk dua tahap : (a) surat penawaran yang di dalamnya tercantum masa
berlaku penawaran tetapi tidak tercantum harga penawaran; (b) jaminan
penawaran asli; (c) dokumen penawaran teknis dan dokumen pendukung
lainnya yang disyaratkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
e) Dalam hal dilakukan prakualifikasi, untuk menghindari kesalahan-kesalahan
kecil yang dapat menggugurkan peserta pelelangan, maka syarat-syarat
administrasi lainnya yang diperlukan agar diminta dan dievaluasi pada saat
prakualifikasi dan tidak perlu lagi dilampirkan pada dokumen penawaran;
f) Panitia/pejabat pengadaan tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu
pembukaan penawaran kecuali untuk penawaran yang terlambat
memasukkan/menyampaikan penawarannya;
g) Panitia/pejabat pengadaan segera membuat berita acara pembukaan dokumen
penawaran terhadap semua penawaran yang masuk;
h) Setelah dibacakan dengan jelas, berita acara ditandatangani oleh panitia/pejabat
pengadaan yang hadir dan dua orang wakil peserta lelang yang sah yang
ditunjuk oleh para peserta lelang yang hadir;
i) Dalam hal terjadi penundaan waktu pembukaan penawaran, maka penyebab
penundaan tersebut harus dimuat dengan jelas di dalam berita acara pembukaan
penawaran (BAPP);

PBJ D3-TS-2020 45
j) BAPP dibagikan kepada wakil peserta pelelangan yang hadir tanpa dilampiri
dokumen penawaran.
f. Evaluasi Penawaran
1) Pelaksanaan evaluasi penawaran dilakukan oleh panitia/pejabat pengadaan terhadap
semua penawaran yang masuk. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi administrasi,
teknis, dan harga berdasarkan kriteria, metoda, dan tatacara evaluasi yang telah
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/ jasa.
2) Pada tahap awal, panitia/pejabat pengadaan dapat melakukan koreksi aritmatik
terhadap semua penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi sekurang-
kurangnya 3 (tiga) penawaran terendah setelah koreksi aritmatik.
3) Penawaran yang memenuhi syarat adalah penawaran yang sesuai dengan ketentuan,
syarat-syarat, dan spesifikasi yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa, tanpa ada penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran
bersyarat.
4) Penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat adalah:
a) jenis penyimpangan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang sangat
substantif dan akan mempengaruhi lingkup, kualitas, dan
hasil/kinerja/performance pekerjaan;
b) substansi kegiatan tidak konsisten dengan dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa;
c) adanya penawaran dari penyedia barang/jasa dengan persyaratan tambahan
di luar ketentuan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa yang akan
menimbulkan persaingan tidak sehat dan/atau tidak adil di antara peserta
lelang yang memenuhi syarat.

5) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi, apabila :


a) Syarat-syarat yang diminta berdasarkan dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa dipenuhi/ dilengkapi dan isi setiap dokumen benar serta dapat
dipastikan bahwa dokumen penawaran ditandatangani oleh orang yang
berwenang;

PBJ D3-TS-2020 46
b) Dokumen penawaran yang masuk menunjukkan adanya persaingan yang
sehat, tidak terjadi pengaturan bersama (kolusi) di antara para peserta
dan/atau dengan panitia/pejabat pengadaan yang dapat merugikan negara
dan/atau peserta lainnya;
c) Surat jaminan penawaran memenuhi ketentuan sebagai berikut :
(1) diterbitkan oleh bank umum (tidak termasuk bank perkreditan rakyat)
atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi
kerugian (surety bond) yang mempunyai dukungan reasuransi
sebagaimana persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(2) masa berlaku jaminan penawaran tidak kurang dari jangka waktu yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
(3) nama peserta lelang sama dengan nama yang tercantum dalam surat
jaminan penawaran.
(4) besar jaminan penawaran tidak kurang dari nilai nominal yang ditetapkan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
(5) besar jaminan penawaran dicantumkan dalam angka dan huruf.
(6) nama pengguna barang/jasa yang menerima jaminan penawaran sama
dengan nama pengguna barang / jasa yang mengadakan pelelangan.
(7) paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket pekerjaan yang dilelang.
(8) isi surat jaminan penawaran harus sesuai dengan ketentuan dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. Apabila ada hal-hal yang
kurang jelas dan/atau meragukan dalam surat jaminan penawaran perlu
diklarifikasi dengan pihak yang terkait tanpa mengubah substansi dari
jaminan penawaran.

d) Surat penawaran (contoh untuk sistem satu sampul) :


(1) ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama perusahaan atau penerima
kuasa dari direktur utama yang nama penerima kuasanya tercantum
dalam akte pendirian atau perubahannya, atau kepala cabang perusahaan
yang diangkat oleh kantor pusat yang dibuktikan dengan dokumen

PBJ D3-TS-2020 47
otentik, atau pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang
berhak mewakili perusahaan yang bekerjasama;
(2) jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang dari waktu yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
(3) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melebihi
jangka waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa;
(4) bermaterai, dan bertanggal.
e) Daftar kuantitas dan harga satuan setiap jenis/item pekerjaan untuk kontrak
harga satuan diisi dengan lengkap kecuali ditentukan lain dalam dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa. Sedangkan untuk kontrak lumpsum, bila
diperlukan, daftar kuantitas dan harga hanya sebagai pelengkap. Daftar
rincian kuantitas dan harga satuan dalam sistem kontrak lumpsum tidak dapat
dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran dan perhitungan prestasi
kerja berkaitan dengan persyaratan pembayaran;
f) Analisis harga satuan pekerjaan utama harus disampaikan dengan lengkap
sesuai yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
g) Telah melunasi kewajiban membayar pajak tahun terakhir, dibuktikan dengan
melampirkan foto copy bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan
(SPT) Pajak Penghasilan (PPh) tahun terakhir, dan foto copy Surat Setoran
Pajak (SSP) PPh Pasal 29, yang dikeluarkan oleh kantor pelayanan pajak
setempat, sesuai dengan domisili perusahaan yang bersangkutan;
h) Terhadap hal-hal yang kurang jelas dan meragukan, panitia/pejabat
pengadaan dapat melakukan klarifikasi dan terhadap penawaran yang
memenuhi persyaratan administrasi dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
Terhadap penawaran yang tidak memenuhi persyaratan administrasi tidak
dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
6) Panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi teknis terhadap semua penawaran
yang memenuhi persyaratan administrasi. Faktor-faktor yang dinilai pada
evaluasi teknis harus sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa. Panitia/pejabat pengadaan tidak diperkenankan

PBJ D3-TS-2020 48
menambah dan/atau mengurangi faktor-faktor yang dinilai dan tatacara
penilaian yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
7) Untuk pengadaan jasa pemborongan, penawaran dinyatakan memenuhi
persyaratan teknis, apabila:
a) Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan memenuhi persyaratan
substantif yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
dan diyakini menggambarkan penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan;
b) Jadual waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas
waktu yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
c) Jenis, kapasitas, komposisi, dan jumlah peralatan minimal yang disediakan
sesuai dengan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
d) Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa;
e) Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa serta
posisinya dalam manajemen pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
organisasi pelaksanaan yang diajukan;
f) Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan sesuai dengan persyaratan
yang dicantumkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
g) Memenuhi syarat teknis lainnya yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa.

8) Untuk pengadaan barang/jasa lainnya, penawaran dinyatakan memenuhi


persyaratan teknis, apabila:
a) Memenuhi spesifikasi teknis barang yang ditawarkan berdasarkan contoh,
brosur, dan gambargambar yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa;
b) Jadual waktu penyerahan barang/jasa lainnya tidak melampaui batas waktu
yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
c) Identitas barang/jasa lainnya yang ditawarkan tercantum dengan lengkap dan
jelas;

PBJ D3-TS-2020 49
d) Jumlah barang/jasa lainnya yang ditawarkan tidak kurang dari yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
e) Memenuhi syarat teknis lainnya yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa.
9) Tidak dapat menggugurkan teknis berdasarkan analisa harga satuan.
10) Apabila dalam evaluasi teknis termaksud pada butir 7) dan butir 8) terdapat hal-
hal yang kurang jelas atau meragukan, panitia/pejabat pengadaan melakukan
klarifikasi dengan pihak penawar. Terhadap penawaran yang memenuhi
persyaratan teknis akan dilanjutkan dengan evaluasi kewajaran harga,
sedangkan terhadap penawaran yang tidak memenuhi persyaratan teknis
dinyatakan gugur.
11) Dalam sistem satu sampul, panitia/pejabat pengadaan dapat langsung melakukan
evaluasi kewajaran harga secara rinci bagi penawaran yang memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis tersebut. Dalam sistem dua sampul,
panitia/pejabat pengadaan mengumumkan hasil evaluasi administrasi dan teknis
serta mengundang penawar yang lulus untuk menyaksikan pembukaan sampul
II (penawaran harga).
12) Unsur-unsur yang perlu diteliti dan dinilai dalam evaluasi kewajaran harga
adalah hal-hal yang pokok atau penting, meliputi :
a) Total harga penawaran terhadap pagu anggaran : (1) apabila total harga
penawaran melebihi pagu anggaran dinyatakan gugur; (2) apabila semua
harga penawaran di atas pagu anggaran dilakukan lelang ulang.
b) unsur-unsur yang mempengaruhi substansi/lingkup/kualitas pekerjaan untuk
kontrak harga satuan, apabila mata pembayaran utama di bawah
persyaratan/spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa dan akan mempengaruhi substansi/kualitas pekerjaan,
maka penawaran dinyatakan gugur;
c) harga satuan timpang yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh
persen) dari HPS dilakukan klarifikasi. Apabila setelah dilakukan
klarifikasi ternyata harga satuan tersebut timpang, maka harga satuan

PBJ D3-TS-2020 50
timpang hanya berlaku untuk volume sesuai dengan dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa;
d) mata pembayaran yang harga satuannya nol atau tidak ditulis dilakukan
klarifikasi dan kegiatan tersebut harus tetap dilaksanakan, dianggap
termasuk dalam harga satuan pekerjaan lainnya;
e) untuk kontrak lumpsum atau kontrak harga satuan yang harga satuannya
ditulis dalam angka dan huruf, apabila terdapat perbedaan antara penulisan
nilai dalam angka dan huruf maka nilai penawaran yang diakui adalah nilai
dalam tulisan huruf;
f) koreksi aritmatik dilakukan sebagai berikut : (1) volume pekerjaan yang
tercantum dalam dokumen penawaran disesuaikan dengan yang tercantum
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; (2) apabila terjadi
kesalahan hasil pengalian antara volume dengan harga satuan pekerjaan,
maka dilakukan pembetulan, dengan ketentuan harga satuan pekerjaan
yang ditawarkan tidak boleh diubah; (3) jenis pekerjaan yang tidak diberi
harga satuan dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang
lain, dan harga satuan pada surat penawaran tetap dibiarkan kosong.
g) hasil koreksi aritmatik dapat mengubah nilai atau urutan penawaran menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah terhadap urutan penawaran semula.
h) memperhitungkan preferensi harga atas penggunaan produksi dalam negeri.

13) Dalam mengevaluasi kewajaran harga penawaran dapat dilakukan :


a) klarifikasi dalam hal penawaran komponen dalam negeri terlalu tinggi
dibandingkan dengan perkiraan panitia/pejabat pengadaan;
b) klarifikasi kewajaran harga apabila harga penawaran dinilai terlalu rendah.
Apabila dari hasil klarifikasi terbukti dinilai harganya terlampau rendah, dan
peserta lelang tetap menyatakan mampu melaksanakan pekerjaan sesuai
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, maka peserta lelang tersebut harus
bersedia untuk menaikkan jaminan pelaksanaannya menjadi sekurang-
kurangnya persentase jaminan pelaksanaan yang ditetapkan dalam dokumen
pemilihan penyedia barang/jasa dikalikan 80% (delapan puluh persen) HPS,

PBJ D3-TS-2020 51
bilamana ditunjuk sebagai pemenang lelang. Dalam hal peserta lelang yang
bersangkutan tidak bersedia menambah nilai jaminan pelaksanaannya, maka
penawarannya dapat digugurkan dan jaminan penawarannya disita untuk
negara, sedangkan penyedia barang/jasa itu sendiri, di black list (didaftar
hitamkan) selama 1 (satu) tahun dan tidak diperkenankan ikut serta dalam
pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah.
14) Penilaian kualifikasi untuk pelelangan dengan pascakualifikasi terhadap 3 (tiga)
penawaran terendah yang responsif.

g. Pembuktian Kualifikasi Terhadap penyedia barang/jasa yang akan diusulkan


sebagai pemenang dan pemenang cadangan, dilakukan verifikasi terhadap semua
data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan meminta
rekaman atau asli dokumen yang sah dan bila diperlukan dilakukan konfirmasi
dengan instansi terkait.
h. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan
1) Panitia/pejabat pengadaan membuat kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi,
teknis, dan harga dituangkan dalam berita acara hasil pelelangan (BAHP). BAHP
memuat hasil pelaksanaan pelelangan, termasuk cara penilaian, rumus-rumus
yang digunakan, sampai dengan penetapan urutan pemenangnya berupa daftar
peserta pelelangan yang dimulai dari harga penawaran terendah. BAHP
ditandatangani oleh ketua dan semua anggota panitia/pejabat pengadaan atau
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota panitia.
2) BAHP bersifat rahasia sampai dengan saat penandatangan kontrak.
3) BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Nama semua peserta lelang dan harga penawaran dan/atau harga penawaran
terkoreksi, dari masing-masing peserta lelang;
b) Metoda evaluasi yang digunakan;
c) Unsur-unsur yang dievaluasi;
d) Rumus yang dipergunakan;
e) Keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu mengenai hal ikhwal
pelaksanaan pelelangan;

PBJ D3-TS-2020 52
f) Tanggal dibuatnya berita acara serta jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus
pada setiap tahapan evaluasi;
g) Penetapan urutan dari 1 (satu) calon pemenang dan 2 (dua) cadangan. Apabila
tidak ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP harus mencantumkan
pernyataan bahwa pelelangan dinyatakan gagal, dan harus segera dilakukan
pelelangan ulang. Apabila peserta lelang yang memenuhi syarat kurang dari
3 (tiga), maka penyedia barang/jasa tersebut tetap diusulkan sebagai calon
pemenang lelang.
i. Penetapan Pemenang Lelang
1) Panitia/pejabat pengadaan menetapkan calon pemenang lelang yang
menguntungkan bagi negara dalam arti :
a) Penawaran memenuhi syarat administratif dan teknis yang ditentukan dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
b) Perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah yang responsif;
c) Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam
negeri;
d) Penawaran tersebut adalah terendah di antara penawaran yang memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam butir 1) huruf a) sampai dengan huruf c).
2) Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan oleh panitia/pejabat pengadaan
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah pembukaan penawaran dalam
sistem satu sampul, atau atau 7 (tujuh) hari kerja setelah pembukaan sampul II
pada sistem dua sampul atau dua tahap.
3) Dalam hal terdapat 2 (dua) calon pemenang lelang mengajukan harga penawaran
yang sama, maka panitia/pejabat pengadaan meneliti kembali data kualifikasi
peserta yang bersangkutan, dan memilih peserta yang menurut pertimbangannya
mempunyai kemampuan yang lebih besar, dan hal ini dicatat dalam berita acara.
4) Panitia/pejabat pengadaan membuat dan menyampaikan laporan kepada pengguna
barang/jasa atau kepada pejabat yang berwenang mengambil keputusan untuk
menetapkan pemenang lelang, melalui pengguna barang/jasa. Laporan tersebut
disertai usulan calon pemenang dan penjelasan atau keterangan lain yang
dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.

PBJ D3-TS-2020 53
a) Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), apabila pengguna
barang/jasa tidak sependapat dengan usulan panitia/pejabat pengadaan, maka
pengguna barang/jasa membahas hal tersebut dengan panitia/pejabat
pengadaan untuk mengambil keputusan sebagai berikut :
(1) menyetujui usulan panitia/pejabat pengadaan; atau
(2) menetapkan keputusan yang disepakati bersama untuk melakukan evaluasi
ulang atau lelang ulang atau menetapkan pemenang lelang, dan dituangkan
dalam berita acara yang memuat keberatan dan kesepakatan masing-masing
pihak; atau
(3) bila akhirnya tidak tercapai kesepakatan, maka akan diputuskan oleh
Menteri/Panglima TNI/ Kapolri/Kepala LPND/Gubernur/
Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/ Direktur Utama
BUMN/BUMD dan bersifat final.
5) Usulan penetapan pemenang lelang disusun sesuai dengan urutannya dan harus
memuat :
a) Nama dan alamat penyedia barang/jasa;
b) Harga penawaran setelah dikoreksi aritmatik;
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6) Pemenang lelang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
berdasarkan usulan panitia/ pejabat pengadaan melalui pengguna barang/jasa.
Pejabat yang berwenang segera menetapkan pemenang lelang dan mengeluarkan
surat penetapan penyedia barang/jasa, serta menyampaikannya kepada
panitia/pejabat pengadaan selambat-lambatnya :
a) Lima hari kerja untuk penetapan oleh pengguna barang/jasa;
b) Empat belas hari kerja untuk penetapan oleh Menteri/Panglima
TNI/Kapolri/Kepala PND/Gubernur/ Bupati/Walikota/Dewan Gubernur
BI/Pimpinan BHMN/Direktur Utama BUMN/BUMD. Ketentuan butir a) dan
butir b) terhitung sejak surat usulan penetapan pemenang lelang tersebut
diterima oleh pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang.
j. Pengumuman Pemenang Lelang

PBJ D3-TS-2020 54
Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh panitia/pejabat pengadaan
kepada para peserta selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya surat
penetapan penyedia barang/jasa dari pejabat yang berwenang.
k. Sanggahan Peserta Lelang dan Pengaduan Masyarakat
1) Kepada peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang lelang
diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-
lambatnya dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang
lelang.
2) Sanggahan disampaikan kepada pejabat yang berwenang menetapkan pemenang
lelang, disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan, dengan tembusan
disampaikan sekurang-kurangnya kepada unit pengawasan internal. Sanggahan
yang disampaikan kepada bukan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang
lelang dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.
3) Sanggahan wajib diajukan oleh peserta lelang baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama dengan peserta lelang lain apabila telah terjadi penyimpangan prosedur
yang merugikan negara dan/atau masyarakat dirugikan, meliputi:
a) Panitia/pejabat pengadaan dan/atau pejabat yang berwenang
menyalahgunakan wewenangnya; dan/atau
b) Pelaksanaan pelelangan menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; dan/atau
c) Terjadi praktek KKN di antara peserta lelang dan/atau dengan anggota
panitia/pejabat pengadaan/ pejabat yang berwenang; dan/atau
d) Terdapat rekayasa pihak-pihak tertentu yang mengakibatkan pelelangan tidak
adil, tidak transparan dan tidak terjadi persaingan yang sehat.
4) Panitia/pejabat pengadaan sepenuhnya bertanggung jawab atas seluruh proses
pelelangan dan hasil evaluasi yang dilakukan. Panitia/pejabat pengadaan wajib
menyampaikan bahan-bahan, yang berkaitan dengan sanggahan peserta lelang
yang bersangkutan baik secara tertulis maupun lisan kepada pejabat yang
berwenang memberikan jawaban atas sanggahan tersebut.

PBJ D3-TS-2020 55
5) Pejabat yang berwenang menetapkan pemenang lelang memberikan jawaban
tertulis selambatlambatnya dalam 5 (lima) hari kerja atas sanggahan tersebut
secara proporsional sesuai dengan masalahnya dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Apabila pelaksanaan evaluasi tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa karena kesalahan atau
kelalaian panitia/pejabat pengadaan, maka pejabat yang berwenang
memerintahkan panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi ulang;
b) Apabila terbukti terjadi KKN antara pejabat yang berwenang, anggota
panitia/pejabat pengadaan dengan peserta lelang tertentu yang merugikan
peserta lainnya, maka diambil tindakan dengan memberhentikan
pejabat/anggota panitia/pejabat pengadaan dari jabatannya dan
menggugurkan penawaran peserta yang terlibat KKN tersebut. Kemudian
pejabat yang berwenang mengganti panitia/ pejabat pengadaan dengan
pejabat lain untuk melakukan evaluasi ulang;
c) Peserta lelang yang terlibat KKN dan rekayasa sebagaimana pada butir 3).c)
dan butir 3).d) dikenakan sanksi berupa pencairan jaminan penawaran dan
dilarang untuk mengikuti kegiatan pengadaan barang/jasa di instansi
pemerintah selama 1 (satu) tahun;
d) Apabila pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, maka dilakukan pelelangan
ulang dimulai dari pengumuman kembali oleh panitia/pejabat pengadaan
yang baru.
6) Apabila peserta lelang yang menyanggah tidak dapat menerima jawaban atas
sanggahan dari pengguna barang/jasa, maka peserta lelang tersebut dapat
mengajukan sanggahan banding kepada Menteri / Panglima TNI/ Kapolri /
Kepala LPND /Gubernur /Bupati /Walikota /Dewan Gubernur BI/ Pimpinan
BHMN/Direktur Utama BUMN/BUMD, selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
sejak diterimanya jawaban sanggahan tersebut. Sedangkan proses pengadaan
dapat dilanjutkan tanpa harus menunggu hasil keputusan tersebut.
l. Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

PBJ D3-TS-2020 56
1) Pengguna barang/jasa mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan ketentuan :
a) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang; atau
b) Sanggahan yang diterima pejabat yang berwenang menetapkan dalam masa
sanggah ternyata tidak benar, atau sanggahan diterima melewati waktu masa
sanggah.
2) Peserta lelang yang ditetapkan sebagai penyedia barang/jasa wajib menerima
keputusan tersebut. Apabila yang bersangkutan mengundurkan diri dan masa
penawarannya masih berlaku maka pengunduran diri tersebut hanya dapat
dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara obyektif oleh pengguna
barang/jasa, dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran peserta lelang yang
bersangkutan dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.
3) Terhadap penyedia barang/jasa yang ditetapkan sebagai pelaksana pekerjaan
mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima dan masa
penawarannya masih berlaku, disamping jaminan penawaran yang bersangkutan
dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah penyedia barang/jasa tersebut
juga dikenakan sanksi berupa larangan untuk mengikuti kegiatan pengadaan
barang/jasa di instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun.
4) Apabila pemenang lelang urutan pertama yang ditetapkan sebagai penyedia
barang/jasa mengundurkan diri, maka penetapan penyedia barang/jasa dapat
dilakukan kepada calon pemenang lelang urutan kedua (jika ada) sesuai dengan
harga penawarannya, dengan ketentuan :
a) Penetapan pemenang lelang urutan kedua tersebut harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan/ penetapan pejabat yang berwenang menetapkan
pemenang lelang;
b) Masa penawaran calon pemenang lelang urutan kedua masih berlaku atau
sudah diperpanjang masa berlakunya.
5) Apabila calon pemenang lelang urutan kedua juga mengundurkan diri, maka
penetapan penyedia barang/jasa dapat dilakukan kepada calon pemenang urutan
ketiga (jika ada) sesuai dengan harga penawarannya dengan ketentuan :

PBJ D3-TS-2020 57
a) Penetapan pemenang lelang tersebut harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan/penetapan pejabat yang berwenang menetapkan pemenang
lelang;
b) Masa berlakunya penawaran calon pemenang lelang urutan ketiga masih
berlaku atau sudah diperpanjang;
c) Jaminan penawaran dari pemenang lelang urutan kedua dicairkan dan
disetorkan pada Kas Negara/Daerah;
d) Bila calon pemenang kedua mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak
dapat diterima, dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir 3) di atas.
6) Apabila calon pemenang ketiga mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak
dapat diterima, maka dikenakan sanksi sebagaimana tersebut pada butir 3) di
atas. Kemudian panitia/pejabat pengadaan melakukan pelelangan ulang, dengan
ketentuan bahwa jaminan penawaran dari calon pemenang lelang urutan ketiga
dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.
7) SPPBJ harus dibuat paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman
penetapan pemenang lelang dan segera disampaikan kepada pemenang lelang.
8) Salah satu tembusan dari SPPBJ disampaikan (tanpa lampiran perjanjian/kontrak)
sekurangkurangnya kepada unit pengawasan internal.

m. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang


1) Pelelangan dinyatakan gagal apabila :
a) Penyedia barang/jasa yang tercantum dalam daftar calon peserta lelang
kurang dari 3 (tiga); atau
b) Penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga); atau
c) Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; atau
d) Semua penawaran di atas pagu dana yang tersedia; atau
e) Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam
dokumen pemilihan penyedia barang/jasa ternyata benar; atau
f) Sanggahan dari peserta lelang atas terjadinya KKN dari calon pemenang
lelang urutan 1, 2, dan 3 ternyata benar; atau

PBJ D3-TS-2020 58
g) Calon pemenang lelang urutan 1, 2, dan 3 mengundurkan diri dan tidak
bersedia ditunjuk; atau
h) Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen pemilihan
penyedia barang/ jasa atau prosedur yang berlaku; atau
i) Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN dalam pelaksanaan lelang
ternyata benar.
2) Pelelangan Ulang : Dalam hal pelelangan dinyatakan gagal, pengguna
barang/jasa/pejabat yang berwenang memerintahkan pelelangan ulang dengan
prosedur:
a) Pelelangan gagal karena tersebut pada butir 1).a), dan/atau butir 1).b),
dan/atau butir 1).e) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara
mengumumkan kembali dan mengundang calon peserta lelang yang baru
selain calon peserta lelang yang telah masuk dalam daftar calon peserta
lelang;
b) Pelelangan gagal karena tersebut pada butir 1).c) dan/atau butir 1).d),
dan/atau butir 1).h) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara mengundang
ulang semua peserta lelang yang tercantum dalam daftar calon peserta
lelang untuk mengajukan penawaran ulang secara lengkap (administrasi,
teknis, dan harga). Bilamana dianggap perlu panitia/pejabat pengadaan
melakukan pelelangan ulang dengan mengundang calon peserta lelang yang
baru;
c) Pelelangan gagal yang disebabkan sebagaimana tersebut pada butir 1).f) dan
butir 1).i) dilakukan sebagai berikut :
(1) apabila panitia/pejabat pengadaan lelang tidak terbukti terlibat KKN,
panitia/pejabat pengadaan lelang mengundang ulang semua peserta
lelang yang tercantum dalam daftar calon penyedia barang/jasa untuk
mengajukan penawaran ulang secara lengkap (administrasi, teknis, dan
harga). Bilamana dianggap perlu panitia/pejabat pengadaan lelang
melakukan pelelangan ulang dengan mengundang calon penyedia
barang/jasa yang baru. Panitia/pejabat pengadaan lelang dilarang
mengundang peserta lelang yang terlibat KKN, dan penyedia

PBJ D3-TS-2020 59
barang/jasa dikenakan sanksi pidana berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(2) apabila panitia/pejabat pengadaan lelang terbukti terlibat KKN, maka
panitia/ pejabat pengadaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan dibentuk panitia/pejabat
pengadaan lelang baru untuk melakukan pelelangan ulang.
Panitia/pejabat pengadaan lelang baru dilarang mengikutsertakan
peserta lelang yang terbukti terlibat KKN.
d) Pelelangan gagal yang disebabkan sebagaimana tersebut pada butir 1).g),
dilakukan pelelangan ulang dengan cara sebagai berikut :
(1) mengundang peserta yang memenuhi syarat untuk menyampaikan
penawaran harga yang baru apabila peserta lelang yang memenuhi
syarat sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) peserta (tidak termasuk
peserta yang mengundurkan diri);
(2) mengumumkan kembali/mengundang peserta lelang yang baru dan lama
yang memenuhi syarat untuk mengajukan penawarannya apabila peserta
yang memenuhi syarat kurang dari 3 (tiga) peserta (tidak termasuk
peserta yang mengundurkan diri);
e) Apabila dalam pelelangan ulang pesertanya kurang dari 3 (tiga) maka :
(1) Dalam hal peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 2 (dua), maka
proses pemilihan dilanjutkan seperti pada proses pemilihan langsung;
(2) Dalam hal peserta lelang yang memenuhi syarat hanya 1 (satu), maka
proses pemilihan dilanjutkan seperti pada proses penunjukan langsung.
f) Dalam hal pengguna barang/jasa atau panitia/pejabat pengadaan menemukan
indikasi kuat adanya KKN di antara para penyedia barang/jasa, maka :
(1) Panitia/pejabat pengadaan meneliti kewajaran penawaran dengan cara
memeriksa koefisien dan harga satuan dasar upah, bahan, dan alat dan
membandingkan dengan harga satuan pekerjaan sejenis terdekat;
(2) Memeriksa dokumentasi yang mendukung adanya KKN;
(3) Apabila hasil penelitian dan pemeriksaan pada butir (1) dan butir (2)
mengarah kepada terjadinya KKN, maka pengguna barang/jasa atau

PBJ D3-TS-2020 60
panitia/pejabat pengadaan wajib menghentikan proses pelelangan untuk
diperiksa intansi yang berwenang.
g) Apabila dalam pelaksanaan lelang ulang terjadi KKN, maka pengguna
barang/jasa wajib menghentikan proses pengadaan dan pejabat yang
berwenang mengusulkan pemindahan alokasi dananya untuk pekerjaan
lain.

n. Penandatanganan Kontrak
Setelah SPPBJ diterbitkan, pengguna barang/jasa menyiapkan dan menandatangani
kontrak pelaksanaan pekerjaan apabila dananya telah cukup tersedia dalam
dokumen anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
diterbitkan SPPBJ dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan jaminan
pelaksanaan dengan ketentuan:
a) Nilai jaminan pelaksanaan dengan jaminan bank 5% (lima persen) dari
nilai kontrak;
b) Untuk nilai pengadaan kecil sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tanpa jaminan pelaksanaan;
c) Masa berlakunya jaminan pelaksanaan sekurang-kurangnya sejak tanggal
penandatanganan kontrak sampai dengan 14 (empat belas) hari setelah
tanggal masa pemeliharaan berakhir berdasarkan kontrak.
2) Apabila penyedia barang/jasa yang ditunjuk menolak/ mengundurkan diri
dengan alasan yang tidak dapat diterima atau gagal untuk menandatangani
kontrak, maka pengguna barang/jasa membatalkan SPPBJ, mencairkan
jaminan penawaran, dan penyedia barang/jasa dikenakan sanksi dilarang
mengikuti pengadaan barang/jasa instansi pemerintah selama 2 (dua) tahun;
3) Pengguna dan penyedia barang/jasa tidak diperkenankan mengubah dokumen
pengadaan secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak;
4) Pengguna dan penyedia barang/jasa wajib memeriksa konsep kontrak meliputi
substansi, bahasa/ redaksional, angka, dan huruf serta membubuhkan paraf
pada lembar demi lembar dokumen kontrak;

PBJ D3-TS-2020 61
5) Menetapkan urutan hirarki bagian-bagian dokumen kontrak di dalam surat
perjanjian dengan maksud apabila terjadi pertentangan ketentuan antara bagian
satu dengan bagian yang lain, maka yang berlaku adalah ketentuan berdasarkan
urutan yang ditetapkan sebagai berikut:
a) Surat perjanjian;
b) Surat penawaran berikut kuantitas dan harga;
c) Amandemen kontrak;
d) Ketentuan khusus kontrak;
e) Ketentuan umum kontrak;
f) Spesifikasi khusus;
g) Spesifikasi umum;
h) Gambar-gambar;
i) Dokumen lainnya seperti : jaminan-jaminan, SPPBJ, Berita Acara Hasil
Pelelangan, Berita Acara Penjelasan dokumen pemilihan penyedia
barang/jasa.
6) Banyaknya rangkap kontrak dibuat sesuai kebutuhan, yaitu :
a) Sekurang-kurangnya 2 (dua) kontrak asli, kontrak asli pertama untuk
pengguna barang/jasa dibubuhi materai pada bagian yang ditandatangani
oleh penyedia barang/jasa , dan kontrak asli kedua untuk penyedia
barang/jasa dibubuhi materai pada bagian yang ditandatangani oleh
pengguna barang/ jasa;
b) Rangkap kontrak lainnya tanpa dibubuhi materai.

2. Pelelangan Terbatas
a. Proses pelelangan terbatas pada prinsipnya sama dengan proses pelelangan
umum kecuali dalam pengumuman dicantumkan kriteria peserta dan nama-
nama penyedia barang/ jasa yang akan diundang.
b. Apabila setelah diumumkan ternyata ada penyedia barang/jasa yang tidak
tercantum dalam pengumuman dan berminat serta memenuhi kualifikasi, maka
wajib untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.

PBJ D3-TS-2020 62
3. Pemilihan Langsung
a. Penetapan Calon Peserta
1) Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan prakualifikasi;
2) Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi
untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet.
b. Undangan, permintaan penawaran, dan evaluasi.
1) Panitia/pejabat pengadaan mengundang sebanyak-banyaknya calon peserta
yang lulus prakualifikasi.
2) Apabila penyedia barang/jasa yang lulus prakualifiaksi kurang dari 3 (tiga),
maka dilakukan pengumuman ulang.
3) Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 2 (dua),
maka proses pemilihan langsung dilanjutkan.
4) Apabila setelah pengumuman ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 1 (satu),
maka dilakukan proses penunjukan langsung.
5) Atas dasar pengajuan penawaran yang dilakukan secara terpisah dari masing-
masing peserta pemilihan langsung, panitia/pejabat pengadaan melakukan
evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap semua penawaran yang
masuk serta menyusun urutan penawaran sebagai dasar untuk melakukan
klarifikasi dan negosiasi selanjutnya.
6) Klarifikasi dan negosiasi dilaksanakan sebagai berikut :
a) sebelum klarifikasi dan negosiasi dilakukan, panitia/pejabat pengada-an
membuat pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga. Dalam
pedoman klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga di-cantumkan hal-hal
teknis dan item pekerjaan yang akan diklarifikasi dan dinegosiasi, tetapi
tidak boleh mencantumkan rincian HPS;
b) klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada peserta pemilihan langsung
yang menawarkan harga terendah sampai terjadi kesepakatan. Klarifikasi
dan negosiasi tidak boleh dihadiri oleh peserta pemilihan langsung
lainnya;

PBJ D3-TS-2020 63
c) klarifikasi dan negosiasi teknis dilakukan untuk mendapatkan barang/jasa
yang sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa atau spesifikasi yang lebih tinggi;
d) bagi pengadaan barang/jasa berdasarkan kontrak harga satuan,
panitia/pejabat pengadaan melakukan klarifikasi dan negosiasi terutama
terhadap harga satuan item-item pekerjaan yang harga satuan
penawarannya lebih tinggi dari harga satuan yang tercantum dalam HPS;
e) bagi pengadaan barang/jasa berdasarkan kontrak lumpsum, panitia/pejabat
pengadaan melakukan negosiasi hanya pada harga total saja;
f) setelah klarifikasi dan negosiasi, panitia/pejabat pengadaan meminta
kepada peserta pemilihan langsung yang akan diusulkan untuk
menandatangani berita acara hasil klarifikasi dan negosiasi. Apabila tidak
terjadi kesepakatan dengan urutan pertama, maka klarifikasi dan negosiasi
dilakukan kepada urutan penawar terendah berikutnya;
g) berdasarkan berita acara tersebut, panitia/pejabat pengadaan membuat
surat usulan penetapan penyedia barang/jasa kepada pejabat yang
berwenang menetapkan.
7) Penetapan pemenang
a) Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang
berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung;
b) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara panitia/pejabat pengadaan
dengan pengguna barang/jasa dilakukan proses sesuai ketentuan yang
tercantum dalam butir i.4) di atas;
c) Hasil penetapan pemenang pemilihan langsung diumumkan/di-sampaikan
kepada seluruh peserta pemilihan langsung.
8) Sanggahan dan pengaduan Mekanisme dan prosedur sanggahan dan
pengaduan mengikuti ketentuan seperti yang ditetapkan pada proses
pelelangan.
9) Penunjukan pemenang Pengguna barang/jasa menerbitkan surat penunjukan
penyedia barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan.

PBJ D3-TS-2020 64
10) Penandatanganan kontrak Pengguna barang/jasa menyiapkan dan
menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan mengikuti ketentuan seperti
yang ditentukan dalam proses pelelangan.

4. Penunjukan Langsung
a. Penilaian kualifikasi : Panitia/pejabat pengadaan melakukan prakualifikasi terhadap
penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.
b. Permintaan penawaran dan negosiasi harga dilakukan sebagai berikut : 1)
panitia/pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa untuk mengajukan
penawaran secara tertulis. 2) panitia/pejabat pengadaan melakukan evaluasi,
klarifikasi, dan negosiasi teknis dan harga terhadap penawaran yang diajukan
penyedia barang/jasa berdasarkan dokumen pengadaan. 3) panitia/pejabat
pengadaan membuat berita acara hasil evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi.
c. Penetapan penunjukan langsung Panitia/pejabat pengadaan mengusulkan hasil
evaluasi, klarifikasi, dan negosiasi kepada pejabat yang berwenang untuk
ditetapkan.
d. Penunjukan penyedia barang/jasa Berdasarkan surat penetapan dari pejabat yang
berwenang, panitia/pejabat pengadaan mengumumkan di papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum atas penetapan penyedia barang/jasa yang ditunjuk
untuk pekerjaan dimaksud dan kemudian pengguna barang/jasa menerbitkan surat
penunjukan penyedia barang/jasa (SPPBJ) kepada penyedia barang/jasa yang
ditunjuk.
e.Pengaduan Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses
penunjukan langsung dipandang tidak transparan, tidak adil, dan terdapat indikasi
KKN.
f. Penandatanganan kontrak Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan
sebagaimana diatur dalam proses pelelangan.

5. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya untuk Pekerjaan


Penanggulangan Bencana Alam, Bencana Sosial, dan Bencana Perang.

PBJ D3-TS-2020 65
a. Pekerjaan penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan bencana perang
adalah pekerjaan untuk penanganan darurat menjelang, pada saat, dan setelah
terjadinya bencana.
b. Pekerjaan dalam rangka penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan
bencana perang diuraikan sebagai berikut :
1) Pengadaan barang/jasa lainnya untuk keperluan penanggulangan bencana
sosial, dan bencana perang, misalnya pengadaan obat-obatan, tenda darurat,
bahan pangan untuk yang terkena bencana;
2) Konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam
waktu yang sesingkatsingkatnya untuk keamanan dan keselamatan masyarakat
dan/atau menghindari kerugian negara/ masyarakat yang lebih besar;
3) Konstruksi darurat harus dapat mengatasi kelancaran kegiatan masyarakat
semula dan harus tetap memenuhi persyaratan teknis sebagai jenis pekerjaan
darurat walaupun kemampuan konstruksinya dapat lebih rendah, dan
pengamatan atas kestabilan konstruksi/ perawatannya harus diawasi secara
terus menerus;
4) Pekerjaan penanggulangan bencana alam yang tidak masuk dalam cakupan
areal suatu kontrak, pengadaan penyedia barang/jasa dilakukan dengan
penunjukan langsung kepada penyedia barang/jasa yang sedang melaksanakan
kontrak pekerjaan sejenis terdekat dan/atau yang dinilai mempunyai
kemampuan, peralatan, tenaga yang cukup serta kinerja baik dan diyakini
dapat melaksanakan pekerjaan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Pengguna barang/jasa dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK), setelah mendapat persetujuan dari penanggung jawab keuangan
(Menteri /Panglima TNI/Kapolri/Pemimpin Lembaga/
Gubernur/Bupati/Walikota) dan ada pernyataan bencana alam dari
Presiden/ Gubernur/ Bupati/ Walikota;
b) Opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara pengguna dan
penyedia barang/jasa, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat
dilakukan secara simultan;

PBJ D3-TS-2020 66
c) Dana bencana alam dalam DIP bencana alam digunakan hanya untuk
membiayai penanganan darurat dengan konstruksi darurat, bukan untuk
membiayai penanganan yang sifatnya permanen;
d) Bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan areal suatu
kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukkan ke dalam
Contract Change Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh persen)
dari nilai kontrak awal.

5.3. Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultasi Seleksi Umum

a. Pengumuman Prakualifikasi
1) Panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas tentang adanya
prakualifikasi untuk seleksi umum melalui surat kabar, papan pengumuman
resmi untuk penerangan umum, dan bilamana memungkinkan melalui media
eletronik;
2) Isi pengumuman prakualifikasi memuat sekurang-kurangnya : a) nama dan
alamat pengguna jasa konsultansi yang akan mengadakan seleksi umum; b)
uraian singkat mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan; c) perkiraan nilai
pekerjaan; d) syarat-syarat peserta seleksi umum; e) tempat, tanggal, hari, dan
waktu untuk mengambil dokumen prakualifikasi.
3) Agar pengumuman secara luas tersebut pada butir a. 1) dapat mencapai sasaran
secara luas, efisien, dan tepat sesuai dengan jangkauan masyarakat pengusaha
yang dituju, maka pengumuman diatur sebagai berikut : a) Pengumuman
seleksi umum untuk nilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) menggunakan surat kabar dan siaran radio pemerintah daerah/swasta
yang mempunyai jangkauan pembaca dan pendengar sekurang-kurangnya di
seluruh kabupaten/kota yang bersangkutan, memasang pengumuman pada
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di
ibukota kabupaten/kota yang bersangkutan dan papan pengumuman pengguna
barang/jasa serta. Dalam hal di kabupaten/ kota yang bersangkutan tidak
memiliki surat kabar harus diperguna-kan surat kabar terbitan ibu kota propinsi

PBJ D3-TS-2020 67
yang bersangkutan; b) Pengumuman seleksi umum untuk nilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) menggunakan surat kabar yang
mempunyai jangkauan nasional, memasang pengumuman pada papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum yang letaknya strategis di ibukota
kabupaten/kota yang bersangkutan, dan papan pengumuman pengguna
barang/jasa serta mengupayakan menggunakan media elektronik/internet.
b. Pengambilan Dokumen Prakualifikasi
1) Pengambilan dokumen prakualifikasi dimulai sejak tanggal pengumuman
sampai dengan satu hari sebelum batas akhir pemasukan dokumen
prakualifikasi.
2) Tenggang waktu antara hari pengumuman dengan batas akhir hari pengambilan
dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja.
3) Calon peserta seleksi umum dari propinsi/kabupaten/kota lain tidak boleh
dihalangi/dilarang untuk mengikuti proses seleksi umum di propinsi
/kabupaten /kota lokasi seleksi umum dilakukan.
c. Pemasukan Dokumen Prakualifikasi
1) Batas akhir pemasukan dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya 3 (tiga)
hari setelah batas akhir pengambilan dokumen prakualifikasi.
2) Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam pengumuman lelang, maka kepada :
a) panitia/pejabat pengadaan dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi dan/atau
pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b)
penyedia jasa konsultansi yang terlibat dikenakan sanksi tidak boleh mengikuti
pengadaan barang/ jasa pemerintah selama 2 (dua) tahun, dan sanksi pidana
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

d. Evaluasi Dokumen Prakualifikasi Penyedia jasa konsultansi dinyatakan lulus


prakualifikasi apabila memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut:

PBJ D3-TS-2020 68
1) Memiliki surat izin usaha sesuai dengan bidang usahanya yang dikeluarkan
oleh instansi pemerintah yang berwenang, seperti SIUP untuk jasa konsultansi
non konstruksi dan IUJK untuk jasa konsultansi konstruksi;
2) Surat penyampaian dokumen prakualifikasi ditandatangani oleh orang yang
secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak;
3) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan, dan/ atau tidak sedang menjalani sanksi pidana berupa
surat pernyataan dari konsultan yang bersangkutan;
4) Dalam hal penyedia jasa konsultansi akan melakukan kemitraan, penyedia
jasa konsultansi wajib mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan
yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan
tersebut;
5) Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir (SPT/PPh) serta memiliki
laporan bulanan PPh Pasal 25 atau Pasal 21/Pasal 23 atau PPN sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir, kecuali untuk perusahaan baru yang belum
berkewajiban untuk melapor;
6) Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menyediakan
jasa konsultansi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa
konsultansi yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun;
7) Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam di
suatu instansi pemerintah;
8) Memiliki kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai;
9) Untuk pekerjaan khusus/spesifik/teknologi tinggi dapat ditambahkan
persyaratan lain seperti peralatan khusus, tenaga ahli spesialis yang
diperlukan, atau pengalaman tertentu;
10) Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan peralatan serta personil yang
diperlukan;
11) Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang kompetensi dan
kemampuan usaha yang dimiliki;

PBJ D3-TS-2020 69
12) Memenuhi KD = 3 NPt (KD : Kemampuan Dasar, NPt : nilai pengalaman
tertinggi) pada subbidang pekerjaan dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun
terakhir.
e. Penetapan Hasil Prakualifikasi
1) Peserta yang lulus prakualifikasi dimasukkan dalam daftar pendek konsultan
sekurang-kurangnya 5 (lima) konsultan dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh)
konsultan;
2) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi lebih dari 7 (tujuh) konsultan, maka
yang dimasukkan dalam daftar pendek adalah 7 (tujuh) konsultan peringkat
terbaik;
3) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari 5 (lima) konsultan, maka
dilakukan prakualifikasi ulang dengan mengumumkan prakualifikasi kembali;
4) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi ulang berjumlah 2 (dua) sampai
dengan 4 (empat) konsultan, maka proses seleksi umum dilanjutkan;
5) Apabila peserta yang lulus prakualifikasi ulang hanya 1 (satu) konsultan, maka
dilakukan proses penunjukan langsung.

f. Pengumuman Hasil Prakualifikasi


1) Hasil prakualifikasi setelah ditetapkan oleh pengguna jasa konsultansi
disampaikan kepada seluruh peserta prakualifikasi dan diumumkan melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan/ atau internet;
2) Peserta yang berkeberatan terhadap hasil prakualifikasi dapat mengajukan surat
sanggahan kepada pengguna jasa konsultansi;
3) Proses sanggahan secara mutatis mutandis mengikuti Pasal 27 Keputusan
Presiden ini.

g. Undangan Kepada Konsultan Yang Masuk Daftar Pendek


1) Peserta yang masuk dalam daftar pendek diundang untuk mengambil dokumen
seleksi umum apabila tidak ada sanggahan atau sanggahan sudah dinyatakan
tidak benar;

PBJ D3-TS-2020 70
2) Pengambilan dokumen seleksi umum dilakukan satu hari setelah dikeluarkannya
undangan seleksi umum sampai dengan satu hari sebelum batas waktu
pemasukan dokumen penawaran.

h. Penjelasan (aanwijzing)
1) Penjelasan (aanwijzing) dilaksanakan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja dan
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal undangan kepada
konsultan yang masuk daftar pendek;
2) Panitia/pejabat pengadaan menjelaskan isi dokumen pengadaan, menampung
pertanyaan peserta, dan memberikan jawaban atas hal-hal yang kurang jelas
yang terdapat dalam dokumen seleksi umum;
3) Panitia/pejabat pengadaan membuat Berita Acara Penjelasan (aanwijzing) yang
ditandatangani oleh panitia/pejabat pengadaan dan wakil peserta yang hadir;
4) Berita acara memuat segala keterangan dan perubahan yang dianggap perlu,
serta risalah tanya jawab. Apabila terjadi perubahan atau tambahan ketentuan
dan persyaratan yang tercantum dalam dokumen seleksi umum harus
dituangkan dalam adendum. Berita acara dan adendum ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari dokumen seleksi umum;
5) Berita acara dan adendum dokumen seleksi umum wajib disampaikan kepada
seluruh peserta dalam waktu yang memadai;
6) Ketidakhadiran peserta dalam rapat penjelasan dan kunjungan lapangan tidak
menggugurkan keikutsertaan peserta.

i. Pemasukan Penawaran
1) Pemasukan dokumen penawaran dimulai satu hari setelah penjelasan
(aanwijzing). Batas akhir pemasukan dokumen penawaran sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari setelah penjelasan;
2) Sampul I yang berisi dokumen administrasi dan teknis serta sampul II yang
berisi dokumen penawaran harga dimasukkan dalam satu sampul luar untuk
disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan;

PBJ D3-TS-2020 71
3) Pada sampul I ditulis “Data Administrasi dan Teknis” yang mencantumkan :
jenis pekerjaan dan nama serta alamat konsultan;
4) Pada sampul II ditulis “Data Biaya Penawaran” yang mencantumkan : jenis
pekerjaan dan nama serta alamat konsultan;
5) Pada sampul luar ditulis jenis pekerjaan, tempat, hari, tanggal, bulan, tahun, jam
batas akhir pemasukan penawaran, nama konsultan, dan ditujukan kepada
panitia /pejabat pengadaan / pejabat pengadaan;
6) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemasukan dokumen penawaran: a)
Jumlah rangkap dokumen penawaran sebanyak 3 (tiga) buah, 1 (satu) rangkap
untuk pengguna jasa konsultansi dan 2 (dua) rangkap untuk panitia/pejabat
pengadaan; b) Dokumen penawaran asli untuk pengguna jasa konsultansi
disampaikan oleh panitia/pejabat pengadaan dalam keadaan tertutup dan dilak
serta hanya dibuka setelah diterbitkannya surat penetapan pemenang atau
bilamana ada sanggahan dari peserta. Pembukaan dokumen penawaran asli
dilakukan dihadapan peserta yang menyanggah dan disanggah; c) Dokumen
penawaran dan surat pengantar penawaran dimasukkan dalam sampul luar
disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan dengan jumlah rangkap sesuai
yang disyaratkan dan alamat yang ditentukan oleh panitia/pejabat pengadaan di
dalam surat undangan; d) Jika disampaikan secara langsung, maka dokumen
penawaran harus dimasukkan oleh peserta yang bersangkutan ke dalam tempat
yang telah disediakan oleh panitia/pejabat pengadaan; e) Jika dokumen
penawaran disampaikan melalui pos, panitia/pejabat pengadaan mencatat
tanggal dan waktu penerimaannya serta memasukkannya ke tempat yang telah
ditentukan; f) Jika dokumen penawaran diterima setelah melampaui batas akhir
pemasukan dokumen penawaran, maka dokumen penawaran tersebut tidak
diikutsertakan.
7) Pembukaan Penawaran Administrasi Dan Teknis (Sampul I) a) Panitia/pejabat
pengadaan membuka dokumen penawaran dihadapan peserta pada tanggal
yang sama dengan tanggal terakhir pemasukan dokumen penawaran
sebagaimana telah ditentukan dalam dokumen seleksi umum; b) Panitia/pejabat
pengadaan membuka sampul I di hadapan peserta. Sampul II tidak boleh

PBJ D3-TS-2020 72
dibuka dan sampulnya diparaf oleh panitia/pejabat pengadaan serta wakil
peserta seleksi umum dari perusahaan yang berbeda, sebelum disimpan oleh
panitia/pejabat pengadaan.
8) Berita acara pembukaan sampul I sekurang-kurangnya memuat : a) Jumlah
dokumen penawaran yang masuk; b) Jumlah dokumen penawaran yang
lengkap dan tidak lengkap; c) Kelainan-kelainan yang dijumpai dalam
dokumen penawaran; d) Keberatan/sanggahan dari konsultan peserta; e)
Keterangan lain yang dianggap perlu; f) Tanggal pembuatan berita acara; g)
Tanda tangan anggota panitia/pejabat pengadaan dan wakil konsultan peserta
yang hadir; h) Berita acara pembukaan sampul I dilampiri dokumen penawaran
sampul I.
9) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pembukaan dokumen penawaran :
a) Pembukaan dokumen penawaran dilakukan oleh panitia/pejabat
pengadaan/pejabat pengadaan setelah menyatakan dihadapan para peserta
yang hadir bahwa saat pemasukan dokumen penawaran telah ditutup;
b) Dokumen penawaran tidak dapat lagi diterima setelah batas waktu
pemasukan dokumen penawaran yang telah ditetapkan;
c) Setelah pemasukan dokumen penawaran ditutup, perubahan atau susulan
pemberian bahan dan penjelasan secara lisan atau tertulis atas dokumen
penawaran yang telah disampaikan tidak dapat diterima;
d) Sampul penawaran biaya tidak boleh dibuka;
e) Semua dokumen penawaran dan surat keterangan dibacakan dengan jelas
sehingga terdengar oleh semua peserta.

5.4 Tugas :

1. Buat makalah studi kasus tentang proses tender dalam proyek konstruksi.

PBJ D3-TS-2020 73
BAB VI
EVALUASI PENAWARAN

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari cara mengevaluasi pengadaan barang dan
jasa, materi dalam bab VI diambil dari Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018, Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: Nomor 07/PRT/M/2019 tentang
Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Buku Standar
PK 01 HS – Pascakualifikasi (Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung). Buku 01 B Pedoman
Tata Cara Pengadaan dan Evaluasi Penawaran Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Harga Satuan.
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami dokumen
lelang/dokumen pengadaan barang dan jasa yang akan dievaluasi UKPBJ sesuai Peraturan
Presiden no 16 Tahun 2018.

6.1 Materi Belajar


Untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/lnstitusi Lainnya maka sangat diperlukan mengevaluasi semua dokumen penawaran
yng disampaikan oleh peserta lelang agar mendapatkan seorang pelaksana proyek yang
sesuai dengan harapan.

6.2 Ketentuan dalam Mengevaluasi Dokumen Lelang

Untuk dapat memilih/menetapkan penyedia barang/jasa yang tepat dan sesuai


prosedur atau ketentuan, perlu adanya beberapa tahapan yang harus dilakukan, salah satunya
adalah dengan melakukan evaluasi dokumen penawaran, beberapa tahapan evaluasi dalam
pengadaan barang dan jasa adalah:

PBJ D3-TS-2020 74
1. Koreksi Aritmatik
Koreksi aritmatik dilakukan dengan mengoreksi hasil operasi aritmatika yang meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, Namun sebelum melakukan
koreksi terhadap operasi aritmatika harus lebih dahulu dipastikan bahwa volume
barang.pekerjaan yang tercantum dalam RAB sudah benar (sama dengan yang
ditetapkan dalam dokumen lelang/seleksi. Penjumlahan), Kesalahan penulisan volume
dicoret dan diganti dengan yang seharusnya. Selanjutnya dilakukan koreksi terhadap
operasi aritmatika untuk memastikan bahwa jumlah harga setiap jenis pekerjaan atau
item barang sama dengan hasil perkalian volume dikali harga satuan jenis
pekerjaan/unit barang. Total biaya sama dengan hasil penjumlahan dari jumlah harga
seluruh jenis pekerjaan/item barang. Hal yang tidak boleh dikoreksi adalah
pencantuman harga satuan barang/pekerjaan. Item barang/pekerjaan yang harganya
tidak ditulis dianggap telah masuk dalam harga barang/pekerjaan yang lain, karena itu
perlu diklarifikasi dan dinyatakan wajib dilaksanakan tanpa menambah nilai biaya
penawaran. Penyedia yang tidak bersedia menerima hasil koreksi aritmatik dikenakan
sanksi masuk dalam daftar hitam.

Sebelum melakukan evaluasi penawaran, panitia akan melakukan koreksi aritmatik,


koreksi aritmatik dilakukan terhadap dokumen penawaran peserta lelang dengan cara
membandingkan antara dokumen dari peserta lelang dengan dokumen pemilihan/lelang
(panitia), adapun caranya sebagai berikut:.

a. Kontrak Harga Satuan.


1. Volume pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga satuan dari
peserta lelang disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan
panitia (UKPBJ).
2. Apabila terjadi kesalahan dalam hasil perkalian dalam dokumen penawaran ,
maka dilakukan pembetulan dengan ketentuan harga satuan pekerjaan yang
ditawarkan tidak boleh berubah.
PBJ D3-TS-2020 75
3. Jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah termasuk dalam
harga penawaran sehingga pada daftar kuantitas dan harga dibiarkan kosong.
4. Jenis pekerjaan yang tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan harga ddengan
jenis

ILUSTRASI :

PENAWARAN CV. AAA KOREKSI ARITMATIK


N URAIAN VOLUM SATUA VOLUM
O PEKERJAAN E N HARGA JUMLAH E HARGA JUMLAH

    SATUAN HARGA   SATUAN HARGA

                 

PEKERJAAN 250,000,000.0
I. ………       162,000,000     0

1 A   10.00 M3 8,000,000 80,000,000 20.00 8,000,000 160,000,000

2 B   12.00 M3 4,000,000 40,000,000 12.00 4,000,000 48,000,000.

3 C   15.00 M3 3000.000 45.000.000 15.00 3.000.000  45.000.000

4 D   7.00 M3 6,000,000 42,000,000 7.00 6,000,000 42,000,000.

                 

TOTAL BIAYA       207,000,000     295,000,000.

PENAWARAN CV. BBB KOREKSI ARITMATIK


N URAIAN
O PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH VOLUME HARGA JUMLAH

    SATUAN HARGA   SATUAN HARGA

                 

PEKERJAAN 215,000,00 215,000,000.0


I. ………       0     0

140,000,00
1 A   20.00 M3 7,000,000 0 20.00 7,000,000 140,000,000.

PBJ D3-TS-2020 76
2 B   12.00 M3 4,000,000 48,000,000 12.00 4,000,000 48,000,000.

3 C   15.00 M3 3,000,000 45,000,000 15.00 3,000,000 45,000,000.

4 D   7.00 M3 5,000,000 35,000,000 7.00 5,000,000 42,000,000.

                 

268,000,00
TOTAL BIAYA       0     268,000,000.

Dari ilustrasi diatas berdasar hasil koreksi aritmatik CV. AAA dengan penawaran sebesar
Rp. 162.000.000 sebagai penawar terendah pada saat pembukaan penawaran, belum tentu
menjadi pemenang karena setelah dilakukan koreksi terhadap perhitungan ternyata
penawaran CV. AAA menjadi Rp. 250.000.000,- karena terjadi kesalahan dalam
memasukkan besaran volume pekerjaan seharusnya pada jenis pekerjaan A volume dalam
dokumen lelang sebesar 20 M3 tetapi CV. AAA memasukkan 10 M3. Besaran volume
pekerjaan harus di koreksi karena sesuai gambar kerja volume pekerjaan A sebesar 20
M3 dan pada jenis pekerjaan B kesalahan yang dilakukan oleh CV.AAA adalah salah
dalam perkalian antara volume dengan harga satuan, sehingga setelah dilakukan koreksi
aritmatik berdasar rangking nilai penawaran CV. AAA menjadi Rp. 295.000.000,-
artinya penawaran CV. AAA lebih tinggi dari penawaran CV. BBB yang hanya
268.000.000.

b. Kontrak Lump Sum


Pada jenis kontrak lump sum, koreksi aritmatik dilakukan terhadap volume dan/atau jenis
pekerjaan. Hasil koreksi aritmatik tidak mempengaruhi jumlah/total pengalian volume
dengan harga satuan serta jumlah total penawaran penyedia.

Volume dan/atau jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga
disesuaikan dengan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan;

1. Jenis pekerjaan yang tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan harga (apabila
ada) disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan;

PBJ D3-TS-2020 77
2. Hasil koreksi aritmatik pada bagian Lump Sum tidak boleh mengubah nilai total
harga penawaran pada bagian Lump Sum.

PENAWARAN CV. AAA KOREKSI ARITMATIK


SATUA
NO URAIAN PEKERJAAN
VOLUME N HARGA JUMLAH VOLUME HARGA JUMLAH
    SATUAN HARGA   SATUAN HARGA

162,000,00
I. PEKERJAAN ………       0     250,000,000.00

1 A   20.00 M3 8,000,000 80,000,000 20.00 8,000,000 160,000,000.

2 B   12.00 M3 4,000,000 40,000,000 12.00 4,000,000 48,000,000.

3 C   15.00 M3 - - 15.00 - -

4 D   7.00 M3 6,000,000 42,000,000 7.00 6,000,000 42,000,000.


                 

162,000,00
TOTAL BIAYA       0     250,000,000.

Walaupun penawaran CV. AAA sudah dikoreksi volume dan jumlah harga nya,
namun total harga penawaran tidak boleh di ubah, jadi tetap sebesar 162.000.000,
apa bila menjadi pemenag lelang maka CV AAA tetap melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan volume yang ada di dokumen lelang atau volume terkoreksi dengan
harga sesuai penawaran yang diajukan saat penawaran lelang.

c. Kontrak Gabungan antara Lump Sum dan Harga Satuan


1) Pada bagian kontrak harga satuan tatacara koreksi aritmatik dilakukan dengan
koreksi aritmatik kontrak harga satuan dan
2) Pada bagian kontrak lump sum tata cara koreksi aritmatik dilakukan sesuai
dengan koreksi aritmatik kontrak lamp sum.
d. Total harga penawaran setelah dilakukan koreksi aritmatik yang melebihi nilai
OE/HPS dinyatakan gugur.
e. Pelaksanaan evaluasi dengan system gugur dilakukan untuk mendapatkan 3
(tiga) penawaran terendah.

PBJ D3-TS-2020 78
1. Syarat Administrasi
Penawaran dinyatakan memenuhi syarat administrasi apabila syarat-syarat subtansial
yang diminta dipenuhi dan dilengkapi. Ilustrasi evaluasi administrasi sebagai berikut:

URAIAN KETERANGAN
1 PENELITIAN ADMINISTRASI    
  NO. PERSYARATAN KUALIFIKASI DARI PESERTA LELANG
  1 Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)   V Ada   Tidak Ada  
  2 Sertifikat Badan Usaha (SBU)   V Ada   Tidak Ada  
    a. Klasifikasi Bidang/Sub Bidang : Arsitektur   V Sesuai   Tidak Sesuai  
    b. Golongan :   V Sesuai   Tidak Sesuai  
Memiliki Tenaga Ahli yang mempunyai sertifikat
  3   V Ada   Tidak Ada  
Keahlian satu orang
Pernyataan Tidak dalam Pengawasan Pengadilan,
  4   V Ada   Tidak Ada  
tidak bangkrut,
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau
       
tidak sedang
    menjalani sanksi pidana    
Rekaman perjanjian KSO dengan % kemitraan dan
  5     Ada   Tidak Ada V Tidak
perusahaan yang mewakili kemitraan
      Digunakan
Surat Tanda Pelunasan Pajak Tahun Terakhir
  6   V Ada   Tidak Ada  
(SPT/Pph)
Laporan Bulanan PPh pasal 25 atau Pasal 21/Pasal
  7   V Ada   Tidak Ada  
23 atau

PBJ D3-TS-2020 79
    PPN 3 (tiga) bulan terakhir    
Selama 7 (tujuh) tahun terakhir pernah memiliki
  8   V Ada   Tidak Ada  
pengalaman menyediakan jasa pengadaan barang
konstruksi baik dilingkungan pemerintah atau
       
swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali
penyedia jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga)
       
tahun.
Pernyataan tidak pernah dihukum berdasarkan
  9   V Ada   Tidak Ada  
putusan pengadilan
    atas tindakan yang berkaitan kondite profesional.    
  10 Neraca Keuangan   V Ada   Tidak Ada  
  11 Surat Dukungan Bank   V Ada   Tidak Ada  
  12 Daftar peralatan dan bukti kepemilikan   V Ada   Tidak Ada  
Daftar Perolehan pekerjaan yang sedang
  13   V Ada   Tidak Ada  
dilaksanakan
  14 Pernyataan Kebenaran Data     V Ada   Tidak Ada  
  15 Akte Perusahaan   V Ada   Tidak Ada  
  16 N.P.W.P. (Nomor Pokok Wajib Pajak)   V Ada   Tidak Ada  
  17 Ijazah Terakhir Personil   V Ada   Tidak Ada  
  18 Bukti Pengalaman Perusahaan   V Ada   Tidak Ada  
       
          Syarat harus memenuhi semua kelengkapan    
          administrasi diatas        
       
    HASIL PENILAIAN   V Lulus   Gugur/Tidak Lulus  
       
    KETERANGAN : LULUS  
                       

2 Syarat Teknis
Penawaran yang dievaluasi teknis adalah penawaran yang telah lulus evaluasi
administrasi. Persyaratan penawaran yang memenuhi syarat teknis yang harus dipenuhi
untuk Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi yang menggunakan sistem ini adalah
sebagai berikut :

a. Metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan memenuhi persyaratan substantif


yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan dan diyakini menggambarkan
penguasaan dalam penyelesaian pekerjaan ;
b. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan tidak melampaui batas waktu
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan ;
c. Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimal yang disediakan sesuai
dengan yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan ;
d. Spesifikasi teknis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan ;

PBJ D3-TS-2020 80
e. Personil inti yang akan ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan serta posisinya dalam manajemen pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan organisasi pelaksanaan yang diajukan; dan
f. Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam Dokumen.
g. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas, peralatan dan personil yang diperlukan.
h. Menyampaikan daftar pekerjaan yang sedang dilakukan
i. Untuk usaha non-kecil memiliki KD (Kemampuan dasar) untuk usaha yang sejenis
dan kompleksitas yang setara pada 10 tahun terakhir dengan ketentuan :
a. KD = 3 x N x Pt
b. KD sekurang-kurang sama dengan nilai total HPS (Harga Perkiraan Sendiri)
c. Pengalaman perusahaan dinilai dari sub bidang pekerjaan, nilai kontrak dan
status peserta pada saat menyelesaikan kontrak
d. Nilai pengalaman pekerjaan dapat dikonversi menjadi nilai pekerjaan
sekarang dengan present value.
j. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta untuk
mengikuti pengadaan pekerjaan konstruksi paling kurang 10% (sepuluh perseratus)
dari nilai paket;
k. Mempunyai Sisa Kemampuan Pekerjaan (SKP) = KP – jumlah paket yang sedang
dikerjakan.
1) KP untuk usaha kecil = 5
2) KP untuk usaha non-kecil = 6
3) KP untuk usaha non-kecil = 1,2 N bila N>6 dimana N=Jumlah paket pekerjaan
terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir.
l. Bila kemitraan, KD yang dihitung adalah KD leadfirm dan SKP yang dihitung adalah
semua perusahaan yang bermitra.
ILUSTRASI

3 PENILAIAN TEKNIS MISAL OE = 648.000.000  


       

  a) Kemampuan Dasar (KD)     Penilaian KD < 648.000.000,00 dinyatakan gugur

    KD = 3 NPt   NPt = Nilai Pengalaman tertinggi pada sub bidang  

PBJ D3-TS-2020 81
1,500,000,00
    KD = 0.00   pekerjaan yang sesuai dalam kurun waktu  
sepuluh tahun
      terakhir  

    KD Untuk Usaha Kecil Tidak dihitung   Penilaian :  


Gugur/Tida
      V Lulus   k Lulus  

       
b
  ) Pengalaman perusahaan                      

      Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah  

      dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir  


Tiga Unsur yang dinilai
      yaitu :  

      (1) Bidang Pekerjaan (Nilai Maks 25)

    URAIAN BOBOT NILAI a. Bidang dan sub bidang sama


Bobot nilai 100%,
nilai 25
    (1) Bidang Pekerjaan Arsitektur        
Bidang sama, tapi sub bidang
berbeda Bobot nilai 50%
      a. Nama Paket     100   25 b. nilai 12.5,

      pembangunan kantor satpam    


Bidang berbeda tidak mendapat
bobot
500,000,000.
    (2) Nilai Kontrak (Rp) 00   50 12.5 c.

    (3) Status Penyedia Jasa Penyedia Jasa Utama 100 10    

      a. Nilai Kontrak > 648.000.000, bobot 100%, nilai : 25  

      b. 324.000.000,00 < Nilai Kontrak < 648.000.000, bobot 50%, nilai 12.5
Nilai Kontrak < 324.000.000,00 bobot
      c. 0%  

      (3) Status Penyedia Jasa (Nilai Maks 10)  

      a. Sebagai penyedia jasa utama/lead firm J>O bobot nilai 100%, nilai 10
Sebagai sub penyedia jasa/anggota J.O,bobot nilai
      b. 30%,nilai 3  

      Penilaian  
4
      Total Nilai : 7.5  
Gugur/Tida
      V Lulus   k Lulus  

       

  c) Personil   * Nilai Maksimum = 10 ; Nilai Minimum = 5  

    Syarat minimum kriteria memiliki :   Personil dinilai sebagai berikut :  


1 orang Ahli Lingkungan/Sipil yang mempunyai 1 Orang Ahli Lingkungan/Sipil :
    - SKA/SKT   - Nilai 7  
1 orang STM yang mempunyai
    - SKA/SKT   - 1 Orang STM : Nilai 3  

                               

    Dari Peserta Lelang :  

     
Pengalam Keteranga
    Nama Pendidikan Ijazah & Curiculum Vitae an n  

PBJ D3-TS-2020 82
                               

SKA tidak
    Kepala Teknis Pelaksana Ikhwan S1 Teknik Sipil   V Ada   Tidak ada 7 sesuai  

                       

    Pelaksana Akhwan DIII   V Ada   Tidak ada 3 SKK Ada  

                               

     

    Bila Total Nilai Personil < 5 dinyatakan gugur  

    Penilaian  

    Total Nilai 10  

     
Gugur/Tida
    V Lulus   k Lulus  

     

    Keterangan :  

                               

3. Syarat Peralatan
Persyaratan minimal alat nilai maksimal bobot adalah 15 dan minimum adalah 7.5, dalam
menentukan nilai bobot masing masing alat disesuaikan tingkat kebutuhan alat dalam
pekerjaan. Sedangkan syarat peralatan yang dinilai hanya alat yang kondisinya tidak
kurang dari 70% kondisi baik. Kepemilikan alat dinilai bila milik sendiri dengan bukti
kepemilikan berupa kwitansi pembelian atau dokumen sebagai bukti di beri nilai 100%,
bila alat yang akan dipakai adalah sewa beli dengan bukti diberi bobot nilai sebesar 100%,
Sewa jangka panjang dengan bukti, bobot nilainya 90%, Sewa jangka pendek dengan
bukti, bobot nilainya 50%, Milik sendiri, sewa beli dan sewa tidak disertai bukti, tidak
dinilai. Untuk badan usaha, bukti kepemilikan alat sangat penting dalam mengikuti tender,
maka seorang pengusaha harus tertip dalam administrasi perusahaannya.  
ILUSTRASI

  d) Peralatan    

    Syarat Minimum Kriteria :     * Nilai Maksimum = 15 ; Nilai Minimum = 7.5  


Bobot
      Jenis Kapasitas Jumlah Nilai   Syarat: Peralatan yang dinilai hanya yang kondisinya tidak kurang dari 70%

    1 Alat Tukang Batu 3 kelompok 3 Set 2.5   Kepemilikan peralatan dinilai sebagai berikut :  

    2 Alat Tukang Kayu 3 kelompok 3 Set 2.5   1 Milik sendiri dengan bukti, bobot nilainya 100%  

    3 dump Truk 3,5 Ton 1 Unit 5   2 Sewa beli dengan bukti, bobot nilainya 100%  

          3 Sewa jangka panjang dengan bukti, bobot nilainya 90%  

          4 Sewa jangka pendek dengan bukti, bobot nilainya 50%  

                5 Milik sendiri, sewa beli dan sewa tidak disertai bukti, tidak dinilai.

PBJ D3-TS-2020 83
    Total 10    

    Dari Peserta Lelang                        


Jumlah, dan unit
      Jenis Kapasitas peralatan   Status Kepemilikan Alat Bobot Nilai
           

    1 Alat Tukang Batu 3 Group 3 Set   V Milik Sendiri   Sewa beli dgn bukti    
         

        Sewa jangka panjang   Sewa jangka pendek 100 2.5

        dengan bukti dengan bukti    


           

          Milik sendiri, sewa beli, sewa tidak disertai bukti.    


                               
             

    2 Alat Tukang Kayu 3 Group 3 Set   V Milik Sendiri   Sewa beli dgn bukti    
         

        Sewa jangka panjang   Sewa jangka pendek 100 2.5

        dengan bukti dengan bukti    


           

          Milik sendiri, sewa beli, sewa tidak disertai bukti.    


                               
             

    3 dump Truk 3.5 Ton 1 Unit   V Milik Sendiri   Sewa beli dgn bukti    
         

        Sewa jangka panjang   Sewa jangka pendek 100 5

        dengan bukti dengan bukti    


           

          Milik sendiri, sewa beli, sewa tidak disertai bukti.    

    4 Molen 1.5 M3 1 unit     Milik Sendiri   Sewa beli dgn bukti    


         

        Sewa jangka panjang   Sewa jangka pendek 0 0

        dengan bukti dengan bukti    


           

        V Milik sendiri, sewa beli, sewa tidak disertai bukti.    


                               

    Bila Total Nilai Peralatan < 7,5 dinyatakan gugur  

    Penilaian  

    Total Nilai 10    

    V Lulus   Gugur/Tidak Lulus  

                               
  e) Manajemen Mutu     Ada V Tidak ada  
        Nilai maksimum = 5: Nilai minimum = 0  
        Untuk Penyedia jasa yang menyampaikan program mutu diberi nilai 5
        yang tidak menyampaikan dinilai 0 dan tidak gugur  
        Penilaian  
        Nilai 5  
         
    Penilaian Teknis dinyatakan gugur bila total nilai kemampuan teknis < 42.5  
                               
       
      Total Nilai 70  
Gugur/Tidak
    HASIL PENILAIAN     Lulus V Lulus  

PBJ D3-TS-2020 84
       
      Keterangan :  
       
                               
  4 TOTAL HASIL PENILAIAN   Nilai 80  
    Nilai ambang lulus = 65    
       
  5 SISA KEMAMPUAN PAKET (SKP)    
      Untuk penyedia jasa usaha menengah KP = 3  
    SKP = KP - (jumlah paket yang sedang dikerjakan)    
      Bila masih mempunyai SKP dinyatakan lulus penilaian kualifikasi
    Jumalah paket yang sedang dikerjakan = 0    
    SKP = 3    
                               
Gugur/Tidak
    HASIL PENILAIAN KUALIFIKASI :   Lulus V Lulus  

     
Ketua POKJA/ Panitia Pengadaan
Barang/Jasa
  Ttd
                               

4. Syarat Keuangan
Unsur unsur yang dievaluasi adalah surat Dukungan Bank (DB) dan Sisa Kemampuan Keuangan
(SKK) dilihat dari Neraca perusahaan.

ILUSTRASI

2 PENILAIAN KEUANGAN              
      Misalkan Nilai paket pekerjaan = 950.000.000 

  a) Dukungan Bank (DB)   Syarat minimum Dukungan Bank = Rp 95,000,000.

      (Minimum 10% dari Nilai Paket)  

      Penilaian  

    1. Jumlah Saldo Rekening Koran   Asal Rekening Koran  

    Rp. ……………   a)  

       
2. Uang Tunai, Deposito, Aset Cair, Aset Nyata
    lainnya   Asal Kredit  

PBJ D3-TS-2020 85
    Rencana Kredit    

    Total Rp -   a)  

       

      Penilaian : 2.5  

       

      V Lulus   Gugur/Tidak Lulus

       

                         

b 950,000,000.0
  ) Sisa Kemampuan Keuangan (SKK)   X= 0 0.7 665,000,000.00

    1 Kekayaan Bersih (KB) diambil dari neraca   Penilaian SKK > 665,000,000.00,- diberi bobot 100%. Nilai = 7,5

    KB = 200,000,000.00   SKK < 665,000,000.00,- dinyatakan gugur

                 

    2 Modal Kerja (MK)    

    MK = 0.6 x KB    

    MK = 120,000,000.00    

       

    3 Kemampuan Keuangan (KK)    

    KK = 7 x MK    

    KK = 720,000,000.00    

       

    4 Nilai Kontrak dalam Pelaksanaan (NK)    

    NK = -    

    5 Prestasi yang sedang dilaksanakan    


Prestasi
    = -    

       

    Maka Sisa Kemampuan Keuangan (SKK)    

       

    SKK = KK - (NK - Prestasi)    

    = 720,000,000.00      

       

      Penilaian : 7.5  

       

      V Lulus   Gugur/Tidak Lulus

       

       

       

                         

    Penilaian Keuangan dinyatakan gugur bila total nilai SKK + DB < 10  

     

                         

       

PBJ D3-TS-2020 86
      Total Nilai ; 10  

       

    HASIL PENILAIAN   V Lulus   Gugur/Tidak Lulus

       

    KETERANGAN :  

                         

6.3. Tugas Kelompok mengevaluasi dokumen penawaran (Administrasi,


teknis, biaya).
1. Kelompok 1 nomor Absen 1 sd 7 Mengevaluasi 3 dokumen administrasi penawaran
2. Kelompok 2 nomor Absen 8 sd 14 Mengevaluasi 3 dokumen teknis penawaran
3. Kelompok 3 nomor Absen 15 sd 21 Mengevaluasi 3 dokumen biaya penawaran
4. Kelompok 4 nomor Absen 22 sd 24 Membuat kesimpulan calon pemenang 1 dan calon
pemenang cadangan 1,2

BAB VII
KONTRAK

Capaian Pembelajaran

Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari isi yang tertuang dalam kontrak
pengadaan barang dan jasa, materi dalam bab VII diambil dari Peraturan Presiden no 16
Tahun 2018.
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami isi yang tertuang dalam
kontrak Pengadaan Barang dan Jasa sesuai Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018.

PBJ D3-TS-2020 87
7.1 Materi Belajar

Setelah proses pengadaan barang diselesaikan, maka untuk proses selanjutnya


berdasarkan hasil penetapan pemenang/keputusan pemenang lelang, Kuasa Pengguna
Anggaran atau Pejabat Pembuat Komitmen dibantu oleh UKPBJ / Pejabat Pengadaan
Barang/jasa menyusun atau menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan Surat Perjanjian
(kontrak), dengan ketentuan untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa
Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp100.000.000,- melalui penerbitan Surat Perintah
Kerja (SPK), sedangkan untuk pengadaan barang/Pekerjaan Konstruksi/jasa Lainnya yang
nilainya diatas Rp 200.000.000,- dan untuk pengadaan jasa konsultansi yang nilainya diatas
Rp 100.000.000,- dilakukan dengan penerbitan Surat Perjanjian.

7.2. Penyusunan Kontrak


Jenis-jenis kontrak dalam PBJ sesuai dengan Perpres No. 16 Tahun 2018 lebih
sederhana menjadi tiga jenis pengaturan saja, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk pekerjaan barang/konstruksi/jasa lainnya hanya akan diatur kontrak lumpsum,


harga satuan, gabungan, terima jadi (turnkey) dan kontrak payung. 
2. Untuk pekerjaan konsultansi terdiri dari kontrak keluaran (lumpsum), waktu penugasan
(time base) dan Kontrak Payung.
3. Kontrak tahun jamak

7.3 Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


Jenis Kontrak untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri dari:

1) Lumpsum
Kontrak Lumpsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu pelaksanaan, dan
produk/keluaran  dapat didefinisikan dengan jelas. Kontrak Lumpsum digunakan
misalnya:

 Pelaksanaan pekerjaan kontruksi sederhana;

PBJ D3-TS-2020 88
 Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (design and build); 
 Pengadaan peralatan kantor;

 Pengadaan benih; 

 Pengadaan jasa boga;

 Sewa gedung; atau 

 Pembuatan video grafis.

Pembayaran dalam Kontrak Lumpsum dengan harga pasti dan tetap, senilai dengan
harga yang dicantumkan dalam Kontrak. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus 
berdasarkan hasil/keluaran atau pembayaran secara bertahap pekerjaan berdasarkan
tahapan atau bagian keluaran yang dilaksanakan.

2) Harga Satuan

Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal ruang lingkup, kuantitas/volume tidak
dapat ditetapkan secara tepat yang disebabkan oleh sifat/karakteristik, kesulitan dan
resiko pekerjaan. Dalam Kontrak Harga Satuan pembayaran dilakukan berdasarkan
harga satuan yang tetap untuk masing-masing volume pekerjaan dan total
pembayaran (final price) tergantung kepada total kuantitas/volume dari hasil
pekerjaan. Pembayaran dilakukan berdasarkan pengukuran hasil pekerjaan yang
dituangkan dalam sertifikat  hasil pengukuran (contoh monthly certificate). Kontrak
Harga Satuan digunakan misalnya untuk kegiatan pembangunan gedung atau
infrastruktur, pengadaan jasa boga pasien di rumah sakit.

3) Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan

Kontrak Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan digunakan dalam hal terdapat bagian
pekerjaan yang dapat dikontrakkan menggunakan Kontrak Lumsum dan terdapat 
bagian pekerjaan yang dikontrakkan menggunakan Kontrak Harga Satuan. Kontrak
Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan misalnya untuk Pekerjaan
Konstruksi yang terdiri dari pekerjaan pondasi tiang pancang dan bangunan atas.

PBJ D3-TS-2020 89
4) Terima Jadi (Turnkey)

Kontrak Terima Jadi digunakan dalam hal Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan
sebagai berikut:

a) Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan;

b) Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai kesepakatan dalam


Kontrak.

c) Penyelesaian  pekerjaan sampai dengan siap dioperasionalkan/difungsikan sesuai


kinerja yang telah ditetapkan.

Kontrak Terima Jadi biasa digunakan dalam Pekerjaan  Konstruksi terintegrasi,


misalnya  Engineering Procurement Construction (EPC) pembangunan pembangkit
tenaga listrik, pabrik, dan lain-lain.

5) Kontrak Payung

Kontrak Payung digunakan dalam hal pekerjaan yang akan dilaksanakan secara


berulang dengan spesifikasi yang pasti namun volume dan waktu pesanan belum
dapat  ditentukan. Kontrak Payung digunakan  misalnya  pengadaan obat tertentu
pada rumah sakit, jasa boga, jasa layanan perjalanan (travel agent), atau pengadaan
material.

7.4 Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi


Jenis Kontrak untuk Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri dari :
1) Lumpsum Kontrak
Lumpsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu pelaksanaan pekerjaan, dan 
produk/keluaran dapat didefinisikan dengan jelas. Kontrak Lumpsum pada
Pengadaan Jasa Konsultansi digunakan misalnya  konsultan manajemen, studi
kelayakan, desain, penelitian / studi, kajian / telaahan, pedoman / petunjuk,
evaluasi, produk hukum, sertifikasi, studi pendahuluan, penilaian / appraisal.

PBJ D3-TS-2020 90
Pekerjaan Pra Studi Kelayakan, Pekerjaan Studi Kelayakan termasuk konsep
desain, Pekerjaan Detail Engineering Design (DED), manajemen proyek, layanan
pengujian dan analisis teknis seperti  investigasi kondisi struktur, investigasi
kehancuran struktur, investigasi kegagalan struktur, testing struktur/bagian struktur,
ahli litigasi/arbitrase layanan penyelesaian sengketa.
Dalam Kontrak Lumpsum  pembayaran dengan jumlah harga  pasti dan tetap,
senilai dengan harga yang dicantumkan dalam Kontrak tanpa memperhatikan
rincian biaya. Pembayaran berdasarkan produk/keluaran seperti laporan kajian,
gambar desain atau berdasarkan hasil/tahapan pekerjaan yang dilaksanakan.

2) Waktu Penugasan
Kontrak Waktu Penugasan merupakan Kontrak Jasa Konsultansi untuk pekerjaan
yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang
dibutuhkan untuk  menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
Kontrak Waktu Penugasan dapat digunakan apabila:
a)  Ruang lingkup dan waktu  pelaksanaan pekerjaan belum dapat ditetapkan;
b)  Ruang lingkup  belum  dapat didefinisikan dengan jelas dan mungkin berubah
secara substansial;
c)  Nilai akhir kontrak tergantung dengan lama waktu penugasan;
d)  Pekerjaan yang ruang lingkupnya kecil dan/atau jangka waktunya pendek 
dimana kompensasi cenderung berbasis harga per jam, per hari, per minggu atau
per bulan;
e)  Pekerjaan yang tidak umum/spesialis  yang membutuhkan keahlian khusus.

Dalam  Kontrak Waktu Penugasan pembayaran terdiri atas biaya personel dan biaya
non personel.  Biaya personel dibayarkan berdasarkan  remunerasi  yang pasti dan
tetap sesuai yang tercantum dalam Kontrak untuk setiap satuan waktu penugasan.
Biaya non personel dapat dibayarkan secara lumpsum, harga satuan, dan/atau
penggantian  biaya  sesuai dengan yang dikeluarkan  (at cost).  Nilai akhir kontrak
yang akan dibayarkan, tergantung  lama/durasi  waktu penugasan. Pembayaran dapat
dilakukan berdasarkan periode waktu yang ditetapkan dalam Kontrak.

PBJ D3-TS-2020 91
Kontrak Waktu Penugasan digunakan misalnya untuk pra studi kelayakan, pekerjaan
studi kelayakan termasuk konsep desain, pekerjaan Detail Engineering Design
(DED), manajemen kontrak, manajemen proyek, layanan pengujian dan analisis
teknis seperti investigasi kondisi struktur, investigasi kehancuran struktur,
investigasi kegagalan struktur, testing struktur/bagian struktur, ahli  litigasi/arbitrase
layanan penyelesaian sengketa  khususnya untuk proyek  bernilai besar, pengawasan,
penasihat, pendampingan,  pengembangan  sistem/aplikasi yang kompleks,
monitoring, atau survei/pemetaan yang membutuhkan telaahan mendalam.

3)  Kontrak Payung


Kontrak Payung pada Jasa Konsultansi digunakan untuk mengikat Penyedia Jasa
Konsultansi dalam periode waktu tertentu untuk menyediakan jasa, dimana waktunya
belum dapat ditentukan.
Penyedia Jasa Konsultansi yang diikat dengan Kontrak Payung adalah Penyedia Jasa
Konsultansi yang telah memenuhi/lulus persyaratan yang ditetapkan. Kontrak Payung
digunakan misalnya untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dalam rangka  penasihatan
hukum, penyiapan proyek strategis nasional, dan penyiapan proyek dalam rangka
kerjasama pemerintah dan badan usaha.

7.5 Kontrak Tahun Jamak


Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang / Jasa  yang  membebani 
lebih dari satu tahun anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan.
Kontrak Tahun Jamak dapat berupa:

1. Untuk pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti proyek
pembangunan infrastruktur, jalan, jembatan, dam, waduk, gedung, kapal, pesawat
terbang, pengembangan aplikasi IT, atau pembangunan/rehabilitasi kebun; 
2. Untuk pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan tetapi
pelaksanaannya melewati lebih dari 1 (satu) tahun anggaran, seperti: pengadaan

PBJ D3-TS-2020 92
barang/jasa yang pelaksanaannya bergantung pada musim contoh penanaman
benih/bibit, penghijauan, atau pengadaan barang/jasa yang layanannya tidak boleh
terputus, contoh penyediaan makanan dan obat di rumah sakit, penyediaan makanan
untuk panti asuhan/panti jompo, penyediaan makanan untuk narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan, penyediaan pakan hewan di kebun binatang; atau
3. Untuk pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka
waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan maksimum 3 (tiga) tahun anggaran,
seperti jasa layanan yang tidak boleh terhenti misalnya pelayanan angkutan perintis
darat/laut/udara, layanan pembuangan sampah, sewa kantor, jasa internet/jasa
komunikasi, atau pengadaan jasa pengelolaan gedung.

7.6 Tugas
1. Buat telaah jurnal terntang kontrak dalam proyek pemerintah atau BUMN.

BAB VIII
PELANGGARAN DAN SANGSI DALAM PBJ

Capaian Pembelajaran
Dalam pertemuan ini mahasiswa akan mempelajari pelanggaran yang sering terjadi dalam
Pengadaan Barang dan jasa beserta sangsi atas pelanggaran pelanggaran yang dilakukan,
materi dalam bab VIII diambil dari Peraturan Presiden no 16 Tahun 2018, Undang Undang
Dasar 1945, https://www.zonareferensi.com/pengertian-korupsi/, dan Kesalahan Pengadaan
(Perspektif Hukum) oleh Mudjisantosa,  sangsi tindak pidana korupsi oleh Fernandes Raja
Saor, S.H., M.H http://raja1987.blogspot.com/2009/01/sanksi-tindak-pidana-korupsi.html..

PBJ D3-TS-2020 93
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan macam – macam
pelanggaran dan sangsi dalam pengadaan barang dan jasa sesuai Peraturan Presiden no 16
Tahun 2018.

8.1 Materi Belajar


Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 dan
Undang-Undang Dasar 1945, tujuan kegiatan proses pengadaan barang dan jasa adalah
untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/lnstitusi Lainnya. Dana yg dipakai dalam kontrak pemerintah menggunakan dana
public/ rakyat maka kontrak pemerintah bukan kesepakatan kedua belah pihak saja tetapi
kontrak yang berkaitan dengan berbagai undang undang/peraturan.

8.2 Pengertian Korupsi


Penyelenggara negara mempunyai peran penting dalam tertibnya dan kelancaran
urusan ketatanegaraan, hal ini tersirat dalam Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan antara lain bahwa tujuan dibentuknya ”Pemerintah Negara
Indonesia dan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa…”.

Dalam implementasinya, penyelenggaraan Negara tidak boleh menyimpang dari


kaidah-kaidah yang digariskan. Namun demikian, dalam perkembangannya,
pembangunan di berbagai bidang berimplikasi terhadap perilaku penyelenggara negara
yang memunculkan rasa ketidakpercayaan masyarakat. Stigma yang menganggap
penyelenggara negara belum melaksanakan fungsi pelayanan publik berkembang sejalan
dengan ”social issue” mewabahnya praktek-prakter korupsi sebagai dampak adanya
pemusatan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab pada jabatan tertentu. Disamping
itu masyarakat sendiri tidak sepenuhnya dilibatkan dalam Kegiatan Penyelenggaraan
Negara sehingga eksistensi kontrol sosial tidak berfungsi secara efektif terhadap

PBJ D3-TS-2020 94
penyelenggara negara, terutama dalam hal akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,
sehingga rentan sekali untuk menimbulkan penyimpangan dan korupsi.
Korupsi tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara negara, antar penyelenggara
negara, tetapi juga melibatkan pihak lain seperti keluarga, kroni dan para pengusaha,
sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang
dapat membahayakan eksistensi atas fungsi penyelenggaraan negara.
Tindakan korupsi telah lama dianggap sebagai suatu tindakan yang sangat
merugikan perekonomian suatu negara. Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin,
corruptio atau corruptus yang berasal dari kata corrumpere. Arti harfiah dari kata
tersebut adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah.(dalam Mudjisantosa). Poerwadarminta dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia menyatakan ”Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya”.
Korupsi dalam bahasa Latin disebut Corruptio – corruptus, dalam Bahasa
Indonesia disebut corruptie, dalam Bahasa Inggris disebut corruption, dan dalam Bahasa
Sansekerta yang tertuang dalam Naskah Kuno Negara Kertagama arti harfiah corrupt
menunjukkan kepada perbuatan yang rusak, busuk, bejad, tidak jujur yang disangkut
pautkan dengan keuangan.
Korupsi bisa diartikan sebagai “suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-
hak dari pihak-pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk
mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan
dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain”. Dalam pengertian lain, korupsi
dapat pula dilihat sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip, artinya dalam pengambilan
keputusan di bidang ekonomi, baik dilakukan oleh perorangan di sektor swasta maupun
pejabat publik, menyimpang dari aturan yang berlaku. 

PBJ D3-TS-2020 95
8.3 Pengertian Korupsi Menurut Undang Undang
Pengertian tindak pidana korupsi menurut UU Nomor 31 Tahun 1999 dan UU
Nomor 20 Tahun 2001, itu dapat dibedakan dari 2 segi, yaitu korupsi aktif dan korupsi
pasif.

1. Korupsi aktif  adalah :

a) secara sadar melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara,
b) dengan tujuan, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana karena
jabatn atau kedudukannya,
c) memberi hadiah atau janji dengan mengingat kekuasaan atau wewenang pada
jabatan atau kedudukannya,
d) percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat,
e) memberi atau menjanjikan sesuatu dengan maksud supaya berbuat atau tidak
berbuat,
f) member sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya,
g) member janji,
h) sengaja membiarkan perbuatan curang,
i) sengaja menggelapkan uang atau surat berharga. Sedangkan

2. Korupsi pasif

a) menerima pemberian atau janji karena berbuat atau tidak berbuat,


b) menerima penyerahan atau keperluan dengan membiarkan perbuatan curang,
c) menerima pemberian hadiah atau janji,
d) adanya hadiah atau janji diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
sesuatu,
e) menerima gratifikasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya.

Selain itu juga, dalam prakteknya jenis korupsi itu sendiri dapat dikelompokkan
kedalam dua bentuk, yaitu :

PBJ D3-TS-2020 96
1. Administrative Corruption, dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai
dengan hukum/peraturan yang berlaku. Akan tetapi individu-individu tertentu
memperkaya diri sendirinya (contoh; penerimaan CPNS).
2. Against the Rule Corruption, artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya
bertentangan dengan hukum (seperti; penyuapan, penyalahgunaan jabatan,
pemberian dan lain-lain).

Pengertian Korupsi Secara Yuridis, baik arti maupun jenisnya telah dirumuskan, di
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan undang-undang sebelumnya,
yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971. Dalam pengertian yuridis, pengertian
korupsi tidak hanya terbatas kepada perbuatan yang memenuhi rumusan delik dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, tetapi meliputi juga perbuatan-
perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang merugikan masyarakat atau orang
perseorangan. Oleh karena itu, rumusannya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kelompok delik yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian


Negara, (sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
2. Kelompok delik penyuapan, baik aktif (yang menyuap) maupun pasif (yang disuap)
serta gratifikasi. (sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat(1) dan ayat (2), Pasal 6
ayat(1) dan ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c, dan d, serta Pasal 12B ayat (1)
dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Piddana Korupsi).
3. Kelompok delik penggelapan. (sebagaimana diatur dalam Pasal 8, Pasal 10 huruf
a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
4. Kelompok delik pemerasan dalam jabatan (knevelarij, extortion). (sebagaimana
diatur dalam Pasal 12 huruf e dan huruf f Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi).
PBJ D3-TS-2020 97
5. Kelompok delik pemalsuan. (sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi).
6. Kelompok delik yang berkaitan dengan pemborongan, leveransir dan rekanan.
(sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 12 huruf g dan huruf i
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).

Dari 6 (enam) kelompok delik di atas, hanya 1 (satu) kelompok saja yang memuat unsur
merugikan negara diatur di dalam 2 pasal yaitu pasal 2 dan 3, sedangkan 5 kelompok
lainnya yang terdiri dari 28 pasal terkait dengan perilaku menyimpang dari
penyelenggara negara atau pegawai negeri dan pihak swasta.

Secara Internasional, korupsi diakui sebagai masalah yang sangat kompleks, bersifat
sistemik, dan meluas. Centre for Crime Prevention (CICP) sebagai salah satu organ PBB
secara luas mendefinisikan korupsi sebagai “missus of (public) power for private gain”.
Menurut CICP korupsi mempunyai dimensi perbuatan yang luas meliputi tindak pidana
suap (bribery), penggelapan (emblezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang
berkaitan dengan jabatan (exortion), penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power),
pemanfaatan kedudukan seseorang dalam aktivitas bisnis untuk kepentingan perorangan
yang bersifat illegal (exploiting a conflict interest, insider trading), nepotisme, komisi
illegal yang diterima oleh pejabat publik (illegal commission) dan kontribusi uang secara
illegal untuk partai politik. Sebagai masalah dunia, korupsi sudah bersifat kejahatan
lintas negara (trans national border crime), dan mengingat kompleksitas serta efek
negatifnya, maka korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan yang luar biasa (extra
ordinary crime) memerlukan upaya pemberantasan dengan cara-cara yang luar biasa
(extra ordinary measure).

Bagi Indonesia, korupsi adalah penyakit kronis hampir tanpa obat, menyelusup di segala
segi kehidupan dan tampak sebagai pencitraan budaya buruk bangsa Indonesia. Secara
sinis orang bisa menyebut jati diri Indonesia adalah perilaku korupsi. Pencitraan tersebut

PBJ D3-TS-2020 98
tidak sepenuhnya salah, sebab dalam realitanya kompleksitas korupsi dirasakan bukan
masalah hukum semata, akan tetapi sesungguhnya merupakan pelanggaraan atas hak-hak
ekonomi dan sosial masyarakat. Korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan
kesenjangan sosial yang besar. Masyarakat tidak dapat menikmati pemerataan hasil
pembangunan dan tidak menikmati hak yang seharusnya diperoleh. Dan secara
keseluruhan, korupsi telah memperlemah ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat
Indonesia.
 
Pemberantasan korupsi bukanlah sekedar aspirasi masyarakat luas melainkan merupakan
kebutuhan mendesak (urgent needs) bangsa Indonesia untuk mencegah dan
menghilangkan secepatnya dari bumi pertiwi ini karena dengan demikian penegakan
hukum pemberantasan korupsi diharapkan dapat mengurangi dan seluas-luasnya
menghapuskan kemiskinan. Pemberantasan tindak pidana korupsi tersebut tidak lain
adalah untuk mewujudkan kesejahteraan dari masyarakat Indonesia yang sudah sangat
menderita karena korupsi yang semakin merajarela.

8.4 Korupsi Menurut Undang Undang dan Para Ahli


1. UU No 31 Tahun 1999
Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang dikategorikan
melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

2. UU No 20 Tahun 2001
Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat
merugikan negara atau perekonomian Negara.

3. UU No 24 Tahun 1960

PBJ D3-TS-2020 99
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan seseorang, yang
dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan
jabatan atau kedudukan.

4. Pengertian Korupsi Menurut KBBI

Pengertian korupsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah


penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

5. Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

Selain penjelasan mengenai pengertian korupsi secara umum, para ahli dan pakar
memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan apa itu
korupsi. Berikut ini pengertian korupsi menurut para ahli secara lengkap,

a. Alatas (1987)
Pengertian korupsi menurut Alatas adalah pencurian yang melalui penipuan dalam
situasi yang mengkhianati kepercayaan. Korupsi merupakan wujud perbuatan
immoral dari dorongan untuk mendapatkan sesuatu menggunakan metode penipuan
dan pencurian. Poin penting yang harus anda tahu bahwa nepotisme dan korupsi
otogenik itu merupakan bentuk korupsi.

b. Bank Dunia
Pengertian Korupsi menurut Bank Dunia adalah pemanfaatan kekuasaan untuk
mendapat keuntungan pribadi. Bila anda perhatikan dengan seksama definisi korupsi
ini maka kolusi, dan nepotisme merupakan bagian dari korupsi atau bentuk korupsi
itu sendiri (Kusuma, 2003).

c. Kusuma (2003)

PBJ D3-TS-2020 100


Korupsi adalah pemanfaatan kekuasaan untuk mendapat keuntungan pribadi. Bila
anda perhatikan dengan seksama definisi korupsi ini maka kolusi, dan nepotisme
merupakan bagian dari korupsi atau bentuk korupsi itu sendiri.

d. Asyumardi Mazhar
Pengertian korupsi adalah berbagai tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal
activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.

e. Guy Benveniste
Guy Benveniste membagi pengertian korupsi menjadi tiga bagian yaitu korupsi ilegal
(corruption illegal), mercenery corruption dan ideological corruption (korupsi
ideologis).

 Pengertian illegal corruption (illegal corruption) adalah suatu jenis tindakan yang
membongkar atau mengacaukan, bahasa ataupun maksud maksud hukum,
peraturan dan regulasi tertentu. Efektivitas untuk jenis korupsi ini bisa diukur.
Namun ia jauh lebih mudah untuk dikendalikan.
 Pengertian mercenary corruption adalah sejenis korupsi dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan individual / pribadi. Umumnya korupsi jenis ini banyak
digunakan oleh kompetitor politik dalam suksesi ataupun kampanye politik.
 Pengertian korupsi ideologis (ideological corruption) adalah korupsi yang
dilakukan lebih karena kepentingan kelompok, karena komitmen ideologis
seseorang yang mulai tertanam diatas nama kelompok tertentu. Ummnya korupsi
ideologis sangat sulit dilacak dan diketahui secara material.

f. Nurdjana (1990)
Pengertian Korupsi Menurut Nurdjana, korupsi berasal dari bahasa Yunani yaitu
“corruptio” yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak
bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama materiil,
mental dan hukum.

PBJ D3-TS-2020 101


g. Muhammad Ali (1998)
Ia membagi arti korupsi menjadi tiga pengertian, yakni 1) korup, 2) korupsi, dan 3)
koruptor):

 “Korup” diartikan sebagai sifat yang busuk, suka menerima uang suap/sogok,
memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya.
 “Korupsi” artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya
 “Koruptor” artinya orang yang melakukan korupsi

h. Agus Mulya Karsona (2011 :23)


Mendefinisikan korupsi sebagai sesuatu perbuatan yang busuk, jahat, dan merusak
yang menyangkut perbuatan yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk,
menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaana
dalam jabatan karena pemberian, menyangkut factor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasaan di bawah kekuasan jabatan.

i. Haryatmoko
Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari
posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau
kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

j. Brooks
Menurut Brooks, korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau
melalaikan tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa keuntungan yang
sedikit banyak bersifat pribadi.

k. Poerwadarminta

PBJ D3-TS-2020 102


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ia menyimpulkan bahwa korupsi ialah
perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya.

l. Soedarsono
Ia menyimpulkan bahwa korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang
negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk kepentingan pribadi
atau orang lain.

m. Kartono (1983)
Arti Korupsi Menurut Kartono adalah tingkat laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, dan atau merugikan
kepentingan umum dan negara.

n. Robert Klitgaard
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang meyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya
dalam negara, dimana untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang
menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau
melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi. Pengertian
korupsi yang diungkapkan oleh Robert yaitu korupsi dilihat dari perspektif
administrasi negara.

o. Nathaniel H. Left
Pengertian Korupsi adalah suatu cara diluar hukum yang digunakan oleh
perseorangan atau golongan-golongan untuk mempengaruhi tindakan-tindakan
birokrasi.

p. Jose Veloso Abueva

PBJ D3-TS-2020 103


Korupsi adalah mempergunakan kekayaan negara (biasanya uang, barang-barang
milik negara atau kesempatan) untuk memperkaya diri.

q. Juniadi Suwartojo (1997)


Definisi Korupsi Menurut Juniadi Suwartojo adalah tingkah laku atau tindakan
seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan
menggunakan dan/atau menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses
pengadaan, penetapan pungutan penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya
yang dilakukan pada kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan,
penyimpanan uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau jasa lainnya dengan
tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehing langsung atau tidak langsung
merugikan kepentingan dan/atau keuangan negara/masyarakat.

r. Mubyarto

Pengertian Korupsi Menurut Mubyarto adalah suatu masalah politik lebih dari pada
ekonomi yang menyentuh keabsahan (legitimasi) pemerintah di mata generasi muda,
kaum elite terdidik dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang ditimbulkan dari
korupsi ini ialah berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di
tingkat provinsi dan kabupaten. Definisi korupsi yang diungkapkan Mubyarto yaitu
menyoroti korupsi dari segi politik dan ekonomi.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut,

1. perbuatan melawan hukum,


2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

PBJ D3-TS-2020 104


Sedangkan Jenis tindak pidana korupsi di antaranya adalah,

1. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


2. penggelapan dalam jabatan,
3. pemerasan dalam jabatan,
4. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
5. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:.


1.  Korupsi dalam pengertian tindakan penghianatan terhadap kepercayaan.
2.  Korupsi dalam pengertian semua tindakan penyalahgunaan kekuasaaan, walaupun
pelakunya tidak mendapatkan keuntungan material.
3.  Korupsi dalam pengertian semua bentuk tindakan penyalahgunaan dna bukan
haknya.
Jadi, korupsi merupakan suatu tindakan penyalahgunaan wewenang, kekuasaan
yang dapat merugikan dalam bidang ekonomi dan dapat merugikan dalam bidang
ekonomi dan dapat merugikan masyarakat pada umumnya.

8.5. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi


Penyebab adanya tindakan korupsi  bervariasi. Dalam teori yang dikemukanan oleh Jack
Bologne atau sering disebut GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya korupsi meliputi:

1. Greeds (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemekian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.
3. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

PBJ D3-TS-2020 105


4. Exposures (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan.

Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku (actor) korupsi,
yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi yang
melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi (victim)
yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, faktor penyebab seorang melakukan tindakan


korupsi yaitu faktor dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak,
dan sebagainya) dan faktor rangsangan dari luar (misalnya dorongan dari teman-
teman, kesempatan, kurang kontral dan sebagai). Lain lagi yang dikemukakan oleh
OPSTIB Pusat, Laksamana Soedomo yang menyebutkan ada lima sumber potensial
korupsi dan penyelewengan yakni proyek pembangunan fisik, pengadaan barang, bea
dan cukai, perpajakan, pemberian izin usaha, danfasilitas kredit perbankan.
Selain penyebab yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi penyebab derasnya
korupsi yang terjadi di Indonesia, antara lain sebagai berikut korupsi yang terjadi di
Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1. Tanggung jawab profesi, moral, dan sosial yang rendah


2. Sanksi yang lemah dan penerapan hukum yang tidak konsisten dari institusi
penegak hukum, institusi pemeriksa./ pengawas yang tidak bersih/ independen
3. Rendahnya disiplin/ kepatuhan terhasdap Undang-Undang dan Peraturan
4. Kehidupan yang konsumtif, boros, dan serakah (untuk memperkaya diri sendiri)
5. Lemahnya pengawasan berjenjang (internal) dalam pelaksanaan tugas

8.6 Sangsi bagi Perbuatan Korupsi


Hati-hatilah Anda jika bersentuhan dengan segala kegiatan yang erat kaitannya dengan
Tindak Pidana Korupsi. Hal ini dikarenakan banyak sekali ketentuan mengenai sanksi.
Sdangkan jika melihat ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, jenis
PBJ D3-TS-2020 106
penjatuhan sanksi yang dapat dilakukan oleh hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi
adalah :

A. Pidana Mati

Dapat dipidana mati kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebagaimana ditentukan Pasal 2
ayat (2) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dilakukan dalam ketentuan tertentu.
Adapun yang dimmaksud dengan ketentuan tertentu adalah pemberatan kepada pelaku
tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam
keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadinya
bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada saat negara
dalam keadaan krisis ekonomi (moneter)

B. Pidana Penjara

a. Pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang
yang secara melawan hokum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara (Pasal 2 ayat (1)).

b. pidana seumur hidup atau penjara paling singkakt 1 (satu) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korp[orasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau saran yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukanyang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 3)

c. pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang melakukan

PBJ D3-TS-2020 107


tindak pidana sebagaiman yang dimaksud dalam pasal 209 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (pasal 5).

d. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 210 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 6)

e. pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang melakukan
tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 387 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (pasal 7).

f. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 415 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 8)

g. pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang
melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 416 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (pasal 9)

h. pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang melakukan
tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 417 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (pasal 10)

PBJ D3-TS-2020 108


i. pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 5 (lima belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang
melakukan tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 418 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (pasal 11)

j. pidana penjara seumur hidup dan/atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar) bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 419, pasal 420, pasal 423, pasal 425, pasal 435 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (pasal 12)

k. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan
terhadap tersangka atau terdakwa ataupun saksi dalam perkara korupsi (pasal 21)

l. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap
orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal
29, pasal 35,dan pasal 36 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dengan
sengaja tidak memberikan keterangan yang tidak benar (pasal 22).

m. pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6(enam) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus puluh juta rupiah) bagi bagi pelanggaran ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 220, pasal 231, pasal 421, pasal 422, pasal 429,
pasal 430 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (pasal 23)

PBJ D3-TS-2020 109


n. pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) bagi saksi yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 (pasal 24).

C. Pidana Tambahan

a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindakan pidana
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidan dimana tindak pidana dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.

b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta


yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk paling lama 1 (satu) tahun.

d. Penutupan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah
kepada terpidana.

e. Jika terpidan tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan
sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh ketetapan hukum, maka harta
bendanya dapat disita atau dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

f. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan Undang-Undang nomor
31 Tahun 1999 dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan

8.7 Tugas

1. Buat makalah topik mencegah korupsi atau Tindakan tidak terpuji pada bisnis konstruksi
minimal 10 lembar, tulis tangan!!
PBJ D3-TS-2020 110
PBJ D3-TS-2020 111

Anda mungkin juga menyukai