Anda di halaman 1dari 6

HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang Tenaga Kerja

Dosen Pengampu : Rahmatika Sari Amalia, M.Psi

Disusun Oleh :
Humaira Salma Salsabiila (18410206)

Kelas :
Undang-undang Tenaga Kerja Y

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
1. Hak Pengusaha/Perusahaan
Pengusaha dalam UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN NOMOR
13 TAHUN 2003 Pasal 1 adalah a) orang perseorangan, persekutuan, badan hukum
yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b) orang perseorangan,
persekutuan, badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya; c) orang perseorangan, persekutuan, badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan
di luar wilayah Indonesia.
Hak-hak dari pengusaha/Perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan berhak atas hasil dari pekerjaan karyawan. Perusahaan memiliki
hak atas hasil kerja pekerjanya, agar perusahaan memiliki pemasukan dalam
perusahaannya agar usaha tetap berjalan dan dapat berkembang.
b. Perusahaan berhak untuk memerintah/mengatur karyawan atau tenaga kerja
dengan tujuan mencapai target. Perusahaan memiliki hak untuk mengatur
pekerja/buruhnya, namun juga harus memperhatikan sisi kemanusian, dan
sesuai dengan perjanjian kerja agar target dalam perusahaan dapat tercapai.
c. Perusahaan berhak melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap
pekerja/buruh/karyawan jika melanggar ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya. Sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun 2003 Pasal 158 Ayat 1, dikatakan bahwa “pengusaha dapat
memutuskan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan berat”. Ketika pekerja/buruh
melanggar perjanjian kerja atau melakukan kesalahan yang besar seperti
melakukan penipuan, pencurian, memberikan keterangan palsu,
penyalahgunaan zat narkotika, dll, maka perusahaan berhak untuk
memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh tersebut. Namun, jika
kesalahan yang dilakukan dikategorikan kesalahan yang ringan, maka buruh
dapat dikenakan sanksi berupa denda sesuai yang tercantum pada Undang-
undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 95 Ayat 1
“Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau
kelalaiannya dapat dikenakan denda”.
2. Kewajiban Pengusaha/Perusahaan
a. Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh wajib melaksanakan ketentuan yang
ada dalam perjanjian kerja bersama. Hal tersebut tercantum pada Undang-
undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 126 Ayat 1. Semua
komponen yang ada dalam perusahaan, termasuk pengusaha/perusahaan
berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah dibuat
dalam perjanjian kerja bersama.
b. Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan isi perjanjian
kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja/ buruh. Hal tersebut
tercantum pada Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal
126 Ayat 2, pengusaha atau perusahaan wajib memberitahukan isi perjanjian
kerja bersama kepada buruh/pekerja secara transparan/tidak ada yang ditutup-
tutupi, dan memberitahukan jika ada perubahan dalam perjanjian kerja
tersebut.
c. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara
musyawarah untuk mufakat. Hal tersebut tercantum dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 136 Ayat 1. Jika ada
perselisihan dalam hubungan industrial maka wajib diselesaikan dengan cara
musyawarah untuk mufakat. Jika tidak tercapai mufakat, maka penyelesaian
hubungan industrial diselesaikan melalui prosedur hukum penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang diatur lebih lanjut dalam Undang-
undang (Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 136
Ayat 2).

3. Hak Pekerja
Pekerja/buruh menurut Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 1
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
Hak pekerja adalah sebagai berikut :
a. Hak menjadi Anggota Serikat Tenaga Kerja. Sesuai yang tercantum dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 104 Ayat 1
bahwa “setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh”. Setiap pekerja/buruh berhak untuk tergabung dalam
serikat kerja. Serikat kerja adalah organisasi yang dirancang untuk memajukan
dan mengembangkan kesejahteraan sosial dan ekonomi pada anggotanya,
dengan adanya serikat kerja pekerja/buruh dapat terlindungi dari eksploitasi
para pengusaha.
b. Hak mendapatkan jaminan sosial dan kesehatan kerja. Sesuai dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 99 Ayat 1 yang berbunyi
“setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan
sosial tenaga kerja”. Bahwa setiap buruh/pekerja berhak mendapatkan
jaminan sosial seperti jaminan kecelakaan kerja jika terjadi kecelakaan kerja
yang tidak diinginkan, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan
kematian.
c. Menerima upah yang layak. dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No 13
Tahun 2003 Pasal 88 Ayat 1 yang berbunyi “setiap pekerja/buruh berhak
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Jadi, buruh atau pekerja memiliki hak untuk mendapatkan
upah yang layak, tidak terlalu sedikit/dibawah upah minimum (Undang-
undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 Pasal 90 ayat 1) sesuai dengan
jenis pekerjaan dan kebutuhan pekerja/buruh, agar kehidupan buruh tetap
dalam keadaan sejahtera.
d. Membuat perjanjian kerja bersama. Seperti yang tercantum dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 116 Ayat 1, bahwa
“perjanjian kerja bersama dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau
beberapa pengusaha”. Artinya buruh/pekerja berhak membuat/menentukan
perjanjian kerja dengan pengusaha, tentunya perjanjian tersebut tidak
bertentangan dengan Undang-undang yang ada serta perjanjian tersebut harus
dibuat secara tertulis.
e. Hak atas Perlindungan Keputusan PHK yang tidak adil. Pekerja/buruh
memiliki hak untuk sebisa mungkin dilindungi dari pemutusan hubungan kerja
yang tidak adil, seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 150 Ayat 1 yang berbunyi
“pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah
dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja”.
f. Hak karyawan perempuan seperti libur haid atau cuti hamil. Sesuai dengan
Pasal 81 Ayat 2 yang berbunyi “pekerja/buruh perempuan yang dalam masa
haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib
bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid”. Bagi pekerja
perempuan diberikan keringanan untuk tidak bekerja jika merasa sakit saat
hari pertama dan kedua haid, hal tersebut dilakukan agar tidak membahayakan
kondisi kesehatan buruh.
g. Pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti, dan libur. Pekerja/buruh juga memiliki
hak untuk mendapatkan hari libur dalam bekerja, adanya istirahat dan waktu
dalam bekerja. Seperti yang tercantum dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 79 Ayat 1 yang berbunyi
“pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh”,
pekerja/buruh juga memiliki hak untuk tidak bekerja pada hari-hari libur
resmi, serta pekerja juga memiliki hak untuk istirahat pada saat bekerja,
misalnya istirahat setengah jam setelah bekerja selama empat jam. Selain itu
pekerja juga berhak untuk diberikan waktu kerja, seperti bekerja selama 7 jam
dalam 1 hari selama satu minggu untuk 6 hari atau bekerja selama 8 jam dalam
1 hari selama 1 minggu untuk 5 hari, hal tersebut tercantum dalam Undang-
undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 77 Ayat 2.

4. Kewajiban Pekerja adalah :


a. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai
dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi,
menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Hal tersebut tertulis dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 102 Ayat 2, bahwa
pekerja memiliki kewajiban untuk menjalankan pekerjaannya sesuai dengan
kewajibannya, menjaga ketertiban dan kelangsungan produksi, serta memiliki
kebebasan dalam menyampaikan pendapat. secara demokratis, dan
memajukan perusahaan dimana tempat pekerja/buruh itu bekerja.
b. Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan pekerja/buruh wajib
melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama. Hal
tersebut tercantum dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun
2003 Pasal 126 ayat 1, bahwa pekerja berkewajiban untuk menjalankan
aturan/ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kerja bersama.
c. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja
dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib
memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. Seperti yang
tercantum dalam Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal
140 Ayat 1 dan Ayat 2, jika pekerja/buruh akan melakukan mogok kerja, maka
pekerja/buruh wajib untuk membuat pernyataan secara tertulis pada
pengusaha/instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
setempat. Pernyataan tertulis tersebut memuat waktu (hari, tanggal, dan jam)
dimulai/diakhirinya mogok kerja, lokasi mogok kerja, alasan dan sebab-sebab
dilakukannya mogok kerja, dan tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau
masing-masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai
penanggung jawab mogok kerja.

Anda mungkin juga menyukai