Anda di halaman 1dari 4

HUKUM ACARA PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Perjanjian kerja dalam Pasal 1601 KUHPerdata yaitu suatu persetujuan bahwa
pihak kesatu yaitu buruh mengikatkan dirinya untuk menyerahkan tenaganya kepada
pihak lain yaitu majikan, dengan upah selama waktu tertentu.

Perjanjian kerja dalam Pasal 1 angka 4 UU No. 13 Tahun 2004 tentang


Ketenagakerjaan adalah suatu perjanjian antara pekerja dan penguasaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan


antara serikat pekerja dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Syarat
sahnya perjanjian kerja sesuai Pasal 1320 KUHPerdata, yakni terpenuhinya 4 syarat
perjanjian:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


Dalam hal ini pihak-pihak yang dimaksud yakni buruh dan majikan, dimana
mereka sepakat berdasarkan kehendak mereka sendiri secara bebas, tanpa ada
penipuan (Dwang), paksaan (Dwaling), kekhilafan (Bedrog).
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Artinya para pihak harus orang yang sudah dinyatakan sebagai subjek hukum
menurut hukum. Kecuali yang tidak cakap yakni anak-anak, orang dewasa di
bawah pengawasan, dan orang sakit jiwa.
3. Suatu hal tertentu
Dalam hal perjanjian kerja, suatu hal tertentu adalah semua orang bebas
melakukan hubungan kerja, asalkan objek pekerjaannya jelas, yaitu melakukan
pekerjaan.
4. Suatu sebab yang halal
Maksudnya isi kontrak tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
Menurut Pasal 61 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perjanjian
kerja berakhir apabila:

1. Pekerja meninggal dunia


2. Jangka waktu kontrak kerja telah berakhir
3. Adanya putusan pengadilan atau penetapan lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
meyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

Hak Pengusaha dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu:

1. Mengenakan denda terhadap pekerja yang melakukan pelanggaran karena (Pasal


95 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan):
a. Kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda
b. Jika pengusaha karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatan pembayaran upah, sesuai persentase dari upah pekerja
c. Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau
buruh/pekerja dalam pembayaran upah
d. Mendahulukan pembayaran upah dan hak pekerja daripada utang lain, jika
perusahaan dinyatakan pailit atau likudiasi berdasarkan perundang-undangan.
2. Membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan
3. Membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang
kompensasi PHK (Pasal 156 ayat (1))

Kewajiban Pengusaha:

1. Membayar upah
2. Memberi waktu istirahat dan hari libur resmi (Pasal 79 ayat (2) dan Pasal 80 UU No,
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
3. Mengatur tempat kerja dan alat kerja agar tidak terjadi kecelakaan pada
pekerja/buruh (Pasal 86 UU No. 13 Tahun 2003)
4. Bertindak sebagai pengusaha yang baik
5. Memberi surat keterangan yang berisi: macam pekerjaan, cara melakukan
pekerjaan, lama melakukan pekerjaan, dan cara berakhirnya hubungan kerja

Hak-hak tenaga kerja dalam UU No. 13 Tahun 2013 yaitu:

1. Tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 88 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003)
2. Tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri (Pasal 13)
3. Setiap tenaga kerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusialaan
c. Perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabak manusia serta nilai-nilai
agama (Pasal 86 ayat (1))
d. Tenaga kerja berhak atas pelatihan kerja untuk membekali, meningkatkan dan
mengembangkan produktivitas dan kesejahteraan (Pasal 9)
e. Tenaga berhak untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh (Pasal 104 ayat (1))

Hubungan industrial adalah hubungan antara para pelaku kegiatan proses produksi
(pekerja, pengusaha) untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai hasil usaha, dan
pemerintah yang mengayomi dan berkepentingan untuk pembinaan ekonomi nasional.
Fungsi utama hubungan industrial:

1. Menjaga kelancaran atau peningkatan produksi


2. Memelihara dan mencibtakan ketenagan kerja
3. Mencegah an menghindari adanya pemogokan
4. Ikut menciptakan serta memelihara stabilitas nasional

Perselisihan hubungan industrial menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2004


tentang PPHI adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja karena
adanya perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja (PHK), dan perselisihan antar serikat dalam satu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai