Anda di halaman 1dari 21

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

DI INDONESIA
BAB 4
A. Hakikat Tenaga Kerja
1. Pengertian tenaga kerja
Pasal 1 ayat (2) undang –undang No. 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan menyatakan bahwa, “tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
perkerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat” .
Pasal 1 undang-undang No. 39 tahun 2004 tentang
penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia
diluar negri menyatakan ”tenaga kerja indonesi adalah
setiap warga negara indonesia yang memenuhi syarat
untuk berkerja diluar negri dalam hubungan kerja dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima upah”.
2. Kata-kata kunci yang berkaitan dengan tenaga kerja
Selain itu, pada UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
terdapat sejumlah pengertian atau definisi yang berkaitan
dengan tenaga kerja. Pernyataan-pernyataan itu adalah sebagai
berikut.
a. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama,sesudah masa kerja.
b. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang berkerja dengan
menerima upah atau imbalan.
c. Pemberi kerja adalah seorang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan
tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
d. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud berkerja diwilayah indonesia.
e. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha
dan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.
f. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan
yang terbentuk antara para pelaku dalam proses
produksi barang atau jasa yang terdiri atas unsur
pengusaha, pekerja / buruh, dan pemerintah yang
didasarkan pada nilai-nilai pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945
h. Pemutusan hubungan adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha
B. Perjanjian tenaga kerja
1. Hakikat perjanjian tenaga kerja
Dalam berkerja, seorang tenaga kerja dan pemberi kerja memiliki sebuah
perjanjian tenaga kerja. Berikut pengertian perjanjian tenaga kerja tersebut.
a. Berdasarkan pasal 1 angka 14 UU No 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, perjanjian kerja adalah perjanjian antara perkerja dan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,dan
kewajiban para pihak.
b. Menurut pasal 1601a KUH perdata, yang dimaksudkan dengan perjanjian
kerja adalah perjanjian kerja perburuhan, yaitu “suatu perjanjian dimana
pihak yang satu mengikatkan diri dibawah perintah pihak yang lain, untuk
suatu waktu tertentu, melakukan perkerjaan dengan menerima upah”.
c. Wiwoho soedjono berpendapat bahwa yang dimaksud dengan perjanjian
kerja adalah hubungan hukum antara seseorang yang bertindak sebagai
perkerja/buruh dan seseorang yang bertindak sebagai majikan, atau
perjanjian orang perorangan pada suatu pihak dengan pihak lain sebagai
majikan untuk melaksanakan suatu perkerjaan dengan mendapatkan upah.
2. Syarat perjanjian kerja
Perjanjian kerja harus memenuhi 4 syarat syahnya perjanjian sebagai mana
diatur dalam pasal 1320 KUHperdata. Dua syarat pertama disebut syarat
subjektif karena berkenaan dengan subjek perjanjian,sedangkan kedua
syarat berikutnya disebut syarat objektif karena berkenaan dengan objek
perjanjian:
a. Adanya kesepakatan kehendak
Kesepakatan kehendak menjadi syarat utama karena sah atau tidaknya
suatu kontrak dimata hukum, harus ada kesesuaian pendapat kedua belah
pihak tentang apa yang diatur oleh kontrak tersebut. Berdasarkan hukum,
kesepakatan kehendak dikatakan tercapai jika tidak terjadi salah satu unsur
sebagai berikut.
1. Paksaan
2. Penipuan
3. Kesilapan
Sebagaimana pada pasal 1321 KUHP menentukan bahwa kata sepakat tidak
sah apabila diberikan karena kekhilafan atau diperoleh dengan paksaan
atau penipuan
b. Wewenang / kecakapan berbuat menurut
hukum(capacity)syarat wewenang berbuat maksudnya adalah
bahwa pihak yang melakukan kontrak haruslah orang yang oleh
hukum memang berwenang membuat kontrak tersebut.
1. orang-orang yang belum dewasa
2. Mereka yang berada dibawah pengakuan
c. Objek/perihal tertentu
Suatu kontrak haruslah berkenaan dengan hal yang
tertentu,jelas,dan dibenarkan oleh hukum. Dalam pasal 1332 dan
1333 KUHperdata.pasal 1332 KUHperdata menentukan bahwa
“hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat
menjadi pokok suatu perjanjian.
d.Kuasa yang diperbolehkan/halal/legal
Suatu kontrak haruslah dibuat dengan maksud/alasan yang sesuai
hukum yang berlaku. Jadi, tidak boleh dibuat kontrak atau
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum.
Sementara itu, Abdulkadir Muhammad berpendapat
bahwa perjanjian memuat beberapa unsur,yaitu
pihak-pihak,persetujuan antara pihak,tujuan yang
akan dicapai, prestasi yang harus dilaksanakan,
bentuk tertentu,dan syarat-syarat tertentu.dalam hal
diadakannya perjanjian kerja itu harus berisi syarat-
syarat perjanjian kerja, yaitu:
a.Harus disebutkan macam pekerjaan yang
diperjanjikan
b. Waktu berlakunya perjanjian kerja
c. Upah buruh yang berupa uang diberikan tiap bulan
d. Saat istirahat bagi buruh, serta
e. Bagian upah yang berisi perjanjian hak buruh
2. Isi perjanjian kerja
Berdasarkan pasal 54 UU No.13 tahun 2003,perjanjian kerja
yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama,alamat perusahaan,dan jenis usaha
b. Nama,jenis kelamin,umur dan alamat pekerja/buruh
c. Jabatan atau jenis pekerjaan
d. Tempat pekerjaan
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya
f. Syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja/buruh
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja
c.Perlindungan tenaga kerja
1. Dasar hukum perlindungan tenaga kerja
Perlindungan tenaga kerja diindonesia memiliki dasar
hukum. Dasar hukum perlindungan tenaga kerja
diindonesia,antara lain sebagai berikut.
a. Pasal 27 ayat(2) UUD NRI tahun 1945,yaitu “ tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”.
b. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 NRI,yaitu “setiap orang
berhak atas jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.
c. Pasal 28D ayat(2) UUD NRI 1945,yaitu “setiap orang
berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adill dan layak dalam hubungan kerja
2. perlindungan tenaga kerja diindonesia
Lingkup perlindungan pekerja / buruh dalam UU
No.13 tahun 2003 mencakup hal-hal berikut.
a.Perlindungan atas hak-hak dasar pekerja / buruh
untuk berunding dengan pengusaha
b.Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
c. Perlindungan khusus bagi pekerja / buruh
perempuan,anak dan penyandang cacat
d. Perlindungan tentang upah, kesejahteraan dan
jaminan sosial tenaga kerja
A.perlindungan atas hak-hak dasar pekerja/buruh untuk
berunding dengan pengusaha
Di undang-undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
sejumlah pasal yang mengatur perlindungan hak-hak dasar
pekerja / buruh untuk berunding dengan pengusaha antara lain
sebagai berikut.
1.Pasal 5
Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa
diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan
2.Pasal 6
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama
tanpa diskriminasi dari pengusaha
3.Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk meningkatkan kompetensi kerja
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan melalui pelatihan
kerja
4.Pasal 31
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan
dan memperoleh penghasilan yang layak didalam atau
diluar negeri.
5.Pasal 114
Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi
serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau
perubahannya kepada pekerja / buruh
6.Pasal 156 ayat(1)
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,pengusaha
diwajibkan membayar uang pesangon / uang penghargaan
masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya
diterima.
b. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
UU No.13 tahun 2003 mengatur perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja, antara lain sebagai berikut.
1. Pasal 86
1.Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a.Keselamatan dan kesehatan kerja
b.Moral dan kesusilaan
c.Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna
mewujudkan produktifitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
2. pasal 87
1.Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
2.Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
c.Perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan,anak dan
penyandang cacat berdasarkan UU No.13 tahun 2003 adalah sebagai
berikut.
1. Perempuan
Pasal 76
2. pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00-07.00
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil
yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul
23.00-07.00.
3.Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
perempuan antara pukul 23.00-07.00
a.Memberikan makanan dan minuman bergizi
b.Menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat
kerja.
2.Anak
Pasal 68
Pengusaha dilarang mempekerjakan anak
Pasal 69
1.Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 dapat
dikecualikan bagi anak yang berumur antara 13-15 tahun
untuk melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak
mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik,
mental ,dan sosial.
2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada
pekerjaan ringan sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1) harus memenuhi persyaratan:
a.Izin tertulis dari orang tua
b.Perjanjian kerja antara pengusaha dan orang tua
c.Waktu kerja maksimum 3 jam
d.Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu
waktu sekolah
e.Keselamatan dan kesehatan kerja
f.Adanya hubungan kerja yang jelas
g.Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Pasal 70
1.Anak dapat melakukan pekerjaan ditempat kerja yang
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau
pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
2.Anak sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) paling
sedikit berumur 14 tahun
3.Pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dapat
dilakukan dengan syarat:
a.Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan
pekerjaan serta bimbingan dan pengawasan dalam
melaksanakan pekerjaan
b.Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
D.Perlindungan tentang upah serta kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga
kerja
Perlindungan tentang upah serta kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja
berdasarkan UU No.13 tahun 2003 antara lain sebagai berikut.
1.Pengupahan
Pasal 88
1.Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
2.Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1),pemerintah menetapkan
kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh
3.Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimkasud
dalam ayat(2) meliputi:
a.Upah minimum
b.Upah kerja lembur
c.Upah tidak masuk kerja karena berhalangan
d.Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya
e.Upah karena menjalankan hak waktu istirahat
kerjanya
f.Bentuk dan cara pembayaran upah
g.Denda dan potongan upah
h.hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah
i.Sruktur dan skala pengupahan yang proporsional
j.Upah untuk pembayaran pesangon
k.Upah untuk perhitungan pajak penghasilan
2.Kesejahteraan dan jaminan sosial tenaga kerja
Pasal 99
1.Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh
jaminan sosial tenaga kerja
2.Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1),dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 100
1.Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya,pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan.
2.Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam
ayat(1),dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh
dan ukuran kemampuan perusahaan.
3.Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan sesaui
dengan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran kemampuan perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat(2),diatur dengan
peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai