SEKOLAH VOCASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Murdianto (Koordinator )
PB 07 – Buruh dan Organisasi Buruh
1. Definisi Buruh dan Pekerja Anak
2. Definisi Organisasi Buruh
3. Fungsi Serikat Buruh
4.Yurisdiksi Organisasi Buruh
5. Konflik Industrial dan Taktik Serikat
Buruh
6.Taktik Manajemen mengendalikan
pemogokan buruh
7. Posisi Tawar Buruh dalam Konflik
Perburuhan dan Pelemahan Buruh
8. ILO- Social Clause
1.Definisi Buruh dan Pekerja Anak
UU No.13/2003, Pasal 1.
Ayat 2. Tenaga Kerja : setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat.
Ayat 3. Pekerja/buruh : setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Ayat 4. Pemberi kerja : orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain
PP RI No. 78/2015 tentang Pengupahan Pasal 1 Ayat 2.
Pekerja/Buruh : setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
SOSIOLOGI IAGRIBISNIS MURDIANTO 2019
KBBI, Buruh : orang yang bekerja untuk orang lain dengan
mendapat upah.
Karyawan :adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga
(kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan
mendapat gaji (upah).
Buruh : mereka yang berkerja pada usaha perorangan dan di
berikan imbalan kerja secara harian maupun borongan
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan
maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut
diberikan secara harian
Karyawan : mereka yang berkerja pada suatu badan usaha
atau perusahaan baik swasta maupun pemerintahan dan
diberikan imbalan kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik yang bersifat
harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya
imbalan tersebut diberikan secara mingguan
(TanjilAlamin.http://hujau.blogspot.com/2010/06/pengertian-buruh-
karyawan-dan-pegawai.html)
Pekerja anak (Child worker)
. ILO-SOCIAL CLAUSE
Tujuan penerapan klausul pembelaan ILO thd
keberadaan buruh dunia :
melindungi buruh dr tindakan eksploitasi
pengusaha & menghentikan tindakan
pengusaha industri eksploitasi lingkungan.
Melalui WTO/GATT, ILO menyerukan
suatu sanksi sosial terhadap perusahaan/
negara yg berkompetisi dlm perdagangan
global atas dasar eksploitasi buruh &
perusakan/eksploitasi sumberdaya
alam/lingkungan
Tujuh Konvensi ILO tentang Social
Clause yg diratifikasi
1. Konvensi no.29/1930 ttg Kerja Paksa atau Kerja
Wajib (Forced or Compulsory Labour)
- diratifikasi tahun 1933 (Nederland staatsblad 1933
No: 26 jo 1933 No: 236) dan dinyatakan berlaku bagi
Indonesia dg Indonesia staatsblad 1933 No: 261
2. Konvensi no. 87/1948 ttg Kebebasan Berserikat
dan Perlindungan atas Hak Berorganisasi (Freedom
of Association and Protection of Right to Organize).
diratifikasi melalui Keppres no 83/5 Juni1998
3. Konvensi no.98/1949 ttg Penerapan Azas-azas Hak
untuk Berorganisasi & Berunding Bersama (The
Aplication of The Principles of The Right to Organize and
to Bargain Collectively) . diratifikasi melalui UU
no.18/1956 (Lembaran Negara No: 42 tahun 1956)
Konvensi ILO tentang Social Clause
4. Konvensi no.100/1951 ttg Pengupahan yang Sama
bagi Pekerja Laki-laki dan Wanita untuk Pekerjaan
yang Sama Nilainya (Equal Remuneration for Men and
Women Workers for Work of Equal Value). diratifikasi
dengan UU no 80 tahun 1957 (Lembaran Negara No:
171 tahun 1957)
5. Konvensi no.105/1957 ttg penghapusan kerja paksa
(Abolition of forced labour)
diratifikasi melalui UU no. 19/1999
6. Konvensi no.111/1958 ttg Diskriminasi dalam Kerja
dan jabatan (Discrimination in Respect of Employment
and Occupation)
diratifikasi melalui UU no.21 /1999
7. Konvensi no. 138/1973 ttg usia minimum yg
diterima dlm lapangan kerja (Penghapusan pekerja
anak) (Minimum Age for Admission to Employment)
diratifikasi melalui UU no.20/1999