Anda di halaman 1dari 5

NAMA MAHASISWA : DESVIA VERONICA

NIM : 044459493
KODE/NAMA MATA KULIAH :
ADBI4336/HUKUM KETENAGAKERJAAN
KODE/NAMA UPBJJ : 15/ PANGKAL PINANG
MASA UJIAN : 2023/2024 ( 2023.2)

TUGAS 1

1. Pasca runtuhnya Pemerintahan Orde Baru, masyarakat


khususnya dalam hal ini buruh diberikan kebebasan
untuk melakukan serikat atau berkumpul. Hal ini di
karenakan Pemerintah merubah atau mengamandemen
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum negara,
yang mana Negara memberian jaminan kepada
masyarakat untuk berkumpul, dan berserikat. Hal ini
bertujuan untuk menjamin HAM (Hak Asasi Manusia)
yang mana dalam “Pasal 28E ayat 3 yang berbunyi
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Dasar hukum
yang melandasi yaitu UU no. 21 tahun 200 tentang
serikat pekerja buruh. Konstitusi Negara yakni Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengakui hak setiap orang buat bebas berserikat,
berkumpul, berpendapat. Undang-undang No. 21 tahun
2000 mengenai Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah
galat satu perwujudan menurut hak tersebut. Pekerja
dilindungi buat membentuk, bergabung,
memperjuangkan hak-hak kerjanya secara kolektif
melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh Pasal 1 nomor 17
Undang-undang No. 13 tahun 2003 (UU 13/2003)
pasal 1 nomor 1 Undang-undang No. 21 tahun 2000
mengenai Serikat Pekerja/Serikat Buruh
(UU UU 21/2000) menyebut SP/SB menjadi organisasi
yg dibuat menurut pekerja/buruh baik pada perusahaan
juga pada luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela dan melindungi hak
kepentingan pekerja/buruh dan menaikkan
kesejahteraan pekerja/buruh & keluarganya.

Buruh dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai labor.


Maka, bisa dikatakan bahwa buruh adalah pekerja yang
memproduksi barang atau jasa. Macam-macam buruh
terklasifikasi menjadi menjadi dua bagian diantaranya
yaitu:
- Buruh Profesional
Dalam hal ini merupakan buruh yang bekerja sesuai
dengan tingkat pendidikan tertentu dan dengan keahlian
tertentu yang sudah terverifikasi.
- Buruh Kasar
Dalam hal ini merupakan buruh atau pekerja yang tidak
mementingkan
keahlian serta klasifikasi tertentu.

2. Pada dasarnya, anak di bawah umur dilarang untuk


dipekerjakan. Hal ini diatur dalam Undang-
Undang atau UU Nomor 13 Tahun 2003 pasal 68 tentang
ketenagakerjaan. Berdasarkan ketentuan
undang-undang, batas usia minimal tenaga kerja di
indonesia adalah 18 tahun. Pengusaha atau
perusahaan yang masih mempekerjakan anak yang belum
berusia 18 tahun dapat dikenakan sanksi pidana. Sanksi
pidana tercantum dalam pasal 185 ayat 1 dan pasal 187
ayat 1 UU ketenagakerjaan
yaitu pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling
lama empat tahun atau denda minimal Rp
100 juta dan maksimal Rp 400 juta.
Aturan Pengecualian terhadap Pekerja Anak Pekerja
Ringan Pekerja ringan adalah anak yang berusia
13 - 15 tahun diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan
sepanjang tidak mengganggu perkembangan
dan kesehatan fisik, mental, dan sosialnya. Hal ini diatur
dalam pasal 69 ayat 2 UU ketenagakerjaan.
Pengusaha diharuskan memenuhi syarat dalam
mempekerjakan anak di usia 13 - 15 tahun.
Berikut syarat yang harus dipenuhi :
- Izin tertulis dari orang tua atau wali.
- Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua
atau wali.
- Waktu kerja maksimal tiga jam
- Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu
waktu sekolah.
- Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
- Adanya hubungan kerja yang jelas
- Menerima upah sesuai dengan kettentuan yang berlaku

Sanksi Mempekerjakan Anak di Bawah Umur Menurut


UU Ketenagakerjaan. Pada dasarnya, anak di bawah
umur dilarang untuk dipekerjakan. Hal ini diatur dalam
Undang- Undang atau UU Nomor 13 Tahun 2003 pasal
68 tentang ketenagakerjaan.
Berdasarkan ketentuan undang-undang, batas usia
minimal tenaga kerja di indonesia adalah 18 tahun bila
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam hal
mempekerjakan anak, maka ada sanksi yang
dapat dikenakan terhadap pengusaha. Sanksinya antara
lain sebagai berikut:
1. Barangsiapa mempekerjakan anak dan melanggar
Pasal 68 dan Pasal 69 ayat (2) UU
Ketenagakerjaan dikenakan sanksi pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 tahun empat)
tahun dan/atau denda paling sedikit Rp100 juta dan
paling banyak Rp 400 juta.
2. Sedangkan pelanggaran terhadap Pasal 71 ayat (2) UU
Ketenagakerjaan dikenakan sanksi pidana
kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama
12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit 10
juta dan paling banyak 100 juta.

Sanksi Mempekerjakan Anak di Bawah Umur Menurut


UU Perlindungan Anak.
Selain diatur dalam UU Ketenagakerjaan, larangan
mempekerjakan anak juga diatur dalam Pasal
76I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”)
yang menyatakan bahwa setiap orang
dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan
eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap
Anak. Adapun sanksi atas pelanggaran pasal di atas yaitu
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200 juta.-

3. Dalam kasus di atas, terdapat pelanggaran terhadap


hak-hak kerja Robinho dan kelalaian perusahaan dalam
memberikan perlindungan kerja. Berikut adalah analisis
mengenai sanksi bagi perusahaan dan hak-hak Robinho
yang bisa ia klaim, beserta dasar hukumnya:
1. Sanksi bagi Perusahaan:
a. Pelanggaran Hak Karyawan: Perusahaan dapat
dikenakan sanksi administratif berupa denda atau sanksi
pidana jika terbukti melanggar hak-hak karyawan, seperti
tidak memberikan perlindungan kerja yang memadai dan
tidak memperhatikan kondisi kesehatan Robinho pasca
kecelakaan kerja.
b. Pelanggaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Jika
perusahaan tidak memenuhi standar kesehatan dan
keselamatan kerja yang diatur oleh undang-undang,
perusahaan dapat dikenakan sanksi administratif, seperti
denda atau tindakan peringatan.

Anda mungkin juga menyukai