hukumnya.Jawaban anda diharapkan tidak dan bukan merupakan kopi paste dari teman
mahasiswa lain, karena bila jawaban anda sama dengan teman lain akan terindikasi
melakukan plagiasi dan akan mempengaruhi nilai kedua belah pihak.
Mohon maaf saya baru dapat berpartisipasi dalam diskusi 2 kali ini dan izinkan saya
memberikan tanggapan saya terhadap diskusi kali ini.
PEKERJA/BURUH PEREMPUAN
Ketentuan yang mengatur hal ini, baik dalam konvensi internasional maupun peraturan
perundang-undangan di Indonesia, antara lain:
1. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women yang telah
diratifikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW)
2. !LO Convention No. 183 Year 2000 on Maternity Protection (Konvensi !LO mengenai
Perlindungan Maternitas)
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
4. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM)
5. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan)
D. Ketentuan Cuti Hamil Pengaturan mengenai cuti hantil ini diatur dalam Pasal 82 UU No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yakni sebagai berikut:
1. Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan
menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. (Total akumulasi cuti hamil 3 bulan)
2. Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat
1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau
bidan.
E. Biaya Melahirkan bagi Pekerja Perempuan Pasal 4 ayat I UU No. 3 tahun 1992 tentang
Jarninan Sosial Tenaga Kerja dan Pasal 2 ayat 3 PP No. 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyatakan bahwa: Pengusaha yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak membayar upah paling sedikit 10 (sepuluh) orang
atau lebih, atau 1.000.000,- sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam
program jaminan sosial tenaga kerja yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara
(yakni, PT Jamsostek).
Sesuai Pasal 6 UU No. 3/1992 dan Pasal 2 ayat (I) PP No. 14/1993, program jarninan sosial
tenaga kerja saat ini adalah meliputi 4 program, yakni:
a. jaminan kecelakaan kerja (JKK)
b. jarninan kematian (JK)
c. jaminan hari tua (JHT)
d. jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK)
PEKERJA/BURUH ANAK-ANAK
Ketentuan secara garis besar menyampaikan bahwa, pekerja anak adalah bagian dari anak
yang bekerja (working children) namun tidak sesuai dengan aturan ketenagakerjaan dan
konvensi ILO. Sebab pada dasarnya, anak-anak, yaitu mereka yang menurut UU No 23 tahun
2002 berusia 18 tahun ke bawah, tidak boleh bekerja kecuali keadaan terpaksa yang
disebabkan adanya persoalan ekonomi dan sosial dari (keluarga) anak yang tidak
menguntungkan.
Syarat lainnya jam kerja bagi anak usia 13 hingga 15 tahun yang bekerja tidak boleh lebih
dari 3 jam dalam sehari atau 15 jam dalam seminggu dan harus seizin orang tua. Sernentara
anak yang berusia antara 15 hingga 17 tahun hanya boleh bekerja maksimal 40 jam dalam
seminggu dan tetap harus seizin orangtua. Di samping itu, anak juga harus tetap bersekolah.
Dari penjelasan singkat di atas tentang pekerja anak-anak, terdapat aturan yang lebih detil
dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No. 20 Tahun 1999 tentang
Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973, dan UU No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi
Konvensi !LO No. 182 Tahun 1999 terkait jam kerja, jenis pekerjaan yang diperbolehkan, dan
ketentuan lainnya untuk pekerja/buruh anak di dalam peraturan perundang-undangan yang
harus ditaati oleh perusahaan/orang pribadi pemberi kerja. Dan hal ini diharapkan dapat
menjadi dasar bagaimana cara memperlakukan pekerja anak-anak.
Mohon maaf jika ada kesalahan dan kekeliruan. Tolong saran dan masukannya jika ada agar
saya dapat segera memperbaikinya untuk hasil tutorial online yang maksimal. Terima kasih.