NIM : 010001800268
Jawaban:
Molenaar: adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya mengatur hubungan antara
tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja.
Imam Sopomo: adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang
berkenaan dengan kejadian saat seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
Halim: adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja yang harus
diindahkan oleh semua pihak, baik pihak buruh/pekerja maupun pihak majikan.
M. G. Levenbach: adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, yakni pekerja
dibawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkutpaut
dengan hubungan kerja itu.
Jawaban:
Sumber Hukum Otonom: sumber hukum yang berasal dari diri sendiri berupa Perjanjian
Kerja, Perjanjian Kerja Bersama dan Peraturan Perusahaan.
Sumber Hukum Heteronom: sumber hukum yang berasal dari luar diri sendiri, berupa
peraturan perundang-undangan. (Peraturan tentang ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, dsb.)
o KUHPerdata
o UU No. 13 Tahun 2003 (tentang Ketenagakerjaan)
o UU No. 21 Tahun 2000 (tentang Serikat Pekerja)
o UU No. 2 Tahun 2004 (tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial)
o UU No. 39 Tahun 2004 (tentang Penempatan & Perlindungan TKI di Luar Negeri)
4. A. Pada dasarnya azas pengupahan adalah No Work No Pay, dalam hal bagaimana
ketentuan tersebut dapat dikecualikan? Serta ketentuan, bagaimana cara
membayar upah karena sakit, dengan menyebut dasar hukumnya!
Jawaban:
Dalam Pasal 93 Ayat (1) disebutkan bahwa upah tidak dibayar apabila pekerja tidak masuk
kerja (No Work No Pay), keadaan ini dikecualikan apabila: (terdapat dalam Pasal 93 Ayat (2)
o Pekerja/Buruh sakit termasuk pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama
dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
o Pekerja/Buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan,
suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota
keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;
o Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan
kewajiban terhadap negara;
o Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya;
o Pekerja/Buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha
tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha;
o Pekerja/Buruh melaksanakan hak istirahat;
o Pekerja/Buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha; dan
o Pekerja/Buruh melaksanakan tugas Pendidikan dari perusahaan
Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah;
Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah);
Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan
Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
Dasar Hukum: Pasal 93 Ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
B. Uraikan mengenai istirahat bagi pekerja serta segala hal mengenai cuti bagi
pekerja perempuan!
Jawaban:
PASAL 79
PASAL 81
Jawaban:
Hukum Perlindungan Tenaga Kerja adalah seperangkat aturan yang mengatur mengenai
penjaminan hak-hak atas pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa
deskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan
pengusaha.
Jawaban:
Karena, apabila sudah terjadi hubungan kerja (yaitu hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh), maka ada pula akibat hukumnya. Hubungan kerja terbit karena adanya
perjanjian kerja, dan perjanjian merupakan undang-undang bagi para pihak yang
bersangkutan. Dan semua ini terjadi karena adanya kesepakatan antara kedua pihak
tersebut.
Jawaban:
Menurut saya, hal ini bertentangan dengan Pasal 50 UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yang mana disyaratkan dalam pasal tersebut bahwa: “Hubungan kerja
terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh”.
Jawaban:
Menurut saya, hubungan antara perjanjian kerja bersama, peraturan perusahaan dengan
perjanjian kerja adalah apabila perusahaan yang telah memiliki perjanjian-perjanjian
tersebut maka perusahaan tidak berkewajiban memiliki peraturan perusahaan. Tetapi,
apabila perjanjian kerja bersama tidak mencapai kesepakatan, maka peraturan perusahaan
tetap berlaku sampai habis masa berlakunya.
8. A. Menurut Saudara, mengapa seharusnya perlindungan kerja diatur dalam
perjanjian kerja atau perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan?
Jelaskan!
Jawaban:
Menurut saya, apabila perlindungan kerja tersebut dicantumkan dalam perjanjian yang
harus disepakati oleh kedua pihak maka akan lebih konkrit dan ada bukti dalam wujud yang
jelas dan nyata. Karena perlindungan tenaga kerja sangat mendasar dan tenaga kerja nya itu
sendiri merupakan aset yang harus dilindungi oleh setiap pengusaha dan harus diberikan
hak ketenangan untuk bekerja.
B. Menurut Saudara, apabila perlindungan kerja tidak diatur seperti dalam No. 8A
diatas, apakah pengusaha dapat dikatakan melanggar yaitu pengusaha dianggap
tidak melakukan perlindungan kerja pada pekerja yang bersangkutan?
Jawaban:
Iya. Menurut saya, perusahaan dapat dikatakan melanggar apabila tidak melakukan
perlindungan kerja pada pekerja yang bersangkutan. Dan dapat dikenakan sanksi
apabila melanggarnya.
Jawaban:
Diatur dalam Pasal 59 Ayat (4), bahwa perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat
diperbaharui secara terus menerus.
Karena dikatakan bahwa perjanjian ini dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
B. Jelaskan menurut Saudara, apakah perbedaan antara pekerja outsourcing
dengan pekerja yang bekerja secara kontrak. Menurut Saudara, dapatkah pekerja
pindah (mutasi) dari induk perusahaan ke anak perusahaan yang berada dalam
satu lingkup afiliasi perusahaan yang sama? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut saya, bisa dimutasi dalam satu lingkup afiliasi yang sama apabila ada persetujuan
dari pengusaha yang bersangkutan.
C. Jelaskan menurut Saudara, apakah pekerja yang telah bekerja tetap secara
permanen dapat beralih statusnya menjadi pekerja kontrak dalam satu
perusahaan?
Jawaban:
Pekerja yang sudah bekerja tetap tidak dapat beralih status menjadi pekerja kontrak.
Karena, telah diperjanjikan pada perjanjian kerja bahwa ia adalah pekerja tetap. Kecuali,
dalam perjanjian kerja tsb ditetapkan hal yang lain.
11. Dalam hal apa peraturan perusahaan dibuat? Apakah dimungkinkan peraturan
perusahaan dibuat oleh perusahaan bersama pekerja? Jelaskan argumentasi
anda!
Jawaban:
Peraturan perusahaan ini disusun sebagai tanggung jawab dari pengusaha yang
bersangkutan
Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Maka, pekerja hanya boleh memberi
saran namun mengenai peraturan nya akan diatur oleh perusahaan, memperhatikan saran
dari pekerja tersebut. (dasar hukum: Pasal 109-110)