Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA LANJUTAN

“PERUNDINGAN KERJA BERSAMA”

Oleh :

Fandy Ardiyanto (1631019152)

Dosen pengampu : Herwiek Diyah L, SE, M.SI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sudah mulai dikenal dalam Undang-undang
Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan
Pengusaha/Majikan, Undang - undang ini merupakan salah satu dari Undang-undang yang
dinyatakan di cabut dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Undang - undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat
Buruh dengan Pengusaha/Majikan ini lahir pada saat bangsa kita menganut demokrasi liberal,
sehingga semangat Undang-undang juga tidak lepas dari filosofi tersebut. Sesuai dengan
semangat itu masing-masing pihak yang membuat perjanjian perburuhan cenderung membela
kepentingannya sehingga tidak jarang pihak yang satu melakukan tekanan-tekanan baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) di buat untuk mengetahui hak dan kewajiban secara
pasti dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ketenangan kerja maka perlu dibuatkan
suatu pedoman atau suatu aturan kerja yang disepakati antara Serikat Pekerja/Buruh dengan
Perusahaan sebagai aturan dalam pelaksanaan hubungan kerja dan di buat secara tertulis dan
di daftarkan ke pada instansi yang berwenang. Dengan demikian suatu perjanjian atau
kesepakatan antara Serikat Pekerja/Buruh dengan Pengusaha tersebut mempunyai suatu
kekuatan hukum yang pasti apabila di buat secara tidak melanggar syarat sahnya perjanjian.
Sebagai bentuk perlindungan terhadap pekerja/buruh atau penyeimbang kepentingan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha, maka di Negara Indonesia telah membuat aturan-aturan
yang jelas dengan di bentuknya Undang-undang ketenagakerjaan. Adapun secara garis besar
ada tiga Undang-undang yang sekarang menjadi pedoman bagi para pekerja/buruh dan
pengusaha, yaitu : Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-
undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perseslisihan Hubungan Industrial,
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dalam Pasal 1 Angka 21 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian
yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
Ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
belah pihak.

Dari pasal diatas diketahui bahwa dalam hubungan kerja terdapat aturan yang bersifat
otonom yaitu pekerja dan pengusaha berhak mengatur syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
kedua belah pihak yang dicantumkan dalam sebuah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai
implementasi Undang-undang Ketenagakerjaan yang bersifat Heteronom yaitu aturan yang
di buat oleh Pemerintah yang dalam hal ini sebagai perlindungan terhadap hubungan
ketenagakerjaan.
Adapun dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tersebut syaratnya adalah tidak
boleh rendah dari ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan baik secara kualitas maupun
kuantitasnya. Hal yang mendasari diadakannya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini
dikarenakan latar belakang sosial ekonomi bahwa posisi pengusaha lebih kuat bila
dibandingkan posisi pekerja atau buruh. Oleh karena itu hukum ketenagakerjaan/perburuhan
lebih memberi perlindungan kepada pekerja/buruh dengan maksud adanya keseimbangan
antara pengusaha dengan pekerja/buruh sehingga posisinya sama sebagai mitra dan subyek
dalam membuat perjanjian.

Namun, dalam kenyataan pelaksanaannya masih banyak terdapat adanya Perjanjian Kerja
Bersama/PKB tersebut yang kualitas dan/atau kuantitasnya lebih rendah dari Undang-undang,
juga didapat adanya isi dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah disepakati oleh
Serikat Pekerja/Buruh dengan pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang harusnya
menjadi suatu undang - undang bagi kedua belah pihak kenyataanaya dengan berbagai alasan
dan keadaan pelaksanaan isu dari Perjanjian Kerja Bersama (PKB)tersebut tidak dilaksanakan
oleh salah satu pihak.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi perundingan perjanjian kerja bersama ?

2. Isu apa sajakahyang ada dalam perundingan perjanjian kerja bersama ?

3.Apa saja aspek psikologis dengan adanya perjanjian kerja bersama ?

4. Apa saja isi perjanjian dalam perjanjian kerja bersama ?

5. Bagaimana proses perundingan dalam perjanjian kerja bersama ?

6. Bagaimana strategi perundingan dalam perjanjian kerja bersama ?

7. Apa saja faktor penyebab kebuntuan dalam perundingan kerja bersama serta bagaimana
cara mengatasinya ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi tentang perundingan perjanjian kerja bersama

2. Untuk mengetahui isu apa saja yang terjadi dalam perundingan kerja bersama

3. Untuk mengetahui aspek psikologis apa yang terjadi dengan adanya perundingan kerja
bersama

4. Untuk mengetahui bagaimana isi perjanjian pada perundingan kerja bersama

5. Untuk mengetahui bagaimana proses perundingan kerja bersama

6. Untuk mengetahui bagaimana menerapkan strategi dalam perundingan kerja bersama

7. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab kebuntuan dalam perundingan perjanjian


kerja bersama
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisiperundingan perjanjian kerja bersama

Pasal 103 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyebut Perjanjian Kerja Bersama
(PKB) merupakan salah satu sarana dilaksanakannya hubungan industrial. Sangat diharapkan
akan terbentuk PKB yang berkualitas dengan mengkomodasikan tiga kepentingan yaitu
buruh, pengusaha dan negara. Sayangnya sulit terwujud, karena terdapat inkonsistensi aturan
hukum atau terdapat konflik norma di dalam norma pembentukan PKB.

Perjanjian kerja bersama adalah hak yang mendasar yang telah disyahkan oleh
anggota-anggota ILO dimana mereka mempunyai kewajiban untuk menghormati,
mempromosikan dan mewujudkan dengan itikad yang baik. Perjanjian kerja bersama adalah
hak pengusaha atau organisasi pengusaha disatu pihak dan dipihak lain serikat pekerja atau
organisasi yang mewakili pekerja. Hak ini ditetapkan untuk mencapai “kondisi-kondisi
pekerja yang manusiawi dan penghargaan akan martabat manusia (humane conditions of
labour and respect for human dignity), seperti yang tercantum dalam Konstitusi ILOIL

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian Perjanjian


Kerja Bersama, diantaranya pendapat dari Prof.Subekti,SH beliau mengatakan dalam
bukunya Aneka Perjanjian, disebutkan bahwa Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara
seorang buruh dengan seorang majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri ciri adanya suatu
upah atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas yaitu suatu
hubungan berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah –
perintah yang harus ditaati oleh pihak yang lain.

Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 13


Tahun 2003 jo Kepmenakertrans No. KEP.48/MEN/2004 tentang Tata cara pembuatan dan
pengesahan peraturan perusahaan serta pembuatan dan pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama, adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat
buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha
atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua
belah pihak.
Bertolak dari pengertian tersebut, tersirat bahwa di dalam perjanjian kerja bersama
terkandung hal-hal yang sifatnya obligator (memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-
pihak yg mengadakan perjanjian), hal-hal yg bersifat normatif (mengenai peraturan
perundang-undangan).

Dengan demikian, dalam suatu perjanjian kerja bersama dimungkinkan untuk memuat
kaedah yang bersifat horizontal (pengaturan dari pihak-pihaknya sendiri), kaedah yang
bersifat vertikal (pengaturan yg berasal dari pihak yg lebih tinggi tingkatannya), dan kaedah
yg bersifat diagonal (ketentuan yang berasal dari pihak yg tidak langsung terlibat dalam
hubungan kerja).

Untuk menjaga agar isi perjanjian kerja bersama sesuai dengan harapan pekerja maka
isi perjanjian kerja bersama haruslah memuat hal-hal yang lebih dari sekedar aturan yang
berlaku (normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja bersama, guna
untuk selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha
atau beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban masing-
masing pihak.

Perjanjian Kerja Bersama tidak hanya mengikat para pihak yang membuatnya yaitu
serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha saja, tetapi juga mengikat pihak ketiga yang
tidak ikut di dalam perundingan yaitu pekerja/buruh, terlepas dari apakah pekerja/buruh
tersebut menerima atau menolak isi perjanjian kerja bersama atau apakah pekerja/buruh
tersebut menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh yang berunding atau tidak.

Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada
kekuatan berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha, atau beberapa pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan
menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan
perjanjian kerja bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama
pekerja/buruh bukan merupakan pihak dalam berunding.

Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang
berlaku untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan syarat-syarat kerja
antara pekerja/buruh satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut
mempunyai cabang maka dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua
cabang dan perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang
perusahaan.

Perjanjian kerja bersama induk mengatur ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di


seluruh cabang perusahaan dan perjanjian kerja bersama turunan memuat pelaksanaan
perjanjian kerja bersama induk yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing cabang.

Apabila beberapa perusahaan bergabung dalam satu grup dan masing-masing


perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri maka perjanjian kerja bersama dibuat
dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang ada
di masing-masing perusahaan.

Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada
kekuatan berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha,atau beberapa pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan
menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan
perjanjian bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama pekerja/buruh
bukan merupakan pihak dalam berunding.

Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang
berlaku untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan syarat-syarat kerja
antara pekerja/buruh satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut
mempunyai cabang maka dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua
cabang dan perjanjian kerja bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang
perusahaan.

Perjanjian kerja bersama induk mengatur ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di


seluruh cabang perusahaan dan perjanjian kerja bersama turunan memuat pelaksanaan
perjanjian kerja bersama induk yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing cabang.

Apabila beberapa perusahaan bergabung dalam satu grup dan masing-masing


perusahaan merupakan badan hukum sendiri-sendiri maka perjanjian kerja bersama dibuat
dan dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang ada
di masing-masing perusahaan.
2.2 Isu – Isu Dalam Perundingan Kerja Bersama

Di dalam segala aktifitas pekerjaan sebuah perusahaan, sering kali muncul


perselisihan yang terjadi antara karyawan dengan pimpinan perusahaan. Sebagai contoh
masalah-masalah yang kerap menjadi isu adalah :

1. Isu jam kerja (lembur, pengaturan shift)


2. Absensi (kehadiran karyawan)
3. Kenaikan pangkat
4. Upah kerja
5. Pemberhentian kerja dan masih banyak isu lainnya.

2.3 Aspek Psikologis Perundingan Kerja Bersama

Diadakannya perjanjian kerja bersama antara pekerja dan pengusaha mempunyai


manfaat pada aspek psikologis kedua belah pihak, diantaranya :

1. Kepastian Hak dan Kewajiban

Dengan perjanjian kerja bersama akan tercipta suatu kepastian dalam segala hal yang
berhubungan dengan masalah hubungan industrial antara kedua belah pihak.

kerja bersama memberikan kepastian tercapainya pemenuhan hak dan kewajiban timbal balik
antara pekerja dan pengusaha yang telah mereka setujui bersama sebelumnya.

2. Menciptakan Semangat Kerja

Perjanjian kerja bersama dapat menghindarkan berbagai kemungkinan kesewenang-


wenangan dan tindakan merugikan dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain dalam hal
pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing.

Perjanjian kerja bersama dapat menciptakan suasana dan semangat kerja para pihak dan
menjauhkannya dari berbagai ketidakjelasan, was-was, prasangka negatif dan lain-lain.

3. Peningkatan Produktivitas Kerja

Mengadakan atau mengurangi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pekerjaan pada


perusahaan pada khususnya dan memberikan kontribusi pada pembangunan nasional karena
terciptanya ketenangan kerja (Industrial Peace).
Perjanjian kerja bersama juga dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja dengan
mengurangi terjadinya perselisihan-perselisihan industrial.

4. Mengembangkan Musyawarah untuk Mufakat

Perjanjian kerja bersama juga dapat menciptakan suasana musyawarah dan


kekeluargaan karena perjanjian kerja bersama dibuat melalui suatu perundingan yang
mendalam antara serikat pekerja dan pengusaha.

Dengan berkembangnya perjanjian kerja bersama dapat memperoleh data dan


informasi keadaan hubungan kerja dan hubungan industrial secara nyata sehingga akan dapat
memudahkan pembuatan pola-pola dan standarisasi Perjanjian Kerja Bersama secara sektoral,
regional maupun nasional.

2.4 Perjanjian Dalam Perundingan Kerja Bersama

 Mempertegas dan memperjelas hak – hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha.
 Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam
perusahaan.
 Menetapkan secara bersama syarat – syarat kerja keadaan industrial yang harmonis;
dan.
 Menentukan hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam peraturan
perundang –undangan.

2.4.1 Kerangka isi Perjanjian Kerja Bersama antara lain :

A. Mukadimah
B. Umum
 Istilah – istilah
 Pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan
 Luasnyakesepakatan
 Kewajiban pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan
C. Pengakuan, Jaminan dan Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh
 Pengakuan hak – hak pengusaha dan Serikat Pekerja/Buruh
 Jaminan bagi Serikat Pekerja/Buruh
 Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh
 Lembaga kerja sama bipartit
 Pendidikan dan penyuluhan hubungan industrial
D. Hubungan Kerja
 Penerimaan pekerja baru
 Masapercobaan
 Surat keputusan pengangkatan
 Golongan dan jabatan pekerja
 Kesempatanberkarir
 Pendidikan dan pelatihan kerja
 Mutasi dan prosedurnya
 Penilaian prestasi kerja
 Promosi
 Tenaga kerja asing
E. Waktu kerja, istilah kerja dan lembur
 Harikerja
 Jam kerja, istirahat dan shift kerja
 Lembur
 Perhitungan upah lembur
F. Pembebasan dari kewajiban bekerja
 Istirahatmingguan
 Hari libur resmi
 Cutitahunan
 Cutibesar
 Cutihaid
 Cutihamil
 Cutisakit
 Ijin meninggalkan pekerjaan dengan upah
 Ijin meninggalkan pekerjaan tanpa upah
G. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
 Prinsip – prinsip K3
 Hygienis perusahaan dan kesehatan
 Pakaian kerja dan sepatu kerja
 Peralatankerja
 Alat pelindung diri
 Panitia pembina keselamatan kesehatan kerja
H. Pengupahan
 Pengertian upah
 Prinsip dasar dan sasaran
 Dasar penetapan upah
 Komponenupah
 Waktu pemberian upah
 Administrasiupah
 Tunjanganjabatan
 Tunjangankeluarga
 Tunjangankeahlian
 Tunjangankeahlian
 Tunjanganperumahan
 Tunjangan tempat kerja yang membahayakan keselamatan
 Uangmakan
 Uangtransport
 Premihadir
 Premishift
 Premi produksi/bonus
 Premi perjalanan dinas
 Tunjangan hari raya
 Jasa produksi/bonus
 Tunjangan masa kerja
 Upahminimum
 Skalaupah
 Penyesuaianupah
 Kenaikan upah atas dasar premi
 Kenaikan upah karena promosi
 Pajak penghasilan
I. Pengobatan dan perawatan
 Poliklinik perusahaan
 Pengobatan diluar poliklinik
 Perawatan dirumah sakit
 Biayabersalin
 Pembelian kaca mata
 Pengobatan pada dokter spesialis
 Keluargaberencana
 Konsultasi psikologis & tes bakat anak
J. Jaminan sosial
 Jaminan kecelakaan kerja
 Jaminankematian
 Jaminan hari tua
 Dana pensiun
K. Kesejahteraan
L. Tata tertib kerja
 Kewajiban dasar pekerja
 Larangan – larangan
 Pelanggaran yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK)
 Sanksi atas pelanggaran tata tertib kerja
M. Pemutusan hubungan kerja
N. Penyelesaian keluh kesah pekerja
 Tata cara penyelesaian keluh kesah
O. Pelaksanaan dan penutup
P. Tanda tangan para pihak.

2.5 Proses Perundingan PKB


a) Tahap persiapan
Yang perlu diperhatikan dalam tahap persiapan adalah :
 Kesiapan fisik dan mental
 Mempersiapkan data dan informasi
 Membuat konsep dan siap dipertukarkan
 Mempersiapkan tim perunding
 Tim perunding harus memenuhi peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
b) Tahapperundingan
Yang perlu diperhatikan dalam tahap perundingan sebagai berikut :
 Merundingkan kondisi perundingan, tempat, waktu, biaya, penjadualan serta hak
dan kewajiban.
 Pertukarankonsep
Menginventarisasi hal-hal yang sudah mempunyai titik temu dan hal-hal yang
belum disepakati yang harus dirundingkan.
 Dimulai dari topik yang sederhana
Perundingan jangan terlalu terfokus pada topik yang sulit disepakati, coba
lewatkan terlebih dahulu dan kembali lagi ke topik tersebut setelah topik lainnya
sudah disepakati.
 Menjaga suasana keterbukaan dan kekeluargaan, bila suasana memanas
perundingan dapat diistirahatkan, setelah dingin perundingan dapat dilanjutkan
Kedua belah pihak dalam melakukanya perundingan harus berpedoman pada
dasar- dasar hubungan industrial.
c) Tahap penyusunan
Yang perlu diperhatikan dalam tahap penyusunan sebagai berikut:
 Item-item yang disepakati disusun menjadi konsep Perjanjian Kerja Bersama
 Membentuk tim kecil yang yang anggotanya terdiri dari wakil kedua belah pihak
untuk menyusun redaksional
 Perlu diperhatikan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami
 Jika diperlukan dapat dibuat penjelasan pasal-pasal
 Hasil tim kecil dibahas dalam rapat pleno tim perundingan

2.6 Strategi Perundingan


1) Strategi menejemen;
 Mempersiapkan usulan perubahan dalam bahasa kontrak
 Menetapkan standar umum paket ekonomi yang diantisipasi perusahaan untuk
ditawarkan selama perundingan.
 Mempersiapkan data statistik dan data pendukung yang akan digunakan perusahaan
selama proses negosiasi
 Mempersiapkan buku yang akan dipakai oleh para negosiator perusahaan.
2) Strategi serikat pekerja:
 Kondisi keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membayar
 Sikap manajementerhadap berbagai hal, seperti tercermin dalam negosiasi yang telah
lewat dan tampak dari negosiasi-negosiasi dalam perusahaan-perusahaan serupa.
 Sikap keinginan para pekerja.

2.7 Faktor – Faktor Penyebab Kebuntuan Dalam Perundingan Kerja Bersama

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perundingan kerja bersama yang
akan mempengaruhi sikap, proses dan hasil perundingan. Diantara faktor-faktor tersebut
adalah:

 Cakupan perundingan

Yaitu banyaknya buruh yang akan terkena hasil perundingan atau perjanjian kerja.
Apakah berlaku untuk para pekerja dalam suatu departemen, divisi, perusahaan atau seluruh
pekerja dalam suatu industri.

 Tekanan-tekanan perundingan serikat pekerja

Serikat pekerja mempunyai beberapa strategi dan taktik tertentu yang digunakan
untuk memaksakan kelonggaran-kelonggaran yang lebih besar dai perusahaan. Selain
menggunakan taktik tawar-menawar atau sering dikenal dengan istilah “perdagangan sapi”,
ada tipe lain yang kadang-kadang digunakan:

 Pemogokan (strikes)

Pemogokan adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota serikat buruh yang menolak
bekerja dalam rangka untuk mengerahkan dan meyakinkan manajemen dalam negosiasi.
Pemogokan / perhentian produksi dapat mengakibatkan kehilangan pelanggan dan
pendapatan.

Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan


secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau
memperlambat pekerjaan (UURI No 13 Tahun 2003)

 Picketing (mencegah pekerja-pekerja yang ingin masuk kerja sewaktu diadakan


pemogokan)
 Boikot
Boikot adalah penolakan oleh anggota serikat pekerja untuk menggunakan atau
membeli produk perusahaan dimana anggota serikat pekerja tersebut bekerja. Boikot
memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, yang efeknya lebih lama dari itu sebuah
pemogokan.

 Peranan pemerintah

Kedua belah pihak, serikat pekerja dan buruh, sering lebih senang mempersilahkan
intervensi pemerintah untuk menyelesaikan berbagai masalah hubungan kerja mereka.
Intervensi ini paling tidak dalam bentuk perundang-undangan dan peraturan di bidang
perburuhan.

 Kesediaan perusahaan

Kesediaan perusahaan untuk berunding secara terbuka dengan serikat pekerja


ditentukan oleh kemampuan atau kekuatan perusahaan, filsafat kepemimpinan, gaya
manajemen dan kemungkinan penggunaan alat-alat pemaksa (misal, pemecatan, skorsing,
demosi, dsb)

2.7.1 Penyelesaian Konflik

Berikut ini ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh serikat pekerja untuk menanggapi
kebuntuan / ketidaksepakatan menejemen dalam perundingan kolektif:

 Pemogokan (strikes)

Pemogokan adalah tindakan yang dilakukan oleh anggota serikat buruh yang menolak
bekerja dalam rangka untuk mengerahkan dan meyakinkan manajemen dalam negosiasi.
Pemogokan / perhentian produksi dapat mengakibatkan kehilangan pelanggan dan
pendapatan.

Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan


secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau
memperlambat pekerjaan.(UURI No 13 Tahun 2003)

 Boikot

Boikot adalah penolakan oleh anggota serikat pekerja untuk menggunakan atau
membeli produk perusahaan dimana anggota serikat pekerja tersebut bekerja. Boikot
memberikan tekanan ekonomi pada manajemen, yang efeknya lebih lama dari itu sebuah
pemogokan.

 Byline Strike
Byline strike adalah menulis di surat kabar dengan menyembunyikan namanya.
 Information Picketing
Membagikan selebaran ke luar perusahaan agar masyarakat melihat masalahnya.
 Secondary Boycott

Upaya yang dilakukan serikat pekerja untuk mendorong pihak ketiga melakukan hal
yang diinginkan serikat pekerja agar perusahaan merasa tertekan. Misalnya berupaya agar
pemasok dan pelanggan untuk berhenti melakukan bisnis dengan perusahaan

 Lockout

Keputusan manajemen untuk mempertahankan pekerja yang keluar dari tempat kerja
dan pihak manajemen berupaya untuk beroperasi dengan orang atau penggantian merek
sementara.

Perundingan Kerja Bersama dimulai dengan menyepakati Tata Tertib Perundingan


yang sekurang – kurangnya memuat :

 Tujuan pembuatan tata tertib


 Susunan tim perundingan
 Lamanya masa perundingan
 Materi perundingan
 Tempat perundingan
 Tata cara perundingan
 Cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan perundingan
 Sahnya perundingan, dan
 Biaya perundingan.
 Biaya perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama menjadi beban pengusaha,
kecuali disepakati lain oleh kedua belah pihak.
 Tata Tertib Perundingan sangat penting ditetapkan karena hal ini menyangkut :
 Masalah hak dan kewajiban tim perundingan masing – masing pihak (khususnya
mengenai dispensasi bagi tim perunding dari pihak serikat pekerja)
 Masalah legalitas tim perunding dari masing – masing pihak (khususnya menyangkut
keabsahan status selaku tim perunding serta kewenangannya untuk mengambil
keputusan)
 Masalah kewenangan tentang siapa pembuat keputusan (decision maker) dari masing
– masing tim perunding
 Masalah tata cara pengesahan materi perundingan
 Jadwal/waktu perundingan, dan
 Fasilitas bagi tim perunding selama perundingan berjalan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

 Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha atau beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
 Isi perjanjian kerja bersama harus memuat hal-hal yang lebih dari sekedar aturan yang
berlaku (normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja
bersama, guna untuk selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan
bermasyarakat.
 Dalam hukum perjanjian kerja bersama juga tidak boleh ada paksaan kepada kedua
belah pihak, baik pengusaha maupun pekerja yang dipekerjakan.
 Dengan adanya perjanjian karja bersama yang terlaksana dengan baik dan
menghasilkan perjanjian yang adil diharapkan isu – isu negatif antara pengusaha
dengan serikat pekerja dapat di minimalisir.

3.2. Saran

Untuk mencegah konflik atau kebuntuan dalam proses perundingan perjanjian kerja
bersama sebaiknya keputusan perundingan harus disesuaikan dengan kondisi riel dalam
kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

https://nopikartika.wordpress.com/2016/10/23/contoh-makalah-pengaruh-perundingan-
kerja-bersama-terhadap-kesejahteraan-motivasi-pegawai-di-perusahaan/

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perjanjian-kerja-bersama.html?m=1

http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.co.id/2012/04/perjanjian-kerja-
bersama.html?m=1

https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perundingan-pkb

https://www.koranperdjoeangan.com/perjanjian-kerja-bersama/

http://abangdali.blogspot.co.id/2016/04/tata-cara-pembuatan-dan-
pendaftaran.html?m=1

http://www.academia.edu/23961589/MAKALAH_PERJANJIAN_KERJA

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-4353-bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai