Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan salah satu sarana yang strategis
dalam pelaksanaan hubungan industrial di perusahaan. Apabila dilihat dari cara
pembuatannya, berbeda dengan Peraturan Perusahaan, perundingan PKB
dilakukan secara musyawarah antara Serikat Pekerja/Buruh dengan Pengusaha.
Oleh karena itu, kedua belah pihak akan mengetahui secara jelas hak dan
kewajiban masing-masing dengan cara menumbuh kembangkan rasa saling
pengertian, saling menghargai dan saling mempercayai. Ketahui lebih lanjut
mengenai bagaimana proses perundingan PKB!
1. SP/SB yang memiliki anggota lebih dari 50% dari jumlah seluruh buruh
yang ada di perusahaan.
2. Apabila tidak memiliki jumlah anggota lebih dari 50% maka SP/SB tersebut
dapat mewakili pekerja/buruh dalam perundingan PKB setelah mendapat
dukungan dari pekerja/buruh lain di luar anggota SB hingga memenuhi
syarat lebih dari 50%, melalui sebuah pemungutan suara (pasal 18
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 28 tahun
2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
(Permenaker 28/2014).
3. Bila dalam perusahaan memiliki lebih dari 1 SP/SB, maka yang dapat
berunding, adalah maksimal 3 (tiga) SP/SB atau gabungan SP/SB yang
jumlah anggotanya minimal 10% dari seluruh buruh yang ada di
perusahaan. 3 SP/SB yang dimaksud ditentukan sesuai peringkat
berdasarkan jumlah anggota yang terbanyak (Permenaker 28/2014).
Adapun aturan ini sebagaimana kita ketahui merupakan aturan yang
menyelaraskan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 115/PUU-VII/2009 tanggal
10 November 2009. Dimana kala itu Serikat Pekerja (SP) BCA Bersatu
mengajukan permohonan peninjauan pasal 120 UU 13/2003 kepada Mahkamah
Konstitusi karena dinilai melanggar hak buruh untuk berunding. Pasal a quo yang
telah dicabut menyebutkan dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari 1
(satu) SP/SB maka yang berhak berunding adalah SP/SB yang jumlah
anggotanya lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan
tersebut.
1. Tahap persiapan
2. Tahap perundingan
3. Tahap penyusunan
4. Tahap pendaftaran
Pada tahap ini sebagaimana diatur dalam pasal 126 Undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebagai berikut: