Anda di halaman 1dari 3

Resume secara mandiri berkaitan dengan materi PK, PP & PKB

Rakai Syavendra Revito


19410627

Menurut UU 13/2003, yang dimaksud sebagai peraturan perusahaan (“PP”) adalah peraturan
yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan. Sementara perjanjian kerja Bersama (“PKB”) adalah perjanjian yang merupakan
hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh
yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

PP bersifat wajib bagi perusahaan yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 orang pekerja


dan mulai berlaku sejak disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Namun kewajiban ini
tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki PKB.

Perbedaan antara PP dan PKB terletak pada inisiatif pembuatannya. PP disusun oleh dan menjadi
tanggung jawab pengusaha yang bersangkutan. Namun dalam proses penyusunannya, pengusaha
memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh pada perusahaan tersebut.
Apabila di dalam perusahaan telah terdapat serikat, maka wakil pekerja/buruh merupakan
pengurus serikat. Sementara jika di dalam perusahaan belum terbentuk serikat, maka wakil
pekerja dalam penyusunan PP dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan buruh.
Dapat dikatakan, pembuatan PP bersifat top-down dari pengusaha kepada pekerja atau buruh.

Berbeda dengan PP, PKB dibuat oleh serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat
pekerja/serikat buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha melalui mekanisme musyawarah.

Budi Santoso dalam bukunya Hukum Ketenagakerjaan Perjanjian Bersama: Teori, Cara
Pembuatan, dan Kasus secara garis besar menyebut bahwa pembuatan PP merupakan kewajiban
pengusaha. Masukan yang disampaikan oleh serikat pekerja dan/atau wakil pekerja hanya
bersifat saran dan pertimbangan, artinya tidak harus dipenuhi. Oleh karena itu, pembuatan PP
tidak dapat diperselisihkan. Ini berbeda dengan pembuatan PKB yang bisa diperselisihkan
manakala kedua belah pihak tidak mencapai kesepakatan.

Dapat dipahami bahwa pembuatan PKB harus mengakomodasi kepentingan pengusaha dan
pekerja sekaligus. Dengan demikian, keberadaan PKB lebih menguatkan posisi pekerja di dalam
perusahaan dibanding PP.
Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Haiyani Rumondang
dalam artikel Idealnya Setiap Perusahaan Punya Perjanjian Kerja Bersama pun turut menegaskan
posisi penting PKB. Menurutnya, kondisi hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan tidak hanya ditentukan oleh penetapan upah tapi juga oleh pembentukan sarana-
sarana hubungan industrial yang ada di perusahaan seperti pembuatan PKB yang dibuat
berdasarkan kesepakatan antara manajemen dan serikat pekerja.

Posisi PKB yang lebih kuat dibanding PP juga disiratkan dalam beberapa bagian UU 13/2003.
Sebagai contoh, terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa selama masa berlakunya PP, apabila
serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan menghendaki perundingan PKB bersama, maka
pengusaha wajib melayani.

Lebih lanjut berdasarkan Pasal 17 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan
Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (“Permenaker 28/2014”) bahwa pengusaha harus
melayani serikat pekerja/serikat buruh yang mengajukan permintaan secara tertulis untuk
merundingkan PKB dengan ketentuan apabila:
serikat pekerja/serikat buruh telah tercatat berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (“UU 21/2000”); dan
memenuhi persyaratan pembuatan PKB sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerjaan.

Barulah apabila perundingan pembuatan PKB tidak mencapai kesepakatan, maka PP tetap
berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya.

Bolehkah PKB Digantikan Oleh PP?


UU 13/2003 sendiri telah menyediakan jawaban atas pertanyaan Anda mengenai boleh tidaknya
PKB yang masih berlaku digantikan oleh PP.

Sebuah PKB memiliki masa berlaku paling lama dua tahun. PKB tersebut dapat diperpanjang
selama satu tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat
pekerja/serikat buruh. Sementara itu, perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai
paling cepat tiga bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Apabila perundingan
tersebut gagal mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku tetap berlaku untuk paling
lama satu tahun.

Selain itu, UU 13/2003 juga mengondisikan PKB agar sulit diganti atau diberhentikan
keberlakuannya. Perubahan PKB didasarkan atas kesepakatan pekerja dan pengusaha. Perubahan
tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari PKB yang sedang berlaku.[9]

Dalam hal terjadi pembubaran serikat pekerja/serikat buruh atau pengalihan kepemilikan
perusahaan maka PKB tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu PKB. Sementara apabila
terjadi penggabungan perusahaan (merger) dan masing-masing perusahaan mempunyai PKB
maka PKB yang berlaku adalah PKB yang lebih menguntungkan pekerja/buruh.[10]

Larangan mengganti PKB dengan PP secara spesifik kemudian diatur dalam Pasal 129 UU
13/2003. Pasal tersebut menguraikan bahwa pengusaha dilarang mengganti PKB dengan PP,
selama di perusahaan yang bersangkutan masih ada serikat pekerja/serikat buruh. Apabila di
dalam perusahaan tidak ada lagi serikat pekerja/serikat buruh dan PKB diganti dengan PP, maka
ketentuan yang ada di dalam PP tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada di dalam PKB.

Dengan demikian, terdapat setidaknya dua syarat penggantian PKB dengan PP. Pertama, di
dalam perusahaan tidak lagi terdapat serikat buruh; dan kedua, ketentuan di dalam PP tidak boleh
lebih rendah dari ketentuan di dalam PKB. Selain itu, pembentukan PP sebagai pengganti PKB
pun tetap tunduk pada tata cara pembentukan PP di dalam UU 13/2003 dan peraturan perundang-
undangan turunannya. Akibatnya, pembuatan PP pengganti PKB tidak boleh dilakukan sepihak
oleh pengusaha tanpa mendengar masukan dari pekerja/buruh.

Anda mungkin juga menyukai