Pasal 26;
Apabila penyelesaian oleh instansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4)
dilakukan melalui mediasi dan para pihak atau salah satu pihak tidak menerima
anjuran mediator, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industrial di daerah hukum tempat pekerja/buruh bekerja.
Dalam hal daerah hukum tempat pekerja/buruh bekerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) melebihi 1 (satu) daerah hukum Pengadilan Hubungan Industrial, maka
gugatan diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial yang daerah hukumnya mencakup
domisili perusahaan.
Pasal 27;
Dalam hal serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha akan melakukan perubahan PKB yang
sedang berlaku, maka perubahan tersebut harus berdasarkan kesepakatan.
Perubahan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari PKB yang sedang berlaku.
Pasal 28;
PKB ditandatangani oleh direksi atau pimpinan perusahaan, ketua dan sekretaris serikat
pekerja/serikat buruh di perusahaan.
Dalam hal PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh wakil direksi atau
wakil pimpinan perusahaan, harus melampirkan surat kuasa khusus.
Pasal 29;
Masa berlaku PKB paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak ditandatangani
atau diatur lain dalam PKB.
1. Pentahapan Proses
2. Tugas tim perumus
3. Langkah yg harus dilakukan tim perumus
4. Tim Perumus
5. Tugas tim perunding
6. Langkah yg harus dilakukan tim perunding
7. Prinsip dlm Perundingan
8. Tata cara Pembuatan
9. Tahapan Pembuatan
10. Pendaftaran PKB
1. Pentahapan Proses;
Rapat koordinasi (PUK, anggota & perangkat)
Membentuk Tim Perumus ( membuat konsep PKB & konsep tatib perundingan)
Membentuk Tim Perunding (mensukseskan konsep yg dibuat tim perumus).
Kewenangan Tim Perunding (merundingkan, memutuskan, pending & menandatangani materi
perundingan)
Puk Membuat Surat Keputusan (sbg bukti kewenangan)
Puk mengajukan surat permohonan perundingan disertai draft pkb
Melakukan perundingan
Menandatangani dan mendaftarkan PKB
Memperbanyak (pengusaha)
Mensosialisasikan PKB (pengusaha dan Puk)
Mengawasi pelaksanaan PKB
2. Tim Perumus
Berjumlah (sesuai kebutuhan)
Unsur tim perumus adalah Pengurus PUK dan perwakilan anggota
Mampu berkomunikasi dg baik (sesama tim & anggota)
Memiliki wawasan (ketenagakerjaan)
5. Tim Perunding
Tim perunding terdiri dari pengurus puk dan anggota
Berjumlah maksimal 9 (sembilan) orang
Pernah mengikuti pendidikan negosiasi
Tim perunding dibentuk harus dari tim perumus dengan surat keputusan
9. Tahapan Perundingan
Puk mengajukan surat permohonan perundingan
Serah terima konsep/draft PKB
Serah terima konsep/draft tata tertib
Bersikap tegas, luwes & senatiasa kompak dalam perundingan
Jelaskan sisi positif usulan dari Puk bagi kepentingan Pengusaha
Perundingan dilakukan dengan itikad baik.
Periksa ulang hasil perundingan sebelum ditanda tangani.
KOP PERUSAHAAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No :
Hal : Pendaftaran PKB
Kepada Yth,
............................................
di ........................................
Bersama ini kami ajukan permohonan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana
yang diatur dalam pelaksanaan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dengan beberapa keterangan perusahaan sebagai berikut:
1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Perusahaan/Telepon :
3. Tahun Pendirian Perusahaan :
4. Jenis/Bidang Usaha : (diisi sesuai KLUI)
5. Status Perusahaan :
PT/CV/Firma/Perusahaan Perseorangan/BadanUsaha Negara/Persero/PMA/PMDN/Joint
Venture (coret yang tidak perlu)
6. Nama Direktur/Pimpinan Perusahaan :
7. Jumlah Pekerja :
- Laki-laki :
- Perempuan :
8. Daerah Operasi/provinsi :
9. Nama Serikat Pekerja/Serikat Buruh :
10. No. Pendaftaran SP/SB :
11. Alamat Serikat Pekerja/Serikat Buruh :
12. umlah Anggota :
13. Upah :
- Tertinggi :
- Terendah :
14. Waktu Berlaku PKB : Tanggal ............... s/d ...............
15. PKB yang didaftar yang ke : (1,2,3....dst)
16. No. Anggota APINDO :
17. No. Anggota BPJS :
18. Koperasi Pekerja :
19. Jumlah Pekerja :
- PKWT :
- PKWTT :
Pimpinan Perusahaan,
...............................
ANTARA
PT. …………………………………….
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa pada hari ini, ……… tanggal, ……..bulan,……. tahun, ……
bertempat di PT. ……..telah diadakan perundingan antara pihak Pengusaha dengan pihak Serikat
Pekerja Automotiv, Mesin dan Komponen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia PT. …......…. ,
membahas tata tertib perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama periode …...s/d …….
Setelah diadakan perundingan secara mendalam dan mempertimbangkan berbagai aspek, dan demi
kelancaran proses perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama tersebut, maka telah disepakati
bersama tata tertib perundingan yang diatur sesuai pasal-pasal sebagai berikut :
Pasal 1
Tim Perunding
(1) Tim perunding dari pihak pengusaha sebanyak ….. orang, yang terdiri dari :
(2) Tim perunding dari pihak serikat pekerja sebanyak …… orang, yang terdiri :
Pasal 2
Surat Kuasa
Bahwa masing-masing pihak harus disertai dengan mandat penuh berupa Surat Kuasa untuk
melaksanakan tugas- tugas perundingan dari awal hingga selesai perundingan.
Pasal 3
Tempat Perundingan
Tempat perundingan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama diadakan diruang meeting perusahaan,
dan apabila diperlukan perundingan dapat dilakukan diluar lingkungan perusahaan, atas dasar
kesepakatan kedua belah pihak.
(4) Apabila waktu perundingan melewati batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka
perundingan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan kedua belah pihak.
Pasal 5
Sistim Perundingan
(1) Bahwa sistem perundingan dimulai dari Mukadimah dan dilanjutkan pasal demi pasal secara
berurutan sesuai konsep PKB dari kedua belah pihak, dan apabila dipandang perlu dapat
disepakati oleh kedua belah pihak pasal tersebut untuk ditambah atau dikurangi sesuai dengan
kebutuhan.
(2) Masing-masing tim menunjuk soearang anggota sebagai pencatat/notulen untuk membuat
catatan-catatan sidang. Hasil catatan notulen setiap selesai kemudian ditanda tangani oleh
masing-masing ketua/juru bicara tim.
Pasal 6
Kesepakatan Masing-Masing Pasal
Bahwa apabila pasal yang telah disepakati kedua belah pihak, maka masing-masing ketua tim
perunding menanda tangani pasal yang telah disepakati tersebut dan dinyatakan sah.
Pasal 7
Pending
Untuk memperlancar jalannya perundingan, apabila ada pasal-pasal yang belum dapat disepakati
oleh kedua belah pihak maka pasal tersebut dipending, dan perundingan dilanjutkan pada pasal
berikutnya.
Pasal 8
Perselisihan
Apabila kedua belah pihak telah merundingkan kembali pasal-pasal yang terpending sebagaimana
dimaksud pada pasal 7 sebanyak 3 kali perundingan maka kedua belah pihak sepakat bahwa
perundingan dinyatakan menemui jalan buntu (dead lock) dan proses penyelesaiannya sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Tindakan Sepihak
Dalam rangka menjamin kelancaran perundingan perjanjian kerja bersama, maka masing-masing
pihak dilarang melakukan tindakan sepihak yang merugikan pihak lain.
Pasal 10
Tata Cara Musyawarah
(1) Masing-masing tim menunjuk seorang ketua/juru bicara tim, dan anggota tim dapat berbicara
setelah mendapat ijin dari ketua/juru bicara masing-masing tim.
Pasal 11
Biaya Perundingan
Biaya selama proses perundingan PKB ditanggung sepenuhnya oleh pihak pengusaha, dan termasuk
biaya penggandaan buku PKB.
Pasal 12
Lain-lain
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian atas dasar musyawarah
dan mufakat kedua belah pihak.
(2) Apabila didalam tata tertib perundingan ini terdapat kekeliruan/kesalahan maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya
Demikian tata tertib ini dibuat atas kesepakatan bersama pihak pengusaha dengan pihak serikat
pekerja yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman bagi pihak-pihak yang terkait.
Disepakati di : ……..
Pada Tanggal : ………
ANTARA
DENGAN
MUKADIMAH
Bahwa sesunguhnya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya adalah tujuan dari pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia adil makmur berdasarkan pancasila dan
berlandaskan UUD 1945.
Bahwa pembangunan nasional menuntut partisipasi dan peran aktif Perusahaan, Serikat Pekerja dan
Pekerja selaku subyek dan objek dari pembangunan itu sendiri dan dalam upaya menuju perbaikan
dan peningkatan tarap hidup bangsa dengan jalan meningkatkan produksi dan produktivitas.
Bahwa peningkatan produksi dan produktivitas hanya dimungkinkan oleh adanya hubungan yang
selaras, serasi dan seimbang antara Perusahaan, Serikat Pekerja dan Para Pekerja Sekaligus
merupakan wahana pencipta ketenangan usaha dan ketenangan kerja sesuai dengan azas
Hubungan Industrial (HI).
Bahwa ketenangan usaha dan ketenangan kerja hanya dapat dicapai bila masing-masing pihak
memahami serta menghayati hak-hak dan kewajibannya, yang pada akhirnya akan menumbuhkan
rasa saling mengerti, menghargai, menghormati dan mempercayai dalam iklim kerjasama yang baik
dan hubungan kerja yang harmonis.
BAB I
UMUM
Pasal 1
Pihak-Pihak Yang Mengadakan Perjanjian
Pihak-pihak yang mengadakan Perjanjian Kerja Bersama ini ialah :
(1) PT. ……………… yang berkedudukan di jalan ……………. . Bergerak dalam bidang
……………………. dengan Akte Notaris No. …………………………………selanjutnya disebut
sebagai Pengusaha
(2) Serikat Pekerja SPAMK FSPMI PUK PT………………… kedudukan dijalan…………… dengan
SK Pencatatan Disnaker Nomor : ....................selanjutnya disebut sebagai serikat pekerja
Pasal 2
Istilah dan Pengertian
Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan :
Pasal 3
Luasnya Perjanjian
(1) Telah sama-sama dimengerti dan disepakati oleh Pengusaha dan Serikat Pekerja bahwa
Perjanjian Kerja Bersama ini terbatas mengenai hal-hal yang bersifat umum,seperti tertera
dalam Perjanjian Kerja Bersama ini dan berlaku untuk semua pekerja.
(2) Hal-hal baru yang berkaitan dengan Hubungan Industrial dan atau yang belum diatur secara
rinci dalam Perjanjian Kerja Bersama, penjabarannya disusun lebih lanjut melalui Perjanjian
Tambahan atas dasar kesepakatan antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dengan tidak
meniadakan, mengganti, mengurangi atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam
Perjanjian Kerja Bersama ini dan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pihak-Pihak
Yang Mengadakan Perjanjian
(1) Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban/bertanggung jawab untuk mematuhi dan
melaksanakan sepenuhnya semua kewajiban yang telah disetujui bersama yang mengikat
Pengusaha dan Pekerja dalam Perjanjian Kerja Bersama ini.
(2) Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban dan bertanggung jawab menyebarluaskan serta
memberikan penjelasan kepada Pekerja baik isi, makna, penafsiran maupun pengertian dari
ketentuan-ketentuan yang tertera dalam Perjanjian Kerja Bersama ini agar dimengerti dan
dipatuhi, disamping memberikan penjelasan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan Perjanjian Kerja Bersama ini.
BAB II
PENGAKUAN, JAMINAN, FASILITAS,BANTUAN DAN DISPENSASI BAGI
SERIKAT PEKERJA
Pasal 6
Pengakuan Perusahaan dan Serikat Pekerja
(1) Perusahaan mengakui bahwa Serikat Pekerja sebagai organisasi yang sah mewakili dan
bertindak untuk dan atas nama seluruh anggotanya yang mempunyai hubungan kerja dengan
pengusaha.
(2) Serikat Pekerja mengakui bahwa Perusahaan pemempunyai hak untuk memimpin dan
menjalankan usahanya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah diatur
dalam Perjanjian kerja bersama ini dan perundang-undangan yang berlaku
Pasal 7
Jaminan Bagi Serikat Pekerja
(1) Pekerja yang dipilih sebagai Pengurus Serikat Pekerja atau yang ditunjuk oleh Pengurus untuk
menjadi wakil Serikat Pekerja tidak akan mendapat tindakan diskriminatif dan atau tekanan
langsung maupun tidak langsung dari Perusahaan atau Atasannya karena menjalankan fungsi
dan tugasnya.
(2) Perusahaan akan menyelesaikan dengan Serikat Pekerja setiap ada keluhan Pekerja baik yang
diajukan kepada Perusahaan maupun melalui Serikat Pekerja.
(3) Pengurus Serikat Pekerja dapat memanggil anggotanya untuk suatu keperluan Pembinaan
didalam jam kerja dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada Atasan langsung
(4) Atas permintaan Serikat Pekerja, perusahaan memberikan keterangan yang diperlukan tentang
hal-hal yang menyangkut ketenagakerjaan di Perusahaan
(5) Perusahaan menyadari bahwa tindakan penutupan Perusahaan (Lock Out) adalah tidak sesuai
dengan semangat Hubungan Industrial maupun kebijaksanaan Pemerintah, maka oleh karena
itu akan dihindarkan.
(6) Perusahan tidak akan merintangi dan atau menghalangi perkembangan serta kegiatan Serikat
Pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pasal 9
Fasilitas dan Bantuan Bagi Serikat Pekerja
(1) Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Kep/ Men 187/2004
Perusahaan membantu melaksanakan pemotongan Iuran Anggota Serikat Pekerja, dengan
berpedoman pada Surat kuasa pekerja dan permohonan dari PUK SPAMK FSPMI PT......
(2) Untuk menunjang kegiatan Serikat Pekerja seperti menghadiri rapat-rapat, pertemuan-
pertemuan, pelatihan serta aktifitas sosial kemasyarakatan yang berhubungan dengan Serikat
Pekerja baik di dalam maupun di luar lingkungan,maka atas dasar pengajuan serikat pekerja
perusahaan memberikan bantuan kepada serikat pekerja.
(3) Perusahaan akan membantu pengadaan sekertariat dan sarana lainnya untuk serikat pekerja.
(4) Perusahaan menyediakan papan pengumuman bersama bagi Serikat Pekerja dan Perusahaan,
di tempat yang mudah dilihat dan menjadi perhatian Pekerja di dalam lingkungan Perusahaan.
Pasal 10
Dispensasi Bagi Keperluan Serikat Pekerja
(1) Atas permintaan Serikat Pekerja, Perusahaan memberikan dispensasi kepada pengurus atau
anggota yang diberikan tugas organisasi tanpa mengurangi hak nya sebagai Pekerja.
(2) Bila seorang pengurus atau anggota Serikat Pekerja dipilih menjadi pengurus pada perangkat
organisasi Serikat Pekerja yang lebih tinggi, Perusahaan memberikan dispensasi untuk
kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya tersebut, dengan tidak mengurangi hak nya.
Pasal 11
Lembaga Kerja Sama Bipartit
Perusahaan dan Serikat Pekerja bertekad untuk bekerja sama dalam mewujudkan hubungan
indstrial, melalui :
1. Lembaga Kerjasama Bipartit terdiri dari Pengusaha dan Pengurus Serikat Pekerja.
2. Pertemuan rutin, dilakukann minimal 1 (satu) bulan sekali pada waktu yang telah disepakati
bersama, yang pelaksanaannya dikoordinir oleh Perusahaan.
3. Pertemuan insidentil, dilakukan sewaktu-waktu untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan.
BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal 12
Status Pekerja
Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 berdasarkan sifat dan jangka waktu ikatan kerja yang ada,
pekerja dibedakan atas :
a. Pekerja Tetap (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu)
b. Pekerja Kontrak (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
Pasal 13
Penerimaan Pekerja
(1) Perusahaan akan melaksanakan penerimaan pekerja baru untuk memenuhi tenaga kerja guna
mengisi lowongan pekerjaan.
(2) Persyaratan umum yang diperlukan dalam penerimaan pekerja akan diatur sebagai berikut :
a. Warga negara indonesia dan Warga negara asing
b. Berusia minimal 18 tahun
Pasal 14
Masa Percobaan
(1) Penerimaan pekerja dengan melalui masa percobaan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan dengan dapat upah penuh dan hak-hak yang lain yang diatur dalam Perjanjian Kerja
Bersama.
(2) Masa percobaan dihitung sejak dari pertama terikat hubungan kerja.
(3) Masa percobaan tidak berlaku untuk pekerja Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
(4) Penilaian selama masa percobaan dilakukan oleh atasan langsung dimana pekerja
ditempatkan.
(5) Dalam masa percobaan tersebut Pengusaha maupuan Pekerja berhak melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja dengan mengadakan perjanjian kerja yang telah disepakati bersama.
(6) Pekerja yang tidak melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan maka secara otomatis perjanjian
kerja berakhir tanpa mendapat uang pesangon atau uang jasa maupun uang pengganti hak.
(7) Apabila setelah melewati masa percobaan 3 (tiga) bulan ada keputusan diangkat atau tidak,
maka demi hukum pekerja tersebut akan menjadi pekerja tetap.
Pasal 15
Pekerja Untuk Waktu Tertentu
(1) Untuk pekerjaan-pekerjaan yang karena waktu dan sifat pekerjaannya, perusahaan dapat
menerima pekerja untuk waktu tertentu.
(2) Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 59, pekerja untuk waktu tertentu adalah sebagai
berikut :
a. Pekerjaan yang hanya sekali atau sementara sifatnya
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan
paling lama 3 (tiga) tahun
c. Pekerjaan yang sifatnya musiman
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
(4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dilaksanakan oleh pengusaha dengan pekerja sesuai
dengan UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 59.
Pasal 16
Tenaga Kerja Asing
(1) Dalam mempekerjakan tenaga kerja asing perusahaan harus mematuhi ketentuan mengenai
penempatan TKA sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Tenaga kerja asing yang dipekerjakan diperusahaan harus memahami dan menghormati adat
istiadat bangsa Indonesia dan bersikap sopan terhadap pekerja lain serta melaksanakan
hubungan industrial.
(3) Pekerja asing tidak boleh menduduki jabatan yang mengurusi personalia atau jabatan-jabatan
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 46.
(4) Perusahaan akan memberi informasi kepada serikat pekerja tentang tenaga kerja asing yang
ada diperusahaan.
(5) Sesuai dengan Program Alih Teknologi maka tenaga kerja asing yang ditempatkan
diperusahaan wajib berupaya mengalihkan keahlian dan pengetahuannya kepada pekerja
Indonesia.
Pasal 18
Mutasi dan Prosedurnya
(1) Demi lancarnya kegiatan Perusahaan serta pendayagunaan tenaga kerja, Perusahaan dapat
menempatkan, memutuskan atau memindahkan Pekerja dari suatu jabatan/pekerjaan ke
jabatan atau pekerjaan lain dalam unit kerja Perusahaan, cabang atau antar Perusahaan dalam
suatu group.
Mutasi dapat dilakukan dengan alasan-alasan :
a. Bertambahnya pekerjaan di suatau tempat dengan memeperhatikan kecakapan dan
kemampuan Pekerja serta dengan mempertimbangkan karirnya di dalam Perusahaan.
b. Memberikan kesempatan kepada Pekerja yang mempunyai potensi untuk maju, agar dapat
mengembangkan karirnya pada jabatan yang baru.
c. Pekerja yang karena kesehatannya menurut nasehat dokter tidak memungkinkan ia bekerja
dalam jabatan/pekerjaan yang didudukinya.
(2) Mutasi bukanlah tindakan hukuman dan pelaksananya tidak akan mengurangi hak-hak pekerja
termasuk hak untuk mendapatkan promosi dan kenaikan gaji seperti yang diatur dalam
Perjanjian Kerja Bersama ini.
(3) Pelaksanaan mutasi terlebih dahulu wajib dibicarakan dengan pekerja yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 1 ( satu ) minggu sebelum tanggal pelaksanaan untuk mutasi dalam
Perusahaan, dan 1 ( satu ) bulan sebelum tanggal pelaksanaan untuk mutasi antar cabang atau
grup Perusahaan.
(4) Sebelum tanggal pelaksanaan, pekerja wajib menandatangani lembar verifikasi sebagai tanda
persetujuan.
(5) Dalam hal pelaksanaan mutasi tidak sejalan dengan ketentuan dalam pasal ini, maka Pekerja
dapat mengajukan surat keberatan dengan menyampaikan alasan-alasanya kepada atasannya
dengan tembusan kepada Serikat Pekerja untuk diusahakan penyelesaiannya. Selama masa
penyelesaian, Pekerja masih melaksanakan kewajibannya di tempat kerja dan atau jabatan
yang lama.
(6) Dalam hal keberatan sebagaimana diatas, harus diajukan selambat-lambatnya 5 hari kerja
sejakpemberian mutasi.
(7) Setiap mutasi / pemindahan ditetapkan dengan Surat Keputusan yang ditandatangani oleh
Division Manager, diberikan kepada Pekerja dan atasan baru setingkat Division Manager, serta
ditembuskan kepada HRD dan Serikat Pekerja.
(8) Semua biaya mutasi akan ditanggung oleh perusahaan, setelah adanya kesepakatan dengan
Serikat Pekerja.
Pasal 19
Penilaian Prestasi Kerja
(1) Penilaian Prestasi Kerja setiap Pekerja dilakukan oleh Atasannya masing-masing minimal
setahun satu kali.
(2) Hal-hal yang dinilai dalam penilaian Prestasi Pekerja menyangkut antara lain: Absensi,
penguasan kerja, sikap kerja, kerjasama, kualitas kerja, kuantitas kerja, kreativitas kerja.
(3) Pelaksanaan penilaian Prestasi Kerja dilakukan oleh Atasan Langsung (minimum Kepala
Regu), dengan menggunakan lembaran penilaian Prestasi Kerja dan hasil penilaian bersifat
final wajib disampaikan kepada Pekerja.
(4) Hasil penilaian Prestasi Kerja digunakan untuk pembinaan dan pengembangan Pekerja yang
bersangkutan, yang meliputi antara lain : kenaikan upah pokok, kenaikan golongan, jabatan
besarnya bonus, pendidikan dan latihan.
(5) Kenaikan golongan pekerja diatur oleh Perusahaan dengan memepertimbangkan nilai prestasi
dan keahlian, dimana jangka waktu kenaikan sub golongan atau golongan berkisar 1 ( satu )
Pasal 20
Promosi Pekerja
(1) Perusahaan memberikan kesempatan kepada Pekerja untuk dipromosikan ke jabatan yang
lebih tinggi guna mengisi lowongan jabatan yang ada, dengan mempertimbangkan :
a. Kemampuan, pendidikan/pelatihan dan prestasi kerja termasuk catatan prestasi kerja
ditahun sebelumnya.
b. Masa kerja dan masa menjabat pada jabatan sekarang.
c. Pengalaman kerja
(2) Untuk menunjang ayat 1 diatas, Perusahaan harus mempunyai standarisasi golongan untuk
semua tingkatan jabatan.
(3) Pekerja yang dipromosikan terlebih dahulu diangkat sebagai Pejabat Sementara ( acting ) untuk
penilaian atas kemampuannya pada jabatan itu maksimal 6 ( enam ) bulan, terhitung sejak saat
Pekerja tersebut menjabat sebagai Pejabat Sementara ( acting ) dan apabila memenuhi syarat,
akan dilakukan penyesuaian golongan terhadap bobot pekerjaan yang baru.
(4) Golongan dan upah pokok Pekerja akan ditinjau dan disesuaikan dengan promosi jabatan.
(5) Setelah melalui pengangkatan sementara tersebut di atas dengan penilaian yang baik,
Perusahaan memberikan Surat Pengangkatan Tetap, yang dilakukan dan ditandatangani oleh
Pejabat yang berwenang serta ditembuskan ke Serikat Pekerja.
Pasal 21
Perjalanan Dinas
(1) Perusahaan dapat menugaskan Pekerja untuk melakukan perjalanan dinas.
(2) Dalam hal karena sesuatu alasan Pekerja terpaksa tidak dapat menjalankannya, maka
diharuskan mengajukan keberatannya kepada atasan yang menugaskan dengan alasan yang
dapat diterima.
(3) Pekerja yang ditugaskan untuk melakukan perjalanan dinas kepadanya akan diberikan Surat
Tugas yang ditandatangani oleh atasan yang berwenang minimal setingkat Manager.
(4) Pekerja yang melakukan perjalanan dinas diberikan biaya perjalanan dinas. Tata cara dan
besarnya biaya perjalanan dinas diatur terpisah setelah dirundingkan antara Serikat Pekerja
dengan Pengusaha.
BAB IV
WAKTU KERJA
Pasal 22
Waktu Kerja
(1) Jam kerja dalam perusahaan adalah 8 jam sehari, dan 40 jam seminggu mengingat sifat
pekerjaan di perusahaan, jam kerja dikerjakan diatur sebagai berikut :
ii. Factory
Jam Kerja Istirahat
Shift I
Senin s/d Kamis 08.00 – 17.00 12.00 – 13.00
Jum’at 08.00 – 17.00 11.45 – 13.00
Shift II
Senin s/d Jum’at 17.00 – 24.00 19.00 – 20.00
Shift III
(2) Untuk jenis pekerjaan tertentu ditetapkan waktu kerja cara tersendiri dengan tetap
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Jika seorang pekerja bekerja secara efektif dibawah 2 ( dua ) jam dari kewajibannya selama 8
(delapan) jam, maka pekerja tersebut dianggap hadir bekerja dengan satus hari kerja biasa.
Pengecualian adalah kejadian yang disebabkan kecelakaan, kelahiran atau meninggal dunia
angota keluarga pekerja.
(4) Hari kerja yang jatuh pada hari libur resmi atau hari libur mingguan dihitung sebagai kerja
lembur.
Pasal 23
Disiplin Waktu Kerja
(1) Setiap pekerja diwajibkan mencatatkan waktu kehadirannya pada alat atau kartu pencatat
waktu untuk setiap kali hadir masuk kerja dan pulang kerja.
(2) Pekerja yang terlambat datang untuk masuk bekerja karena alasan apapun diharuskan
mencatat waktu kedatangannya pada alat pencatat waktu atau kartu pencatat waktu serta
diwajibkan melapor ke atasan langsung dengan menjelaskan sebab keterlambatannya.
(3) Bila seorang Pekerja yang karena keperluannya dinas maupun pribadi di luar lingkungan
Perusahaan harus meninggalkan pekerjaannya untuk sementara waktu, sebelum pergi harus
meminta ijin kepada Atasan Langsungnya. Setelah kembali, Pekerja tersebut duharuskan
melapor kepada atasan langsung.
(4) Bila seorang Pekerja yang karena keperluan dinas maupun pribadi di luar lingkungan
Perusahaan terpaksa meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya dan tidak akan kembali lagi,
diwajibkan mencatatkan waktu kepergiannya pada alat pencatat waktu atau kartu pencatat
waktu dan sebelumnya minta ijin kepada atasan langsung.
(5) Bila seorang Pekerja yang karena keperluan dinas maupun pribadi di dalam lingkungan
Perusahaan terpaksa meninggalkan pekerjaan, sebelum pergi harus mendapatkan ijin dari
atasan langsung.
(6) Bila seorang Pekerja yang karena keperluan dinas luar, ke custumer, cabang, atau mengikuti
seminar, diperbolehkan untuk tidak mencatat kartu pencatat waktu, tetapi wajib melaporkan dan
mendapat ijin dari atasan langsung.
(7) Pekerja dilarang :
a. Mencatatkan alat pencatat waktu atau kartu pencatat waktu Pekerja yang lain.
b. Mengubah waktu pada alat pencatat waktu atau kartu pencatat waktu.
c. Melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan pada alat pencatat waktu.
(8) Pekerja Wajib :
a. Pekerja yang tidakmasuk kerja karena alasan sakit wajib memberitahukan kepada atasan
langsung dan apabila sakit selama 2 ( dua ) hari kerja atau lebih wajib menyerahkan surat
keterangan sakit yang sah dari dokter setelah ia masuk kerja kembali.
b. Pekerja wajib meminta ijin sebelumnya dalam hal tidak masuk karena suatu urusan, kecuali
dalam hal yang sifatnya mendesak atau mendadak, dan untuk itu wajib menunjukan bukti-
bukti yang sah dan kuat.
c. Pekerja yang tidak dapat menunjukan bukti-bukti ini digolongkan sebagai mangkir.
(9) Pekerja harus sudah berada di tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaannya pada waktu
jamkerja dimulai.
(10) Dalam hal istirahat makan, maka pekerjaan tidak dibenarkan berada diruang makan
sebelumwaktunya dan pada waktu istirahat makan selesai sudah harus kembali ke tempat
kerjanyamasing-masing.
(11) Setiap bulan HRD wajib mengeluarkan laporan absensi selama1 (satu) bulan sebelumnya
yangdi berikan kepada masing–masing pekerja untuk di koreksi.
Pasal 25
Pendidikan Pra Kerja
Perusahaan menyelenggarakan pendidikan pra-kerja bagi pekerja baru guna membekali mereka
dengan pengetahuan umum mengenai Perusahaan,cara kerja, perangkat organisasi, nilai – nilai dan
norma-norma kerja yang berlaku serta isi ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini sebelum
Pekerja ditempatkan pada pekerjaannya.
BAB VI
PENGUPAHAN DAN TUNJANGAN
Pasal 26
Definisi Upah
Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atau jasa yang telah
dilakukan, dinyatakan / dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perhitungan dan
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja.
Pasal 27
Komponen Upah
Komponen Upah terdiri dari :
a. Gaji Pokok
b. Tunjangan Tetap
c. Tunjangan Tidak Tetap
Pasal 28
Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan untuk pekerja diatur menurut kelompok dan status pekerja yang bersangkutan
berdasarkan system upah tersebut dibawah ini.
1. Upah untuk pekerja kontrak diatur atas dasar pembayaran upah bulanan
2. Upah untuk pekerja tetap diatur atas dasar upah bulanan yang disesuaikan dengan golongan
dan klasifikasi dan kualifikasi jabatan dan tidak dipengaruhi oleh jumlah kehadiran perbulan.
Pasal 29
Pajak Penghasilan
Perusahaan melaksanakan perhitungan penyetoran dan melaporkan pajak penghasilan pekerja
sesuai dengan Undang Undang Perpajakan No. 17 tahun 2000 pasal 17.
Pasal 30
Pembayaran Upah
(1) Upah dibayarkan setiap tanggal …. untuk periode upah 1 ( satu ) bulan
(2) Apabilahari yang dimaksud jatuh pada hari sabtu / minggu / libur maka pembayaran upah akan
dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.
Pasal 31
Kenaikan Upah Berkala
(1) Kenaikan upah Pokok pekerja dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan Januari.
(2) Kenaikan upah pokok didasarkan atas komponen-komponen sbb:
a. Indeks Harga Konsumen atau Selisih UMSK ( nominal )
b. Prestasi Kerja ( PK )
c. Masa Kerja
d. Alpha atau kondisi Perusahaan
(3) Apabila terjadi perubahan keadaan yang besar ( Gejolak Inflasi ), maka perusahaan harus dan
akan menaikkan gaji pokok menurut keperluan dengan dasar pertimbangan kemampuan
perusahaan.
(4) Kenaikan gaji sub golongan (kenaikan reguler dilakukan maksimal setiap 6 semester / 3 tahun
atau pada semester tertentu bagi yang mendapatkan promosi yang besarnya diatur dalam
lampiran.
(5) Besaran kenaikan upah pokok dirundingkan dan disepakati antara Pengusaha dengan Serikat
Pekerja
Pasal 32
Upah Pekerja dalam Menjalankan Kewajiban Negara
Kepada pekerja yang menjalankan kewajiban Negara sebagaimana diatur dalam Undang - Undang
No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, maka ketentuan upahnya diatur sebagai berikut :
(1) Perusahaan wajib membayar upah pekerja bilamana dalam menjalankan kewajiban Negara,
pekerja dimaksud tidak mendapat upah, tapi tidak melebihi 1 ( satu ) tahun.
(2) Perusahaan wajib membayar selisih upah pekerja bilamana jumlah upah yang diperolehnya
kurang dari yang biasanya diterima dari perusahaan, tapi tidak melebihi 1 (satu) tahun.
Pasal 33
Upah Pekerja Selama Sakit
Dalam hal pekerja menderita sakit dan dirawat dirumah sakit atau dirumah dibawah pengawasan
dokter, sehingga karena sakitnya ia tidak dapat melakukan pekerjaannya, perusahaan akan
membayar upah pekerja dengan ketentuan sebagai berikut :
Pasal 34
Upah Pekerja Selama Ditahan Yang Berwajib
(1) Dalam hal pekerja / buruh ditahan pihak yang berwajib karena dengan melakukan tindak pidana
bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah, tapi wajib
memberikan bantuan kepada keluarga pekerja / buruh yang menjadi tanggungannya dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk isteri : 40 % x Upah
b. Untuk isteri + anak : 50 % x Upah
c. Untuk isteri + 2 anak : 65 % x Upah
d. Untuk isteri + 3 anak : 75 % x UpaH
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ( satu ) diberikan untuk paling lama enam bulan
takwin terhitung sejak hari pertama pekerja / buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.
Pasal 35
Tunjangan Jabatan
(1) Tunjangan jabatan diberikan karena tugas / jabatan pekerja yang diberikan tunjangan jabatan
ditentukan menurut pertimbangan perusahaan. Apabila pekerja tidak lagi memangku jabatan
tersebut, maka tunjangan jabatan akan dicabut.
(2) Kepada pekerja yang memegang jabatan tertentu diperusahaan, diberikan tunjangan jabatan
setiap bulannya.
Besarnya tunjangan jabatan sebagai berikut :
a. Wakil Kepala Regu : Rp. .............,-
b. Leader / Kepala Regu : Rp. ……….,-
c. Supervisor / Kepala Bagian : Rp. ……….,-
Pasal 36
Tunjangan Transport
(1) Pada dasarnya pengusaha memberikan tunjangan transport kepada pekerja sesuai dengan
golongannya Pengusaha dan serikat pekerja bersama-sama akan meninjau kembali besarnya
tunjangan transport sesuai dengan perkembangan ongkos transportasi umum.
(2) Bagi pekerja yang berhak lembur dan melakukan kerja lembur pada hari libur, berhak atas
tunjangan transport
(3) Pengusaha memberikan tunjangan transport kepada pekerja sebesar Rp...........
(4) Disediakan transportasi sampai rute terdekat domisili pekerja perempuan saat pulang malam.
(5) Peninjauan Tunjangan Transprot didasarkan atas :
a. Kenaikan Tarif Organda;
b. Kenaikan BBM.
(6) Peninjauan tunjangan transport di sepakati antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja
Pasal 37
Tunjangan Shift
(1) Untuk pekerja yang melaksanakan tugas shift diberikan tunjangan shift sebesar :
a. Shift II sebesar Rp. ……. / hari
b. Shift III sebesar Rp. …….. / hari
Pasal 38
Tunjangan dan Fasilitas Makan
(1) Perusahaan menyediakan Fasilitas makan dan / memberikan tunjangan uang makan kepada
pekerja setiap hari masuk kerja.
(2) Besarnya tunjangan / kenaikan uang makan disesuaikan dengan harga standar kebutuhan
kalori pekerja setelah disepakati Serikat Pekerja.
(3) Perusahaan menyediakan Fasilitas makan / memberikan tunjangan uang makan kepada
pekerja yang bekerja lembur dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pada hari kerja biasa, bekerja lembur sekurang-kurangnya 3 ( tiga ) jam lamanya.
b. Pada hari libur sekurang-kurangnya bekerja 4 ( empat ) jam.
(4) Untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja, perusahaan memberikan susu / uang susu kepada
pekerja.
(5) Pengaturan tunjangan makan dan uang susu diperinci sebagai berikut :
Pasal 39
Tunjangan Resiko Kerja
(1) Untuk pekerja yang karena sifat dan pekerjaan yang sifat dan jenisnya berresiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatannya maka perusahaan memberikan tunjangan resiko kerja.
(2) Besarnya tunjangan resiko kerja tersebut diatas sebagai berikut :
Casting Rp. ……. / hari net
Bufing A + B Rp. ……. / hari net
Panting Rp. ……. / hari net
Machining / assy / deburi/ Qc Rp. ……. / hari net
Pasal 40
Tunjangan Masa kerja
(1) Perusahaan memberikan tunjangan masa kerja kepada setiap pekerja, adapun besarnya
tunjangan masa kerja ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan dengan serikat
pekerja.
(2) Tunjangan masa kerja diberikan kepada pekerja yang telah menjadi pekerja tetap.
(3) Tunjangan masa kerja diberikan kepada pekerja menurut klasifikasi masa kerja sebagai berikut
a. 1 tahun dan kurang dari 5 tahun sebesar Rp ...........,-
b. 5 tahun dan kurang dari 10 tahun Sebesar Rp ...........,-
c. 10 tahun dan kurang dari 15 tahun Sebesar Rp ...........,-
d. 15 tahun keatas Sebesar Rp ...........,-
(4) Tunjangan masa kerja dihitung selanjutnya pada bulan Januari.
Pasal 41
Tunjangan Hari Raya
Setiap tahun perusahaan memberikan Tunjangan hari raya ( THR ) pada hari raya keagamaan
kepada setiap pekerja dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Satu bulan upah bagi pekerja yang telah mencapai masa kerja genap 1 (satu) tahun atau lebih.
(2) Pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 bulan, diberikan secara proposioanal
dengan masa kerja, dengan perhitungan sebagai berikut : Masa kerja/12 x 1 bulan upah.
Pasal 42
Bonus Akhir tahun
(1) Pengusaha memberikan bonus setiap tahun kepada pekerja sebagai pembagian sebagian
keuntungan perusahaan untuk tahun berjalan
(2) Besarnya bonus dirundingkan dan disepakati antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja pada
bulan november dengan mempertimbangkan keadaan keuangan,laba atau keuntungan
perusahaan
(3) Waktu pembayaran bonus dilaksanakan pada tanggal 20 desember apabila pd tanggal tersebut
jatuh pd hari libur maka pembayarannya dilakukan pd hari kerja sebelumnya
Pasal 43
Kerja Lembur
(1) Kerja lembur adalah kerja yang dilakukan atau dijalankan selebihnya dari jam kerja dan hari
kerja seperti tersebut dalam BAB IV pasal 22 perjanjian kerja bersama ini yang lamanya
minimal 1 ( satu ) jam dan pelaksanaannya diatur dalam surat kesepakatan lembur ( SKL ) yang
ditandatangani sekurang-kurangnya oleh atasan setingkat manager.
(2) Kerja lembur pada dasarnya dilakukan pekerja secara sukarela kecuali dalam hal :
Hari Libur
Hari Hari Kerja Biasa Hari Raya Keagamaan
Minggu / Nasional
Jam Ke – 1 Ke – 2 Ke – 1 Ke – Ke – 9 dan Ke – 1 Ke – Ke – 9 dan
dan s.d ke 8 seterusnya s.d ke – 8 seterusnya
seterusnya –7 7
Upah 1,5 x 2 x TUL 2 x 3 x 4 x TUL 3 x TUL 4 x 5 x TUL
lembur TUL TUL TUL TUL
kerja
jam
(6) Bagi yang bekerja lembur pada hari raya keagamaan ( Idul Fitri, Idul Adha, Natal Nyepi,
Waisak, Imlek ), disamping mendapat upah lembur diatas, juga mendapatkan bingkisan hari
raya yang nilainya akan disepakati antara pengusaha dengan serikat pekerja ( hanya bagi yang
merayakannya ).
(7) Jika lembur dilakukan pada hari raya keagamaan yang bertepatan hari libur resmi, maka
perhitungan upah lembur menggunakan upah lembur hari raya keagamaan.
(8) Jumlah jam kerja lembur yang diperbolehkan bagi seorang pekerja :
a. Perharinya adalah maksimal 4 ( empat ) jam setelah jam kerja biasa.
b. Jumlah jam kerja lembur yang diperbolehkan bagi seorang pekerja perharinya pada hari libur
resmi keagamaan maksimal 8 ( delapan ) jam.
c. Jika dalam hal-hal tertentu yaitu bila perusahaan melemburkan pekerja melebihi jam yang
telah diatur pada ayat a dan b, maka perusahaan harus mendapatkan ijin tertulis dari
Depnakertrans dan surat ijintersebut wajib ditembuskan kepada serikat pekerja.
(9) Pekerja yang tidak berhak atas upah kerja lembur, tetapi melakukan pekerjaan diluar jam kerja
normal, akan diatur sebagai berikut :
a. Lembur pada hari kerja biasa.
Bila lebih dari 4 jam dan kurang dari 7 jam maka akan mendapat konpensasi sebesar 2 x
uang pengganti makan perjalanan dinas. Bila lebih dari 7 jam maka selain mendapat hak
tersebut diatas juga mendapat hak cuti satu hari.
b. Lembur pada hari istirahat mingguan dan hari libur nasional atau cuti masal
Bila lebih dari 4 jam dan kurang dari 8 jam, maka akan mendapat konpensasi sebesar 2 x
uang pengganti makan perjalanan dinas ditambah uang transport.
Bila lebih dari 8 jam, selain mendapat hak tersebut diatas juga mendapat hak cuti satu
hari.
Pasal 44
Perhitungan Upah Lembur
Upah lembur diberikan apabila pekerja melakukan pekerjaan diluar jam kerja atau bekerja pada hari
libur / nasional / hari raya keagamaan :
(1) Besarnya upah lembur pekerja diatur menurut Kep.Men Tenaga Kerja No. 102 Kep / Men / VI /
2004tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur.
(2) Komponen upah lembur:
a. Upah pokok
Pasal 45
Tunjangan Premi Hadir
(1) Premi hadir diberikan kepada pekerja yang bekerja 1 ( satu ) bulan penuh
(2) Premi hadir adalah sebesar Rp. ..........
(3) Bagi pekerja yang terlambat hadir 15 menit atau lebih, maka premi hadirnya akan dipotong 25
% dari premi hadir 1 ( satu ) Bulan
(4) Bagi pekerja yang tidak hadir 1 ( satu ) hari dalam sebulan, maka akan dipotong premi hadirnya
sebesar 50 % dari premi hadir sebulan
(5) Bagi pekerja yang tidak hadir 2 ( dua ) hari dalam sebulan, maka akan dipotong permi hadirnya
sebesar 75 % dari premi hadir sebulan
(6) Bagi pekerja yang tidak hadir 3 ( tiga ) hari dalam sebulan, maka akan dipotong permi hadirnya
sebesar 100 % dari premi hadir sebulan
(7) Besarnya premi hadir akan ditinjau kembali setiap satu tahun sekali berdasarkan kesepakatan
antara pihak perusahaan dan Serikat Pekerja.
BAB VII
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN
Pasal 46
Pembebasan dari kewajiban
Perusahaan memberikan kesempatan kepada pekerja untuk menggunakan hak cuti tidak masuk
kerja dan hari - hari libur resmi dengan menerima upah ( upah pokok dengan segala tunjangan-
tunjangannya) sebagaimana tersebut dalam pasal-pasal pada bab ini.
Pasal 47
Istirahat Mingguan
(1) Perusahaan telah menetapkan bahwa hari Sabtu dan Minggu merupakan hari istirahat
mingguan.
(2) Dengan pertimbangan tertentu bisa dilakukan perubahan terhadap hari istirahat mingguan atas
dasar kesepakatan dengan serikat pekerja.
Pasal 48
Cuti Tahunan
(1) Sesuai dengan Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 maka pekerja yang bekerja 12 ( dua
belas ) bulan berturut-turut berhak atas cuti tahunan 12 ( dua belas ) hari kerja dan untuk
menggunakannya pekerja diwajibkan mengajukan permohonan melalui atasan langsung
sekurang-kurangnya 3 ( tiga ) hari sebelum mulai cuti.
(2) Dengan tidak mengurangi hak cuti pekerja, maka penggunaan hak cuti dapat diatur sebagai
berikut :
a. Sebanyak-banyaknya 6 ( enam ) hari digunakan sebagai cuti bersama yang pelaksanaannya
ditetapkan bersama dengan serikat pekerja yang disepakati dalam kalender kerja.
b. Sisanya digunakan oleh masing-masing pekerja menurut kepentingannya dengan
memperhatikan kelancaran pekerjaan.
(3) Secara periodik HRD / personalia akan menginformasikan secara langsung dan tertulis kepada
pekerja yang akan hangus hak cutinya minimal 2 ( dua ) bulan sebelum hak cuti tersebut
hangus.
(4) Jika hak cuti tahunan pekerja telah habis atau berhutang maka dapat diganti dengan hak cuti
tahun berikutnya.
(5) Demi kelancaran pelaksanaan cuti tahunan, perusahaan mengeluarkan daftar sisa cuti tahunan
dan memberitahukan kepada setiap pekerja. Data sisa cuti dicantumkan dalam slip penggajian
masing-masing pekerja.
Pasal 50
Cuti Hamil
(1) Kepada pekerja yang hamil, perusahaan memberikan cuti selama 3 ( tiga ) bulan yaitu paling
sedikit satu bulan sebelum dan paling banyak dua bulan sesudah melahirkan.
a. Pengajuan cuti hamil diajukan dua bulan sebelum perkiraan tanggal melahirkan.
b. Perkiraan tanggal melahirkan ditunjukkan dengan surat keterangan dokter / bidan yang
menyatakan perkiraan tanggal melahirkan.
(2) Bagi pekerja yang mengalami keguguran / gugur kandungan diberikan waktu istirahat selama
1,5 ( satu setengah ) bulan sejak keguguran kandungannya dalam jangka waktu yang
didasarkan atas surat keterangan dokter / bidan yang memeriksanya.
(3) Selama menjalani masa cuti / istirahat terasebut, pekerja tetap mendapatkan upah penuh.
Pasal 51
Cuti Haid
(1) Sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 2003 pasal 81, kepada pekerja tidak diwajibkan
bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid nya.
(2) Untuk menggunakan hak cuti ini, pekerja harus memberitahukan kepada personalia
perusahaan melalui atasan langsung.
Pasal 52
Ijin Tidak Masuk Kerja
(1) Pekerja menurut kebutuhannya dapat diberikan ijin tidak masuk kerja dengan mendapat upah
(2) Lamanya ijin yang dimaksud ditetapkan sebagai berikut :
a. Pernikahan pekerja sendiri diberikan ijin 3 ( tiga ) hari kerja
b. Isteri melahirkan / keguguran diberikan ijin 3 ( tiga ) hari kerja
c. Khitan / babtis diberikan ijin 2 ( dua ) hari kerja
d. Pernikahan anak pekerja diberikan ijin 2 ( dua ) hari kerja
e. Isteri / suami atau anak pekerja meninggal / mendapat kecelakaan berat atau sakit keras
diberikan ijin 3 ( tiga ) hari kerja
f. Orang tua / mertua pekerja meninggal / mendapat kecelakaan berat / sakit keras diberikan
ijin 3 ( tiga ) hari kerja
g. Saudara sekandung pekerja meninggal dunia diberikan ijin 2 ( dua ) hari kerja
h. Orang serumah pekerja pekerja meninggal / mendapat kecelakaan berat atau sakit keras
diberikan ijin 1 ( satu ) hari kerja
(3) Bila peristiwa-peristiwa tersebut sesuai dengan pasal 2 terjadi dalam cuti masal / hari libur
maka hak cuti ini dengan sendirinya gugur, kecuali untuk cuti nikah pekerja.
Pasal 53
Ijin Khusus
(1) Khusus untuk kepentingan-kepentingan nasional dan regional dalam rangka menjalankan tugas
Negara dibidang olah raga, kesenian, pemilu, pekerja dapat diberikan ijin khusus dengan
catatan upah pekerja pada bulan dimana diijinkan akan diperhitungkan dengan honor / uang
saku yang diberikan pemerintah.
(2) Pekerja yang telah menjadi pekerja tetap, diberikn ijin meninggalkan pekerjaan untuk
melakukan kewajiban Ibadah Haji dalam musim Haji ( bukan Umroh ) dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Pemberian ijin hanya satu kali dan lamanya harus sesuai dengan jadwal perjalanan yang
ditentukan pemerintah / Departemen Agama.
b. Selama meninggalkan pekerjaan, pekerja berhak menerima upah penuh sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 08 tahun 1981
(3) Khusus bagi pekerja yang terkena musibah karena banjir dan kebakaran atau bencana alam
(force majour) diberikan ijin sesuai dengan kebutuhannya dengan tetap menerima upah penuh
BAB VIII
PENGOBATAN DAN PERAWATAN
Pasal 54
Biaya Perawatan Rumah sakit
(1) Biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan kecuali yang berhubungan dengan kecantikan.
(2) Pekerja wanita yang suaminya tidak bekerja atau tidak mendapatkan tunjangan kesehatan di
tempat kerjanya maka pengobatan suami dan anak pekerja perempuan ditanggung oleh
Pengusaha.
Pasal 55
Biaya Perawatan Bersalin
(1) Biaya persalinan diberikan oleh perusahaan dengan ketentuan mengikuti aturan yang ada
dalam BPJS kesehatan.
(2) Dalam hal keguguran kandungan atau pengguguran kandungan diri pekerja atau isteri pekerja
yang berdasarkan atas keterangan atau rekomendasi dokter maka biaya perawatan
digolongkan pada perawatan rumah sakit.
Pasal 56
Pemeriksaan Mata dan Pembelian kaca Mata
(1) Biaya kaca mata diberikan kepada pekerja setelah menjadi pekerja tetap dan kepada
keluarganya setelah melewati masa kerja 1 ( satu ) tahun
(2) Biaya kaca mata meliputi penggantian lensa serta bingkai ( frame )
(3) penggantian lensa dilakukan paling cepat 1 ( satu ) tahun sekali dan untuk penggantian bingkai
dilakukan paling cepat 2 ( dua ) tahun sekali.
(4) Perlakuan atas pemakaian lensa kontak ( contact lens ) disamakan dengan pemakaian lensa
biasa.
(5) Besarnya biaya kaca mata ditetapkan sebagai berikut :
Lensa Bingkai Lengkap
Jenis
Monofocus / c- Rp. 200.000 Rp. 300.000 Rp. 500.000
Biofocus / 6 (+) Rp. 300.000 Rp. 300.000 Rp. 600.000
(6) Besarnya biaya kaca mata tersebut akan ditinjau setiap tahunnya oleh perusahaan dan serikat
pekerja dengan mempertimbangkan harga pasar.
Pasal 57
Keluarga Berencana
(1) Untuk menjunjung program nasional bidang Keluarga Berencana ( KB ) perusahaan
menanggung semua biaya yang digunakan pekerja atau isteri / suami pekerja dalam mengikuti
KB dengan seterilisasi ( Vasektomi dan Tubektomi ).
(2) Biaya yang berhubungan dengan hal tersebut digolongkan dalam biaya perawatan dan
pengobatan dirumah sakit sesuai dengan pasal 57.
(3) Biaya yang digunakan pekerja atau isteri / suami pekerja yang sah dalam mengikuti KB diluar
ayat 1 (satu) digolongkan biaya pengobatan berdasarkan resep dokter
Pasal 58
Pemeriksaan Kesehatan Pekerja
(1) Untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja, maka perusahaan mengadakan pemeriksaan
kesehatan, baik secara berkala maupun khusus yang biayanya di tanggung perusahaan.
Pengaturan lebih lanjut ditetapkan dalan ketentuan tersendiri demi tetap terpeliharanya kondisi
kesehatannya pekerja harus bersedia menjalani pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
perusahaan.
(2) Pada waktu yang dianggap perlu, perusahaan akan mengadakan imunisasi terhadap seluruh
pekerja untuk mencegah berjangkitnya wabah penyakit menular.
(3) Medical Check Up dilakukan 1 ( satu ) tahun sekali.
(4) Dalam medical check up dilakukan pengecheckan pupsmir kepada pekerja perempuan yang
telah menikah.
(5) Perusahaan menyediakan fasilitas pojok laktasi beserta kelengkapannya.
BAB IX
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 59
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1) Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja seluruh pekerja perusahaan menyediakan
alat-alat perlindungan proteksi serta menetapkan peraturan-peraturan keselamatan kerja sesuai
dengan undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Setiap pekerja diwajibkan memakai alat-alat perlindungan kerja yang ditetapkan sesuai dengan
tugas masing-masing dan wajib mentaati peraturan serta program kesehatan dan kesehatan
kerja yang didasarkan oleh undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja
(3) Peraturan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja bersama serikat pekerja,
melaksanakan aturan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 60
Perlengkapan Kerja
(1) Perlengkapan kerja yang diberikan kepada pekerja berupa :
a. Pakaian kerja berupa seragam kerja ( baju dan celana ) untuk pekerja 2 ( dua ) pasang pada
awalnya dan 2 ( dua ) pasang pada tiap tahunnya.
b. Helm atau topi diberikan kepada pekerja 1 ( satu ) buah pada awalnya.
c. Sepatu safety 1 ( satu ) pasang tiap tahunnya
d. ID Card / tanda pengenal pekerja, kartu pencatat waktu / time card
e. Perlengkapan lainnya yang dipandang perlu sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan
pekerja akan diberikan sesuai dengan pekerjaan / jabatannya.
(2) Setiap ada penggantian, yang lama atau yang rusak harus dikembalikan dan akan diganti yang
baru
BAB XI
KESEJAHTERAAN
Pasal 62
Sumbangan Pernikahan
Perusahaan memberikan sumbangan pernikahan kepada pekerja yang melangsungkan pernikahan
secara sah, dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Besarnya sumbangan pernikahan yang diberikan kepada pekerja sebesar Rp. 600.000,-
(2) Sumbangan pernikahan hanya sekali berlaku bagi pernikahan yang pertama kecuali jika suami /
isteri meninggal dunia.
(3) Sumbangan hanya diberikan hanya kepada salah satu pihak jika pernikahan terjadi antara
pekerja.
(4) Sumbangan pernikahan hanya diberikan kepada pekerja tetap.
(5) Untuk mendapatkan sumbangan pernikahan, pekerja harus menyampaikan bukti-bukti yang
sah kepada personalia perusahaan.
Pasal 63
Sumbangan Khitanan
Perusahaan memberikan sumbangan khitanan kepada pekerja yang melangsungkan khitanan anak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Besarnya sumbangan khitanan yang diberikan kepada pekerja sebesar Rp. 350.000,-
(2) Untuk mendapatkan sumbangan khitanan, pekerja harus menyampaikan bukti-bukti yang sah
kepada personalia perusahaan.
Pasal 64
Sumbangan Kedukaan
(1) Perusahan memberikan sumbangan kedukaan kepada pekerja atau ahli warisnya untuk
membantu meringankan biaya administrasi pemakaman, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Besarnya sumbangan kedukaan adalah minimum 1 ( bulan ) upah pokok pekerja
b. Minimum untuk sumbangan kedukaan adalah Rp. 1.000.000,-
c. Sumbangan kedukaan diberikan apabila :
Pekerja meninggal
Isteri / suami sah meninggal
Anak sah dari pekerja meninggal
(2) Bila lebih dari satu pekerja berhak atas sumbangan kedukaan yang sama maka sumbangan
diberikan kepada salah satu pekerja.
Pasal 66
Bantuan Beasiswa Bagi Anak Pekerja
(1) Dalam rangka ikut mencerdaskan bangsa, perusahaan memberikan bantuan beasiswa bagi
anak pekerja yang menduduki rangking 1 s/d 3 dikelasnya.
(2) Kriteria dan teknis pemberian beasiswa, disepakati antara serikat pekerja dengan perusahaan.
Pasal 67
Rekreasi
(1) Setiap tahun perusahaan akan menyelenggarakan rekreasi bagi pekerja dan keluarga pekerja.
(2) Rekreasi dilaksanakan pada hari libur perusahaan yang disesuaikan dengan libur sekolah.
(3) Besarnya biaya disepakati antara serikat pekerja dengan perusahaan.
Pasal 68
Kerohanian
Untuk menunjang pembinaan rohani bagi pekerja, perusahaan melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
a. Menyediakan fasilitas ibadah yang memadai dilingkungan perusahaan sehingga
memungkinkan pekerja menjalankan kewajiban menurut agam dan kepercayan masing-
masing dengan baik dan tepat pada waktunya.
b. Memberikan dana untuk kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan oleh pekerja
dilingkungan perusahaan.
Pasal 69
Olah Raga
Untuk menunjang pengembangan kegiatan olah raga, perusahaan menyediakan fasilitas olah raga
diperusahaan sesuai kemampuan perusahaan agar dapat dimanfaatkan oleh pekerja.
Pasal 70
Penghargaan Masa Bakti
(1) Perusahaan memberikan penghargaan masa bakti kepada pekerja yang telah bekerja terus
menerus diperusahaan dalam bentuk :
a. Penghargaan bagi pekerja yang bermasa 5 ( lima ) tahun
b. Penghargaan bagi pekerja yang bermasa 10 ( sepuluh ) tahun
c. Penghargaan bagi pekerja yang bermasa 15 ( lima belas ) tahun
d. Penghargaan bagi pekerja yang bermasa 20 ( dua puluh ) tahun
(2) Bentuk dan pelaksanaan pemberian penghargaan ditetapkan sebagai berikut :
(3) Bentuk dan jenis perhiasan akan disepakati antara serikat pekerja dengan perusahaan.
Pasal 71
Koperasi
Guna menunjang usaha pekerja, untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui koperasi, maka
perusahaan membantu koperasi pekerja Industri dalam bentuk :
BAB XII
PERATURAN TATA TERTIB
Pasal 72
Tata Tertib Registerasi
Setiap Pekerja wajib memberitahukan kepada Perusahaan melalui personalia Perusahaan bila ada
perubahan data pribadi yang menyangkut :
a. Alamat tempat tinggal Pekerjaan dan keluarga terdekat.
b. Keadaaan keluarga ( perkawinan, kelahiran, kematian dan lain-lain ).
c. Kartu tanda penduduk.
Pasal 73
Tata tertib
(1) Setiap Pekerja wajib mentaati peraturan kerja didalam Perusahaan.
(2) Setiap Pekerja diwajibkan memakai seragam kerja, sepatu dan ID cart setiap masuk area
perusahaan baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja
(3) Setiap Pekerja wajib chek roll / absen sendiri dan dilarang diwakili oleh orang lain.
(4) Semua Pekerja diwajibkan berada ditempat kerja dan siap memulai pekerjaan pada jam
kerja sesuai waktu yang telah ditentukan
(5) Apabila seorang Pekerja terlambat masuk kerja maka Pekerja tersebut harus secepatnya
memberitahukan kepada bagiannya. Demikian pula apabila meninggalkan tugas sebelum
waktunya, maka Pekerja tersebut harus meminta izin terlebih dahulu dari atasan langsungnya
(6) Apabila pekerja tidak dapat masuk kerja karena sakit atau karena hal lain, harus
memberitahukan kepada atasan melalui telepon atau sarana lain. Bila pekerja tidak dapat hadir
karena sakit lebih dari 2 ( dua ) hari, keterangan dokter harus diajukan untuk membuktikan
kebenaran hal tersebut.
(7) Pekerja harus memakai pakaian kerja yang pantas dan rapi, sesuai bidang kerjanya .
(8) Pekerja diwajibkan memelihara lingkungan kerja agar selalu bersih dan teratur sehingga
menujukan gambaran yang baik mengenai perusahaan, serta terciptanya lingkungan kerja yang
sehat dan nyaman.
(9) Khusus bagi pekerja muslim, perusahaan menyediakan ruangan untuk melakukan ibadah.
(10) Setiap pekerja diwajibkan untuk memelihara dengan baik peralatan kerja yang disediakan
perusaahaan dan semua barang milik perusahaan.Setiap kehilangan atau kerusakan barang
milik perusahaan harus segera dilaporkan oleh pekerja yang mengetahui tentang kehilangan
atau kerusakan tersebut.
(11) Pekerja berkewajiban melakukan pekerjaanya dengan tertib dan mematuhi perintah yang layak
dari atasannya di bidang pekerjaanya.
(12) Barang-barang milik perusahaan diperuntukkan semata-mata untuk menjalankan usaha resmi
perusahaan. Para pekerja dilarang dengan keras untuk memindahkan barang-barang milik
perusahaan dari gedung dan pekarangan perusahaan tanpa mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari pimpinan perusahaan atau petugas yang ditunjuk untuk keperluan tersebut.
(13) Pekerja diwajibkan memberitahukan kepada perusahaan tentang setiap perubahan mengenai
hal ikhwal pribadi pekerja, seperti:alamat, perkawinan, kelahiran, kematian dalam keluarga,
alamat yang harus dihubungi bila terjadi keadaan darurat dan keterangan lain berhubungan
dengan pekerja.
(14) Pekerja harus membaca dan mematuhi pengumuman-pengumuman perusahaan yang
tercantum pada papan pengumuman atau yang dikeluarkan secara khusus.
Pasal 75
Tata Tertib Keamanan
(1) Setiap Pekerja harus mentaati peraturan keamanan dalam Perusahaan.
(2) Setiap Pekerja yang mengetahui adanya keadaan/ kejadian atau benda yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran, pencurian, ganguan terhadap keselamatan dan ketentraman
di lingkungan Perusahaan, harus segera memberitahukan satuan pengamanan atau atasan-
langsungnya/pejabat Perusahaan atau siapa saja yang dapat dihubungi secara cepat.
(3) Setiap Pekerja harus mencegah hal-hal yang berhubungan dengan :
a. Kebakaran atau ledakan
b. Pencurian, kehilangan dan perusakan
(4) Setiap Pekerja yang mengetahui adanya kebakaran harus memadamkan api dengan cara
apapun
(5) Untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan maka Pekerja dilarang :
a. Menyalalakan api atau merokok ditempat dimana terdapat bensin, solar, gas dan barang
yang mudah terbakar.
b. Mendekatkan bensin, solar, gas dan barang lainnya yang mudah terbakar dimana terdapat
api.
c. Merokok ditempat yang dilarang.
d. Sebelum puntung rokok dibuang di tempat yang telah ditentukan , apinya harus terlebih
dahulu dimatikan.
e. Merusak perubahan atau menghilangakan fungsi alat pengaman.
f. Membawa masuk kedalam lingkungan Perusahaan, bahan bakar, bahan peledak, senjata
api yang tidak ada hubungannya dengan Pekerjaan Pekerja.
g. Bermain-main dengan alat pemadam api, emmindahkan tempatnya atau memperlakukan
secara ceroboh sehingga menimbulkan kerusakan.
(6) Untuk mencegah terjadinya pencurian dan perusakan maka Pekerja :
a. Harus memelihara barang yang dipertanggung jawabkan keapadanya.
b. Pada waktu jam kerja dilarang memasuki/berada dalam ruangan ganti pakaian tanpa ijin.
c. Dilarang memasuki tempat-tempat yang bukan untuknya tanpa ijin.
d. Dilarang keluar masuk lingkungan Perusahaan selain melalui pintu yang telah disediakan
dan dengan cara yang telah ditentukan.
e. Dianjurkan menaruh benda berharga ditempat yang terkunci atau tidak secara
sembarangan.
(7) Untuk mencegah perkelahian atau hal lainnya, Pekerja dilarang :
a. Melakukan hasutan terhadap sesama Pekerja.
b. Menyebarkan desas-desus atau kabar bohong dalam bentuk dan cara apapun yang
menggelisahkan sesama Pekerja.
c. Mengancam Pekerjaan lain atau memaksanya untuk mengikuti sikap dan tindakannya.
d. Membawa senjata tajam yang tidak ada hubungannya dengan Pekerjaan kedalam
lingkungan Perusahaan.
Pasal 76
Tata Tertib Sikap Atasan Terhadap Bawahan
Demi terciptanya disiplin dan keharmonisan kerja dalam Perusahaan, maka atasan wajib :
(1) Memperlakukan bawahannya dengan sopan, jujur dan wajar.
Memberikan petunjuk kepada bawahannya mengenai Pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Pasal 77
Tata Tertib Sikap Pekerja Terhadap Atasan
Demi terciptanya disiplin dan keharmonisan kerja dalam Perusahaan, maka Pekerja wajib:
(1) Bersikap sopan, jujur dan wajar terhadap atasannya.
(2) Melaksanakan tugas yang diberikan atasan dengan sebaik-baiknya.
(3) Menanyakan kepada atasannya hal-hal yang belum atau kurang jelas baginya.
BAB XIII
SANKSI PELANGGARAN
Pasal 78
Kesalahan/Pelanggaran Dengan Sanski Pemutusan Hubungan Kerja
Kesalahan/pelanggaran dilakukan Pekerja yangd dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja
adalah sebagai berikut :
(1) Mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut atau 8 (delapan) hari kerja tidak berturut-turut
dalam 1 (satu) bulan.
(2) Melakukan atau terlibat dalam pencurian, penggelapan dan pemanipulasian yang merugikan
Perusahaan.
(3) Menganiaya Pengusaha dan keluarga, atasan dan keluarganya, teman sekerja dan
keluarganya.
(4) Menggunakan nama dan atau fasilitas Perusahaan untuk melakukan kegiatan yang
bertentangan dengan undang-undang.
(5) Mabuk karena meminum-minuman keras atau membawa/menggunakan obat bius atau narkotik
dilingkungan Perusahaan.
(6) Membocorkan rahasia Perusahaan yang dipercayakan kepadanya atau yang diketahuinya
kepada pihak lain sehingga mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan.
(7) Menerima suap atau pemberian apapun dari siapa saja atau mencari keuntungan untuk diri
sendiri dengan menggunakan jabatan melakukan hal-hal yang merugikan atau mengurangi
keuntungan Perusahaan.
(8) Melakukan pungutan liar dilingkungan Perusahaan.
(9) Dengan sengaja merusak barang milik Perusahaan yang mengakibatkan kerugian besar bagi
Perusahaan.
(10) Melakukan perbuatan asusila didalam lingkungan Perusahaan.
(11) Memberikan keterangan palsu sehingga merugikan Perusahaan.
(12) Mengancam kepada Pengusaha, keluarga Pengusaha atau teman sekerja sehingga
mengakibatkan ketidak tenangan atau ketentraman jiwa.
(13) Dengan sengaja memberikan orang lain terkena kecelakaan dari Pekerjaannya.
(14) Bukan menjadi tugasnya/tanpa ijin atasan telah menjalankan forklift, truck, kendaraan atau alat
angkut lainnya dan mengakibatkan tabrakan sehingga menimbulkan kerugian besar bagi
Perusahaan.
(15) Berkelahi atau menganiaya secara fisik dengan sesama Pekerja dilingkungan Perusahaan.
(16) Membawa senjata api atau senjata tajam dan bahan berbahaya lainnya kedalam lingkungan
Perusahaan tanpa ijin pejabat yang berwenang.
(17) Pekerja yang bekerja pada Perusahaan lain atau mempunyai usaha lain yang dapat
menggangu pelaksanaan tugasnya atau menjadi eksekutif suatu organisasi lain tanpa izin
Perusahaan.
(18) Pekerja yang menyalahkan kedudukannya didalam Perusahaan baik langsung maupun tidak,
untuk memperoleh keuntungan pribadi.
(19) Menghasut pimpinan, keluarga pimpinan atau teman sekerja untuk berbuat hal yang
bertentangan dengan hukum dan susila, baik secara langsung maupun tidak.
BAB XIV
PEMUTUSAN/ BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
Pasal 79
Pemutusan Hubungan Kerja
(1) Pada dasarnya Pemutusan Hubungan Kerja tidak dikehendaki, namun disadari bahwa dalam
hubungan kerja, terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi tidak terhindarkan.
(2) Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi baik karena inisiatif Pekerja maupun inisiatif
Perusahaan, untuk itu perlu diatur hak dan kewajiban Pekerja maupun Perusahaan, sesuai
ketentuan Undang-undang Ketenagakerjaan yang berlaku.
(3) Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Pekerja dengan Pengusaha.
(4) Berakhirnya hubungan kerja dapat terjadi karena :
a. Dalam masa percobaan
b. Atas kehendak Pekerja sendiri
c. Melakukan pelanggaran
d. Melakukan kesalahan berat
e. Pekerja ditahan/ dinyatakan bersalah oleh pengadilan
f. Kesepakatan
g. Meninggal dunia
h. Sakit biasa yang berkepanjangan ( medical unfit )
i. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
j. Pengalihan manajemen Perusahaan
k. Rasionalisasi/ efisiensi
l. Relokasi Perusahaan
m. Usia lanjut (pensiun )
n. Pensiun dipercepat
Pasal 80
Kewajiban Atas Berakhirnya Hubungan Kerja.
Dalam hal terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja, baik Pekerja maupun Perusahaan berkewajiban
(1) Pekerja
a. Mengembalikan alat-alat kerja dan kartu pengenal.
b. Melunasi sisa hutang Pekerja kepada Perusahaan.
c. Melunasi sisa hutang Pekerja kepada Koperasi.
d. Menyelesaikan deklarasi uang muka.
(2) Perusahaan
a. Membantu administrasi untuk proses klaim atas iuran Dana Pensiun, Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek), Asuransi Kecelakaan Diri bila Pekerja mempunyai hak atas
klaim tersebut.
b. Membayar kepada Pekerja uang penggantian hak sesuai UU No 13 TH 2003.
c. Memberikan surat keterangan pengalaman kerja.
Pasal 81
Pesangon, Uang PMK, Uang Pisah dan Penggantian Hak
(1) Berdasarkan Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003 pasal 156 ayat 2, besarnya pesangon
sekurang-kurangnya :
a. Masa kerja kurang dari 1 tahun ………………............................……………… 1 bulan upah.
b. Masa Kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun ..…………………… 2 bulan upah.
c. Masa Kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun ..…………………… 3 bulan upah.
d. Masa Kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun ..…………………… 4 bulan upah.
e. Masa Kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun ..…………………… 5 bulan upah.
f. Masa Kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun ..…………………… 6 bulan upah.
Pasal 82
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan.
(1) Pemutusan Hubungan Kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat, baik atas
permintaan Pekerja atau Perusahaan.
(2) Kepada Pekerja diberikan upah bulan berjalan, tetapi tidak akan diberikan uang pesangon,
penghargaan, masa kerja maupun penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003.
Pasal 83
Pemutusan Hubungan Kerja Atas Kehendak Pekerja/Pengunduran Diri
(1) Jika Pekerja ingin behenti bekerja dari Perusahaan maka diwajibkan mengajukan permohonan
secara tertulis 1 (satu) bulan sebelumnya kepada atasan langsungnya dengan tembusan ke
personalia Perusahaan.
(2) Kepada Pekerja yang mengundurkan diri akan diberikan uang pisah dan uang penggantian hak
sesuai undang-undang RI No. 13 tahun 2003 pasal 162, surat keterangan, dan Perusahaan
membantu admnistrasi untuk proses kalim iuran pensiun.
(3) Pekerja yang berhak mendapatkan uang pisah seperti pada ayat 3 diatas, harus memenuhi
syarat sbb :
a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
b. Tidak terikat pada ikatan dinas.
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai saat mulai tanggal pengunduran diri.
d. Melakukan serah terima Pekerjaaan kepada calon pengganti atau kepada atasan dengan
baik.
Pasal 84
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pelanggaran
(1) Dalam hal Pekerja melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja
bersama ini pasal 95 maka pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap
Pekerja tersebut dengan tetap mengindahkan UU No. 13 tahun 2003 pasal 161.
(2) Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan karena pelanggaran, Perusahaan diwajibkan
meminta ijin kepada lembaga yang mempunnyai kewenangan
(3) Selama ijin Pemutusan Hubungan Kerja belum diberikan oleh lembaga PPHI (P4D atau P4P),
berdasarkan pertimbangan bersama (Perusahaan dan Serikat Pekerja), maka demi
ketenangan dan kelancaran kerja dikenakan pemberhentian sementara (skorsing), sesuai
dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 155 ayat 3.
(4) Kepada Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja karena pelanggaran seperti
disebutkan pada ayat (1) dan (2), akan diberikan 1 (satu) kali uang pesangon, 1 (satu) kaliuang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003, surat
keterangan, serta Perusahaan membantu admnistrasi untuk proses klaim dari DPM dan
jamsostek (lihat pasal tabel PHK)
Pasal 85
Pemutuasn Hubungan Kerja Karena Kesalahan Berat
(1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja terhadap Pekerja dengan alasan Pekerja telah
melakukan kesalahan berat sesuai PKB pasal 99 tentang pelanggaran dengan sanksi PHK.
(2) Kepada Pekerja akan diberikan : upah bulan berjalan 1 (satu) kali uang pisah sesuai pasal 102
ayat 3 dan penggantian hak sesuai pasal 102 ayat 4 PKB ini.
(3) Syarat dan kriteria dari kesalahan berat tersebur seperti pada ayat 1 (satu) harus didukung
dengan bukti sebagaimana yang diatur dengan UU no, 13 tahun 2003 pasal 158 ayat 2 sbb :
a. Pekerjaan tertangkap tangan
b. Ada pengakuan dari Pekerja yang bersangkutan atau
c. Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di Perusahaan
yang bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
Pasal 86
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Permohonan Pekerja Kepada Lembaga Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industri (PPHI)
(1) Pekerja dapat mengajukan permohonan Pemutusan Hubungan Kerja kepada lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industri (PPHI) dalam hal pengusaha melakukan
perbuatan sebagai berikut :
a. Manganiaya menghina secara kasar atau mengacam Pekerjaan.
b. Membujuk dan/atau menyuruh Pekerja untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
c. Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau lebih.
d. Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada Pekerja.
e. Memerintahkan Pekerja untuk melaksanakan Pekerjaan diluar yang dijanjikan
f. Memberikan Pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan
Pekerja sedangkan Pekerja tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
(2) Pemutusan.hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaskud pada ayat 1 diatas kepada
Pekerja akan diberikan 2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja,
dan uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003, surat keterangan, serta Perusahaan
membantu administrasi untuk proses klaim dari BPJS.
(3) Dalam hal pengusaha dinyatakan tidakmelakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
1 oleh lembaga penyelesaisan perselisihan hubungan industrial maka pengusaha dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan
Pasal 87
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pekerja Ditahan
(1) Dalam hal Pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana
bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetap I wajib
memberikan bantuan kepada keluarga Pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Bantuan sebagaimana dimaskud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan
takwin terhitung sejak hari pertama Pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib
b. Pengusaha dapat melakukan pemutausan hubungan kerja terhadap Pekerja yang selama 6
(enam) bulan tidak dapat melakukan Pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses
perkara pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(2) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud ayat (1) hurup b berakhir dan Pekerja dinyatakan tidak bersalah, maka
pengusaha wajib memperkerjakan Pekerja kembali.
(3) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan
Pekerja dinyatakan bersalah, maka pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
kepada Pekerja yang bersangkutan.
(4) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaskud pada ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
(5) Pengusaha wajib membayar kepada Pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam pasal 156 UU No. 13 pasal 156.
Pasal 88
Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Kesepakatan
(1) Dalam hal anatara Perusahaan dengan Pekerja telah menyampaikan PHK, maka tanpa
mengabaikan prosedur yang telah ditetapkan dalam UU No. 13 tahun 2003. PHK dapat
dilakukan atas permohonan secara tertulis dari Pekerja kepada atasan langsungnya dengan
tembusan kepada HRD dan Serikat Pekerja.
(2) Kepada Pekerja akan diberikan upah bulan berjalan 1 (satu) kali uang pesangon, 1 (satu) kali
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003 pasal
156 serta surat keterangan, dan Perusahaan membantu administrasi untuk proses klaim ke
BPJS.
Pasal 89
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pekerja Meningal Dunia
(1) Pekerja meningal dunia bukan karena kecelakaan kerja, kepada penerima waris pekerja
diberikan sumbangan duka. Gaji bulan berjalan. 2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja, uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003 pasal 166, serta
Perusahaan membantu mengurus klaim pensiun dari BPJS ketenagakerjaan.
(2) Pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja, kepada penerima waris Pekerja diberikan
sumbangan duka. Gaji bulan berjalan. 2 (sua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja, uang penggantian hak, serta Perusahaan membantu mengurus klaim
pensiun dari BPJS ketenagakerjaan
Pasal 90
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Tidak Mampu Bekerja (Medical Unfit)
(1) Dalam hal seorang Pekerja tidak mampu bekerja karena sakit yang berkepanjangan atau cacat
jasmani/rohani melebihi 12 (dua belas) bulan berturut-turut maka :
a. Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada Pekerja yang
bersangkutan dengan mendapatkan hak upah bulan berjalan 2 (dua) kali uang pesangon, 1
Pasal 91
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Kecelakaan Kerja Atau Akibat Hubungan Kerja
(1) Dalam hal seorang Pekerja tidak mampu bekerja karena sakit yang berkepanjangan atau cacat
jasmani/rohani melebihi 12 (dua belas) bulan berturut-turut maka dapat dilakukan Pemutusan
Hubungan Kerja dengan mengindahkan UU No. 13 tahun 2003 pasal 153 ayat 1.a.
(2) Kepada Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja diberikan 2 (dua) kali uang
pesangon, 2 (dua) kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai UU
No. 13 tahun 2003. selain itu kepada Pekerja, Perusahaan memberikan pemeliharaan
kesehatan selama 1 (satu) tahun (lihat pasal tabel PHK).
Pasal 92
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pengabungan, Pengalihan Manajemen Perusahaan
Serta Relokasi
(1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena perubahan status, Penggabungan,
Peleburan, atau Perubahan Kepemimpinan Perusahaan, maka :
(2) Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan karena hal tersebut diatas, Perusahaan
diwajibkan meminta ijin kepada lembaga yang mempunyai kewenangan dalam
Ketenagakerjaan
Pasal 93
Pemutusan Hubungan Kerja Pailit, Rugi Atau Force Majeur
(1) Dalam hal terjadi penutupan Perusahaan (lock out) yang disebabkan Perusahaan mengalami
kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, keadaan memaksa (force majeur), atau
Perusahaan dinyatakan pailit maka Pemutusan Hubungan Kerja dapat dilakukan dengan tetap
mengindahkan UU No. 13 tahun 2003.
(2) Kerugian Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan laporan
keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik.
(3) Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan karena hal tersebut diatas, Perusahaan
diwajibkan meminta ijin kepada lembagayang mempunyai kewenangan dalam
Ketenagakerjaan.
(4) Kepada Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja seperti yang disebutkan pada ayat
(1) akan diberikan gaji bulan berjalan, 1 (satu) kali uang pesangon 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003. pasal 156,
surat keterangan, serta Perusahaan membantu administrasi untuk proses klaim dan DPM dari
jamsostek (lihat pasal tabel PHK)
Pasal 94
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Rasionalisasi Efesiensi
(1) Dalam hal terjadi rasionalisasi/efisiensi yang tidak disebabkan Perusahaan mengalami kerugian
secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeur), maka
Pemutusan Hubungan Kerja dapat dilakukan. Adapun kriteria dan besarnya hak yang akan
diterima oleh Pekerja akan disepakati bersama antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja
dengan minimal tetap mengindahkan UU No. 13 tahun 2003 (lihat pasal tabel PHK).
(2) Pemutusan Hubungan Kerja yang disebabkan karena hal tersebut diatas, Perusahaan
diwajibkan meminta ijin kepada lembaga yang mempunyai kewenangan dalam
Ketenagakerjaan
Pasal 96
Pemutusan Hubungan Kerja Karena Pensiun Dipercepat
(1) Bagi Pekerja yang telah berusia minimal 45 tahun, dapat dilakukan percepatan usia
pensiun/pensiun dipercepat.
(2) Dalam hal Pekerja bermaksud melakukan percepatan usia pensiun/pensiun dipercepat, harus
mengajukan permohonan pensiun secara tertulis, 6 (enam) bulan sebelumnya kepada atasan
langsung minimal setingkat manager dan ditembuskan ke HRD dan Serikat Pekerja.
(3) Mengingat kedudukan, kondisi serta prestasi Pekerja pengusaha berhak menolak usulan
pensiun dipercepat tersebut, dan selanjutnya dibicarakan dengan Pekerja, atasan langsung
Pekerja dan Serikat Pekerja. Dalam hal Pekerja memaksakan diri maka kepada yang
bersangkutan dianggap mengundurkan diri.
(4) Dalam hal pengusaha bermaksud melakukan percepatan usia pensiun seorang Pekerja, usulan
pensiun dipercepat terlebih dahulu wajib dibicarakan dengan Pekerja yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum tanggal pelaksanaan.
(5) Dalam hal Pekerja tidak setuju, keberatan harus diajukan selambat-lambatnya 14 hari kerja
sejak usulan disampaikan, dan yang bersangkutan masih sebagai Pekerja.
(6) Apabila Pekerja dan pengusaha tidak keberatan atas usulan pensiun dipercepat tsb diatas,
Pekerja dan pengusaha diwajibkan menandatangani lembar verifikasi sebagai tanda
persetujuan.
(7) Setiap pensiun dipercepat ditetapkan dengan surat keputusan yang ditanda tangani oleh
pejabat HRD dan Pekerja serta ditembuskan kepada Serikat Pekerja.
(8) Kapada Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja seperti yang disebutkan pada ayat
(2), akan diberikan upah bulan berjalan, 2 (dua) kali uang pesangon, 2 (dua) kali uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak sesuai UU No. 13 tahun 2003. surat
keterangan , serta Perusahaan membantu admnistrasi untuk proses klaim dari DPM dan
jamsostek. (lihat pasal tabel PHK).
Pasal 97
Pemberhentian Sementara atau Skorsing
(1) Berdasarkan pertimbangan bersama Perusahaan dan Serikat Pekerja, maka demi ketenangan
dan kelancaran kerja dalam Perusahaan, pemberhentian sementara (skorsing) dapat
dikenakan tehadap seorang yang sedang dalam proses PHK.
(2) Perusahaan menetapkan waktu skorsing selama proses Skorsing kepada pekerja yang
bersangkutan Perusahaan wajib membayar hak – haknya sebagai pekerja sampai dengan
adanya putusan mengikat.
Pasal 99
Cara Penyelesaian Keluhan Dan Pengaduan
(1) Setiap keluhan dan pengaduan Pekerja, pertama-tama diselesaikan dan dibicarakan dengan
atasan langsungnya.
(2) Bila penyelesaian belum mencapai hasil yang memuaskan, maka dengan sepengetahuan
atasan langsungnya, Pekerja dapat meneruskan keluhan dan pengaduan kepada atasannya
yang lebih tinggi.
(3) Bila prosedur tersebut dijalankan tanpa memberikanhasil yang memuaskan, maka Pekerja
dapat meneruskan keluhan dan pengaduannya kepada Serikat Pekerja. Dalam tingkatan ini
keluhan dan pengaduan Pekerja tersebut akan diselesaikan antara Perusahaan dan Serikat
Pekerja.
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat antara Perusahaan dan Serikat Pekerja, maka
penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan UU No. 2 tahun 2004tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
BAB XVI
PERATURAN PERALIHAN DAN PELAKSANAAN
Pasal 100
Peraturan Peralihan Dan Pelaksanaan
(1) Sebelum tercapainya perjanjian kerja bersama yang baru, setelah habis masa berlakunya
perjanjian kerja bersama ini, maka dengan persetujuan Serikat Pekerja, perjanjian kerja
bersama ini tetap berlaku sampai tercapainya perjanjian kerja bersama yang baru tersebut
untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam hal karena beberapa ketentuan dalam perjanjian kerja bersama ini dinyatakan batal
(tidak berlaku) oleh pengadilan atau lebih rendah dari undang-undang yang baru, dan bahwa
perburuhan UU 13 Th. 2003
Pasal 101
Penutup
(1) Perjanjian kerja bersama ini didaftarkan pada Dinas Tenaga Kerja setempat akan dibukukan
serta diperbanyak oleh Perusahaan untuk dibagikan kepada seluruh Pekerja.
(2) Hal-hal baru dan atau yang belum diatur secara rinci dalam perjanjian kerja bersama,
penjabarannya disusun lebih lanjut melalui perjanjian tambahan atas dasar perjanjian bersama
antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dengan tidak meniadakan, mengganti, mengurangi
dalam perjanjian kerja bersama.
(3) Perjanjian kerja bersama ini mulai berlaku sejak tanggal sampai dengan dan mengikat bagi
kedua belah pihak.
(4) Dalam hal Perusahaan merubah namanya atau menggabungkan diri dengan Perusahaan lain,
maka untuk sisa waktu berlakunya perjanjian kerja bersama ini tetap berlaku bagi Perusahaan
dan Pekerja terhadap siapa saja waktu terjadi perubahan nama atau penggabungan diri berlaku
perjanjian kerja bersama ini atau mengikuti ketentuan UU No. 13 tahun 2003 pasal 131.
(5) Perjanjian kerja bersama ini dibuat dan ditandatangani serta disetujui oleh kedua belah pihak
dalam rangkap 6 (enam) yang sama bunyi dan ketentuan hukumnya.