Anda di halaman 1dari 4

1.

Jam kerja Fulan adalah 8 jam sehari/40 jam


seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur selama
2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Fulana
adalah Rp. 5.250.000,-/bulan termasuk gaji pokok
dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang
didapat Fulan?
Answer :
PERHITUNGAN UPAH
LEMBUR PADA HARI KERJA
Jam Rumus Keterangan
Lembur
Jam 1,5  X Upah Sebulan
Pertam 1/173 x adalah 100%
a Upah Upah bila upah Jam 2   X Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan
Sebulan yang berlaku di Ke-2 & 1/173 x terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan
perusahaan 3 Upah tidak tetap. Dengan ketentuan Upah sebulan tidak
terdiri dari upah Sebulan boleh lebih rendah dari upah minimum
pokok dan
tunjangan
tetap.

Fulan hanya melakukan kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Fulan berupa Gaji
pokok dan tunjangan tetap berarti Upah sebulan = 100% upah.

Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Fulan :

Lembur jam pertama :

2 jam x 1,5 x 1/173 x Rp. 5.250.000= Rp. 91.040

Lembur jam selanjutnya :

2 jam x 2 x 1/173 x Rp. 5.250.000= Rp. 121.387

Total uang lembur yang didapat Fulan adalah

Rp. 91.040+ Rp. 121.387= Rp. 212.427

2. Jelaskan bagaimana mekanisme pembuatan


peraturan perusahaan dan siapa saja yang terlibat
dalam pembuatan peraturan perusahaan tersebut!
Answer : Ketentuan mengenai peraturan perusahaan diatur pada Pasal 108 sampai
dengan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
No.13/2003”) dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.16/MEN/XI/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (“Permenaker 16/2011”).
Pasal 1 angka (20) UU No.13/2003 mendefinisikan peraturan perusahaan sebagai peraturan
yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan (“Peraturan Perusahaan”).
Pengusaha yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh wajib
membuat Peraturan Perusahaan. Peraturan Perusahaan mulai berlaku setelah disahkan oleh
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk.
Namun, kewajiban pembuatan Peraturan Perusahaan tidak berlaku apabila perusahaan telah
memiliki perjanjian kerja bersama. Adapun ketentuan di dalam Peraturan Perusahaan tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta tidak boleh
lebih rendah dari peraturan perundang-undangan.
Peraturan Perusahaan harus disahkan oleh pejabat yang berwenang. Yang dimaksud sebagai
pejabat yang berwenang adalah sebagai berikut (“Pejabat”):

1. kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota,


untuk perusahaan yang terdapat hanya dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;
2. kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi, untuk
perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
3. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) provinsi..

Untuk melakukan pengesahan Peraturan Perusahaan maka pengusaha harus mengajukan


permohonan pengesahan Peraturan Perusahaan tersebut kepada Pejabat.
Pasal 8 ayat (2) Permenaker 16/2011 mengatur bahwa permohonan pengesahan Peraturan
Perusahaan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

1. naskah Peraturan Perusahaan yang dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan ditandatangani
oleh pengusaha; dan
2. bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari serikat pekerja/serikat buruh
dan/atau wakil pekerja/buruh apabila di perusahaan tidak ada serikat pekerja/serikat
buruh.

Dalam hal pengajuan Peraturan Perusahaan telah memenuhi kelengkapan sebagaimana


dimaksud di atas dan materi dari Peraturan Perusahaan tidak lebih rendah dari peraturan
perundang-undangan maka Pejabat wajib mengesahkan Peraturan Perusahaan dengan
menerbitkan surat keputusan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya
permohonan.
Pasal 11 ayat (3) UU No.13/2003 mengatur bahwa Peraturan Perusahaan berlaku paling lama
2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya. Perusahaan dapat
mengubah Peraturan Perusahaan asalkan hal tersebut telah disepakati oleh para pekerja/buruh
dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perubahan Peraturan Perusahaan harus mendapatkan pengesahan kembali dari Pejabat. Jika
perubahan Peraturan Perusahaan tersebut tidak mendapat pengesahan maka perubahan
terhadap Peraturan Perusahaan tersebut dianggap tidak ada.

3. Jelaskan secara general isi dari Peraturan


Perusahaan
Answer : Peraturan perusahaan bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara hak dan
kewajiban pekerja, serta antara kewenangan dan kewajiban pengusaha, memberikan pedoman
bagi pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas kewajibannya masing-masing,
menciptakan hubungan kerja harmonis, aman dan dinamis antara pekerja dan pengusaha,
dalam usaha bersama memajukan dan menjamin kelangsungan perusahaan, serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
Menurut Pasal 111 UU Ketenegakerjaan, Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat:

1. hak dan kewajiban pengusaha;


2. hak dan kewajiban pekerja/buruh;
3. syarat kerja;
4. tata tertib perusahaan; dan
5. jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

Pengusaha yang mempekerjakan paling sedikit 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh wajib


membuat peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan mulai berlaku setelah mendapat
pengesahan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk dan peraturan perusahaan berlaku untuk
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun serta wajib diperbaharui setelah habis masa
berlakunya.
Peraturan perusahaan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah
peraturan perusahaan diterima harus sudah mendapat pengesahan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk. Apabila peraturan perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 111 ayat
(1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, tetapi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja belum
mendapatkan pengesahan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, maka peraturan
perusahaan dianggap telah mendapatkan pengesahan. Namun, apabila peraturan perusahaan
belum memenuhi persyaratan dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, maka
Menteri atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha
mengenai perbaikan peraturan perusahaan. Dan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh pengusaha, pengusaha wajib
menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah diperbaiki tersebut kepada Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 113 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa perubahan peraturan perusahaan sebelum
berakhir jangka waktu berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara
pengusaha dan wakil pekerja/buruh. Hasil perubahan peraturan perusahaan harus mendapat
pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pengusaha wajib memberitahukan dan
menjelaskan isi peraturan perusahaan, serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau
perubahannya kepada pekerja/buruh.
Pasal 188 UU Ketenagakerjaan mengatur ketentuan sanksi pidana pelanggaran berupa denda
paling sedikit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) atas pelanggaran Pasal 111 ayat (3) UU Ketenagakerjaan mengenai jangka
waktu berlakunya peraturan perusahaan dan Pasal 114 UU Ketenagakerjaan tentang
kewajiban pengusaha untuk memberitahukan dan menjelaskan isi peraturan perusahaan serta
memberikan naskah peraturan perusahaan kepada pekerja/buruh.

SUMBER : https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/upah-lembur

Indonesia. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Indonesia. Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 mengenai Waktu dan Upah Kerja


Lembur

https://www.hukumperseroanterbatas.com/peraturan-perusahaan/pembuatan-peraturan-
perusahaan/

https://www.hukumperseroanterbatas.com/peraturan-perusahaan/pentingnya-peraturan-
perusahaan/

Anda mungkin juga menyukai