Anda di halaman 1dari 4

Persepsi masyarakat terhadap acara colour run di kota medan

BAB I
1.1 konteks masalah
Olahraga adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Hal ini dikarenakan olahraga merupakan unsur penting dalam pemeliharaan kesehatan
manusia. Kesehatan sendiri merupakan kebutuhan pokok yang mutlak diperlukan oleh manusia
( Tamsir Rijadi, 1985: 3). Pada perkembangan selanjutnya, olahraga tidak hanya sebagai sarana
untuk menjaga kesehatan saja, melainkan juga sebagai salah satu ajang kompetisi yang mampu
membawa nama baik kelompok atau negara. Oleh karena itu, pembinaan prestasi olahraga
mendapat perhatian yang besar dari berbagai kalangan (Tamsir Rijadi, 1985: 3). Salah satu
cabang olahraga yang mendapat perhatian besar di kalangan anak muda adalah lari.
Di jaman sekarang olahraga lari sepertinya sedang booming di Indonesia, hal ini berbanding
lurus dengan banyaknya running apparel dari brand olahraga terkemuka yang laris manis
diminati oleh remaja di Indonesia khususnya di kota medan.selain dijadikan sebagai lifestyle lari
juga dikreasikan dalam sebuah acara yang sering disebut colour run. Bagi para pemuda tentunya
hal ini bukanlah hal yang aneh dan asing, karena memang ini adalah sebuah acara yang sedang
booming saat ini di Indonesia. Sejarah color run sebenarnya adalah meniru kebudayaan bangsa
India yang lalu dimodifikasi dan pertama kali diselenggarakan pada Januari 2012 di Tempe,
Arizona, Amerika Serikat. Dan di Singapura untuk pertama kalinya acara Color Run diadakan di
Asia.
Color Run adalah sebuah kegiatan berlari sejauh 5K (lima kilometer) dengan ditaburi bubuk
warna yang akan menyambut peserta setiap melewati satu kilometernya. Lalu di sesi closing
party para peserta akan diberikan sebuah bubuk warna-warni yang akan dilemparkan bersamaan
dengan joget diiringi musik lengkap dengan DJ (Disc Jockey).
Color Run dari pertama kali muncul di Amerika tahun 2012 mengalami lonjakan peserta yang
sangat signifikan. Dibuktikan pada tahun 2013 peserta mencapai satu juta manusia di seluruh
belahan dunia. Merupakan jumlah yang sangat besar melihat acara ini adalah acara lari nonprofesional yang berbayar. Color Run telah menjadi sebuah budaya untuk pemuda-pemudi masa
kini, dan budaya ini hanya populer di masyarakat modern. Atau sering masyarakat menyebutnya
sebagai Pop Culture. Budaya yang senantiasa lahir di tengah-tengah kehidupan manusia yang
sangat konsumtif. Hal ini tentunya bukan tanpa sebab, dengan mudahnya budaya ini dibuat dan
disebarkan dengan sangat cepat tanpa melihat batas wilayah, ras, dan agama.
Sebagai manusia yang sangat konsumtif hal ini menjadi sasaran empuk oleh para kapitalis dalam
membuat sebuah proyek massal dengan menyasar masyarakat yang haus akan trend masa kini
yang menjadi sebuah barang lumrah. Jika kita lebih kritis, hal ini adalah sebuah proyek besar
yang hanya akan menguntungkan para elit penguasa, dalam hal ini adalah para penyelenggara.

Bukan hal yang susah bagi para elit kapitalis untuk menciptakan ketergantungan barang produksi
dan budaya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mayoritas masyarakat bangsa kita merupakan
masyarakat yang konsumtif. Salah satu bukti mutlaknya adalah mewabahnya budaya baru Color
Run ini.
Media sosial menjadi faktor pendukung utama mewabahnya budaya ini. Dengan berlari-lari kecil
bahkan jauh dari makna olahraga sekalipun, berfoto bersama, dan lalu mengabadikannya di
media sosial. Hal ini menimbulkan efek domino terhadap masyarakat penikmat yang konsumtif
serupa. Mereka akan sering membicarakannya dan cenderung berusaha mengikuti acara ini.
Karena ini adalah sebuah budaya tren maka hal ini pastinya akan menjadi pemicu munculnya
usaha dalam rangka meningkatkan eksistensi dalam bergaul atau strata sosial. Masyarakat
konsumtif akan sangat menyukai tren yang sedang booming agar mereka dipandang mengikuti
mode atau tidak kampungan. Hal ini menjadi ketergantungan dalam masyarakat konsumtif.
Mungkin jika budaya ini muncul dahulu kala, beberapa dekade ke belakang, yang mana
masyarakat kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan identitas bangsa, konsep acara
hura-hura seperti ini akan susah untuk menembus budaya bangsa kita. Namun sekarang budaya
kita telah kalah dengan budaya asing. Persis perkataan seorang ulama sekaligus sosiolog Islam,
Ibnu Khaldun, yang mengatakan hal ini merupakan suatu keniscayaan dimana peradaban yang
sedang menang, jaya, dan maju, akan selalu menjadi panutan bagi peradaban-peradaban lain
yang kalah.
Kita paham bahwa era sekarang dunia sedang memandang bangsa Barat adalah peradaban yang
paling maju. Maka, kita sebagai bangsa berkembang yang dalam fase di bawah bangsa Barat
akan selalu cenderung berusaha untuk mengikutinya tanpa melihat bahwa budaya itu sesuai atau
tidak dalam budaya asli bangsa kita. Namun banyak orang juga yang mengikuti acara colour run
ini untuk dapat hidup sehat dan ada juga yang bertujuan untuk bersenang-senang saja. Dan
banyak persepsi orang terhadap acara colour run ini.
Dimana persepsi adalah suatu proses yang mana kita menjadi sadar atau mengetahui suatu objek,
peristiwa, dan khususnya seseorang melalui penglihatan, penciuman, rasa, sentuhan, dan
mendengar. Hasil dari persepsi berasal dari kejadian-kejadian di luar kita dan dari pengalaman
kita, kebutuhan,keinginan, cinta dan kebencian.Persepsi sangatlah berpengaruh dalam
komunikasi interpersonal kita terhadap orang lain. Persepsi interpersonal adalah proses yang
berkelanjutan yang ada dan masuk pada dari satu orang kepada orang lainnya.
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi.
Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi
interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi
yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan tentang bagaimana persepsi yang dimiliki oleh
masyarakat kota medan terhadap acara colour run yang lagi booming di tahun 2014 2015,
maka penulis tertarik untuk mengetahui dan melihat apa saja persepsi yang berkembang
dikalangan anak muda yang ada dikota medan yang pernah mengikuti acara colour run.

1.2 Fokus masalah


Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan bahwa
focus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap acara colour
run yang ada di kota medan.

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui persepsi yang berkembang terhadap acara colour run yang ada di kota
medan
b. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pembentuk persepsi masyarakat terhadap acara
colour run yang ada di kota medan

1.4 Manfaat penelitian


a. secara akademis
penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusiuntuk memperkaya pengetahuan maupun
sebagai refrensi dalam bidang ilmu komunikasi khususnya bagi departemen ilmu komuikasi.
b. secara teoritis
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana penerapan ilmu pengetahuan pada bidang kajian
komunikasi antar pribadi yang selama ini telah dipelajari peneliti selama menjadi mahasiswa
departemen ilmu komunikasi fisip usu
c. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana persepsi
masyarakat terhadap acara colour run kota medan, serta penelitian diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenan dengan penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai