Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1 Budaya

Budaya merupakan keseluruhan dari sikap & pola perilaku serta pengetahuan
yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan & dimilik oleh suatu anggota
masyarakat tertentu. Budaya mengacu pada pola perilaku, keyakinan, dan semua
produk lainnya dari tertentu sekelompok orang yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Produk hasil dari interaksi antara kelompok orang dan lingkungan mereka
atas bertahun-tahun.

Psikolog Donald Campbell dan lain-lain (Brewer & Campbell,


1976;Campbell & LeVine, 1968) menjelaskan bahwa orang dalam semua budaya
sering mempercayai bahwa apa terjadi dalam budaya mereka adalah "alami" dan
"benar" dan apa yang terjadi dalam budaya lain adalah sesuatu yang "tidak wajar" dan
"tidak benar." Akibatnya, mereka cenderung untuk berperilaku dengan cara yang
mendukung budayapada kelompok mereka dan merasa apa yang dilakukan kelompok
lain adalah sesuatu yang salah.

2.1.1 Budaya Individu dan Kelompok

Salah satu cara yang telah didekskrisipkan oleh perbedaan dalam


budaya termasuk individualisme dan koletivissme. Individualisme mengacu
pada seperangkat nilai-nilai yang mengutamakan tujuan pribadi dan bukan
daripada tujuan kelompok. nilai-nilai individualis termasuk merasa baik,
perbedaan pribadi, dan kemandirian. Kolektivisme terdiri dari satu kesatuan
nilai-nilai yang mendukung suatu kelompok. Tujuan pribadi dikesampingkan
demi terwujudnya tujuan kelompok yang harmonis.
Analisis baru-baru ini mengusulkan empat nilai yang mencerminkan
kepercayaan orang tua dalam budaya individualistis tentang apa yang
diperlukan untuk pengembangan efektif otonomi anak: (1) pilihan pribadi, (2)
motivasi intrinsik, (3) harga diri, dan (4) maksimal diri (Tamis-LeMonda &
lain,2008).

Analisis juga mengusulkan agar tiga nilai mencerminkan kepercayaan


orang tua dalam budaya kolektif: (1) ketertarikan kepada keluarga dan
hubungan dekat lainnya, (2) orientasi kepada kelompok yang lebih besar, dan
(3) rasa hormat dan ketaatan.

2.2 Status Sosial Ekonomi

status sosial ekonomi (SES) mengacu pada pengelompokan orang dengan


kesamaan pekerjaan, pendidikan, dan karakteristik ekonomi. Status ekonmi
menyiratkan ketidaksetaraan tertentu. Pada umumnya masyarakat memiliki (1)
pekerrjaan yang bervariasi dalam prestise, dan beberapa individu memiliki akses
lebih dari orang lain untuk pekerjaan dengan status lebih tinggi, (2) berbagai tingkat
pencapaian pendidikan , dan bebeapa individu memiliki sakses lebih dari orang lain
untuk pendidikan yang lebih baik, (3) sumberdaya ekonomi yang berbeda, dan (4)
bebagai tingkat kekuatan untuuk memengaruhi lembaga dalam sebuah masyarakat.

SES dari orang tua secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan dan
sekolah di mana anak-anak tinggal dan mengenyam pendidikan. Tidak selalu siswa
dari keluarga berpenghasilan rendah saja yang menghadapi tantangan, akan tetapi
remaja dari keluarga kaya juga rentan terhadap menghadapi tantangan. Dalam
penelitian, remaja dari keluarga kaya rentan terhadap tingginya tingkat
penyalahgunaan zat.
2.3 Etnis

Etnis mengacu pada pola berbagi karakteristik, seperti warisan budaya, ras
kebangsaan, agama, dan bahasa. Setiap orang adalah anggota dari satu atau llebih
kelompok etnis dan hubungan antara orang-orang dari latar belakang etnis yang
berbeda, bukan hanya di Amerika Serikat, tetapi hampir di setiap sudut dunia.

Poin penting dalam tentang kelompok etnis adalah keberagaman (De Feyter &
winsler, 2010; short & others, 2010). Dengan imigrasi mereka yang berasar dari
berbagai latar belakang sosial-ekonomi, memiliki kebiasaan yang berbeda, serta
mengalami tingkat dan jenis lapangan kerja yang berbeda. Dengan keanekaragaman
tersebut terciptalah etnik.

Pengalaman sekolah negatih dapat terjadi karena perbedan keanekaragaman


budaya minoritas yang mereka bawa dari imigrasi. Prasangka adalah sikap negative
kelompok dimana prasangka ditimbulkan mungkin didefinisikan oleh etnis, jenis
kelamin, usia, atau hampirsemua perbedan terdeteksi.

Individu yang tinggal di sebuah kelompok etnis atau budaya tentu beradptasi
dengan nilai-nilai budaya, sikap, dan hal lainnya. Mungin prilaku mereka berbeda
dari orang lain, akan tetapi semua itu tetap berguna bagi mereka. Mengakui dan
menghormati perbedaan-perbedaan ini merupakan aspek penting dari hidup bersama
di dunia.

2.4 Bilingualisme

Bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa oleh individu maupun


masyarakat. Bilingualism mempunyai dampak positif pada perkembangan kognitif
anak. Anak-anak yang fasih menguasai dua bahasa memiliki kemampuan lebih baik
dari pada teman-teman mereka yang menguasai satu bahasa dalam tes control
perhatian, pembentukan konsep, penalaran analitis, fleksibilitas kognitif, dan
kompleksitas kognitif. Mereka juga lebih sadar akan struktur bahasa lisan dan tulisan
serta memperhatikan lebih baik kesalahan tata bahsa dan makna, keterampilan yang
bermanfaat bagi kemampuan membaca mereka (Bialystok, 1997).

Bahasa kedua sangatlah penting bagi imigran disamping berguna untuk


berkomunikasi dengan orang lain bahasa kedua juga digunakan dalam lingkungan
kerja dan lingkungan pendidikan. Bagaimana seorang siswa bisa bertanaya tentang
pelajaran sejarah atau pelajaran aritmetika jika mereka tidak menguasai bahasa
kedua. Kebanyakkan sekolah masih menggunakan bahasa monolingual sebagai
bahasa utamanya, oleh karena itu bahasa kedua begitu penting bagi imigran.

Anda mungkin juga menyukai