Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP REGULASI EMOSI


MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Disusun Oleh:
Raka Manggala 111411131097
Yudha Berlyandini 111411133025
Erwanda Endisatrya 111511133068
Anastasius Verdiansyah 111511133159
Amanda Galuh K 111511133160

Dasar-Dasar Penelitian dan Analisis Data Kuantitatif (A-1)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu hal mendasar bagi suatu bangsa untuk
menyiapkan masa depan dalam persaingan global dengan bangsa lain. Dunia
pendidikan dituntut memberikan respon lebih cermat terhadap perubahan-
perubahan yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan
diharapkan mampu membentuk sikap, pengetahuan, serta ketrampilan individu
menuju kesuksesan yang ingin dicapai (Tirtarahardja dan Sulo, 2005, dalam
Timomora Sandha., Sri Hartati., Nallul Fauziah., 2012). Pendidikan formal adalah
pendidikan yang sistematis dan berjenjang, dimulai dari sekolah dadar sampai
dengan perguruan tinggi atau yang setaraf (Coombs, 1973).

Perguruan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang


diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian (UU nomor 2 tahun 1989, pasal 16 ayat (1)).

Perguruan tinggi sangat erat kaitannya dengan mahasiswa. Mahasiswa adalah


seseorang yang berada dalam proses belajar dan terdaftar sedang menjalani
pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi (Hartaji, 2012).

Brouwer (Alisjahbana, 1983 dalam Agni Marlina, 2014), mencatat bahwa


beberapa masalah yang harus diperhatikan oleh mahasiswa berkaitan dengan
situasi dan status baru yang dihadapi, yaitu: perbedaan cara belajar, perpindahan
tempat tinggal (kost, kontrakan, atau tinggal bersama keluarga), mencari teman
baru dan hal-hal yang berkaitan dengan pergaulan, perubahan relasi (relasi orang
tua-anak, antar saudara, antar teman sepermainan diganti dengan relasi dosen-
mahasiswa, mahasiswa-mahasiswa dan sebagainya), pengaturan waktu, serta
nilai-nilai hidup yang di dapat di kampus.

Indonesia memiliki banyak perguruan tinggi dengan kualitas yang bagus.


Perguruan tinggi tersebut tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia dalam
bentuk universitas, politeknik, institut maupun sekolah tinggi. Salah satu
universitas terbaik Indonesia adalah Universitas Airlangga yang terletak di Pulau
Jawa bagian timur, tepatnya di Kota Surabaya. Universitas Airlangga memiliki 14
fakultas dengan jumlah program studi yang terus bertambah, salah satunya adalah
fakultas psikologi. Fakultas psikologi adalah salah satu fakultas yang termasuk
dalam ilmu humaniora di Universitas Airlangga.

Mahasiswa dan kehidupan kampus yang berkaitan erat tentu memiliki


beberapa hal yang menjadi suatu masalah. Beberapa masalah aktual mahasiswa di
kampus yang pernah diliput dan diberitakan Okezone News (Mei, 2017) meliputi
masalah keuangan, masalah ujian akhir, masalah stagnasi, menunggu panggilan
magang, tugas kuliah dan stres. Tidak berbeda jauh dengan liputan berita tersebut,
masalah yang umum terjadi pada mahasiswa meliputi beban tugas, pengaturan
atau pembagian waktu, relasi dan tidak jarang juga faktor sosioekonomi yang
beragam.

Beban tugas-tugas kuliah mahasiswa fakultas psikologi tentu bukan menjadi


satu-satunya yang dianggap berat. Hal serupa juga terjadi di mahasiswa fakultas
lain, bahkan perguruan tinggi lain. Beban tugas-tugas kuliah mahasiswa tersebut
menjadi satu perhatian dalam penelitian kami mengenai regulasi emosi.
Mahasiswa fakultas psikologi tidak jarang menghabiskan waktunya untuk berburu
jurnal, diskusi dengan kelompok dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah.
Kegiatan-kegiatan tersebut sering dijumpai di beberapa sudut fakultas psikologi
Universitas Airlangga. Banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut hingga larut malam, bahkan dini hari.
Selain beban tugas kuliah yang berat dan cukup menyita waktu, mahasiswa
juga masih disibukkan dengan kegiatan di luar perkuliahan. Beberapa kegiatan di
luar perkuliahan yang dilakukan mahasiswa antara lain adalah organisasi dan
kepanitiaan. Hal ini tentu membutuhkan pengaturan waktu yang tepat dan cermat.
Selain cukup menyita waktu dan tenaga, kegiatan-kegiatan tersebut juga menyita
pikiran.

Berbeda dengan beban tugas kuliah dan pengaturan waktu, relasi menjadi
sesuatu yang relatif lebih mudah dilakukan dalam beradaptasi. Meskipun begitu,
perubahan-perubahan relasi pada mahasiswa juga dapat menjadi suatu
permasalahan ketika mahasiswa tidak cukup memiliki kemampuan dalam bergaul
dengan teman sebaya maupun dengan dosen.

Keadaan dimana beban tugas-tugas kuliah, pengaturan waktu dan juga relasi
pada mahasiswa fakultas psikologi yang beragam tentu berpengaruh pada tingkat
stres mahasiswa. Tingkat stres tersebut mempengaruhi regulasi emosi pada
masing-masing individu.

Contoh spesifik adalah kasus bunuh diri mahasiswa yang pernah diliput
dan diberitakan Detik News Jogja (Oktober, 2017). Mahasiswa tersebut
meninggal bunuh diri dan meninggalkan satu surat yang ditujukan untuk orangtua
dan teman-temannya. Berdasarkan pemeriksaan dan keterangan warga setempat,
mahasiswa tersebut meninggal bunuh diri karena stres.
Emosi merupakan faktor psikologis yang memengaruhi perilaku individu.
Menurut Tyson, Linnenbrink dan Hill (2009) emosi dapat muncul ketika
seseorang berada dalam lingkungan akademik seperti saat ujian, melakukan tugas
yang melampaui kemampuan, kegiatan belajar yang membosankan, mendapat
kritik atau umpan balik yang membuat seseorang merasa tidak nyaman.
Gross (1998) memaknai regulasi emosi sebagai strategi sadar maupun tidak
sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih dari
aspek respon emosi. Individu yang memiliki regulasi emosi dapat
mempertahankan atau meningkatkan dan mengurangi emosi yang dirasakan, baik
positif maupun negatif. Regulasi emosi individu dipengaruhi oleh banyak faktor,
meliputi faktor lingkungan, faktor pengalaman, faktor traumatik, faktor pola asuh
orangtua, faktor usia, faktor jenis kelamin, faktor perubahan jasmani dan
perubahan pandangan luar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kami memilih relaksasi autogenik sebagai


salah satu yang dapat mempengaruhi regulasi emosi melalui pengalaman. Pada
relaksasi autogenik, seseorang dapat mengenali dirinya lebih jauh sehingga dapat
memiliki kemampuan kontrol emosi yang lebih baik. Pada beberapa penelitian
sebelumnya, relaksasi autogenik memiliki keberhasilan yang tinggi terhadap
beberapa kasus yaitu regulasi emosi, pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post
operasi dan penurunan kadar gula pada pasien diabetus melitus.

1.2 Identifikasi Masalah


Universitas Airlangga menerima mahasiswa baru melalui 3 jalur yaitu
SNMPTN, SBMPTN dan jalur mandiri. Banyaknya mahasiswa yang diterima
tentu menjadi sebab persaingan akademik mengingat masyarakat memerlukan
orang-orang yang berkualitas. Menjadi mahasiswa yang berkualitas tentu
seseorang harus mampu menyelesaikan beban-beban tugas pada saat berada di
bangku kuliah. Beban tugas yang berat terkadang harus dilewati dengan
menepikan hal-hal sepele bahkan hingga hal-hal yang padahal penting seperti
waktu tidur, pola makan, dan masih banyak lagi.
Mahasiswa yang berkualitas tentu tidak hanya pandai dalam materi-materi
kelas yang digambarkan oleh angka pada indeks prestasi di akhir semester.
Mahasiswa yang berkualitas juga dinilai dari pengalaman-pengalamannya.
Pengalaman-pengalaman tersebut dapat berupa keterlibatan mahasiswa pada suatu
oraganisasi maupun kepanitiaan. Kegiatan-kegiatan perkuliahan dengan tugas-
tugasnya yang beragam yang berjalan beriringan dengan kegiatan-kegiatan di luar
akademik tentu memerlukan pengaturan waktu yang tepat dan efisien. Sayangnya,
masih banyak mahasiswa yang dapat membagi waktunya dengan baik. Selain itu,
relasi sosial juga cenderung bermasalah seiring dengan banyaknya beban yang
harus diselesaikan. Sebagian mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan
relasi sosial dengan menciptakan kelompok-kelompok, dan sebagian lainnya
tidak.
Pola hidup yang tidak menentu (pola makan dan tidur yang tidak teratur)
tentu menjadi faktor yang sangat mempengaruhi tingkat stres ketika dihadapkan
dengan beban tugas yang tidak bisa dipandang sebelah mata dan keadaan yang
tidak menentu. Tingkat stres tersebut dapat mempengaruhi regulasi emosi
seseorang. Fenomena yang sering terjadi adalah ketika mahasiswa melakukan
regulasi emosi melalui kegiatan dengan sarana yang kurang tepat, seperti
membuat postingan status dengan penuh cacian tanpa diketahui untuk siapa
ditujukan. Beberapa diantaranya ada juga yang memilih untuk menghindari
lingkungan sosial, bahkan hingga bunuh diri.

1.3 Batasan Masalah


1.3.1 Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih pasien agar
mampu dengan sengaja untuk membuat relaksasi otot-otot tubuh setiap saat,
sesuai dengan keinginan. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan
suatu teknik untuk mengurangi stres dan ketegangan dengan cara
meregangkan seluruh tubuh agar mencapai kondisi mental yang sehat
(Varvogli &Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
relakasi yang menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot progresif,
latihan pernafasan dan jenis relaksasi yang menekankan pada mental/psikis
adalah autogenic suggestion, imagery, relaxating self talk dan meditasi.
Autogenik mengandung makna sebagai sesuatu yang dihasilkan sendiri
atau dari dalam diri sendiri (Carruthers, 1979; Sadigh, 2001). Tujuan dari
relaksasi autogenik adalah mengembangkan hubungan isyarat verbal dan
kondisi tubuh yang tenang dimana tidak ada kondisi fisik yang aktif saat
melakukannya (Rice, 1999). Teknik ini membantu tubuh untuk membawa
perintah melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan
pernafasan, tekanan darah, denyut jantung dan suhu tubuh. Imajinasi visual
dan sugesti verbal yang membantu tubuh merasa hangat, berat dan santai
merupakan standar latihan relaksasi autogenik. Sensasi tenang, ringan dan
hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan
dari relaksasi autogenik (Smith, 1999).

1.3.2 Regulasi Emosi


Menurut pandangan evolusioner, regulasi emosi sangat diperlukan
karena beberapa bagian dari otak manusia menginginkan individu tersebut
untuk melakukan sesuatu pada situasi tertentu, sedangkan bagian lainnya
menilai bahwa rangsangan emosional ini tidak sesuai dengan situasi saat itu,
sehingga membuat individu tersebut melakukan sesuatu yang lain atau tidak
melakukan sesuatu pun (Gross, 1999). Regulasi emosi juga dapat diartikan
sebagai seluruh proses ekstrinsik dan intrinsik yang bertanggung jawab untuk
memonitor, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosi untuk mencapai
tujuan tertentu (Thompson dalam Garnefski, Kraaj, & Spinhoven, 2001).
Regulasi emosi mempunyai cakupan luas pada berbagai aspek biologis, sosial,
tingkah laku sebagaimana proses kognitif yang disadari dan tidak disadari.
Secara fisiologis, emosi diregulasikan oleh nadi-nadi, sehingga dapat
mempercepat pernafasan (atau memperpendek pernafasan), memperbanyak
keringat atau hal lainnya yang berhubungan dengan rangsangan emosi. Secara
sosial, emosi diregulasikan dengan cara mencari akses ke hubungan
interpersonal dan sumber dukungan yang bersifat nyata. Sedangkan secara
tingkah laku, emosi diregulasikan melalui berbagai macam respon tingkah
laku. Berteriak, menjerit, menangis atau menarik diri adalah contoh dari
tingkah laku yang tampak untuk mengatur emosi yang bangkit sebagai respon
terhadap rangsangan yang diberikan. Emosii juga berguna untuk mengatur
proses kognitif yang tidak disadari, seperti proses selective attention, memory
distortion, penolakan, atau proyeksi, atau oleh proses kognitif yang disadari,
seperti menyalahkan diri sendir iataupun menyalahkan orang lain (Garnefski,
Kraaj, & Spinhoven, 2001). Kebanyakan regulasi ini didorong oleh reaksi
sosial, diakui atau tidak diakui, atau tindakan norma sosial melalui rasa sopan
dan perasaan malu dan bersalah yang ada dalam kelompok sosial (Frijda,
1986). Menurut Garnefski (2001), regulasi emosi secara kognisi berhubungan
dengan kehidupan manusia, dan membantu individu mengelola, mengatur
emosi atau perasaan, dan mengendalikan emosi agar tidak berlebihan. Gross
(1998) berpendapat bahwa regulasi emosi mempengaruhi proses mental
(ingatan, pengambilan keputusan), tingkah laku yang nyata (tingkah laku
menolong, penggunaan obat-obatan). Regulasi emosi juga merupakan dasar
untuk pembentukan kepribadian dan memunculkan sumber penting dari
perbedaan-perbedaan individual. Gross juga menyatakan bahwa regulasi
emosi menonjolkan secara jelas dalam kesehatan fisik dan fisiologis (Gross,
1998).

1.3.3 Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi mahasiswa sebagai
orang yang belajar diperguruan tinggi. Hartaji (2012) dalam Murmaini (2014)
mendefinisikan mahasiswa sebagai seseorang yang sedang dalam proses
menimba ilmu atau belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada
salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institute, dan universitas. Mahasiswa termasuk dalam kategori
remaja akhir (18-21 tahun), tapi sebagian masuk dalam kategori dewasa awal
(22-28 tahun) (Monks, 2001 h.262 dalam Patriana, 2007).

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dapat dibuat sebagai berikut:
‘’Apakah ada pengaruh yang signifikan antara relaksasi autogenik dengan
regulasi emosi pada mahasiswa?’’

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh relaksasi
autogenik terhadap regulasi emosi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dan literatur yang dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh
relaksasi autogenik terhadap regulasi emosi pada mahasiswa.
2. Penelitian ini bermanfaat bagi bidang psikologi khususnya pendidikan
dan perkembangan dalam memberikan sumbangan wawasan terkait
pengaruh relaksasi autogenik terhadap regulasi emosi pada mahasiswa.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi yang dapat diberikan pada
mahasiswa mengenai pengaruh relaksasi autogenik sehingga dapat
mengidentifikasi strategi dalam melakukan regulasi emosi.
2. Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan informasi yang dapat
diberikan pada mahasiswa mengenai adanya relaksasi autogenik yang
dapat digunakan sebagai media dalam meregulasi emosi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Emosi
2.1.1 Teori
Emosi dapat muncul dari suatu kejadian yang tidak biasa, yang ringan atau
berat, atau dari kejadian yang bersifat pribadi maupun yang umum, kejadian
yang sederhana sampai yang kompleks, dan bahkan kejadian yang bersifat
sempit sampai yang luas (Gross, 1998). Sedangkan Goleman menganggap
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk melakukan
sesuatu (Goleman, 1997). Power dan Dalgleish (1997) menggunakan teori
awal dari Oatley dandan Johnson-LairdJohnson-Laird (1987) mengungkapkan
lima emosi dasar yaitu, senang, cemas, sedih, marah, dan jijik (disgust)
(dalam Eysenck & Keane, 2000). Albin menyebut berbagai emosi yang
muncul dalam diri seseorang dengan berbagai nama seperti sedih, gembira,
kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebutan-sebutan yang diberikan
terhadap suatu perasaan akan mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak
(Albin, 1986).
Menurut pandangan fungsional (dalam Salovey & Sluyter, 1997), emosi
adalah respon-respon yang mengarahkan tingkah laku individu dan
menyediakan informasi yang dapat menolong individu mencapai tujuannya.
Karena itu emosi memiliki tiga komponen, yaitu cognitive experiential,
komponen yang terdiri dari pikiran seseorang dan kesadaran akan bagian-
bagian emosionalnya (yang sering disebut sebagai perasaan); behavioral-
expressive, komponen yang terdiri dari perkataan, gerak tubuh, ekspresi
wajah, postur, gestur (emosi yang terlihat); physiological-biochemical,
komponen yang terdiri dari bagian-bagian psikis dan mewakili beberapa
tindakan seperti kerja otak, detak jantung, respon kulit, dan tingkat hormon
(emosi yang tidak terlihat). Karena itu Salovey dan Sluyter mendefinisikan
regulasi emosi sebagai proses mengatur respon-respon yang berasal dari
komponen-komponen antara cognitive-experiential, behavioralexpressive,
physiological-biochemical (Salovey & Sluyter, 1997).

2.1.2 Definisi Regulasi Emosi


Regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan
emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu
tujuan. Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur
perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi, dan
reaksi yang berhubungan dengan emosi (Shaffer, dalam Anggraeny, 2014).
Sementara itu, Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi
yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan,
memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu
pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi
dapat mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik
positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya
baik positif maupun negatif.
Sedangkan menurut Gottman dan Katz (dalam Anggreiny, 2014)
regulasi emosi merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak
tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat
menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas yang
kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan mengorganisir diri
sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
Walden dan Smith (dalam Anggreiny, 2014) menjelaskan bahwa regulasi
emosi merupakan proses menerima, mempertahankan dan mengendalikan
suatu kejadian, intensitas dan lamanya emosi dirasakan, proses fisiologis yang
berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah serta perilaku yang dapat
diobservasi.
2.1.3 Aspek Regulasi Emosi
Gross (2007) mengungkapkan bahwa ada empat aspek yang digunakan
untuk menentukan kemampuan regulasi emosi seseorang yaitu :
a. Strategies to emotion regulation (strategies)
Keyakinan individu untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki
kemampuan untuk menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi
negatif dan dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan
emosi yang berlebihan.
b. Engaging in goal directed behavior (goals)
Kemampuan individu untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang
dirasakannya sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan
baik.
c. Control emotional responses (impulse)
Kemampuan individu untuk dapat mengontrol emosi yang
dirasakannya dan respon emosi yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah
laku dan nada suara), sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang
berlebihan dan menunjukkan respon emosi yang tepat.
d. Acceptance of emotional response (acceptance)
Kemampuan individu untuk menerima suatu peristiwa yang
menimbulkan emosi negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.

2.1.4 Tahapan Regulasi Emosi


James J. Gross dan O.P Jhon mengemukakan bahwa ada lima tahapan
regulasi emosi pada individu diantaranya:
a. Pemilihan Situasi (Selection of The Situation)
Pemilihan situasi digunakan individu untuk mempertimbangkan
manfaat jangka panjang ketika memilih situasi tersebut. Pemilihan situasi
melibatkan pemilihan emosi yang meningkat atau menurun tergantung
situasi yang diharapkan
b. Modifikasi situasi (Modification of The Situation)
Modifikasi situasi membantu individu untuk membentuk sebuah
situasi yang diinginkan dan merupakan usaha yang secara langsung
dilakukan untuk memodifikasi situasi agar efek emosinya.teralihkan.
c. Terbukanya perhatian (Deployment of Attention)
Situasi di mana individu mengetahui pengaruhnya terhadap emosi.
d. Perubahan kognitif (Change of Cognitions)
Perubahan kognitif adalah bagaimana individu dapat menilai situasi
yang terjadi pada individu dengan mengubah emosi secara signifikan.
e. Penyesuaian respon (Modulation of Respon)
Penyesuaian respon terjadi di ujung proses bangkitnya emosi. Dalam
tahapan ini individu dapat menyembunyikan perasaannya yang
sesungguhnya kepada orang lain.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi


Tahun 2013, Hendrikson mengemukakan jika emosi pada setiap
individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga ketika individu harus
mengatur kondisi emosinya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat individu
berada termasuk lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Keharmonisan keluarga, kenyamanan di sekolah dan kondisi masyarakat yang
kondusif akan sangat mempengaruhi perkembangan emosi.
b. Faktor Pengalaman
Pengalaman yang diperoleh individu selama hidupnya
akanmempengaruhi perkembangan emosinya. Pengalaman selama hidup
dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan akan menjadi referensi
bagi individu dalam menampilkan emosinya.
c. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua sangat bervariasi.Ada pola asuh yang otoriter,
memanjakan, acuh tak acuh dan ada juga yang penuh kasih sayang. Bentuk
pola asuh itu akan mempengaruhi pola emosi yang dikembangkan individu.
d. Pengalaman Traumatik
Kejadian masa lalu yang memberikan kesan traumatis akan
mempengaruhi perkembangan emosi seseorang. Akibatnya rasa takut dan juga
sikap terlalu waspada yang berlebihan akan mempengaruhi kondisi
emosionalnya.
e. Jenis Kelamin
Keadaan hormonal dan kondisi fisiologis pada laki-laki dan
perempuan menyebabkan perbedaan karakteristik emosi antara
keduanya.Laki-laki lebih tinggi emosinya daripada wanita, dan wanita ebih
bersifat emosionalitas daripada laki-laki karena wanita memiliki kondisi
emosi didasarkan peran sosial yang diberikan oleh masyarakat sesuai jenis
kelaminnya.Wanita harus mengontrol perilaku agresif dan asertifnya, tidak
seperti peran sosial laki-laki. Hal ini menyebabkan timbulnya kecemasan-
kecemasan dalam dirinya. Secara otomatis perbedaan emosional anatara pria
dan wanita berbeda. Hasanat N, (1994:47). Menurut Eliot M. Benner dan
Peter Salovey mengatakan bahwa wanita lebih sering berusaha mencari
dukungan sosial untuk menghadapi distress sedangkan pria lebih memilih
melakukan aktifitas fisik untuk mengurangi distress. Benner & Salovey,
(1997:184).
f. Usia
Kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan
kematangan fisiologis seseorang. Semakin bertambah usia, kadar hormonal
seseorang menurun sehingga mengakibatkan penurunan pengaruh emosional
seseorang.
g. Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yaitu perubahan hormon-hormon yang mulai
berfungsi sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing. Misalnya,
perubahan kulit wajah yang awalnya bersih menjadi jerawatan.
h. Perubahan Pandangan Luar
Perubahan pandangan luar dapat menimbulkan konflik dalam emosi
seseorang. Seperti: tidak konsistennya sikap dunia luar terhadap pribadi

2.2 Relaksasi Autogenik


Makna dari kata autogenik adalah pengaturan sendiri sedangkan definisi
dari relaksasi autogenik adalah suatu teknik terapi relaksasi yang bersumber dari
diri sendiri dengan menggunakan kata-kata dan/atau kalimat serta pikiran positif
dan tidak bergantung pada terapis untuk menjadikan pikiran menjadi tentram dan
damai. Menurut Stetter (2002) relaksasi autogenik adalah teknik relaksasi dengan
berdasar pada konsentrasi pasif dan menggunakan persepsi tubuh seperti tangan
terasa ringan atau hangat yang berasal dari sugesti diri sendiri.

2.2.1. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Relaksasi Autogenik


Dalam melakukan relaksasi autogenik perlu diperhatikan beberapa hal,
meliputi:
1. Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 5 tahun
2. Tidak dianjurkan untuk individu yang kurang motivasi atau individu
yang memiliki masalah mental dan emosional yang berat
3. Individu dengan masalah serius diabetus melitus atau masalah jantung
harus dibawah pengawasan dokter atau perawat ketika melakukannya.
4. Beberapa peserta latihan mengalami kenaikan tekanan darah dan
sebagian mengalami penurunan tekanan darah yang tajam. Jika merasa
cemas atau gelisah selama atau sesudah latihan, atau mengalami efek
samping tidak bisa diam, maka latihan harus dihentikan. (Saunders,
2002)

2.3 Keterkaitan antara Relaksasi Autogenik dan Regulasi Emosi


Regulasi emosi merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam
mengelola emosinya. Individu dinilai memiliki regulasi emosi yang baik
ketika mampu mengelola emosinya dengan baik pula. Sedangkan individu
dinilai memiliki regulasi yang buruk ketika kurang mampu mengelola
emosinya dengan baik. Pengelolaan emosi individu ini dapat dilihat melalui
perilaku yang ditunjukkan. Kemampuan regulasi emosi individu dapat dilatih
melalui beberapa cara, salah satunya adalah melalui relaksasi autogenik

Relaksasi Autogenik melatih individu untuk dapat memiliki kontrol


emosi yang baik secara mandiri melalui eksplorasi diri individu, sehingga
dengan mengenali dirinya sendiri maka individu mampu untuk memiliki
kemampuan kontrol emosi yang lebih baik.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menggunakan cara

berpikir deduktif, yaitu berawal dari konsep setelah itu diukur secara empiris dengan

tepat dan akurat serta menggunakan proses analisa statistik, angka, tabel, diagram dan

juga penggunaan prosedur yang terstandar (Neuman, 2006 dalam Istina, 2013).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan prosedur eksperimen.

Penelitian dengan menggunakan prosedur eksperimen adalah dimana peneliti

memodifikasi suatu hal pada sebuah situasi, dan membandingkan hasilnya dengan

hasil tanpa modifikasi peneliti.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Penelitian

eksperimen adalah desain penelitian yang tinggi tingkat valid nya serta dapat

diandalkan keilmiahannya (Borg dan Gall, 1983 dalam Jaedun, 2011). Desain

penelitian ini menggunakan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel

pengganggu diluar yang dieksperimenkan. Quasi yang digunakan adalah The Pretest-

Posttest Control Group Comparison. Desain ini dipilih karena peneliti ingin melihat

apakah relaksasi autogenik dapat mempengaruhi regulasi emosi. Jika satu kelompok
subjek diberikan relaksasi autogenik dan satu kelompok lagi tidak diberikan relaksasi

autogrnik. Dalam penelitian ini, pre-test dan post-test mengggunakan kuesioner

regulasi emosi Garnefski, Kraaij, dan Spinhoven.

Kelompok 1 O1 X1 O2
Kelompok 2 O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : pre-test

O2 : Post-test

X1 : Diberikan relaksasi autogenik

X2 : Tidak diberikan relaksasi autogenik

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah sifat atau konstruk yang akan dipelajari (Lusiana, 2015).

Menentukan variabel utama adalah langkah pertama dari seorang peneliti dalam

menyusun penelitiannya dan juga dalam menentukan fungsi dari masing-masing

variabel. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) atau biasa disebut dengan variabel independen

merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain dan sifatnya berdiri sendiri

(Kurniawan, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah relaksasi autogenik.
2. Variabel terikat (Y) atau biasa disebut variabel dependen adalah variabel

efek atau hasil yangg disebabkan oleh variabel bebas dalam hipotesa kausal

(Neuman, 2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah regulasi emosi.

Hubungan keterkaitan antar variabel adalah

Relaksasi Autogenik Regulasi Emosi

(X) (Y)

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.4.1. Relaksasi Autogenik

Makna dari kata autogenik adalah pengaturan sendiri sedangkan definisi dari

relaksasi autogenik adalah suatu teknik terapi relaksasi yang bersumber dari diri

sendiri dengan menggunakan kata-kata dan/atau kalimat serta pikiran positif dan

tidak bergantung pada terapis untuk menjadikan pikiran menjadi tentram dan damai.

Menurut Stetter (2002) relaksasi autogenik adalah teknik relaksasi dengan berdasar

pada konsentrasi pasif dan menggunakan persepsi tubuh seperti tangan terasa ringan

atau hangat yang berasal dari sugesti diri sendiri.

Pengukuran variabel ini dilakukan dengan membagi subjek menjadi dua

kelompok yaitu kelompok yang melakukan relaksasi autogenik dan kelompok yang
tidak melakukan relaksasi autogenik. Tujuan dari desain penelitian ini adalah untuk

meneliti apakah dan bagaimanakah relaksasi autogenik berpengaruh terhadap regulasi

emosi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.

3.4.2. Regulasi Emosi

Regulasi emosi menurut teori Garnefski dkk. (2001 dalam, Tustukarana,

2016) mengacu pada kognitif kesadaran yang digunakan untuk penanganan yang

bertujuan untuk membangkitkan informasi yang ada. Dari aspek kognisinya, regulasi

emosi berhubungan dengan kehidupan manusia dalam mengatur dan mengelola

emosinya agar tidak melampaui batas (Garnefski, Kraaji, & Spinhoven, 2001).

Langkah pengukuran dalam penelitian kuantitatif ini, regulasi emosi diukur dengan

jumlah skor yang dihasilkan dari subjek atas semua respon dari pernyataan dalam

kuesioner Cognitive Emotion Regulation Questionaire (CERQ) yang diadaptasi dari

Garnefski dkk. Dengan 9 indikator yaitu :

a. Self Blaming

Menyalahkan diri sendiri atas segala kesalahan, musibah, dan segala hal yang

buruk.

b. Blaming Others

Menyalahkan orang lain atas segala kesalahan, musibah, dan segala hal yang buruk.

c. Acceptance

Menerima segala sesuatu yang menimpa suatu individu tanpa ada niatan untuk

merubahnya dan dengan menjadikan beban pikiran.


d. Refocus on Planning

Memikirkan dan merencanakan sesuatu untuk menangani segala

permasalahan yang terjadi.

e. Positive Refocusing

Lebih memikirkan hal-hal positif daripada memikirkan hal-hal negatif yang

menimpanya.

f. Rumination or focus on thought

Pikiran mengenai hal-hal negatif yang menimpa seorang individu.

g. Positive reappraisal

Pikiran untuk memberikan perspektif positif dari segala hal negatif yang

menimpa seorang individu.

h. Putting inti perspective

Pikiran untuk memberikan perspektif bahwa segala kejadian tidak terlalu

berdampak besar.

i. Catastrophizing

Pikiran yang memberikan pressing terhadap individu atas kejadian yang

menimpanya.

Pengukuran skor pada penelitian ini adalah menggunakan skala regulasi emosi

berupa tinggi, sedang dan rendah. Semakin tinggi skor yang muncul maka semakin

baik seorang individu dalam meregulasi emosinya dan semakin rendah skor yang

muncul maka semakin buruk seorang individu dalam meregulasi emosinya.


3.5 Subjek Penelitian (Populasi dan Teknik Sampling)

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002). Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah sekelompok subjek yang memiliki
kriteria tertentu dan jelas yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini sendiri populasi yang digunakan yaitu mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Laki-laki atau perempuan
2. Merupakan mahasiswa yang masih menempuh pendidikan S1 fakultas
Psikologi Universitas Airlangga
Alasan penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
yaitu karena memudahkan izin bagi peneliti untuk mengambil data eksperimen ini.
Mahasiswa psikologi Universitas Airlangga pun cenderung memiliki permasalahan
yang sama dikarenakan beban kuliah dan aktivitas yang ditanggung kurang lebih
sama satu sama lain.

3.5.2 Sample Penelitian

Sampel adalah sehimpunan kecil kasus yang dipilih peneliti dari himpunan
besar dan akan menggeneralisasi pada populasi (Neuman, 2013). Hal ini berarti
sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya
kurang dari populasi (Hadi, 2000). Teknik sample yang digunakan dalam penelitian
ini adalah probability sampling yang digunakan dengan menentukan subjek secara
spesifik sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam penelitian. Adapun metode
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
Dimana setiap anggota populasi tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau
terambil. Dikarenakan jumlah populasi mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga
cukup banyak, maka peneliti memutuskan untuk melakuksn penelitian terhadap 30
mahasiswa sebagai sample penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan


kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi
atau dengan mengajukan pertanyaan (Hendri, 2009).
Kuisioner yang akan digunakan sebagai penelitian adalah jenis kuisioner
penskalaan respon skala Likert. Skala likert menggunakan aitem-aitem yang secara
pasti baik dan secara pasti buruk, tidak dimasukkan yang agak baik, yang agak
kurang, yang netral, dan rangking lain di antara dua sikap yang pasti tersebut (Nazir,
2005).

3.6.1 Langkah-Langkah Pengambilan Data

a. Memberikan pre-test sebelum melakukan pertemuan untuk pemberian


treatment atau perlakuan.
b. Melakukan penggolongan hasil kuesioner pre-test dan post test, tidak ada
kriteria pemilihan subjek, peneliti akan memilih 15 orang secara random
untuk diberikan perlakuan.
c. Memberikan treatment atau perlakuan dengan menyampaikan materi dan
melakukan kegiatan relaksasi autogenik.
d. Pemberian kuesioner sebagai post-test dilakukan langsung setelah pemberian
treatment atau perlakuan.
e. Melakukan perbandingan hasil kuesioner pre-test dan post-test untuk melihat
ada atau tidakknya pengaruh relaksasi autogenik terhadap regulasi mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
3.6.2 Alat Ukur untuk Pre-test & Post-test

Pada variabel regulasi emosi menggunakan skala Cognitive Emotion


Regulation Questionnaire (CERQ) yang disusun oleh Garnefski (Garnefski & Kraaij,
2007). Skala ini dibuat berdasarkan 9 dimensi dengan jumlah aitem sebanyak 36.
Sembilan sub-skala tersebut diantaranya adalah self blame, acceptance, focus on
thought/rumination, positive refocusing, refocus on planning, positive reappraisal,
putting into perspective, catastrophizing, dan blaming others.
Lalu Pada skala ini terdapat 4 respon yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S),
tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) dan seluruh aitem tersebut termasuk
dalam favorable. Berikut adalah nilai dari pernyataan skala regulasi emosi.

Tabel 3.1
Nilai Pertanyaan Skala Regulasi Emosi
Nilai Keterangan

4 SS

3 S

2 TS

1 STS

Alat ukur CERQ terdiri dari 9 indikator dan pada tiap sub-skala terdapat 4
aitem. Masing-masing aitem yang muncul pada tiap sub-skala untuk mengukur pola
pikir anak yang berusia remaja setelah mengalami peristiwa yang penuh tekanan dan
menimbulkan stress dalam kehidupan mereka (Garnefski & Kraaij, 2007).

Tabel 3.2

Blueprint Skala Regulasi Emosi


NO DIMENSI AITEM ∑

1 Self blame 1,10,19,26 4

2 Acceptance 2,11,18,27 4

3 Focus on thought / 3,12,19,28 4


rumination

4 Positive 4,13,20,29 4
Refocusing

5 Refocus on 5,14,21,30 4
Planning

6 Positive reappraisal 6,15,22,31 4

7 Puttting into 7,16,23,32 4


Perspective

8 Catastrophizing 8,17,24,33 4

9 Blaming others 9,18,25,34 4

TOTAL AITEM 36

Untuk merealisasikan alat ukur ini agar dapat digunakan dengan bahasa
Indonesia, maka penulis megupayakan beberapa hal yaitu:

1. Menggunakan terjemahan kepada semua aitem yang ada ke dalam Bahasa


Indonesia yang dilakukan melalui penelitian sebelumnya.
2. Membandingkan dan mencari kesesuaian antara aitem asli dalam Bahasa
Inggris dengan hasil back translation yang dilakukan oleh penelitian
sebelumnya
3. Melakukan penyesuaian dan menyusun kembali kuisioner tersebut sesuai
kebutuhan pre test dan post test.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Populasi subjek dalam penelitian eksperimen ini adalah mahasiswa Fakultas


Psikologi Universitas Airlangga yang sedang mengambil mata kuliah interaksi sosial
kelas d-1 pada semester ganjil tahun 2017. Sampel keseluruhan subjek dalam
penelitian ini sebanyak 49 orang yang terbagi atas 4 angkatan yaitu angkatan 2014-
2017 dengan mayoritas mahasiswanya berasal dari angkatan 2017. Berdasarkan
jumlah sampel subjek tersebut, semua telah memenuhi kriteria yaitu masih memiliki
status mahasiswa aktif.
Subjek yang mengikuti eksperimen terdiri atas subjek laki-laki dan perempuan
dengan penyebarannya sebagai berikut:
Diagram 4.1
Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

24%

Laki-laki
Perempuan

76%

Berdasarkan diagram 4.1 diketahui bahwa subjek yang paling banyak dalam
keterlibatan penelitian ini berjenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 27 orang
subjek dengan presentase 76%. Sedangkan subjek berjenis kelamin laki-laki 12 orang
dengan presentasi 24%.

Diagram 4.2
Data Subjek Berdasarkan Usia
30

25

20

15

10

0
17 th 18 th 19 th 20 th 21 th

Diagram 4.2 menunjukkan usia subjek dalam penelitian ini, yaitu dengan rentang
usia 17-21 tahun. dalam penelitian ini, usia subjek yang paling banyak adalah 18
tahun dengan jumlah 27 subjek. Sedangkan subjek berusia 17 tahun dengan jumlah 6
orang, 19 tahun 8 orang, 20 tahun 4 orang, dan 21 tahun sebanyak 4 orang.

4.2 Pelaksanaan penelitian


Penelitian ini dilakukan di salah satu ruang kelas Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga pada hari Rabu 15 November 2017. Pengambilan data dilakukan selama
kurang lebih 60 menit.
Penyaringan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling.
Dengan menggunakan teknik tersebut setiap individu dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sample subjek (Nasution, 2003). Setelah
melakukan random sampling maka didapatkan subjek sebanyak 49 orang. Pembagian
menjadi 2 kelompok dimana salah satu kelompok akan diberikan rangsangan berupa
relaksasi autogenik dan kelompok satunya akan diberikan film pendek berupa video
motivasi.
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan pre-test dan post-test, dimana
diantara pre-test dan post-test tersebut diberikan rangsangan berupa relaksasi
autogenik pada kelompok pertama dan kelompok kedua akan menonton sebuah video
motivasi. Setelah masing-masing kelompok diberikan rangsangan yang berbeda
selama kurang lebih 15 menit maka peneliti memberikan mereka kuisioner yang telah
disiapkan. Peneliti memberi waktu maksimal 30 menit kepada para subjek untuk
mengisi kuisioner, akan tetapi subjek yang telah selesai mengisi kuisioner terlebih
dahulu dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan.
Kuisioner yang didistribusikan kepada subjek berisi 36 item pertanyaan.
Pertanyaan yang ada pada kuisioner tersebut telah peneliti desain sedemikian rupa
mengacu pada beberapa jurnal dan penelitian terdahulunya. Langkah terakhir yang
dilakukan peneliti yaitu mengambil lembar kuisioner yang telah diisi subjek
kemudian memisahkannya berdasarkan kelompok subjek. Lalu pada akhirnya
menganalisa data tersebut dalam proses eksperimen ini.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
pretestKEKK ,073 48 ,200 ,979 48 ,544
*
postestKEKK ,059 48 ,200 ,986 48 ,844

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji normalitas digunakan untuk data parametrik dan non-parametrik. Uji

normalitas dapat menentukan jenis kurva yang dibentuk dari data, jika kurva
memenuhi uji normal maka bentuk kurva menyerupai lonceng dan memiliki nilai

ekstrim yang rendah pada sisi sebelah kanan dan kiri. Sedangkan pada nilai tengah

berbentuk menjulang tingi (Pallant, 2007). Uji normalitas adalah suatu prasyarat

yang wajib dilakukan sebelum melakukan analisis data dengan menggunkanan one

way anova atau two way anova.

Pada tabel test of normality diatas, kolom sig. pada pretest didapat senilai
0,544 yang mana 0,544>sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest adalah
normal sedangkan untuk post test pada kolom sig. didapat nilai sebesar 0,844 dimana
0,844>0,05 maka dapat disimpulkan data pada post test adalah normal.

4.3.2 Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances


pretestKEKK

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,101 1 46 ,752

Test of Homogeneity of Variances


postestKEKK

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,246 1 46 ,622

Pada tabel test of homogeneity of variances pre test diatas menginformasikan bahwa
nilai pada kolom sig. Adalah 0,752 yang mana 0,752>0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data pre test adalah homogen. Sedangkan pada tabel test of
homogeneity of variances post test diatas menginformasikan bahwa nilai pada kolom
sig. Adalah 0,622 yang mana 0,622>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pre
test adalah homogen.
4.3.3 Hasil analisis data

Paired Samples Test

Paired Differences
Sig. (2
95% Confidence Interval of t df
Std. Error tailed)
Mean Std. Deviation the Difference
Mean
Lower Upper

pretestKE -
Pair 1 5,875 9,057 1,849 2,051 9,699 3,178 23 ,004
postestKE
pretestKK -
Pair 2 -4,458 8,193 1,672 -7,918 -,999 -2,666 23 ,014
postestKK

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik Paired

Sampel T-Test karena peneliti ingin mengetahui apakah relaksasi autogenik dapat

mempengaruhi regulasi emosi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Airlangga, dimana paired Sampel T-Test ini dapat digunakan untuk membandingkan
dua kelompok sampel yang berbeda. Dasar pengambilan keputusan pada Uji paired

Sample T-Test ini adalah sebagai berikut,

a. Jika taraf signifikan < 0.05 maka Ho ditolak (ada pengaruh)

b. Jika taraf signifikam > 0.05 maka Ho diterima (tidak ada pengaruh)

Berdasarkan tabel Uji paired Sample T-Test diatas dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK). Pada

kelompok eksperimen diketahui bahwa taraf signifikannya adalah 0.004. Hal ini

menunjukkan taraf signifikannya lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan taraf signifikan

tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya relaksasi autogenik

memiliki kemungkinan untuk menigkatkan regulasi emosi pada mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Airlangga. Sedangkan pada kelompok kontrol dengan

memberikan video motivasi terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Airlangga didapat nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,014 yang mana juga lebih kecil dari

0,05 sehingga dapat disimpulkan memberikan video motivasi terhadap mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga juga terdapat pengaruh terhadap regulasi

emosi pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

4.4 Pembahasan

Pada penelitian ini menggunakan Independent Samples T-test yang


difungsikan untuk melihat perbandingan dari rata-rata antara 2 kelompok, yaitu
kelompok control dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok ini diberikan
treatment secara berbeda, kelompok pertama adalah kelompok yang diberikan terapi
relaksasi autogenik sedangkan kelompok kedua diperlihatkan video motivasi. Kedua
kelompok ini diberikan kuisioner yang berisikan 36 item pertanyaan. Hipotesis pada
penelitian kali ini adalah terdapat perbedaan antara pemberian teapi relaksasi
autogenik dengan menonton video motivasi terhadap regulasi emosi subjek, yang
berarti relaksasi autogenik memberikan hasil yang lebih baik dalam mempengaruhi
tingkat regulasi emosi seseorang.

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas menggunakan kolmogrov-Smirnov, dan dalam
penelitian ini skor hasil tes pada kelompok relaksasi autogenik menunjukkan nilai Sig
0,544 sedangkan kelompok yang diberikan video motivasi memiliki nilai Sig 0,844.
Sehingga masing-masing nilai Sig baik pre-test atau post-test <0,05 maka dapat
disimpulkan data masing-masing adalah normal.

Sedangkan pada uji homogenitas, peneliti meggunakan Levene’s Test dan


nilai signifikansi pada pretest adalah 0,752 yang mana 0,752>0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data pretest adalah homogen, begitu pula dengan nilai
signifikansi pada post-test yaitu 0,622 sehingga 0,622>0,05 maka dapat disimpulkan
data post-test adalah homogen.

Dengan mencari tahu akan rentang perbedaan hasil dari tes, peneliti ingin

mengetahui apakah relaksasi autogenik dapat mempengaruhi tingkat regulasi pada

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Sehingga berdasarkan hasil uji

paired Sample T-Test pada kelompok eksperimen (KE) dan kelompok control (KK).

Pada kelompok eksperimen diketahui bahwa taraf signifikannya adalah 0.004. Hal ini

menunjukkan taraf signifikannya lebih kecil dari 0.05. Berdasarkan taraf signifikan

tersebut dapat disimpulkan bahwa Ha dapat diterima. Yang berarti relaksasi

autogenik memiliki kemungkinan untuk meningkatkan regulasi emosi pada subjek.


Sedangkan pada kelompok kontrol dengan memberikan video motivasi terhadap

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga didapat nilai sig.(2-tailed)

sebesar 0,014 yang mana juga lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan

memberikan video motivasi terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Airlangga juga memberikan pengaruh terhadap regulasi emosi pada mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka didapatkan kesimpulan


bahwa Ha yang berbunyi “Terapi relaksasi autogenik berpengaruh terhadap tingkat
regulasi emosi mahasiswa fakultas psikologi Universitas Airlangga” dapat diterima.
Sehingga walaupun antara menyuguhkan video motivasi dan terapi relaksasi
autogenik sama-sama dapat meningkatkan tingkat regulasi emosi seseorang, namun
berdasarkan analisis data peningkatan tersebut lebih signifikan terhadap subyek yang
diberikan terapi relaksasi autogenik.

5.2 Saran

Dibawah ini adalah saran yang ditunjukan pada peneliti selanjutnya yang akan
meneliti topik yang sama :
a. Apabila penelitian melakukan eskperimen dengan topik ini disarankan untuk
mencari subjek sebanyak-banyaknya, agar mendapatkan subjek yang lebih
bervariasi
b. Mengatur kondisi ruangan eksperimen ketika menggunakan topik ini, karena
kondusif tidaknya ruangan dapat memengaruhi proses pengerjaan soal post
test.
c. Disarankan menggunakan ruangan yang berbeda untuk eksperimen dengan 2
kelompok berbeda dan treatment yang berbeda pula.
d. Menentukan spesifikasi modul yang akan digunakan. Serta membuat kedua
modul dengan isi yang sama, yang nantinya tidak menimbulkan interpretasi
yang berbeda-beda pada pembaca.
e. Mengelompokkan subjek berdasarkan kategori yang lebih sederhana, karena
tingkat regulasi emosi seseorang dipengaruhi juga oleh tingkat usia dan status
mahasiswa tersebut (contoh: mahasiswa tingkat akhir).
Lampiran

Output Analisis Deskriptif


Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

Std.
Ran Mini Maxi Deviatio Varia
N ge mum mum Sum Mean n nce Skewness Kurtosis

Stati Stati Statis Statis Stati Stati Std. Stati Stati Std. Stati Std.
stic stic tic tic stic stic Error Statistic stic stic Error stic Error

Totalpre 178, 224,


48 59 149 208 8573 2,163 14,983 ,088 ,343 -,724 ,674
60 500
totalpost 177, 233,
48 70 148 218 8539 2,207 15,293 ,195 ,343 -,294 ,674
90 883
Valid N
48
(listwise)

Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
pretestKEKK ,073 48 ,200 ,979 48 ,544
*
postestKEKK ,059 48 ,200 ,986 48 ,844
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran
Hasil analisis
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval Sig. (2-

Std. Std. Error of the Difference t df tailed)

Mean Deviation Mean Lower Upper

Pair 1 pretestKE -
5,875 9,057 1,849 2,051 9,699 3,178 23 ,004
postestKE
Pair 2 pretestKK -
-4,458 8,193 1,672 -7,918 -,999 -2,666 23 ,014
postestKK
DAFTAR PUSTAKA

Garnefski, N., & Kraaij, V. (2007). The cognitive emotion


regulation questionnaire. European Journal of Psychological
Assesment , 23 (3), 141- 149.
Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi
Offset.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Neuman, W. L. (2000). Social Research Methods: Qualitative
and Quantitative Approaches (4th ed.). Boston: Ally & Bacon.

Anda mungkin juga menyukai