Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN BELAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Psikologi Umum

Dosen Pengampu:
Maharddika Intan
Disusun oleh kelompok 1:
Alfin Tajudin (210317126)
Ali Mahmud (210317128)
Ayuk Andini (210317110)
Etwin Fidaroyani (210317119)
Eva Nur A.( 210317087)
Maulidiya (210317131)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
NOVEMBER 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kepercayaan diri merupakan modal dasar yang paling utama dalam diri
seseorang untuk bisa mengaktualisasikan diri. Percaya diri merupakan salah satu hasil
karya dari aktualisasi diri yang positif, dengan memiliki kepercayaan diri siswa
mampu mengembangkan bakat, minat dan potensi yang ada didalam dirinya sehingga
bisa berkembang menjadi sebuah kesuksesan atau yang disebut prestasi. Sikap
percaya diri meiliki konstribusi yang besar terhadap motivasi siswa. Kepercayaan diri
sangat berpenharuh dan menentukan keberhasilan siswa dalam kehidupannya.
Individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik memiliki keyakinan dan selalu
berusaha mengembangkan potensi diri secara maksimal serta menunjukkan yang
terbaik dari dirinya dibuktikan dengan sebuah prestasi. Sebaliknya siswa yang meiliki
kepercayaan diri yang kurang baik, mereka tidak mampu mnegembangkan bakat,
minat dan potensi yang ada di dalam dirinya dan tidak mampu mengaktualisasikan
diri dengan maksimal serta bersifat pasif. Oleh karena itu, peranan guru bimbingan
dan konseling sangat penting dalam upaya memberikan layanan pencegahan
(preventif), informasi, motivasi, konseling, individual, dan konseling kelompok bagi
siswa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kepercayaan diri ?
2. Apa saja aspek-aspek kepercayaan diri ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri ?
4. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
5. Apa saja aspek aspek belajar ?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi belajar ?
7. Bagaimana hubungan kepercayaan diri dengan belajar ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian, aspek dan faktor kepercayaan diri.
2. Untuk mengetahui pengertian, aspek dan faktor belajar.
3. Untuk mengetahui hubungan percaya diri dengan belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEPERCAYAAN DIRI

1. Pengertian
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan
mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan
mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikir positif dan dapat menerimanya.
Kepercayaan diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh
argumentasi rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional
dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan suatu hal yang
sama yaitu: emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi, perasaan, dan imajinasi yang
positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan, dan
imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri.
Surya mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan
bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras didalam berusaha
serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilikinya tanpa harus
mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan dirinya sehingga
nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Hakim bahwa kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam
hidupnya.
Kepercayaan diri merupakan kemauan untuk mencoba sesuatu yang paling
menakutkan bagi individu, dan individu tersebut yakin akan mampu mengelola
apapun yang timbul sesuai yang diharapkan. Kepercayaan diri itu sendiri adalah
kepercayaan yang berasal dari orang lain yang sangat bermanfaat bagi
perkembangan kepribadian individu tersebut. Seseorang yang mendapat
kepercayaan dari orang lain merasa dirinya dihargai, dihormati, dan merasa
dirinya bertingkah laku secara bertanggung jawab.1

1
www.e-jurnal.com/2014/03/, pengertian kepercayaan diri, (oleh: Ardi Al-Maqassary), Diakses; 12
November 17.

3
Sejalan dengan itu Angelis mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah
keyakinan akan diri sendiri, berarti tidak meragukan kemampuan dan mengetahui
apa yang akan dilakukan, berani memulai sesuatu, selalu membayangkan bahwa
dirinya mampu mencapai hasil yang memadai serta kemampuan untuk mengambil
keputusan melalui permasalahan yang dikonsultasikan. Kepercayaan diri adalah
sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi
yang dihadapinya.
Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktek, sikap dan kepercayaan diri ini
merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan
tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki
nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang
yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan
untuk mencapai keberhasilan.
Kepercayaan diri bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan banyak
ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif, dan efisien.
Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan,
dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki kepercayaan diri,
seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan menjalani
kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat keputusan
sendiri. Selanjutnya ditegaskan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri
dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap
perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk
belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang percaya diri
mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.2
2. Aspek-aspek Percaya Diri
Ada beberapa Aspek-aspek Rasa Percaya Diri. Menurut Lauster anak yang
memiliki rasa percaya diri positif adalah:

2
www.e-jurnal.com/2014/03/, pengertian kepercayaan diri, (oleh: Ardi Al-Maqassary), Diakses; 12
November 17.

4
 Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif anak tentang dirinya
bahwa anak mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
 Optimis yaitu sikap positif anak yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.
 Obyektif yaitu anak yang percaya diri memandang permasalahan atau sesuatu
sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi
atau menurut dirinya sendiri.
 Bertanggung jawab yaitu kesediaan anak untuk menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi konsekuensinya.
 Rasional yaitu analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal, sesuatu
kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan.
Menurut Kumara, individu yang memiliki rasa percaya diri merasa yakin akan
kemampuan dirinya, sehingga bisa menyelesaikan masalahnya karena tahu apa yang
dibutuhkan dalam hidupnya, serta mempunyai sikap positif yang didasari keyakinan
akan kemampuannya. Individu tersebut bertanggung jawab akan keputusannya yang
telah diambil serta mampu menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari
keterampilan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki
rasa percaya diri yaitu diantaranya memiliki rasa keyakinan akan kemampuan diri,
optimis, obyektif, bertanggung jawab serta memiliki pemikiran rasional.3

3. Faktor-faktor yang Memprnngaruhi Kepercayaan diri

Setiap orang mempunyai tingkat kepercayaan diri berbeda beda tergantung seberapa
jauh faktor yang berpengaruh terhadap dirinya menurut Anthony ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri, antara lain :

1. Faktor-faktor internal
 Konsep diri
Konsep diri merupakan gagasan tentang diri sendiri. Individu yang
mempunyai rasa rendah diri biasanya memiliki konsep diri yang negatif.
3
www.e-jurnal.com/2014/03/, aspek-aspek rasa percaya diri, (oleh: Ardi Al-Maqassary), Diakses; 12
November 17.

5
 Harga diri
Menurut Meodow, harga diri yaitu, penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri, tingkat pengahargaan terhadap diri sendiri akan berpengaruh
terhadap tingkat kepercayaan diri individu. Semakin tinggi harga diri,
semakin tinggi kepercayaan diri individu tersebut, penilaian diri ini
ditentukan oleh berbagai emosi yang mempengaruhi individu.
 Keadaan dan kesehatan fisik
Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dari
keadaan fisik. Kondisi kesehatan juga dapat mempengaruhi rasa
kepercayaan diri individu, bila individu tersebut sakit berlarut-larut akan
menggangu kepercayaan diri individu tersebut.
 Kegagalan dan kesuksesan
Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang pada kegembiraan
sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.
 Pengalaman hidup
Menurut Lauster kepercayaan diri di pengaruhi oleh pengalaman hidup,
dimana belajar dari pengalaman masa lalu adalah hal yang penting untuk
mengembangkan kepribadian yang sehat. Pengalaman hidup yang
mengecewakan paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri,
terlebih jika seseorang mempunyai perasaan tidak aman, kurang rasa
sayang dan kurangnya perhatian.
 Peran lingkungan keluarga
Peran lingkungan keluarga terhadap bentuk kepercayaan diri sangat
penting dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang jika fungsi
keluarga berjalan baik, maka besar kemungkinan individu dalam kelas
tersebut mempunyai kepercayaan diri yang baik.

2. Faktor eksternal
 Lingkungan dan pengalaman
Syarwani mengatakan bahwa lingkungan yang keras cenderung
memudahkan individu untuk membentuk rasa percaya diri, selain itu

6
kepercayaan diri di tentukan pula oleh pengalaman-pengalaman yang
dialami sejak kecil.

 Pendidikan.

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Lebih lanjut dapat


di ungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat
individu tergantung dan berada di bawah individu yang lebih pandai,
sebaliknya individu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung
akan lebih menjadi disiplin dan tidak perlu tergantung pada individu lain.

 Pekerjaaan.

Rogers mengemukakan bahwa bekerja dapat membangkitkan kreatifitas


dan kemandirian serta kepercayaan diri, rasa percaya diri akan muncul
dengan melakukan pekerjaan selain materi, kepuasan dan rasa percaya diri
didapat karena mengembangkan kemampuan diri.

Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang baik akan menampakkan ciri-
ciri yang berbeda dengan orang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, orang
yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya tidak terlalu cemas dengan
tindakan. Dapat melakukan hal-hal yang disukai, bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukan, hangat, sopan, dalam berinteraksi dengan orang lain, mempunyai
dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki.
Kepercayaan diri berpengaruh pada individu, pada manusia kepercayaan diri
akan cenderung berubah, hal ini tergantung pada pengalaman dalam hubungan
interpersonal, namun demikian pengalaman tidak hanya memberikan umpan balik
yang positif saja, bila umpan balik yang diterima positif maka kepercayaan diri akan
membaik sebaliknya jika umpan balik yang diterima negatif maka kepercayaan diri
akan turun.4

B. BELAJAR

4
https://decungkringo.wordpress.com/2012/03/31/, kepercayaan diri/self cofidence, (diakses 12
November 17)

7
a. Pengertian Belajar

Adapun pengertian belajar menurut beberapa para ahli antara lain :

1. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan : “Belajar adalah


setiap perubahan perilaku yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
2. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar adalah
sutau perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian.”
3. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning mengemukakan bahwa : ”Belajar
terjadi apabila suatu reaksi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
4. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning mengemukakan bahwa :
“Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa


elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :

1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu dapat
mengarah kepada kebaikan atau keburukan tingkah laku.
2. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu haus bersifat relatif mantap,
harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkutberbagai
aspek kepribadian.5

Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses
itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Adapun belajar
menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah
prosesnya secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru (new associations). Faktor-faktor penting yang sangat erat
5
M. Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), 84-86.

8
hubungannya dengan proses belajar ialah : kematangan, penyesuaian diri/adaptasi,
menghafal/mengingat, pengertian, berfikir, dan latihan.6

b. Aspek Belajar

aspek belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun yang
dimaksud dengan tersebut adalah :

1. Aspek Kognitif (Proses Berfikir)


Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berfikir, mengetahui dan
memecahkan masalah. Menurut Bloom tujuan domain kognitif terdiri atas enam
bagian :
a. Pengetahuan (Knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi
yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (Comprehension) mengacu kepada kemampuan memahami
makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan
tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (Application) mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampua berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (Analysis) mengacu kepada menguraikan materi ke dalam komponen-
komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan
di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan
berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.7
e. Sintesa (Evaluation) mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk
baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.

6
Ibid.
7
https//hanker17.blogspot.com/2012/09/aspek-kognitif-afektif-dan-psikimotirik.html, (diakses: 11
November 17)

9
f. Evaluasi (Evaluation) mengacu kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang tinggi. Urutan-urutan yang seperti dikemukakan di
atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik
lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami ke ranah-ranah
psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion
Instruksional.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak.
Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemmapuan
seseorang dalam proses pengajaran.
2. Aspek Afektif (Nilai atau Sikap)
Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa. Menurut Krathwol klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima
kategori :
a. Penerimaan (Recerving) mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan
memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan
tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau Partisipasi (Responding) satu tingkat di atas
penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau Penentuan Sikap (Valung) mengacu kepada nilai atau
pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan
reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan.
d. Organisasi (Organization) mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang
berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik
internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku
yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.8
e. Karakteristik/Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex) mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai
sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten

8
https//hanker17.blogspot.com/2012/09/aspek-kognitif-afektif-dan-psikimotirik.html, (diakses: 11
November 17)

10
dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori iniada hubungannya
dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.9
Berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih
dahulu. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikolog pengajaran adalah sangat
urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.

3. Psikomotorik (Keterampilan)
Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurt Davc klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu
a. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentukmglobal dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan, gerakan-gerakan
pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru
tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi
sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara
gerkan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik. Domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional
pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, dimana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang
9
https//hanker17.blogspot.com/2012/09/aspek-kognitif-afektif-dan-psikimotirik.html, (diakses: 11
November 17)

11
terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga
mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain
psikomotorik ini.10

b. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan menjadi dua golongan :

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kiat sebut faktor
individual,
2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Adapun faktor
sosial antara lain:
a. Kematangan/Pertembuhan

Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar
berjalan. Andaipun kita paksa, tetap anak itu tidak akan dapat/sanggup
melakukannya, karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan
potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniahnya.

b. Kecerdasan/Intelijensi

Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu


dengan berhasil baik ditentukan/dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya.
Kenyataan menunjukan kepada kita, meskipun anak yang berumur 14 tahun
ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak
semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula halnya
dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan lainnya. tidak
semua anak pandai dalam bahasa asing, tidak semua anak pandai masak, dan
sebagainya. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan,
intelijensi pun turut memegang peranan.11

c. Latihan dan Ulangan

Karena terlatih, karena sering kali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin
mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah
10
https//hanker17.blogspot.com/2012/09/aspek-kognitif-afektif-dan-psikimotirik.html, (diakses: 11
November 17)
11
Purwanto, psikologi, 102-106

12
dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang. Karena latihan, karena
seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada
sesuatu itu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga
memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya.

d. Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu.
Motif instrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu
menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin
seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya, jika ia
tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari
belajarnya itu dibagi dirinya.
e. Sifat-sifat Pribadi Seseorang
Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian masing-masing yang
berbeda antara seorang yang lain dengan yang lain. Ada orang yang
mempunyai sifat keras hati, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya,
dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada
seseorang itu sedikit banyaknya turut pula mempengaruhi sampai dimanakah
hasil belajarnya dapat dicapai. Termasuk ke dalam sifat-sifat kepribadian ini
ialah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan. Kecuali faktor-faktor yang
bersifat individual, berhasil atau tidaknya belajar itu dipengaruhi pula oleh
faktor-faktor dari luar yang sering kita sebut faktor sosial.
f. Keadaan Keluarga
Suasanan dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau
turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai
oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini, ada tidaknya fasilitas-fasilitas
yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula.
g. Guru dan Cara Mengajar
Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru,
tinggi rendahnya pengetahuan yang di miliki guru, dan bagaimana cara guru
itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut
mennetukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.

13
h. Alat-alat Pelajaran
Faktor guru dan cara mengajaranya tidak dapat kita lepaskan dari ada
tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan
untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,
kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan
mempercepat belajar anak-anak.
i. Motivasi Sosial
Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di
sekitarnya, seperti dari tetangga, sanak saudara yang berdekatan dengan anak
itu, dan dari teman-teman sepermainan dan sesekolahnya. Pada umumnya
motivasi semacam ini di terima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula
tidak dengan sadar.
j. Lingkungan dan Kesempatan
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik,
bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya
baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Banyak pula anak-anak
yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertinggi
belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya
pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta
faktor-faktor lain yang terjadi di luar kemampuanya. Faktor lingkungan dan
kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang
dewasa.12

C. HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN BELAJAR

Setiap orang dalam hidunya pasti mengalami proses belajar. Dalam belajar
sangat diperlukan keparcayaan diri sehingga timbul keyakinan dan kesungguhan
12
Purwanto, psikologi,102-106.

14
dalam belajarnya. Orang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, maka mereka
akan yakin terhadap apa yang ia lakukan, dan mereka akan menyelesaikan semua
proses yang dialami dengan usaha mereka sendiri. Karena kepercayaan diri
merupakan modal dasar yang paling utama dalam diri seseorang untuk bisa
mengaktualisasikan diri. Percaya diri merupakan salah satu hasil karya dari
aktualisasi diri yang positif, dengan memiliki kepercayaan diri siswa mampu
mengembangkan bakat, minat dan potensi yang ada di dalam dirinya sehingga bisa
berkembang menjadi sebuah keberhasilan dalam belajar. Mereka belajar tanpa ada
keraguan dan kebimbangan karena mereka percaya terhadap kemampuan yang ada
pada dirinya. Dalam kenyataannya seorang siswa yang memiliki rasa percaya diri
biasanya mereka juga berprestasi, kerena mereka cenderung memiliiki kesigapan,
dan kesiapan. Sehingga orang yang memiliki rasa percaya diri akan memiliki
kepribadian yang lebih berkembang daripada orang yang kurang percaya diri.13
Dapat dikatakan percaya diri akan ikut menentukan keberhasilan proses
belajar siswa. Karena individu yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan
memiliki keyakinan dan selalu berusaha mengembangkan potensi diri secara
maksimal serta menunjukan yang terbaik dari dirinya yang dibuktikan dengan
sebuah prestasi. Sebaliknya siswa yang memiliki kepercayaan diri yang kurang baik,
mereka tidak mampu mengambangkan bakat, minat, dan potensi yang ada di dalam
dirinya dan tidak mampu mengaktualisasikan diri dengan maksimal serta bersifat
pasif.14

13
Indra Bangkit Komara, Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi Belajar dan
Perencanaan Karir Siswa, dalam psikopedagogia, vol.5 No. 1 2016, 34.
14
Ibid.

15
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Kepercayaan diri merupakan rasa yakin terhadap segala aspek dan kemampuan yang
ada pada diri sendiri.
2. Belajar adalah suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi
dalam diri seseorang.
3. Dalam proses belajar kepercayaan diri sangat diperlukan sehingga menimbulkan
keyakinan dan kesungguhan dalam belajar. Semakin tinggi kepercayaan diri seorang
individu maka ia akan memiliki keyakinan dan selalu berusaha mengembangkan
potensi diri secara maksimal serta menunjukkan yang terbaik dari dirinya yang
dibuktikan dengan sebuah prestasi dalam belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki
kepercayaan diri yang rendah, mereka tidak mampu mengambangkan potensi yang
ada di dalam dirinya dan tidak mampu mengaktualisasikan diri dengan maksimal serta
bersifat pasif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maqassary, Ardi. Maret 2014. Pengertian Kepercayaan Diri. www.e-


jurnal.com.
Amarseto, Binuko. 31 Maret 2012. Kepercayaan Diri (self cofidence).
https://decungkringo.wordpress.com.
Hendra, Henki Nur. September 2012. Aspek Kognitif Afektif dan Psikimotirik.
https//hanker17.blogspot.com.
Komara, Indra Bangkit. 2016. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi
Belajar dan Perencanaan Karir Siswa. Psikopedagogia. vol.5 No. 1.
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai