LANDASAN TEORITIS
Setiap individu mempunyai tingkat rasa percaya diri yang berbeda satu sama lain. Rasa
percaya diri ini diyakini merupakan salah satu faktor yang membuat seorang individu
berkembang dengan lebih cepat. Banyak hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas individu
yang menuntut sebuah kepercayaan diri yang baik, sehingga individu tersebut dapat
Seseorang yang memiliki rasa percaya diri adalah mereka yang mampu bekerja secara
aktif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung jawab serta mempunyai rencana
terhadap masa depan. Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam
aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan memiliki rasa percaya diri,
Rasa percaya diri dalam diri individu dipengaruhi oleh factor-faktor yang berasal dalam
diri individu, norma dan pengalaman keluarga, tradisi kebiasaan dan lingkungan sosial atau
Lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2012) mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh
dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berupa
keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan
dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran dan bertanggung jawab.
Lauster menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan
seseuatu dengan baik. Lauster juga mengatakan bahwa percaya diri merupakan suatu sikap
atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak
terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, merasa bebas untuk melakukan hal-hal sesuai
keinginan dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat, dan sopan dalam berinteraksi
seseorang akan adanya kekuatan dalam dirinya, kesadaran akan kemampuannya, dan
Hakim (2002) menyatakan bahwa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang
terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
Sementara itu menurut Anthony (1992), kepercayaan diri merupakan sikap pada diri
seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir
positif, memiliki kemandirian, mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala
Dariyo (2011), percaya diri adalah kemampuan individu untuk memahami dan meyakini
seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penyeseuaian diri dengan
lingkungan hidupnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah keyakinan
untuk melakukan sesuatu pada diri individu sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya
terdapat keyakinan akan kemampuan diri, sikap optimis, objektif, senantiasa berpikir positif,
mandiri, bertanggung jawab, rasional untuk beradaptasi dengan linglungannya sehingga
Menurut Lauster (dalam Ghufron & Risnawita 2012), seseorang yang memiliki rasa
percaya diri (self confidence) yang positif memiliki aspek-aspek sebagai berikut, yaitu :
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia mampu secara
b. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk memanggung segala sesuatu yang telah
menjadi konsekuensinya.
Rasional dan realistis adalah Analisa terhadap sesuatu masalah, sesuatu hal, dan suatu kejadian
dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
A.3. KARAKTERISTIK PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE)
Menurut Fatimah (2010) karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri (self
2. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau
kelompok.
3. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain atau berani menjadi diri sendiri.
pada usaha sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak
Adapun karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya sebagai berikut :
3. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan mamandang rendah
kemampuan diri sendiri namun dilain pihak, memasang harapan yang tidak realistis
5. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target
untuk berhasil.
6. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena undervalue diri sendiri).
tidak mampu.
8. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat bergantung
Sedangkan menurut Lindefild Gael, karakteristik percaya diri adalah sebagai berikut
(Rifki, 2008) :
Percaya diri lahir membuat individu harus bisa memberikan kesan pada dunia luar bahwa
dirinya yakin akan secara pribadi (percaya diri lahir). Percaya diri lahir dapat dilihat dalam
1. Komunikasi. Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap
percaya diri. Menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum,
tahu kapan harus berganti topik pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi adalah
bagian dari keterampilan komunikasi yang bisa dilakukan jika individu tersebut memiliki
2. Ketegasan. Sikap tegas dalam melakukan suatu tindakan juga diperlukan, agar kita
terbiasa untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan serta membela hak kita, dan
dirinya, baik gaya pakaian, aksesori, dan gaya hidupnya tanpa terbatas keinginan untuk
sehari-hari, dengan kita mengelola perasaan secara baik akan membentuk suatu
Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi kepada seseorang perasaan dan anggapan
bahwa pribadinya dalam keadaan baik. Percaya diri batin dapat dilihat dalam kemampuan
berikut ini :
1. Cinta diri. Orang yang cinta diri mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.
Mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan secara wajar dan selalu menjaga
kesehatan diri. Mereka juga ahli dalam bidang tertentu sehingga kelebihan yang dimiliki
bisa dibanggakan, hal ini yang menyebabkan individu tersebut menjadi percaya diri.
2. Pemahaman diri. Orang yang percaya diri batin sangat sadar diri. Mereka selalu
introspeksi diri agar setiap tindakan yang dilakukan tidak merugikan orang lain.
3. Tujuan yang positif. Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan
karena mereka punya alasan dan pemikiran yang jelas dari tindakan yang mereka
4. Pemikiran yang positif. Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang
bagus.
Menurut Ghufron & Risnawita (2012), bahwa kepercayaan diri (self confidence)
a. Konsep diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri
b. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula. Harga diri adalah
penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Santoso berpendapat bahwa tingkat harga diri
c. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi factor munculnya rasa percaya diri maupun sebaliknya, pengalaman
dapan menjadi factor menurunnya rasa percaya diri seseorang. Anthony mengemukakan
bahwa pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk mengembangkan kepribadian sehat.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Timgkat
Pendidikan yang rendah akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah
kekuasaan orang lain yang lebih pandai. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tingkat
tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan
rendah.
A.5. MANFAAT PERCAYA DIRI
Menurut Satiadarma (2000), rasa percaya diri dapat memberikan dampak positif pada
seseorang, yaitu :
a. Emosi. Jika seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ia akan lebih mudah
mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan, ia dapat menguasai dirinya
untuk bertindak tenang dan dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan suatu
tindakan.
b. Konsentrasi. Dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, seorang individu akan lebih
mudah memusatkan perhatiannya pada hal tertentu tanpa merasa terlalu khawatir akan hal-hal
c. Sasaran. Individu dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung untuk mengarahkan
tindakannya pada sasaran yang cukup menantang, karenanya juga ia akan mendorong dirinya
sendiri untuk berupaya lebih baik. Sedangkan mereka yang kurang memiliki rasa percaya diri
yang baik cenderung untuk mengarahkan sasaran perilakunya pada target yang lebih mudah,
kurang menantang, sehingga ia juga tidak memacu dirinya sendiri untuk lebih berkembang.
d. Usaha. Individu dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak mudah patah semangat atau
frustasi dalam nerupaya meraih cita-citanya. Ia cenderung tetap berusaha sekuat tenaga
sampai usahanya membuahkan hasil. Sebaliknya mereka yang memiliki rasa percaya diri rendah
akan mudah patah semangat dan menghentikan usahanya di tengah jalan ketika menemui
berbagai strategi dan berani mengambil resiko atas strategi yang diterapkannya. Sebaliknya
mereka yang memiliki rasa percaya diri rendah cenderung tidak mau mencoba strategi baru dan
f. Momentum. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, seorang individu akan lebih tenang, ulet,
tidak mudah patah semangat, terus berusaha mengembangkan strategi, dan membuka
berbagai peluang bagi dirinya sendiri. Akibatnya, hal ini akan memberikan keempatan pada
dirinya untuk memperoleh momentum atau saat yang tepat untuk bertindak. Tanpa rasa
percaya diri tinggi, usaha individu menjadi terbatas, peluang yang dikembangkan juga terbatas,
B. ART THERAPY
Art therapy adalah sebuah Teknik terapi dengan menggunakan media seni, proses kreatif, dan
hasil dari seni untuk mengeksplorasi perasaan, konflik emosi, meningkatkan kesadaran diri,
realitas, mengurangi kecemasan dan meningkatkan penghargaan diri (American Art Therapy
Association, 2013).
Art therapy merupakan suatu metode psikoterapi yang dapat menangani individu
dengan depresi, mengurangi keparahan symptom depresi secara signifikan (Bar-sela, Atid,
berdasar pada sebuah pemikiran bahwa proses berkreasi dalam membuat suatu bentuk art
atau seni yang dapat memudahkan individu untuk pulih dan juga berupa komunikasi nonverbal
mengenai perasaan dan pikiran individu (Malchiodi, 2012). Art therapy mendorong individu
untuk masuk dalam sebuah proses pengembangan diri untuk mencapai pengertian atas makna
hidup, kesadaran yang lebih tinggi, perasaan lega dari emosi yang intens atau trauma,
Art therapy juga mendukung sebuah pemikiran bahwa individu memiliki kemampuan
untuk berekspresi secara kreatif dan lebih mementingkan proses daripada hasil. Sehingga fokus
terapis tidak tertuju pada aspek estetika dalam art yang dibuat, melainkan lebih fokus pada
Art therapy banyak digunakan, karena cenderung mudah untuk dilakukan, dan bisa
digunakan untuk berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan hingga lansia.
Berdasarkan konteks art therapy yang memanfaatkan aktivitas tubuh secara langsung maka
Malchiodi (2003) mengambil suatu kesimpulan bahwa art therapy memiliki manfaat yang
a. Memberikan informasi yang lebih bernilai pada proses terapi karena menyediakan karya
seni konseli yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian perkembangan konseli.
b. Sebagai sarana dalam pelepasan emosi (katarsis) diaman hal ini sebagai pelepasan
suasana hati.
Art therapy merupakan salah satu intervensi psikologis yang semakin berkembang
dalam kurun waktu terakhir. Art therapy telah banyak digunakan dalam berbagai kasus medis
baik pada anak maupun pada orang dewasa. (Malchiodi, 2003). Tujuan art therapy bukan
Menurut Nordqvist (2009) dalam Fastari, jenis-jenis art therapy bisa dibedakan kepada
music therapy, poetry therapy, drama therapy dan seni kriya. Music therapy pernah digunakan
untuk mengurangi simtom depresi pada pasien depresi, membantu mengurangi rasa sakit pada
penderita penyakit kronis. Menggambar, melukis dapat emembantu pemulihan trauma pada
korban bencana alam. Penderita autisme terbantu dengan art psychotherapy, mereka terlihat
Poetry therapy diterapkan pada subjek anak dan remaja, antara lain pad kasus kekerasan
terhadap anak dan kasus bunuh diri pada anak/remaja. Poetry therapy juga pernah diberikan
pada kasus-kasus pernikahan, perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, dan lansia.
terapi tari) melibatkan penggunaan berbagai gaya tarian dan Gerakan yang berbeda. Terapi
drama dilakukan dengan bermain peran tertentu dalam situasi tertentu, membuat gerakan
untuk mengekspresikan diri, pidato dengan suara yang sulit ditirukan, bertindak tanpa kata-
kata, atau mengulangi perilaku yang menyebabkan konseli mengalami masalah di masa lalu.