Anda di halaman 1dari 34

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Yang Relevan

1. Percaya Diri

Memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah hal yang dibutuhkan

untuk dapat meraih sebuah kesuksesan dan cita- cita serta tujuan yang

diinginkan dan ini merupakan aspek kepribadian yang sangat penting. Selalu

tampil percaya diri, optimis dan berusaha dengan segala kemampuan akan

mempermudah seorang individu untuk meraih kesuksesan yang diimpikan.

Seseorang akan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik,

kemampuan yang baik dan juga mental yang baik bila individu tersebut

memiliki kepercayaan diri yang bagus.

Hasan dalam Iswidharmanjaya (2004) mengatakan, kepercayaan diri

merupakan kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki serta dapat

memanfaatkannya secara tepat. Konsep percaya diri pada dasarnya

merupakan satu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan

pilihan dan membuat keputusan sendiri pada diri sendiri bahwa ia mampu

untuk melakukan sesuatu, artinya keyakinan dan percaya diri hanya timbul

pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu

dilakukannya.

Menurut Loekmono (dalam Sari, 2008) kepercayaan diri adalah sikap

positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Kepercayaan diri juga


didefinisikan sebagai perasaan nyaman tentang diri sendiri dan penilaian

orang lain terhadap diri sendiri.

Pengertian percaya diri menurut Lautser (2012) kepercayaan diri

merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri,

sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas

untuk melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas

perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki

dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri

sendiri. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lautser dalam Ghufron dan

Rini (2010) adalah sebagai berikut :

a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang

tentang dirinya bahwa dia bersungguh-sungguh akan apa yang

dilakukannya.

b. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemauan.

c. Objektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan

atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan

menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

d. Bertanggung jawab yaitu seseorang yang bersedia menanggung

segala sesuatu yang menjadi konsekuensinya.

e. Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap satu masalah, suatu hal,

suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh

akal sesuai dengan kenyataan.

Berdasarkan beberapa pengertian dan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasaan


yakin pada kemampuan diri sendiri yang timbul karena adanya sikap

positif terhadap kemampuannya sehingga tidak perlu membandingkan

dirinya dengan orang lain dan tidak membutuhkan dukungan orang lain.

Banyak orang yang ingin memiliki kemampuan untuk selalu tampil

percaya diri. Berbagai usaha dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya

diri karena dengan memiliki kepercayaan diri, maka banyak sisi positif

yang akan didapatkan.

A. Ciri – Ciri Percaya Diri

Menurut Lautser dalam Ghufron dan Rini (2010) ciri-ciri orang yang

percaya diri adalah percaya akan kemampuan sendiri, bertindak mandiri

dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri

dan berani mengungkapkan pendapat. Selain itu disebutkan bahwa orang

yang percaya diri tidak pernah meragukan dan mengkhawatirkan diri untuk

memberikan kesan yang baik di mata orang lain. Dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan yang baru, biasanya orang yang memiliki percaya diri

tinggi akan lebih mudah berbaur dan beradaptasi dibandingkan dengan

yang tidak.

Adapun teori Lauster dalam Ghufron dan Rini (2010)

mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki rasa percaya diri yaitu :

a) Percaya pada kemampuan sendiri yaitu suatu keyakinan atas

diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang

berhubungan dengan kemampuan individu untuk

mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut.

b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat

bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang


dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang

lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.

c) Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya

penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari

pandangan maupun tindakan yang di lakukan yang

menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya.

d) Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk

mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin

diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa

yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.

B. Pembentukan Rasa Percaya Diri

Rasa percaya diri individu tidak di dapat begitu saja pada diri

seseorang. Ada proses yang membuat terjadi pembentukan rasa percaya

dir tersebut. Secara garis besar (Hakim, 2002) membuat proses

terbentuknya rasa percaya diri terjadi melalui proses sebagai berikut:

a) Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses

perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b) Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang

dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat

segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c) Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-

kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa

rendah diri atau sulit menyesuaikan diri.

d) Pengalaman di dalam menjalani berbagai aspek kehidupan

dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.


Kekurangan pada salah satu proses tersebut, kemungkinan

besar akan mengakibatkan seseorang mengalami hambatan

untuk memperoleh rasa percaya diri.

Selain itu, rasa kurang percaya diri juga bisa terjadi melalui proses

panjang yang dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Menurut Hakim

(dalam Yuniarti & Pratiwi, 2009) awal dari proses tersebut terjadi sebagai

berikut:

a) Terbentuknya berbagai kelemahan dalam berbagai aspek

kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga

dan meliputi berbagai aspek, seperti aspek mental, fisik, sosial

dan ekonomi.

b) Pemahaman negatif seseorang terthadap dirinya sendiri yang

cenderung selalu memikirkan kekurangan tanpa pernah

meyakini bahwa ia juga memiliki kelebihan yang mungkin

tidak dimiliki oleh orang lain.

c) Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap yang negatif,

seperti merasa rendah diri, suka menyendiri, lari dari tanggung

jawab, mengisolasi diri dari kelompok, dan reaksi negatif

lainnya, yang justru semakin memperkuat rasa kurang percaya

diri pada seseorang.

C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri yang lain

menurut Angelis dalam Suhardita (2011) adalah sebagai berikut :

a) Kemampuan pribadi : Rasa percaya diri hanya timbul pada

saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang mampu


dilakukan.

b) Keberhasilan seseorang : Keberhasilan seseorang ketika

mendapatkan apa yang selama ini diharapkan dan dicita-

citakan akan memperkuat timbulnya rasa percaya diri.

c) Keinginan : Ketika seseorang menghendaki sesuatu maka

orang tersebut akan belajar dari kesalahan yang telah

diperbuat untuk mendapatkannya.

d) Tekat yang kuat : Rasa percaya diri yang datang ketika

seseorang memiliki tekat yang kuat untuk mencapai tujuan

yang diinginkannya.

Menurut Lautser dalam Ghufron dan Rini (2010) faktor-faktor

yang mempengaruhi tumbuhnya rasa percaya diri meliputi :

a) Faktor Internal, yang terdiri dari konsep diri, harga diri, kondisi

fisik, dan pengalaman hidup.

b) Faktor Eksternal, meliputi pendidikan, pekerjaan serta

lingkungan

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi rasa percaya diri ada tiga, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam

mengerjakan sesuatu yang mampu dilakukannya, keberhasilan individu

untuk mendapatkan sesuatu yang mampu dilakukan dan dicita-citakan,

keinginan dan tekat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan

hingga terwujud. Sedangkan dalam faktor eksternal yaitu lingkungan

tempat seseoarang tumbuh dan berkembang baik yang diterima secara

formal (sekolah, kampus) ataupun informal (pergaulan, lingkungan sosial).


2. Komunikasi Interpersonal

Menurut Webster New Collegiate Dictionary komunikasi merupakan

suatu suatu pertukaran informasi antara individu melalui sistem lambang-

lambang, tanda tanda atau tingkah laku (Riswandi, 2013). Rakhmat (2004)

mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan peristiwa sosial, peristiwa

yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.

Selanjutnya, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi

antara individu dengan bertatap muka, yang memungkinkan setiap

individu menangkap reaksi individu lain secara langsung baik verbal

maupun non verbal (Mulyana, 2015).

Effendi dalam Hanani (2017) mengatakan komunikasi interpersonal

adalah komunikasi antar dua individu yang mana terjadi kontak langsung

dalam bentuk percakapan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal, salah satunya kepercayaan diri. Menurut

Martini dan Adiyati (dalam Alsa, 2006) kepercayaan diri diartikan sebagai

suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang

diharapkan dan diinginkan. Kepercayaan diri berhubungan erat antara

komunikasi interpersonal remaja (Chrispin Thurlow, 2003).

Syamsul Bachri Thalib (1999) mengatakan bahwa seseorang yang

memandang dirinya positif memiliki keyakinan bahwa ia akan diterima

oleh orang lain dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat

mengembangkan pergaulan dan juga hubungan interpersonal.


3. Make Up
A. Definisi Make Up
Make up adalah suatu tata rias yang diterapkan untuk menutupi

kekurangan dan menonjolkan kelebihan demi mendapatkan

kesempurnaan wajah (Paningkiran, 2013). Make up merupakan

pemolesan serta pemberian sentuhan warna pada wajah sehingga

membuat wajah menjadi cantik dan menarik. Make up bila

diaplikasikan ke tubuh akan menghasilkan suatu warna contohnya

seperti lipstick, mascara, eyeliner, eyeshadow, dan blush on

(Yuwanto, 2011; Melliana, 2006).

Make up tidak hanya berfungsi untuk merias wajah, tetapi

memegang peranan penting dalam menutupi kekurangan wajah

seperti komedo, flek hitam, jerawat serta kerutan yang ada pada

wajah. Tidak hanya itu, make up mampu mengubah wajah tampak

berbeda dari aslinya. Dengan teknik yang tepat menggunakan make

up sesuai dengan bentuk wajah, maka tampilan wajah akan terlihat

lebih cantik sempurna (Paningkiran, 2013).

Make up banyak dipilih karena dengan menggunakan make up

dapat memberikan dampak positif terhadap daya tarik fisik

perempuan (Scoot, 2007). Seseorang dengan menggunakan make

up yang berwarna dapat terlihat cantik bahkan jauh lebih cantik

dari sebelumnya. Hal tesebut secara langsung akan membuat

penggunanya merasa lebih percaya diri (Listianti, 2013).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa make

up berperan penting bagi wanita karena selain fungsinya untuk

membuat cantik dan menarik, make up juga bisa menutupi


permasalahan kulit wajah serta menambah kepercayaan diri

penggunanya.

B. Fungsi Make Up

Menurut Korichi, Pelle-De-Queral, dkk, 2008 (dalam Lisa,

2018) mengatakan bahwa make up memiliki dua fungsi yaitu:

a) Fungsi Seduction

Fungsi seduction artinya individu menggunakan make up

untuk meningkatkan penampilan diri. Umumnya individu

yang menggunakan make up untuk fungsi seduction merasa

bahwa dirinya menarik dan menggunakan make up untuk

membuat lebih menarik.

b) Fungsi Camuflage

Fungsi camouflage artinya individu menggunakan make up

untuk menutupi kekurangan diri secara fisik. Umumnya

individu yang menggunakan make up untuk comuflage merasa

dirinya tidak menarik sehingga perlu menggunakan make up

untuk membuat menarik

C. Jenis-jenis Make Up Pada Wajah

Menurut Basuki, 2003 (dalam Pramuningtyas, 2007), merias wajah

terdiri dari 2 tahap, yaitu :

a. Riasan dasar

• Pelembab (moisturizer)

Pelembab digunakan untuk mengurangi kekeringan kulit

dan mengurangi penguapan kulit.

• Alas bedak (foundation)


Alas bedak digunakan untuk melindungi kulit terhadap

polusi dan untuk menyembunyikan ketidaksempurnaan pada

wajah.

• Bedak (powder)

Bedak fungsinya untuk menyamarkan ketidaksempurnaan

pada kulit wajah dan memberi kesan lebih cerah pada wajah.

b. Riasan dekoratif

• Perona mata (eye shadow) digunakan untuk merias kelopak

mata, terdiri dari berbagai macam warna.

• Pensil alis digunakan untuk membentuk alis mata.

• Maskara digunakan untuk merias bulu mata yang dapat

menghitamkan, menebalkan, dan memanjangkan bulu mata.

• Eyeliner digunakan untuk memperjelas garis bulu mata

dengan warna gelap.

• Perona pipi (blush on) digunakan untuk menampilkan warna

kosmetik yang lebih lembut pada wajah dengan membuat

garis bentuk muka yang lebih baik dan mengurangi tampilan

yang kurang baik pada wajah.

• Pemulas bibir / Lipstick digunakan sebagai pewarna bibir

yang terdiri dari berbagai macam warna. Jenis lipttick

lainnya yaitu lipgloss, digunakan sebagai pengkilap bibir

yang dapat membuat bibir agak menyala, tidak mudah

kering dan pecah-pecah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa make up

merupakan suatu bahan atau produk yang dipergunakan pada wajah


dengan cara meriasnya, memiliki kekuatan untuk merubah

penampilan wajah agar terlihat lebih cantik dan menarik sekaligus

dapat meningkatkan rasa percaya diri penggunanya.

Sebagian wanita khususnya pada usia remaja menengah dan di

usia memasuki masa perguruan tinggi, dimana penggunaan make up

sudah menjadi perhatian penting karena dapat menutupi kekurangan

dari bagian tubuh dan kulit dari kosmetik yang mereka gunakan.

Kekurangan atau permasalahan di kulit dapat mengakibatkan

timbulnya rasa malu, merasa terhina ataupun berbagai pengalaman

pikiran negatif tentang tubuhnya yang dapat mengurangi rasa percaya

diri (Cash dan Pruzinsky, 2002).

Penggunaan produk make up seperti foundation dan concealer

dapat membantu wanita untuk menutupi kekurangan di bagian wajah

seperti warna kulit tidak merata, bekas jerawat, atau tanda lahir

dengan cara mengaplikasikannya. Penggunaan make up dapat

membantu meningkatkan rasa percaya diri dalam berpenampilan

bahkan membuat lebih yakin pada tampilan di seluruh tubuh.

Berdasarkan jurnal Cash dan Pruzinsky dalam Korichi et al (2008)

berjudul “Why women use makeup: Implication of psychological traits

in makeup function” menyebutkan, rangsangan positif yang timbul

dari perasaan wanita pengguna kosmetik ini sering kali dapat juga

berdampak adanya perasaan senang secara psikologis dan adanya

hubungan antara kebiasaan wanita pengguna make up dengan

kebutuhan mereka sehari-hari.

D. Aspek Penggunaan Make Up


Menurut penelitian dalam thesis yang berjudul “The Beauty

Industry’s On Women In Society” by Britton (2012) , dapat di

simpulkan untuk aspek penggunaan kosmetik dibagi menjadi :

a. Frekuensi penggunaan kosmetik yang terdiri dari :

• Waktu Penggunaannya : pagi, siang dan malam

• Kesempatan (Occasion) penggunaan kosmetik, meliputi

penggunaan untuk ke kantor, kuliah atapun acara khusus.

b. Intensitas penggunaan kosmetik, mencakup pada :

• Penggunaan kosmetik lengkap (full cosmetic).

Penggunaan kosmetik (termasuk makeup) pada umumnya

akan mencakup dan mengaplikasikan produk kosmetik ke

seluruh tubuh, dari penggunaan riasan wajah secara full,

meliputi penggunaan face lotion, foundation, face powder,

concealer, face shading, eye shadow, mascara, eye liner,

eyebrow pencil, under eye liner, artificial lashes, lipstick, lip

gloss, blush, contour pencil serta penggunaan krim tubuh

yang berfungsi untuk merawat dan melembabkan tubuh,

seperti : hand cream, body lotion serta parfume.

• Penggunaan kosmetik sederhana (light cosmetic).

Light cosmetic biasanya digunakan oleh wanita yang

menekankan kesederhanaan dalam berpenampilan. Produk

yang dibutuhkan pun lebih sedikit dibandingkan dengan para

pengguna full cosmetic. Kosmetik yang digunakan pun

biasaya hanya terdiri dari face lotion, face powder, lipstick

dan body lotion.


E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Make Up

Beberapa asumsi yang berpendapat bahwa daya tarik wanita bisa

didapatkan dengan menggunakan make up untuk memperbaiki

penampilan mereka. Oleh kerena itu, semakin banyak wanita yang

berlomba-lomba untuk selalu berusaha meningkatkan penampilan

mereka dengan cara menggunakan make up. Namun adapun faktor lain

secara lebih detail yang dapat mempengaruhi penggunaan make up

menurut Syarief (2013) ini adalah :

a) Mempunyai banyak masalah kulit dalam memasuki usia

remaja melewati fase biologis yang berpengaruh pada faktor

hormonal, diantaranya berakibat pada berubahnya karakter

kulit. Pengaruh proses pertumbuhan tubuh secara hormonal

umumnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada kulit

dan tubuh wanita.

b) Kecantikan yang dipercaya dapat meningkatkan rasa percaya

diri , sehingga dapat memberikan akses kepada mereka untuk

dapat lebih berani mengekspresikan potensi mereka dalam

mencapai prestasi. Dengan adanya tingkat percaya diri yang

memadai seseorang dapat selalu merasa optimis dengan

apapun yang dilakukan dan hal yang dingin di capai. Hal ini

tentu saja terkadang faktor penampilan yang menunjang tidak

dapat dilepaskan dari dapat tumbuh dan meningkatnya rasa

percaya diri seseorang.

c) Pada usia tertentu (menjelang dewasa awal) para wanita sudah

mulai mengenal kehidupan romantika atau dengan kata lain


mencari solusi bagaimana cara untuk menarik perhatian lawan

jenis. Dalam tahap perkembangan memasuki masa dewasa

awal, umumnya wanita telah mulai mengenal dan ingin

mengetahui bagaimana cara untuk dapat menarik perhatian

dari seorang yang dapat membuatnya lebih merasa cantik,

menghargai dirinya sendiri bahkan memiliki pemikiran untuk

dapat mendapatkan pasangan hidup demi masa depannya.

Keinginan wanita untuk selalu dapat membaiki penampilan,

menonjolkan kelebihan, menutupi kekurangan dan tampil secara

sempurna, tidak sedikit wanita rela untuk bisa mendapatkan

berbagai jenis make up yang dipercaya dapat dengan cepat

mengubah dan membantu apa yang diinginkannya.

F. Hubungan Antara Penggunaan Make Up dengan Tingkat

Kepercayaan Diri Mahasiswi

Mahasiswi merupakan individu yang termasuk dalam kelompok

remaja akhir yang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Bertambahnya usia menyebabkan para remaja atau mahasiswi makin

berusaha untuk merawat diri. Salah satu cara merawat diri atau

mempercantik diri, melalui make up. Kegiatan perkuliahan yang

mewajibkan kita bertemu dengan orang banyak biasanya membuat

mahasiswi memakai make up. Make up dapat mengekspresikan aspek

yang berbeda dari kepribadian seseorang (Bibiano, 2002). Bagian

tubuh yang paling sering diberi make up adalah wajah. Wajah dapat

memberikan kesan pertama bagi seseorang ketika berhadapan dengan

orang lain (Zebrowitz & Montepare, 2008).

4. Intensitas
Menurut Daryanto (1997), intensitas adalah keadaan tingkatan

atau ukuran intensnya. Penggunaan didefinisikan sebagai proses

mempergunakan sesuatu (Daryanto, 1997). Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia intensitas ialah keadaan tingkatan atau ukuran

intensnya. Sementara Dahrendorf (dalam Apollo & Ancok, 1993)

mengartikan intensitas sebagai sebuah istilah yang terkait dengan

“pengeluaran energi” atau banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dalam waktu tertentu.

Klaoh (dalam Kilimanca, 2006) berpendapat bahwa intensitas

merupakan tingkat keseringan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan

tertentu yang didasari rasa senang dengan kegiatan yang dilakukan

tersebut. Intensitas dari kegiatan seseorang mempunyai hubungan yang

erat dengan perasaan. Perasaan senang terhadap suatu kegiatan yang akan

dilakukan dapat mendorong orang yang bersangkutan melakukan

kegiatan tersebut secara terus-menerus.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpukan bahwa

intensitas penggunaan adalah tingkat keseringan dalam menggunakan

sesuatu berdasarkan rasa senang.


5. Motivasi

Terbentuknya motivasi berawal dari adanya kebutuhan atau keinginan

yang selanjutnya mendorong dan menggerakkan seseorang untuk

memenuhi kebutuhannya dengan terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan,

seseorang akan mendapatkan kepuasan (Wahyosumija, 2002). Robbins

dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu

tujuan. Menurut Hermawan (2011), Hoy dan Miskel (1992) menyatakan

bahwa besar kecilnya motivasi individu ditentukan oleh motif yang sering

disepadankan dengan kebutuhan atau needs.

Sardiman (2003) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki 3 fungsi

yang antara lain sebagai berikut:

a) Mendorong seseorang untuk bertindak, artinya ketika seseorang

memiliki tujuan yang ingin dicapai maka seseorang tersebut

harus memiliki hasrat dan niat untuk melakukan suatu tindakan

yang akan dikarjakan.

b) Sebagai arah penentu dalam melakukan tindakan, artinya ketika

seseorang memiliki harapan hendaknya mereka fokus ke arah

tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat

memberikan arah dan kegiatan yang harus dilakukan sesuai

dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

c) Menyeleksi tindakan, artinya digunakan dalam menentukan

tindakan ataupun perbuatan yang akan dikerjakan disesuaikan

dengan pencapaian tujuannya. Kegiatan ataupun perbuatan

yang tidak bermanfaat akan disisihkan dan tidak dilakukan.


Pemilihan dalam kegiatan tersebut akan memberikan

kepercayaan diri dalam seseorang karena mereka sudah

melakukan proses penyeleksian

Motivasi diri memiliki aspek-aspek seperti yang dijelaskan oleh Conger

(1997) yaitu :

a) Memiliki sifat positif, hal ini menunjukkan perencanaan diri

yang tinggi serta selalu optimis menghadapi suatu masalah

b) Berorientasi pada pencapaian tujuan, motivasi menyediakan

orientasi tujuan yang diarahkan kepada sesuatu

c) Kekuatan yang mendorong individu, menunjukkan timbulnya

kekuatan akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Kekuatan ini bersumber pada diri seseorang, lingkungan

sekitar, maupun keyakinan akan kekuatan kodrati

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi diri menurut

Sumidjo (1996), motivasi diri terdiri dari :

a) Faktor internal, ialah semua yang ada dalam diri individu

seperti kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan maupun

cita-cita

b) Faktor eksternal, ialah semua yang berasal dari luar individu

seperti lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi,

kebudayaan, dan keluarga.

Motivasi perempuan memakai kosmetik, pada umumnya di sebabkan

oleh adanya alasan ingin tampil baik dan dapat diterima di lingkungannya

serta adanya keinginan untuk dihargai orang lain. Make up juga

memberikan dampak positif bagi daya tarik fisik perempuan (Scott, 2007).
Perempuan yang menggunakan make up juga dianggap lebih sehat dan

percaya diri dibandingkan dengan saat tidak menggunakan make up

(Nash, Fieldman, Hussey, Leveque, & Pineau, 2006).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu

keinginan yang mendorong individu untuk melakukan suatu hal tertentu

yaitu penggunaan make up dalam upaya pemenuhan motif dan harapan

untuk mencapai kepercayaan diri yang baik.

6. Teori Harapan

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori Harapan dari

Vroom. Victor E. Vroom (1964) menyatakan bahwa motivasi merupakan

akibat dari suatu hal yang ingin dicapai oleh seseorang dari perkiraan

yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mempengaruhi pada hasil

yang akan diinginkan, artinya bahwa jika seseorang ingin mencapai

sesuatu maka individu tersebut akan memperkirakan tindakan yang

mengarah pada hasil yang diinginkannya. Sebagai contoh, mahasiswi

merasa insecure atau tidak menarik, oleh karena itu mahasiswi mencari

cara untuk tampil menarik dan cantik. Salah satunya cara untuk mencapai

tujuan tersebut salah satunya dengan menggunakan make up. Dengan

menggunakan make up, mahasiswi lebih percaya diri dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

Adapun tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut:

• Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan

cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut

sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian

subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil


tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

• Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang

tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang

orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.

• Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai

seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan

usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha

seseorang akan menghasilkan pencpaian suatu tujuan

tertentu.

Vroom dalam Hubies (2013) menyatakan bahwa

individu termotivasi untuk melakukan hal tertentu guna pencapaian tujuan

apabila meyakini bahwa tindakan itu akan mencapai tujuan tersebut.

Orang akan termotivasi bila ia percaya bila suatu perilaku tertentu akan

menghasilkan sesuatu, kemudian hasil tersebut mempunyai nilai positif

baginya, setelah hasil tersebut tercapai dengan usaha yang dilakukan

seseorang dengan kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah

keputusan untuk mengeluarkan atau mencurahkan usaha.

B. Penelitian Yang Relevan

Pemakaian make up merupakan suatu hal yang dapat dilakukan dalam

waktu yang singkat yang dapat merubah penampilan dan rasa percaya diri

dalam waktu tertentu. Waktu yang singkat ini dimaksudkan bahwa pemakaian

make up dapat memperbaiki penampilan lebih singkat dan tidak sesulit di

bandingkan merubah penampilan dengan cara melakukan diet atau olahraga.

Menurut Rich dan Cash (2002) dalam Korichi et al (2008), pada beberapa

tingkat sosial khususnya pada remaja dan wanita dewasa sering mengalami
ketidakpuasan terhadap penampilan di tubuh mereka, oleh sebab itu wanita

tersebut menutupi bagian-bagian tubuh yang mereka tidak sukai dengan cara

menonjolkan bagian tubuh yang mereka sukai dan penggunaan kosmetik dan

make up merupakan hal yang sangat memungkinkan dapat melakukan itu.

Dengan penggunaan kosmetik wanita akan dapat merubah penampilan pribadi

mereka yang dapat menghasilkan dan meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Berikut penjelasan penelitian yang relevan;

1. Thomas Cash melakukan penelitian awal tentang pengaruh

kosmetik terhadap rasa percaya diri, dengan studi “Effects of Cosmetics

Use Physical Attractiveness and Body Image American College

Women”, dalam jurnal yang ditulis oleh Ann Marie Britton (2012)

“The Beauty Industry’s On Women In Society.” Hasil penelitian

menunjukkan individu sering aktif mengontrol dan memodifikasi

penampilan fisik mereka dan estetika fisik untuk menemukan situasi

dalam jangka waktu yang relatif singkat. Menurut Cash, Dawson &

Davis (2006) make up digunakan secara berbeda dalam situasi yang

berbeda karena membuat wanita merasa lebih percaya diri, ide ini telah

menjadi tema untuk banyak studi lain yang dilakukan pada penggunaan

kosmetik. Untuk lebih mendukung gagasan make up yang digunakan

dalam semua jenis situasi untuk meningkatkan citra diri, studi khusus

dilakukan dengan cara mengambil foto dengan dan tanpa make up dan

kemudian peringkat daya tarik mereka dinilai berdasarkan foto-foto ini.

Hasil penelitian ini menegaskan singkatnya, penelitian ini ditemukan

bahwa perempuan dan rekan-rekan mereka memandang perempuan

sebagai bagian yang lebih menarik dengan riasan daripada tanpa riasan.
Para perempuan itu sendiri merasa bahwa mereka lebih menarik

secara fisik dengan make up, dan sering berlebihan daya tarik mereka

dengan riasan, dibandingkan daya tarik mereka tanpa riasan. Meski tidak

terbukti oleh penelitian ini, terlalu sementara memakai kosmetik sangat

mungkin dapat menyebabkan rasa percaya diri dan meningkatkan citra

diri. Selanjutnya temuan dari penelitian Cash, et al. (2006) adalah bahwa

"sebagian besar perempuan yakin dapat mempercantik diri dengan

menggunakan make up dan cenderung memakainya setiap hari ". Ini

merupakan realisasi penting, terutama untuk industri kecantikan dan

pemasaran produk dalam industri.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Elianti (2017) yang berjudul “Penggunaan

Make up Sebagai Identitas Diri” menunjukkan hasil bahwa dampak

positif yang dirasakan mahasiswi ketika menggunakan make up adalah

munculnya rasa percaya diri yang tinggi karena dengan menggunakan

make up kekurangan yang ada di dalam tubuh khususnya wajah dapat

tertutupi sebaliknya dampak negatif yang dirasakan mahasiswi tersebut

yaitu karena sudah terbiasa menggunakan make up, ketika tidak

menggunakan make up maka akan tumbuh rasa kurang percaya diri.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Woro Andani (2007) dengan judul

Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri Dilihat Dari

pemakaian Kosmetika Wajah menghasilkan kesimpulan bahwa remaja

putri baik yang menggunakan kosmetika wajah sedikit, sedang, maupun

banyak secara dominan kepercayaan dirinya cenderung dalam kategori

sedang. Dan berdasarkan uji hipotesis, tidak ada perbedaan yang

signifikan pada tingkat kepercayaan diri remaja putri dilihat dari


pemakaian kosmetika wajah.

4. Hasil penelitian Nadya Salmadevi dengan judul Peran Intensitas

Penggunaan Kosmetika Terhadap Kepercayaan Diri Mahasiswi (2019)

menunjukkan bahwa terdapat peran intensitas penggunaan terhadap

kepercayaan diri pada mahasiswi sebagian besar memiliki kepercayaan

diri yang tinggi (55,1%) dan intensitas penggunaan kosmetika yang

sedang (64,6%). Hal tersebut dipengaruhi oleh intensitas penggunaan

kosmetika, namun terdapat faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa

kepercayaan diri salah satunya adalah prestasi yang sesuai dengan minat

dan bakat mahasiswa tersebut, pengalaman yang dimiliki, dan

perkembangan fisik.

5. Jurnal yang berjudul Impact of Cosmetics and Self Confidence Level

Among Women karya Neeru Kaushik, M Vijayasimha, Vikram Singh, R

K Jha (2019) menghasilkan data yang menunjukkan bahwa kosmetik

meningkatkan kepercayaan diri.

6. Jurnal dengan judul Influence of Make Up on the Well-Being and Self-

Esteem of Women, karya dari Andżelika Kosmala, Iwona Wilk,

Krzysztof Kassolik (2019) Memungkinkan kita untuk memasukkan make

up ke dalam kelompok perawatan yang secara positif mempengaruhi

harga diri dan kesejahteraan wanita. Menurut penelitian dari penulis,

sebagian besar dari responden menyatakan bahwa mereka memakai make

up dari sebelum umur 25 tahun. Ada dua kesimpulan yang dapat ditarik

dari penelitian diatas. Sebagai perawatan kecantikan, riasan sangat

berpengaruh terhadap kesejahteraan perempuan dan mereka

menyadarinya. Ini juga meningkatkan harga diri dan daya tarik fisik
mereka. Berdasarkan hasil kuesioner, make up dikasifikasikan sebagai

perawatan kecantikan yang tidak hanya mempengaruhi penampilan saja

tetapi juga kesejahteraan dan harga diri wanita.

7. Penelitian yang relevan selanjutnya dari Putri Rizka Anggia Safitri dan

Afinia Sandhya Rini dengan judul Pengaruh Ketergantungan Make Up

Terhadap Kepercayaan Diri pada Remaja menghasilkan beberapa

kesimpulan antara lain

• Secara umum dapat dikatakan ketergantungan remaja putri

terhterhadap make up berada pada kategori sedang dengan

presentase nilai terbanyak yaitu 73,1%

• Secara umum, dapat dikatakan kepercayaan diri remaja putri

berada pada kategori sedang dengan presentase nilai terbanyak

yaitu 67,1%

• Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara ketergantungan

make up terhadap kepercayaan diri. Artinya, semakin tinggi

ketergantungan make up, maka semakin rendah kepercayaan diri

pada remaja putri. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

ketergantungan make up, maka semakin tinggi tingkat

kepercayaan diri pada remaja putri.

C. Hipotesis Penelitian

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara intensitas penggunaan make up

terhadap kepercayaan diri dalam komunikasi interpersonal mahasiswi

ilmu komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Angkatan 2017-


2020.

Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi penggunaan make up

terhadap kepercayaan diri dalam komunikasi interpersonal mahasiswi

ilmu komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Angkatan 2017-

2020.

Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan secara simultan antara intensitas

penggunaan make up dan motivasi penggunaan make up terhadap

kepercayaan diri dalam komunikasi interpersonal mahasiswi ilmu

komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Angkatan 2017-2020.

D. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan acuan yang digunakan peneliti dalam

menyusun penelitiannya. Klaoh (dalam Kilimanca, 2006) berpendapat bahwa

intensitas merupakan tingkat keseringan seseorang dalam melakukan suatu

kegiatan tertentu yang didasari rasa senang dengan kegiatan yang dilakukan

tersebut. Aspek dari intensitas yaitu frekuensi dan durasi. Frekuensi

dinyatakan dalam satu kurun waktu tertentu seperti per hari, per minggu.

Durasi penggunaan dinyatakan kurun waktu per menit atau perjam.

Terbentuknya motivasi berawal dari adanya kebutuhan atau keinginan

yang selanjutnya mendorong dan menggerakkan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya dengan terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan, seseorang

akan mendapatkan kepuasan (Wahyosumija, 2002).

Seseorang dengan menggunakan make up yang berwarna dapat

terlihat cantik bahkan jauh lebih cantik dari sebelumnya. Hal tersebut

secara langsung akan membuat penggunanya merasa lebih percaya diri


(Listianti, 2013). Make up banyak dipilih karena dengan menggunakan

make up dapat memberikan dampak positif terhadap daya tarik fisik

perempuan (Scoot, 2007). Rasa percaya diri akan penampilan secara

langsung akan memberikan dampak postif bagi suasana hati seseorang

(Handayani, 2012).

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Intensitas
Kepercayaan Diri dalam
Penggunaan Make Up
Komunikasi

Interpersonal

Mahasiswi Ilmu

Komunikasi 2017-2020
Motivasi

Penggunaan Make Up

Pada Gambar di atas dapat dijelaskan arah panah merupakan hubungan

antara dua variabel yaitu variabel intensitas penggunaan make up dan motivasi

penggunaan make up mempengaruhi variabel tingkat kepercayaan diri dalam

komunikasi interpersonal mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas

Maret (UNS) Angkatan 2017-2020.

E. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah suatu pemikiran umum yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan

menentukan variabel-variabel yang akan saling berhubungan.

1. Intensitas
Intensitas adalah keseringan (kontinuitas), kesungguhan kebulatan tekad

(semangat) dan tenaga yang dikerahkan untuk melakukan suatu usaha

(perhatian) (Poerwadarminta, 2003). Klaoh (dalam Kilimanca, 2006)

berpendapat bahwa intensitas merupakan tingkat keseringan seseorang

dalam melakukan suatu kegiatan tertentu yang didasari rasa senang dengan

kegiatan yang dilakukan tersebut. Penggunaan didefinisikan sebagai

proses mempergunakan sesuatu (Daryanto, 1997).

Del Barrio, 2004 menungkapkan aspek-aspek intensitas penggunaan antara

lain, yaitu:

a. Perhatian (Attention)

Perhatian mengarah kepada aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang yang mana aktivitasnya tersebut sesuai dengan

minatnya

b. Penghayatan (comprehention)

Adalah pemahaman dan penyerapan terhadap informasi yang

diperoleh dari penggunaan make up

c. Durasi (duration)

Durasi adalah lamanya waktu seseorang dalam menggunakan

make up

d. Frekuensi (frequency)

Frekuensi adalah seberapa banyak atau seberapa sering

menggunakan make up

Dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan make up merupakan


keseringan, dan kesungguhan untuk mempergunakan sesuatu sesuai dengan

minatnya.

2. Motivasi Penggunaan Make Up

Motivasi adalah sebuah dorongan yang muncul baik dari dalam diri dan

dari lingkungan sekitar yang dipengaruhi oleh tujuan yang ingin dicapai

(Suryani, 2008). Motivasi merupakan suatu konsep untuk

menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada individu yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku (Lindon, 1996).

Motivasi diri memiliki aspek-aspek seperti yang dijelaskan oleh

Conger (1997) yaitu :

a. Memiliki sifat positif

Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan diri yang kuat,

perencanaan diri yang tinggi, serta selalu optimis menghadapi

suatu masalah

b. Berorientasi pada pencapaian tujuan

Motivasi menyediakan orientasi tujuan yang diarahkan kepada

sesuatu

c. Kekuatan yang mendorong individu

Menunjukkan timbulnya kekuatan akan mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Kekuatan ini berasal dari dalam diri

individu, lingkungan sekitar, maupun keyakinan individu akan

kekuatan kodrati.

Sesuai dengan pengertian dari motivasi tersebut, bahwa adanya

dorongan-dorongan yang timbul, dan melatarbelakangi mahasiswi untuk


mencapai suatu tujuan.

3. Kepercayaan diri

Pengertian percaya diri menurut Lautser (2012) kepercayaan diri

merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga

dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk

melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas

perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan

prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Aspek-aspek percaya diri dan skala kepercayaan diri disusun dengan

mengacu pada aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Marwati, 2001).

Aspek-aspek tersebut adalah ;

a. Mandiri
Tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan dari

orang lain dalam melakukan sesuatu.

b. Tidak mementingkan diri sendiri dan memiliki sikap toleran

Mengerti dan menyadari kekurangan yang ada pada dirinya dan dapat

menerima pendapat maupun pandangan orang lain.

c. Memiliki rasa aman

Tidak memiliki perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi maupun

orang- orang disekelilingnya.

d. Ambisi normal

Memiliki ambisi yang disesuaikan dengan kemampuan, ambisi yang

tidak berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan


bertanggungjawab.

e. Yakin pada kemampuan diri sendiri

Memiliki perasaan tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang

lain dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

f. Optimis

Memiliki pandangan dan harapan yang positif mengenai diri dan masa

depannya.

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional Variabel adalah penarikan batasan yang lebih

menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih subtantive dari suatu konsep, (Imam

Chourmain, 2008). Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur

yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya,

maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukut yang

akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya.

1. Intensitas Penggunaan Make Up


a. Perhatian

• Menggunakan make up merupakan salah satu kebutuhan

saya

• Saya meluangkan waktu khusus untuk mencari

informasi mengenai make up

• Saya lupa waktu ketika menggunakan make up

• Saat saya mengaplikasikan make up, saya tidak

melakukan hal lain


• Saya mempunyai lebih dari 6 jenis make up

• (Jenis make up yaitu; mascara, bedak, lipstick, eyeliner,

blush on, alis, concealer, dll)

• Saya menggunakan produk make up dari beberapa

merek

• Saya sangat antusias jika diskusi tentang make up

b. Penghayatan

• Saya suka menonton atau membaca mengenai trend

make up saat ini

• Saya suka mempraktikan dan meniru gaya make up

yang sedang trend

• Produk dan teknik make up yang saya gunakan adalah

hasil dari pencarian informasi yang saya lakukan

• Saya sangat memahami fungsi dari masing-masing jenis

make up

c. Durasi

• Saat menggunakan make up, saya membutuhkan waktu

lebih dari 1 jam

• Frekuensi

• Dalam sehari saya menggunakan make up sebanyak

lebih dari 3 kali (termasuk touch up)

• Setiap saya bepergian, saya selalu menggunakan make

up

1. Motivasi Penggunaan Make Up

a. Kekuatan yang mendorong individu


• Saya menggunakan make up untuk menghargai diri saya

sendiri

• Saya menggunakan make up karena hobi

• Saya menggunakan make up atas anjuran dari keluarga

dan teman

b. Memiliki sifat positif

• Saya menggunakan make up agar lebih percaya diri

• Saya menggunakan make up untuk meningkatkan skill

ber make up saya

• Saya menggunakan make up karena ingin bekerja di

bidang kecantikan (contoh; make up artist, beauty

vlogger, beauty enthusiast dll)

• Setelah menggunakan make up, saya lebih optimis

menghadapi suatu masalah

c. Beriorentasi pada tujuan yang diarahkan

• Saya menggunakan make up untuk menarik perhatian

orang-orang di sekitar saya

• Saya menggunakan make up untuk menunjang

penampilan fisik saya

• Saya menggunakan make up karena saya yakin dengan

penggunaan make up dapat menutupi kekurangan di

wajah saya

• Saya menggunakan make up sebagai perawatan diri

• Saya menggunakan make up untuk memikat lawan

jenis
2. Kepercayaan Diri
a Memiliki rasa aman
• Jika menggunakan make up, saya berani untuk

mengungkapkan pendapat di depan banyak orang

• Jika memakai make up, saya merasa lebih mudah untuk

bergaul

• Jika memakai make up saya berani untuk bepergian

sendiri ke tempat yang saya belum pernah kunjungi

• Jika memakai make up, saya tidak malu untuk berbicara

dengan orang yang belum saya kenal

b Yakin pada kemampuan sendiri


• Jika memakai make up, saya mampu menyelesaikan

semua tugas yang diberikan kepada saya

• Saya yakin akan kemampuan ber make up yang saya

miliki

• Saya tidak mudah terpengaruh omongan orang lain

tentang make up yang saya gunakan

• Saya menjadi mampu untuk memutuskan sendiri

keputusan yang akan saya ambil jika saya menggunakan

make up

• Saya merasa minder ketika make up teman saya lebih

bagus daripada saya

c Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran


• Jika memakai make up, saya merasa nyaman berada

diantara banyak orang asing


• Saya mempertimbangkan saran orang lain dengan baik

tentang produk make up yang akan saya beli

• Jika saya kurang mengerti, saya akan bertanya tentang

make up ke teman saya

d Ambisi normal
• Saya takut mengalami kegagalan jika tidak memakai

make up

• Jika menggunakan make up, saya tidak akan ragu-ragu

untuk berbicara dalam suatu diskusi

• Jika memakai make up, saya menjadi lebih bertanggung

jawab atas tugas yang diberikan

e Mandiri
• Jika memakai make up, saya bisa mengatasi sendiri

masalah-masalah yang saya hadapi

• Saya yakin penggunaan make up bisa membuat saya

mandiri

f Optimis
• Jika memakai make up, saya mampu meraih apa yang

saya cita-citakan

• Jika memakai make up, saya akan mempunyai banyak

teman

• Jika memakai make up, saya merasa lebih baik dari

orang lain

• Jika memakai make up, saya tidak merasa khawatir

tentang masa depan


• Ketika tampil di depan umum, saya berusaha

menampilkan diri dengan sempurna

Anda mungkin juga menyukai