Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Organisasi merupakan wadah aktivitas manusia sekaligus tempat
jalinan hubungan kerjasama antar manusia. Karena sebagai makhluk sosial
manusia tidak dapat hidup sendiri, satu sama lain saling membutuhkan dan
kerjasama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupannya.
Manusia juga sebagai makhluk individualis yang memiliki ego dan ambisi.
Agar terjadi keselarasan antara sifatsosial dan individualis, maka setiap
organisasi atau kelompok kerja memerlukan pemimpin. Seorang pemimpin
diharapkan mampu memimpin, mengerahkan dan mengarahkan manusia
untuk bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi
antaraseseorang dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan
anggota-anggotakelompok, setiap peserta didalam interaksi memainkan
peranan dan dengan cara-caratertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari
suatu dengan yang lain. Dasar  pemilihan merupakan soal pengaruh,
pemimpin mempengaruhi dan orang laindipengaruhi. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai kepemimpinan dari tokoh Umar Bin Khathab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana silsilah Umar bin Khathab dan bagaimana perjuangannya
dalam dakwah Islam ?
2. Apa saja nilai-nilai positif dari khalifah Umar bin Khathab ?
3. Bagamana cara kita agar bisa meneladani nilai-nilai positif dari khalifah
Umar bin Khathab ?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana silsilah Umar bin Khathab dan bagaimana
perjuangannya dalam dakwah Islam.
2. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai positif dari khalifah Umar bin
Khathab.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kita agar bisa meneladani nilai-nilai
positif dari khalifah Umar bin Khathab.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Silsilah Umar bin Khathab dan Perjuangannya Dalam Dakwah Islam


1. Silsilah Umar bin Khathab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Al-Khathab bin Nufail bin Abd
Al-‘Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’ab
bin Luay bin Ghalib Al-Quraysi Al-‘Adawi. Nasab Umar bertemu dengan
nasab Rasulullah SAW pada Ka’ab bin Luay bin Ghalib. Ia biasa dipanggil
Abu Hafsh dan digelari Alfaruq, karena ia menampakkan Islam ketika di
Mekah, maka Allah SWT memisahkan dengan Umar antara kekufuran dan
keimanan.1
Umar bin Al-Khathab lahir pada tahun 13 pasca tahun gajah. Ia
memiliki warna kulit yang puth kemerah-merahan, wajahnya tampan,
tangan dan kakinya berotot, postur tubuhnya tinggi besar seolah-olah ia
sedang mengendarai kendaraan karena sangking tingginya, tubuhnya kuat
dan tidak lemah. Ia suka menyemir rambut dan jenggotnya dengan bahan
pewarna al-hinna. Ia memiliki cambang yang panjang dan lebat. Kalau
berjalan, jalannya cepat, kalau berbicara omongannya didengar dan kalau
memukul pukulannya menyakitkan.2
Nama lengkap ayahnya Al-Khathab bin Nufail. Kakek Umar,
Nufail bin Abd al-‘Uzza adalah seorang hakim kaum Quraisy. Nama
lengkap ibundanya Hantamah binti Hasyim bin Al-Mughirah. Dikatakan
ibunda Umar adalah putri Hasyim, saudara perempuan Abu Jahl. Menurut
sebagian sejarawan, ibunda Umar adalah putri Hasyim, anak perempuan
dari paman Abu Jahl bin Hasyim.
Umar menghabiskan separuh dari perjalanan hidupnya pada masa
jahiliyah. Ia tumbuh pada masa itu, sebagaimana anak-anak Quraisy
lainnya. Ia mengungguli anak-anak Quraisy lainnya karena ia termasuk
1
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, (Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 15
2
Ibid,. Hlm. 16

3
orang yang mau belajar dan pandai baca tulis. Pada masa itu jumlah orang
yang pandai dalam bidang ini masih sangat minim. Sejak kecil ia sudah
terbiasa memikul tanggung jawab. Ia tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan yang keras, bukan kehidupan hura-hura dan bergelimang harta.
Ayahnya Al-Khathab, membawanya ke dunia kehidupan yang keras, yakni
dunia gembala. Ia mengembala unta milik ayahnya. Perlakuan keras dari
ayahnya ini telah mewariskan pengaruh yang buruk pada diri Umar.3
Umar bin Al-Khathab tidak hanya mengembala unta milik ayahnya
tetapi ia juga mengembala unta milik beberapa orang bibinya dari bani
Makhzhum. Umar tidak hanya melakoni pekerjaannya sebagai
pengembala.4 Sejak muda ia sudah terampil dalam berbagai bidang
olahraga. Ia terampil bermain gulat dan pandai eunggang kuda. Ia juga
terampil dalam hal menciptakan dan mendendangkan syair. Ia juga
menaruh perhatian terhadap masalah sejarah dan urusan-urusan orang
Quraisy.
Umar juga menekuni dunia perdagangan. Ia meraih keuntungan
yang sangat besar dari profesi yang digelutinya, sehingga
menghantarkannya menjadi salah satu orang terkaya di Mekah. Ia
menyerap berbagai pengetahuan dari daerah yang pernah ia kunjungi saat
melakukan kunjungan niaga. Pada saat musim panas ia melakukan
perniagaan ke Syam, dan pada saat musim dingin dia melakukan
perniagaan ke Yaman.
Umar bin Khathab juga menduduki posisi strategis di tengah-tengah
masyarakat di Mekah dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Di samping itu, Umar bin
Khathab juga terkenal pandai dan cerdas. Orang-orang Quraisy
mempercayai Umar sebagai hakim untuk menyelesaikan berbagai sengketa
yang terjadi diantara mereka. Dia juga seseorang yang bijaksana,
bicaranya fasih, pendapatnya baik, kuat, penyantun, terpandang,

3
Ibid,. hlm. 18
4
Ibid,. hlm. 19

4
argumentasinya kokoh. Sifat-sifat yang dimilikinya ini mengantarkannya
menjadi duta/delegasi suku Quraisy dan menjadi wakil yang
membanggakan keturunan mereka kepada suku-suku lain.
Umar yang gigih mempertahankan segala sesuatu yang telah
menjadi tradisi suku Quraisy berupa tradisi, ritual peribadatan, dan sistem
sosial. Ia memiliki sifat yang tulus yang menjadikannya rela
mengorbankan jiwanya demi untuk mempertahankan sesuatu yang
diyakininya. Dengan sikapnya yang demikian, ia menentang agama Islam
pada awal dakwah Islam. Umar telah menjalani kehidupan pada masa
jahiliyah, ia mengenal betul hakikat dari adat kebiasaan dan tradisi
jahiliyah. Oleh karena itu, tatkala ia masuk Islam, ia mengenal betul
keindahan dan hakikat Islam. Ia meyakini betul perbedaan yang besar
diantara petunjuk dan kesesatan, antara kufur dan iman dan antara yang
hak dan yang batil.5
Dia masuk Islam pada tahun ke enam kenabian, saat itu ia berusia
27 tahun sebagaimana di tulis oleh Imam Adz-Dzahabi. Dia masuk Islam
tatkala jumlah sahabat yang memeluk Islam berjumlah 40 orang laki-laki
dan 11 wanita. Atau sebagaimana dalam riwayat lain yaitu 39 laki-laki dan
23 orang wanita. Dan dalam sebuah riwayat jumlahnya adalah 45 laki-laki
dan 11 wanita.6
2. Perjuangan Umar bin Khathab Dalam Dakwah Islam
a. Kisah Keislaman Uman bin Khathab
Cahaya keimanan pertama kali meresap masuk ke hati Umar bin Al
Khathab tatkala ia melihat wanita-wanita Quraisy yang rela
meninggalkan kampung halaman mereka dan merantau ke negeri lain
yang jauh karena mereka disiksa oleh orang-orang seperti dia. Hatinya
pun melunak. la cela hati kecil/nuraniya la menaruh rasa kasihan
terhadap mereka. Ia pun mengucapkan kata-kata yang baik kepada
mereka kendati mereka tidak ingin mendengarya dari dia.
5
Ibid,. hlm. 21
6
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2000), hlm. 121

5
Ummu Abdillah binti Hatamah. TatkalIa kami hendak berhijrah ke
Habasyah, Tiba-tiba Umar datang dan menemuiku. Dulu, kami
mendapat siksaan, gangguan dan tindakan kasar dari Umar. Umar
bertanya, “Benarkah kalian hendak pergi, hai Ummu Abdillah ?” Aku
menjawab, “Benar, kami memang hendak pergi. Demi Allah, kami
akan pergi ke bumi Allah karena kalian mengganggu dan menindas
kami hingga Allah memberi kami jalan keluar “Semoga Allah bersama
kalian”, kata Umar. Aku melihat kelembutan di hati Umar yang belum
pernah kulihat selama ini. Ketika Amir bin Rubai’ah datang -
sebelumriya Amir sedang keluar rumah untuk suatu keperluan.
Kuceritakan padanya perihal Umar tersebut. “Apakah kamu
mengharapkan Umar masuk Islam? tanya Amir. “Ya”, jawabku. “la
tidak akan masuk Islam sebelum keledai Al-Khathab masuk Islam”,
ujar Amir.
Kejadian ini benar-benar membekas di hati Umar. la merasakan
dadanya sesak. Dalam hati, la bertanya-tanya, apa pun cobaan yang
dihadapi pengikut agama baru ini, tapi mengapa mereka tetap bersikap
tabah dan tegar. “Apa rahasia di balik kekuatan yang super dahsyat
tersebut?” tanya Umar dalam hati. Ia pun merasa sedih dan hatinya
merasa sesak. Tidak lama setelah keadian ini, Umar pun masuk Islam
karena doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. Doa Beliau inìlah
yang menjadi faktor utama yang menyebabkan Umar masuk Islam.
Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, Muliakahlah Islam dengan orang
yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, dengan Abu Jahl bin
Hisyam atau dengan Umar bin Al-Khathab.” (HR. At-Tirmidzi).
Dan, orang yang paling dicintai oleh Allah di antara keduanya
adalah Umar bin AI-Khathab. Dan, Allah telah menyediakan sebab
untuk keislaman Umar.
Terdapat banyak riwayat yang menerangkan tentang sebab masuk
Islamnya Umar bin Al-Khathab. Ditinjau dan kualitas sanad-sanadnya,
sehagian besar dan status riwayat tersebut tidak mencapai kualitas

6
sahih. Dari berbagai riwayat yang penulis kutip dan berbagai buku
sirah dan sejarah, maka kisah masuk lslamnya Umar dapat
dikelompokkan dalam tema-tema berikut:7
b. Tekad Umar bin Khathab Untuk Membunuh Rasulullah
Orang-orang Quraisy pernah berkumpul dan bermunafakat untuk
membunuh Rasulullah. “Siapa yang siap untuk membunuh
Muhammad ?”. tanya mereka ‘Saya slap untuk membunuhnya , jawab
Umar. “Andalah yang bertugas untuk membunuhnya wahai Umar”,
kata mereka. Umar pun keluar di siang hari yang sangat panas sambil
menghunus pedangnya
Ia hendak membunuh RasuIullah dan beberapa orang di antara
sahabatnya, Di antara mereka ada Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib,
Hamzah bin Abdul Muthalib, dan beberapa orang dan kaum muslimin
yang tinggal bersama Rasulullah di Makkah dan tidak ikut berhijrah ke
Habasyah. Orang-orang Quraisy menginformasikan kepada Umar
bahwa Muhammad dan para sahabatnya sedang berkumpul di Darul
Arqam, di bagian bawah bukit Shafa. Nu’aim bin Abdullah An-
Nahham bertemu dengan Umar seraya berkata, “Hendak kemanakah
engkau wahai Umar?” Umar menjawab “Aku ingin mencari orang
yang berpindah agama ini (Nabi Muhammad) yang telah memecah
belah bangsa Quraisy, menghina impian Quraisy, mencela agama dan
menghina tuhan-tuhannyaa, aku ingin membunuhnya”. Nu’aim
berkata, “Perjalanan yang paling jelek adalah perjalananmu wahai
Umar. Demi Allah, nafsumu telah mengelabui dirimu, engkau terlalu
bersikap berlebihan, engkau ingin membinasakan Bani Adiy, apakah
engkau fikir Bani Abdi Manaf akan membiarkanmu berjalan di atas
permukaan bumi ini apabila engkau ingin membunuh
Muhammad?”.Mereka terus berdialog hingga suara mereka makin
meninggi. Umar berkata. “Menurutku engkau telah berpihak padanya,
seandainya aku tahu pastilah engkau yang pertama aku bunuh”. Ketika

7
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.23

7
Nu’aim melihat bahwa emosi Umar belum berakhir, la berkata, “Aku
beritahukan kepadamu bahwa keluargamu dan iparmu telah masuk
Islam, mereka telah meninggalkanmu, sekarang engkau hanya berada
dalam kesesatanmu”.
Ketika Umar mendengar ucapan Nu’aim itu, ia berkata, “Siapa di
antara mereka ?” Nu’aim menjawab, “Iparmu, anak pamanmu dan
saudarimu.8
c. Umar Mendatangi Rumah Fathimah Saudarinya dengan Tiba-tiba
dan Ketegaran Fathimah binti Al-Khathab di Hadapan
Saudaranya
Ketika Umar mendengar bahwa saudarinya beserta suaminya telah
masuk Islam, la marah dan mendatangi mereka berdua, ketika Ia
mengetuk pintu. mereka berdua berkata, “Siapa ini?” Umar berkata,
“lbnu Al Khathab” Mereka berdua sedang membaca kitab (Al-Qur’an)
yang ada di tangan mereka, ketika mereka mendengar kedatangan
Umar. Mereka berdua segera bersembunyi. Ketika Umar memasuki
rumah, Fathimah merasakan aroma kemarahan di wajahnya. Fathimah
menyembunyikan lembaran lembaran itu di bawah pahanya. Umar
berkata. “Bisikan dan suara pelan apa yang aku dengar dan kamu
tadi?” Saat itu mereka, sedang membaca surat Thaha. Mereka berdua
berkata, “Hanya cerita antara kami berdua”. Umar berkata, “Mungkin
kamu berdua telah berpihak pada Muhammad”. Adik ipar Umar
berkata, “Wahai Umar, bagaimana ika kebenaran berada di luar
agamamu?” Umar menendang Sa’id adik iparya dan menggenggam
jenggotnya kuat sekali. Sa’id la banting ke tanah, lalu menginjaknya
dan kemudian menduduki dadanya. Fathimah menolak tubuh Umar
dari atas tubuh suaminya. Umar memukulnya hingga wajahnya
berdarah, Fathimah marah sambil berkata, “Wahai musuh Allah,
apakah engkau memukul aku hanya karena aku mentauhidkan Allah?”,

8
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.24

8
Umar berkata, “Ya”. Fathimah berkata, “Lakukanlah apa yang ingin
engkau lakukan, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad itu adalah utusan Allah, kami telah masuk Islam meskipun
engkau tidak suka”.
Ketika Umar mendengarkan kata-kata itu, la menyesal dan berdiri
dari atas dada suami Fathimah, ia duduk, kemudian la berkata,
“Berikanlah kepadaku lembaran yang ada pada kamu, agar aku dapat
membacanya”. Fathimah berkata, “Aku tidak akan memberikannya”.
Umar berkata, “Celakalah engkau apa engkau katakan itu telah
merasuk ke dalam hatiku, berikanlah kepadaku agar aku dapat
melihatnya, aku janjikan padamu bahwa aku tidak akan
mengkhianatimu hingga engkau dapat menyimpannya di tempat yang
engkau inginkan”. Fathimah berkata, “Engkau itu najis, Tidak boleh
menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci, maka mandilah atau
berwudhu”. Umar keluar untuk mandi, kemudian la kembali kepada
saudarinya, Fathimah memberikan lembaran (Al-Quran), di dalamnya
terdapat surat Thaha dan beberapa surat lain, ketika la melihat
“Bismillahirahmanirrahim” di dalam lembaran itu, la terkejut, Ia
menjatuhkan lembaran itu dan tangannya, ia memikirkan dìrinya
kemudian lernbaran-lembaran itu Ia ambil kembali. Lembaran yang Ia
lihat berisi ayat “Thahaa, Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini
kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi
orang yang takut................................”
Kemudian Umar berkata, “Yang mengatakan ¡ni, maka pastilah tidak
ada (tuhan) lain yang disembah bersama-Nya. Tunjukkan kepadaku
tempat Muharnmad.”9
d. Umar bin AI-Khathab Menemui Rasulullah dan Mengikrarkan
Masuk Islam
Ketika Umar mendengar apa yang disampaikan Khabab, Umar keluar
dari rumah secara sembunyi-sembunyi. Kepada Umar, Khabab

9
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.25

9
mengatakan, “Kusampaikan berita gembira untukmu, wahai Umar.
Aku berharap, mudah-rnudahan doa Rasulullah hari Senin kemari telah
terkabul.
Beliau berdoa, “Ya Allah, Muliakalah/kokohkanlah Islam dengan
orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini: denga Abu Jahl
bin Hisyam atau dengan Umar bin Al-Khathab.” (HR. At-Tirmidzi).”
“Tunjukkanlah padaku, di mana tempat Rasulullah!” kata Umar.
Setelah mengetahui ketulusan niat Umar untuk rnenemui Rasul, maka
mereka menjawab, “Beliau sekarang berada di lemhah bukit Shafa.”
Setelah itu, Umar mengambil dan menghunus pedangnya. Lalu Ia
pergi ke lembah bukit Shafa untuk menemui Rasulullah dan para
sahahatnya. Setiba di sana, Umar mengetuk pintu. Mendengar suara
Umar, para sahabat merasa takut dan tidak ada seorang pun di antara
mereka yang berani membuka pintu. “Apa yang terjadi pada kalian?”
tanya Hamzah.
“Umar bin Al-Khathab berada di luar rumah dan ia ingin bertemu
dengan Rasulullah” Jawab mereka. “Umar bin Al-Khathab !” kata
Hamzah. Hamzah lalu menyuruh mereka untuk membukan pintu. “Bila
Allah menghendaki kebaikan terhadap dia, maka ia akan masuk Islam.
Bila Dia menghendaki lain, maka hal itu akan menjadi fitnah”, Kata
Hamzah. Mereka pun membukakan pintu untuk Umar. Hamzah dan di
bantu satu orang memegang lengan Umar hingga mereka berdua
membawa Umar ke hadapan Rasulullah. “Lepaskanlah dia !” Kata
Rasulullah. Rasulullah berdiri dan mengikatkan sorbannya dengan
kencang. “Apa gerangan Anda datang kemari, hai Umar ?” tanya
Beliau. Umar menjawab. “Ya Rasulullah, saya datang kemari untuk
menemui Anda dan saya berikrar beriman kepada Allah, kepada Rasul-
Nya. dan kepada apa yang dibawanya dan sisi Allah,” Mendengar hal
itu. Rasulullah langsung bertakbir “Allahu Akbar.” Para sahabat yang
berada di dalam rumah itu pun tahu kalau Umar telah masuk Islam.
Mereka bubar. Hati mereka merasa kuat dengan masuk lslamnya Umar

10
dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka tahu kalau kedua orang ini
akan melindungi Rasulullah dari musuh-musuh mereka.” (HR.
Ahmad)10
e. Tekad Umar bin AI-Khathab untuk Mendakwahkan Islam Secara
Terang-terangan dan Kesungguhannya Memikul Berbagai
Kesulitan di Jalan Dakwah
Umar masuk Islam dengan hati yang tulus. la berusaha
mengokohkan agama Islam dengan segenap kekuatan yang
dimilikinya. la pernah mengatakan kepada Rasulullah , “Ya Rasulllah,
bukankah kita berada di pihak yang benar bila kita mati dan bila kita
hidup?” Beliau menjawab “Benar. Demi Dzat yang Jiwaku berada
dalam genggamanNya, sesungguhnyaa kalian berada di pihak yang
benar bila kalian mati dan bila kalian hidup.” Umar berkata, “Lantas
mengapa dakwah Islam kita lakukan secara sembunyi-sembunyi ?
Demi Dzat yang mengutus Anda dengan kebenaran, kami semua akan
keluar dan rumah ini.” Rasulullah melihat bahwa telah tiba saatnya
untuk berdakwah secara terang-terangan. Dakwah Islam telah kuat dan
dapat membela dirinya sendiri. Maka beliau pun mengizinkan untuk
berdakwah secara terang-terangan. Beliau keluar dan Darul Arqam
bersama kaurn Muslimin dengan membentuk dua barisan. Satu barisan
dipimpin oleb Umar bin Al Khathab dan satu barisan lagi di pimpin
oleb Hamzah bin Abdul Muthalib. Tatkala orang-orang Quraisy
melihat Umar dan Hamzah memimpin barisa kaum Muslimin, mereka
tertimpa kesedihan yang belum pernah mereka alami selama ini.
Rasulullah saat itu memberi Umar gelar Al-Faruq (Pemisah antara
yang hak dan yang batil). (HR. Ahmad)
Allah telah mengokohkan agama Islam dan kaum Muslimin
dengan masuk lslamnya Umar. Umar adalah orang yang sadar akan
harga diri. Ia tidak peduli apa resiko yang akan terjadí di belakangnya.

10
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.27

11
Allah telah melindungi para sahabat nabi dengan Umar dan dengan
Hamzah.
Umar bin AI-Khathab menantang orang-Orang musyrik Quraisy.
Melawan/memerangi mereka hingga akhirnya Ia dan kaum Muslim
dapat menunaikan shalat di Ka’bah. Umar tetap berusaha bersungguh-
sungguh dengan segenap kemampuannya untuk meIawan dan
memerangi musuh-musuh Islam. Tentang dirinya Ia bercerita, “Aku
bertekad ingin dilihat rnereka sebagai orang Islam. Aku pergi menemui
pamanku Abu Jahal. Abu jahal termasuk orang terpandang di mata
mereka. Kuketuk pintu rumahnya. “Siapa yang mengetuk pintu ?”
tanya Ahu Jahal. Kujawab, “Umar bin Al-Khathab”. Ia pun keluar
menemuiku. Kutanyakan pada Abu Jahal. “Apakah Anda sudah tahu
kalau aku telah murtad (telah masuk Islam)?” Abu Jahal balik
bertanya, “Apa anda serius telah murtad ?”. Kujawab. “Ya. aku
serius.” Jangan lakukan itu pinta Abu Jahal. Kujawab. “Saya serius
telah murtad. “Jangan lakukan itu”, pinta Abu Jahal, Ia lalu masuk
kedalam rumahnya dan menutup pintu. Seorang laki-laki pernah
bertanya kepada saya, “Apakah anda ingin ke islaman Anda di ketahui
publik ?”. “Ya”, jawabku. la lalu menyarankan, Bila orang-orang
Quraisy duduk-duduk di Hajar Aswad, maka temuilah orang itu, Jamil
bin Ma’mar Al-Jamhi. Kutanyakan kepada Jamil, “Apakah Anda
sudah mengetahui kalau aku telah Murtad ?” Tatkala orang-orang
Quraisy duduk di Hajar Aswad, Jamil langsung berdiri dan
menyerukan dengan suara lantang, “Hai orang-orang Quraisy. Umar
bin Al-Khathab telah murtad.” Orang-orang Quraisy serentak
menyerangku dan aku pun balik membalas serangan mereka.
Dirawikan dari Abdullab bin Umar, Ia bercerita tatkala Umar
masuk Islam, orang-orang Quraisy belum mengtahui keisIamannya.
Umar bertanya, “Siapa di antara penduduk Makkah yang dapat
menyebarluaskan informasi tentang kelslamanku ?”. Dikatakan pada
Umar, Jamil bin Ma’mar Al-Jamhi. Umar keluar dan aku mengikuti di

12
belakangnya. Aku perhatikan apa saja yang dilakukan Umar. Saat itu
aku masih anak-anak, tapi aku sudah dapat memahami apa yang
kulihat dan kudengar Umar menemui Jamil dan menyampaikan
padanya. “Wahai Jamil, aku telah masuk Islam.” Demi Allah tidak ada
sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya hinga Ia menarik
sorbannya. Umar mengikuti Jamil dan aku pun mengikuti ayahku,
Umar. Setiba di Masjid. Jamil berdiri tepat di pintu Masjid dan
berteriak dengan suara lantang, “wahai orang-orang Quraisy !” saat itu
orang-orang Quraisy sedang berada di sekitar Ka’bah. “KetahuiIah
bahwasanya Umar bin Al-Khathab telah murtad!”. Umar berujar,
“Jamil telah berdusta. Yang benar, aku telah masuk lslam. Aku telah
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya.”
Setelah itu orang-orang Quraisy menyerang Umar bin Al-Khathab.
Umar menangkap Utbah bin Rubaiah. Umar memasukkan kedua jari
tangannya tepat di mata ‘Utbah. Utbah berteriak. Orang-orang Quraisy
pun menjauhi Umar. Umar lalu berdiri dan tidak ada seorang pun yang
berani mendekatinya hinggaa akhirnva orang-orang Quraisy bubar.
Umar mengikuti majlis-majlis mereka dan menampakkan kelslamanya
di dalam majlis-majlis tersebut.
Umar terus menyerang mereka hingga mentari berada di atas
kepala mereka. Umar merasa lelah, lalu duduk beristirahat. Tidak lama
kemudian, orang-orang Quraisy menghampirinya. Kepada mereka,
Umar mengatakan “Lakukan apa yang hendak kalian lakukan. Demi
Allah, sekiranya kami berjumlah tiga ratus orang laki-laki, niscaya
kalian akan membiarkannya untuk kami atau membiarkannya untuk
kalian.” Tidak alam kemudian, datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan sutra dan gamis berbordir. “Apa yang sedang kalian
lakukan ?” tanya laki-laki itu kepada mereka. Mereka mejawab, “Umar
bin Al-Khathab telah murtad. “Laki-laki itu mengatakan, “Biarkanlah
dia ! ia telah memilih agama untuk dirinya sendiri. Apakah kalian

13
mengiran bahwa Bani Adiy akan menyerahkan begitu saja anggota
suku mereka kepada kalian ?”. Setelah di Madinah, aku bertanya
kepada Umar, “Wahai ayahkku, siapa nama orang yang dulu pernah
mencegah ayah dari amukan orang-orang Quraisy ?” Umar menjawab,
“Wahai anakku, dia adalah Al-‘Ash bin Wail As-Sahmi.” (HR.
Ahmad)11
f. Pengaruh Keislaman Umar bin AI-Khathab Terhadap Dakwah
Islam
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Posisi kami menjadi kuat sejak
Umar bin Al-Khathab masuk Islam. Anda telah melihat kami tidak
dapat melakukan tawaf dan shalat di Kabah hingga Umar bin AI-
Khathab masuk Islam. Tatkala ia masuk Islam, la memerangi mereka
(orang-Orang musyrik Quraisy) dan akhirnya mereka membiarkan
kami menunaikan shalat dan tawaf. (HR. Ahmad)
Abdullah bin Mas’ud juga pernah mengatakan “Keislaman Umar
bin Al-Khathab adalah kemenangan, hijrahnya adalah pertolongan, dan
kepemimpinannya adalah rahmat. Anda telah melihat kami tidak dapat
melakukan tawaf dan shalat di Ka’bah hingga Umar masuk Islam.
Tatkala Umar masuk Islam, Ia memerangi mereka (orang-orang
musyrik Quraisy) dan akhirnya mereka membiarkan kami menunaikan
shalat dan thawaf di Ka’bah.”
Shuhaib bin Sinan bercerita, “Tatkala Umar bin Al-Khathab masuk
Islam, Ia menampakkan ke Islamannya dan mengajak untuk
berdakwah secara terbuka. Kami duduk di sekitar Ka’bah dengan
membentuk halaqah, melakukan thawaf di Ka’bah, dan berjalan
dengan membentuk barisan menghadapi orang yang berlaku kasar
kepada kami.”

11
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.30

14
g. Sejarah Keislaman Umar Bin Al-Khathab Dan Jumlah Kaum
Muslimin Saat Ia Masuk Islam
Umar bin Khathab masuk Islam pada bulan Dzulhijjah tahun 6 dari
kenabian. Saat itu, ia berusia 27 Tahun. Ia masuk Islam tiga hari
sesudah Hamzah masuk Islam. Pada masa itu, Umat Islam berjumlah
39 orang. Tentang hal ini, Umar bercerita, “Saya masuk Islam dan
jumlah orang yang bersama Rasulullah saat itu sebanyak 39 orang laki-
laki. Saya melengkapi jumlah mereka sehingga genap 40 orang. Maka
Allah menampakkan dan mengokohkan agama Islam”.
Dirawikan bahwa Jumlah umat Islam saat itu 40 orang laki-laki
atau 40 orang dan 11 orang wanita. Akan tetapi, Umar tidak
mengetahui persis jumlah mereka. Sebab, sebagian besar mereka
masih menyembunyikan keislaman mereka karena khawatr diketahui
orang-orang musyrik Quraisy. Apalagi Umar sebelumnya termasuk
orang yang sangat keras dan kasar kepada mereka. Karena itu, Umar
menvebut kalau la hanya menggenapkan jumlah mereka menjadi 40
orang dan ia tidak rnenyebut kaum wanita yang telah memeluk agarna
lsIam.12
h. Kisah Hijrah Umar bin Al-Khathab
Tatkala Umar bin Al-Khathab berniat hijrah ke Madinah. Ia enggan
melakukanya kecuali berhijrah secara terang-terangan. Tentang hal ini,
Ibnu Abbas bercerita, “Ali bin Abi Thalib pernah mengutarakan
kepada saya, “Saya tidak rnengetahui seorang pun di antara kaum
muhajirin yang berhijrah kecuali berhijrah secara semhunyi-sembunyi
selain Umar bin Al Khathab. Tatkala Ia berniat untuk berhijrah, la
menghunus pedangnya, meletakkan busur di pundaknya, memegang
beberapa buah anak panah dan membawa tombak, lalu la berjalan
menuju Ka’bah. Pada saat itu, beberapa orang Quraisy sedang berada
di halaman Ka’bah. Umar thawaf di Ka’bah tujuh keliling lalu shalat di
Maqam Ibrahim dengan tenang. Kemudian, la menghampiri orang-

12
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.31

15
orang Quraisy satu persatu. Kepada mereka, Umar mengatakan. “Siapa
yang ingin ibunya celaka, Anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi
janda, maka hendaklah ia temui aku di lembah ini!”. Ali bin Abi
Thalib selanjutnya bercerita. “Tidak ada seorang pun yang mengikuti
Umar berhijrah kecuali orang-orang papa. Maka Umar pun
mernbimbing mereka, lalu berangkat ke Madinah”.
Umar bin Al-Khathab tiba di Madinah sebelum Nabi tiba di Sana.
Ia berhijrah bersama beberapa orang dan anggota keluarga dan
kaumnya. Di antara mereka yang ikut berhijrah bersama Umar adalah
saudaranya, Zaid bin Al-Khathab, Amr dan Abdullah, keduaya putra
Suraqah bin Al-Mu’tamir, dan lainnya. Mereka singgah di rumah
Rifa’ah bin Abd Al-Mundzir di perkampungan Amr bin ‘Auf di daerah
Quba.
Demikianlah, Umar bin A1-Khathab berjuang membela agama dan
akidahnya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, la tidak
gentar menghadapi siapa pun, la menjadi sandaran dan penolong bagi
orang Islam yang hendak hijrah dari Makkah ke Madinah. la hijrah
bersama rombongan besar dan anggota keluarga dan sekutu kaumnya.
Ia membantu para sahabatnya yang ingin berhijrah. la khawatir bila
ada fitnah dan cobaan yang menimpa mereka.
Mari kita simak cerita Umar sendiri tentang hal ini. Umar bercerita,
“Tatkala kami hendak berhijrah ke Madinah, saya berjanji dengan
lyasy bin Abi Rubaiah dan Hisyam bin AI-’Ash bin Wail As-Sahmi
untuk bertemu di sebuah pohon yang berada di AtTanadhub, dekat
Oase Bani Ghifar di lembah Sarif. Kami bertiga sepakat bahwa siapa
di antara kami yang belum sampai di lembah itu pagi harinya, berarti
la telah tertahan dan hendaklah la rneninggalkan kedua temannya.”
Umar selanjutnya bercerita, “Esok paginya, saya dan Iyasy tiba di At-
Tanadhub, sedang Hisyam telah tertahan oleh orang-orang Quraisy.
Tatkala kami sampai di Madinah, kami singgah di perkampungan Bani
Amr bin ‘Auf di daerah Quba. Abu Jahl bin Hisyam dan Al-Harits bin

16
Hisyam datang menemui Iyasy bin Abi Rubaiah. lyasy adalab putra
paman mereka dan saudara seibu dengan mereka. Mereka berdua
menyusul kami ke Madinah. Sedang Rasulullah masih berada di
Makkah. Mereka berdua mengatakan kepada lyasy. “Ibumu telah
bersumpah tidak akan menyisir rambutnya dan tidak akan berteduh
dari terik mentari sampai dia melihat kamu.” Hati lyasy tidak kuasa
mendengar kondisi ibundanya. Kukatakan pada lyasy “Hai lyasy, demi
Allah, mereka berdua tidak nenginginkan kecuali kamu murtad dari
agamamu. Karena itu tinggalkanlah rnereka berdua!” lyasy menjawab,
“Saya akan menebus sumpah ibuku. Saya masih punya harta yang
tertinggal di sana (Makkah dan saya akan mengambilnya. Kukatakan
lagi pada lyasy, “Demi Allah, bukankah kamu sudah tahu kalau aku ini
adalah orang Quraisy yang paling berlimpah hartanya, Aku akan
berikan kepadamu separuh dari hartaku asalkan kamu tidak ikut pergi
bersama mereka berdua!”
Umar selanjutnya bercerita, “lyasy menolak tawaranku dan ia tetap
ikut pergi bersama rnereka berdua. Ketika lyasy tetap berskukuh pada
pendiriannya untuk tetap ikut pergi bersama mereka, kukatakan
padanya, “Bila kamu tetap bersikukuh untuk ikut pergi bersama
mereka, maka gunakanlah unta tungganganku ini! Unta ini sangat
nyaman ditunggangi. Tetaplah kamu menungganginya! Bila kamu
melihat gelagat kurang baik dari mereka, maka selamatkanlah dirimu
dengan unta tunggangan ini!”
lyasy pun pergi bersama mereka. Di tengah jalan, Abu Jahl
mengatakan kepada lyasy “Wahai saudaraku, unta tungganganku ini
sudah mengalami kelelahan, bolehkah aku tunggangi unta
tungganganmu ini?’ “Boleh”, jawab lyasy. Mereka berdua tetap
berupaya menyakinkan lyasy, lalu mereka memasuki kota Makkah.
Mereka berdua berusaha memfitnah lyasy hingga lyasy termakan
fitnah mereka.”

17
Umar berkata, “Kami mengatakan Allah tidak akan rnenerima tindakan
dan taubat mereka yang telah mengenal Allah lalu mereka kembali
menjadi kafir, disebabkan karena cobaan yang menimpa mereka.”
Umar selanjutnya bercerita, “Tatkala Nabi sampai di Madinah,
Allah menurunkan ayat tentang mereka dan perkataan mereka tentang
diri mereka. (Lihat : QS. Az-Zumar : 53-55)
Umar bin Al-Khathab mengatakan , “Kutuliskan tiga ayat ini di
atas secarik kertas, lalu kukirim kepada Hisyam bin Ash.” Umar lalu
bercerita “Hisyam berkata, “Setelah surat Umar itu sampai ke tangan
saya, saya lalu membacanya di Dzu Thuwa, nama sebuah lembah di
Makkah. Aku naik ke puncak bukit sambil membawa surat tersebut.
Saya terus rnembacanya berkali-kali, tapi saya tidak dapat
memahaminya, hingga akhirnya Saya berdoa, “Ya Allah, ilhamilah
aku pemahaman terhadap ayat ini!” Hisyam mengatakan, “Allah
mengilhamkan pemahaman ke dalam hati saya untuk memahami ayat-
ayat tersebut. Akhirnya aku sadar bahwa ayat-ayat itu turun berkaitan
dengan kami dan dengan apa yang kami katakan tentang diri karni
sendiri.” Hisyam selanjutnya mengatakan “Setelah memahami maksud
ayat-ayat itu, saya langsung turun dari bukit dan rnenunggangi unta
kendaraan saya, lalu menyusul Rasulullah yang sudah berada di
Madinah.”
Peristiwa ini menunjukkan kepada kita tentang bagaimana Umar
menyusun strategi hijrah bagi dirinya dan kedua orang sahabatnya:
lyasy bin Ahi Rubaiah dan Hisyam bin Al-’Ash bin Wail As-Sahmi.
Mereka bertiga berasal dan satu kabilah. Tempat pertemuan yang
mereka tentukan berada jauh dari kota Makkah dan tepat di jalur
menuju kota Madinah. Mereka telah menentukan waktu dan tempat
berternu secara pasti, dan bila salah seorang di antara mereka bertiga
terlambat sampai di tempat itu, maka hendaklah ia meninggalkan
kedua orang sahabatnya dan jangan menunggu kedatangan keduanya.
Sebab, boleh jadi ia telah tertahan orang-orang Quraisy. Yang terjadi

18
persis seperti yang mereka perkirakan. Hisyam bin Al-Ash tertahan
orang-orang Quraisy, sedang Umar dan lyasy meneruskan perjalanan
hijrah mereka. Strategi ini benar-benar sukses. Mereka berdua tiba di
Madinah dengan selamat. Akan tetapi, orang-orang Quraisy bertekad
untuk mengejar orang-orang yang berhijrah ke Madinah. Karenanya
mereka mempersiapkan strategi jitu yang di laksanakan oleh Abu Jahl
dan Al-Harits. Keduanya adalah saudara seibu dengan lyasy. Karena
mereka berdua masih tergolong saudara seibu dengan lyasy, maka
lyasy merasa tenang dengan mereka berdua. Apalagi hal yang mereka
berdua sarnpaikan berkaitan dengan kondisi ibundanya. Abu Jahl
sengaja membuat tipu daya ini, karena ia tahu betul kalau lyasy sangat
menyayangi ibundanya. Hal ini tampak jelas ketika la memnyetujui
untuk pulang kembali ke Makkah bersama mereka berdua.
Umar pun tiba di Madinah Ia menjadi pembantu setia bagi
Rasulullah Beliau mempersaudarakan Umar dengan ‘Uwaim bin
Sa’idah!’ Dikatakan, dengan Utbah bin Malik atau dengan Mu’adz bin
Afra’. Tentang hal ini, bin Abd Al-Hadi berkomentar, “Tidak ada
kontradiksi di antara riwayat-riwayat tersebut. Boleh jadi Rasulullah
telah mempersaudarakan Umar dengan mereka dalam waktu yang
berbeda-beda. Tidak mustahil bila Nabi mempersaudarakan antara
Umar dengan mereka bertiga dalam waktu yang berbeda”13
i. Pembaiatan Umar bin Khathab
Tatkala Abu Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan
sakitnya semakin parah, dia ingin memberikan kepemimpinannya
kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat
konflik. Maka jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khathab. Dia
meminta pertimbangan sahabat-sahabat senior dan mereka semua
mendukung pilihan Abu Bakar. Dia kemudian membai’at Umar yang

13
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm.36

19
kemudian diikuti oleh kaum muslimin. Beberapa hari setelah itu Abu
Bakar meninggal.14
Umar bin Khathab diangkat dan dipilih sendiri oleh Abu Bakar
untuk menggantikannya dalam ke-khalifahan. Oleh Abdul Wahhab an-
Nujjar, cara pengangkatan seperti ini disebut dengan thariqul ahad,
yakni seorang pemimpin yang memilih sendiri panggantinya setelah
mendengar pendapat yang lainnya, barulah kemudian dibaiat secara
umum.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, sang khalifah dipanggil
dengan sebutan khalifah Rasulullah. Sedangkan pada masa
pemerintahan Umar bin Khathab, mereka disebut dengan Amirul
Mukminin. Sebutan ini sendiri diberikan oleh rakyat kepada beliau.
Salah satu sebab penggantian ini hanyalah makna bahasa, karena bila
Abu Bakar dipanggil dengan khalifah Rasulullah (pengganti
Rasulullah), otomatis penggantinya berarti khalifah khalifah
Rasulullah (pengganti penggantinya Rasulullah), dan begitulah
selanjutnya, setidaknya begitulah menurut Haikal. Selain itu karena
wilayah kekuasaan Islam telah meluas, hingga ke daerah-daerah yang
bukan daerah Arab, yang tentu saja memerlukan sistem pemerintahan
yang terperinci, sementara ia tidak mendapatkan sistem pemerintahan
terperinci dalam Alquran al-Karim dan sunnah nabi, karena itu ia
menolak untuk dipanggil sebagai khalifatullah dan khalifah
Rasulullah.15
j. Penaklukan-Penaklukan di Masa Pemerintahan Umar bin
Khathab
1. Kawasan sebelah barat (Negeri-Negeri Syam)16
a) Perang Yarmuk (14 H/635 M)
b) Penaklukan Damaskus dan kota lainnya di Syam

14
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta : Akbar Media, 2003), hlm. 163
15
https://www.academia.edu/35646349/
MAKALAH_BIOGRAFI_UMAR_BIN_KHATTAB, diunduh pada 02 Februari 2020
16
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, hal 156

20
c) Pembukaan Baitul Maqdis (15 H/634 M)
d) Penaklukan wilayah pantai Syam
e) Penaklukan Mesir (20 H/640 M)
f) Penaklukan Libya
2. Kawasan Timur (Persia)
a) Perang Namariq (13 H/634 M)
b) Perang Jirs (Sya’ban 13 H/634 M)
c) Perang Buwaib (Ramadhan 13 H/634 M)
d) Perang Qadhisiyah Kubra (14 H/635 M)
e) Penaklukan Ibukota Persia dan akhir kekaisaran Persia
f) Penaklukan Madain (Shafar 16 H/637 M)
g) Penaklukan Jalawla’
h) Penaklukan Ashthahar (17 H/638 M)
i) Penaklukan Nawahand (21 H/641 M)
j) Penaklukan ke berbagai wilayah Persia oleh Pasukan Islam
(22-23 H/642-643)
k. Syahidnya Khalifah Umar bin Khathab
Khalifah Umar bin Khathab mati syahid akibat sebuah konspirasi
yang dirancang oleh musuh-musuh islam dikalangan Yahudi dan
Persia yang sangat membencinya. Karena Umarlah yang menyebabkan
lenyapnya kekuasaan dan pemerintahan mereka.
Umar bin Khathab meninggal akibat tusukan yang dialaminya pada
saat dia sedang melakukan shalat. Tusukan itu dilakukan oleh Abu
Lu’luah al-Majusi, seorang mantan budak persia. Khalifah Umar
ditusuk dengan belati beracun. Sebelum meninggal, ia memilih 6
sahabatnya yang mendapat kabar gembira dari Rasulullah bahwa
mereka akan masuk surga. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali,
Thalhah, Abdur Rahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Umar
berwasiat kepada enam orang ini untuk memilih salah seorang diantara
mereka untuk menjadi Khalifah.

21
Umar wafat pada bulan Dzulhijjah 23 H/643 M dan memerintah
selama 10 tahun lamanya.17
Beberapa hasil kerjanya selama menjadi Khalifah yaitu sebagai
berikut :
1. Khalifah Umar adalah orang pertama yang menggelari dirinya
Amirul Mukminin
2. Dia adalah orang yang pertama membentuk kantor/kementrian.
Ada kantor tentara, kantor distribusi, pengiriman surat melalui
kurir dan membuat mata uang
3. Dia adalah orang pertama yang membuat penanggalan islam
dengan menjadikan awal hijriah Rasulullah sebagai awalnya
4. Umar bin Khathab melakukan perluasan Masjidil Haram18

B. Nilai-Nilai Positif Dari Khalifah Umar bin Khathab


Kunci kepribadian Umar bin Khathab adalah keimanannya kepada
Allah SWT dan persiapannya menghadapi hari akhir. Iman inilah yang
menyebabkan adanya keseimbangan dan daya tarik dalam kepribadian Umar.
Karenanya kekuatan tidak membuatnya menyimpang dari keadilannya,
kekuasaannya tidak membuatnya menyimpang dari kasih sayangnya dan
kekayaannya tidak membuatnya menyimpang dari sikap rendah hatimya. Ia
menjadi orang yang berhak memperoleh pengokohan dan pertolongan dari
Allah SWT. Ia benar-benar mewujudkan syarat-syarat kalimat tauhid, mulai
dari ilmu, keikhlasan, penerimaan ketundukan dan cinta. Ia bebar-benar
memiliki pemahaman yang bebar terhadap hakekat iman dan hakikat kalimat
tauhid. Maka pengaruh-pengaruh keimanannya yang mendalam itu pun
terpantul dalamkehidupannya. Diantaranya :19
1. Ketakutannya kepada Allah dengan melakukan introspeksi terhadap
dirinya.

17
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, hlm. 163
18
Ibid, hlm. 164
19
Muhammad Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Al-Khathab, hlm. 173

22
Karena besarnya ketakutan Umar kepada Allah , maka ia
mengintrospeksi dirinya secara ketat. Bila ia mengetahui pernah berbuat
salah dalam memenuhi permintaan seseorang, maka ia akan menyuruh
orang tersebut untuk menuntut balas terhadap dirinya.
Tentang Muhasabah dan pengawasan terhadap diri sendiri, Umar
pernah mengatakan, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab. Timbanglah
dirimu sebelum kamu ditimbang. Dan, bersiap-siaplah kamu menghadapi
hari paling agung, dimana pada hari itu kamu dihadapkan kepada
Tuhanmu, tiada satupun dari keadaanmu yang tersembunyi bagi Allah”.20
2. Sikap Zuhud Umar bin Khathab
Umar telah memahami dari sela-sela kehidupannya bersama Al-
Qur’an dan Nabi SAW, serta persepsinya tentang kehidupan ini, bahwa
dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan. Dunia ini adalah ladang bagi
akhirat. Karenanya, Umar membebaskan dirinya dari kekuasaan,
kemewahan, dan perhiasan duniawi. Ia tunduk patuh dan berserah diri
kepada Tuhannya lahir maupun bathin. Ia telah sampai di puncak hakikat
yang terpatri dalam hatinya yang mendorong ia untuk berlaku zuhud di
dunia.
Dunia dan segala kemewahan dan perhiasannya terbentang di hadapan
Umar bin Khathab. Banyak daerah yang berhasil dibebaskan pada masa
pemerintahannya. Akan tetapi, Umar sama sekali tidak membuat matanya
terbelalak melihat semua itu dan hatinya tidak pernah tergoda untuk
menguasainya. Puncak kebahagiaannya hanya bekerja untuk memuliakan
agama Allah dan menumpas kekuatan barisan orang-orang musyrik.21
3. Sikap Wira’i Umar bin Khathab
Suatu hari, Umar tertimpa sakit.para dokter memutuskan bahwa obat
penyakit yang di derita Umar adalah madu. Di Baitul Mal terdapat madu
yang didatangkan dari daerah-daerah yang telah dibebaskan. Namun Umar
tidak berobat dengan madu tersebut sebagaimana di anjurkan para dokter

20
Ibid, hlm. 175
21
Ibid, hlm. 180

23
sebelum ia mengumpulkan publik. Ia naik ke atas mimbar dan meminta
halal kepada publik. Dihadapan publik dia mengatakan, “Bila kalian
memperkenankan, maka aku akan berobat dengan madu ini. Bila tidak
maka madu ini haram bagiku”. Orang-orang yang mendengarnya
meneteskan air mata dan memperkenankan Umar untuk berobat dengan
madu tersebut.
Dari perbuatannya tersebut jelas bahwa Umar bin Khattab adalah
seseorang yang sangat wira’i.
4. Sikap Rendah hati Umar bin Khathab
Dirawikan daru Jubair bin Nufair, ia bercerita, “Suatu ketika ada
beberapa orang yang mengatakan kepada Umar bin Khathab, “ Kami tidak
pernah melihat orang yang lebih adil, orang yang lebih berkata benar dan
orang yang lebih keras terhadap orang munafik daripada anda, wahai
Amirul Mukminin. Anda adalah sebaik-baik manusia sesudah Rasulullah”.
‘Auf bin Malik berkomentar, “Demi Allah, kalian telah berdusta. Kami
melihat orang terbaik setelah Rasulullah.” “Siapa dia ?” tanya salah
seorang diantara mereka. “Abu Bakar Ash-Shiddiq”. Jawab ‘Auf bin
Malik. Umar berkata, “Benar apa yang dikatakan ‘Auf bin Malik dan
kalian telah berdusta. Demi Allah, Abu Bakar sungguh lebih harum dari
aroma parfum dan aku lebih sesat dari unta. Yakni sebelum Umar masuk
Islam.” Mengapa demikian ? karena Abu Bakar telah masuk Islam 6 tahun
sebelum Umar masuk Islam.
Informasi di atas menunjukkan sikap rendah hati Umar bin Khathab
dan penghormatannya terhadap orang-orang yang paling utama. Ia tidak
hanya menghormati orang-orang yang masih hidup tetapi juga
menghormati orang yang sudah tiada. Ia tidak rela keutamaan mereka
diingkari dan jasa mereka dilupakan. Ia senantiasa menyebut kebaikan
mereka di setiap momentum, dan mengajak publik untuk menghormati dan
tidak melupakan karya-karya agung yang telah mereka persembahkan.
Karya yang bermanfaat akan selalu diingat dari satu generasi ke generasi

24
berikutnya. Karya yang baik tidak akan dilupakan karena kepergian atau
meninggalnya si pemilik karya.22
5. Sikap Bijaksana Umar bin Khathab
6. Prinsip musyawarah
Diantara dasar Negara Islam adalah para pemimpinnya
bermusyawarah dengan rakyat dan memperhatikan aspirasi mereka serta
menjalankan pemerintahan dengan prinsip musyawarah.
Umar pernah mengatakan, “Tidak ada kebaikan dalam sebuah urusan
yang diputuskan tanpa jalan musyawarah.”
7. Keadilan dan persamaan
Diantara tujuan pemerintahan Islam adalah melakukan secara
sungguh-sungguh penegakan prinsip-prinsip Islam yang memberikan
kontribusi dalam penegakan sebuah masyarakat Islam. Diantara prinsip
yang paling penting adalah prinsip keadilan dan persamaan. Hal ini sudah
ditetapkan dalam pidato pertama Umar dihadapan publik. Inti pidatonya
mengenai prinsip ini adalah : Sikap kerasnya yang dikhawatirkan publik ia
ganti dengan sikap lemah lembut dan kasih sayang. Ia berjanji akan
menegakkan keadilan diantara mereka. Siapa yang berlaku aniaya dan
melampaui batas, maka ia tidak akan mendapati kecuali kehinaan. “Aku
tidak akan membiarkan ada orang yang menganiaya dan melampaui batas
terhadap orang lain, kecuali akan ku letakkan didahinya di atas tanah”,
kata Umar. Sebaliknya siapa yang menjauhkan dirinya dari hal-hal yang
tidak baik, maka dia akan mendapatkan kasih sayang. “akan kuletakkan
dahiku bagi orang yang menjauhkan dirinya dari hal- hal yang tidak baik”.
Kata Umar dalam pidato pertamanya. Keadilan Umar akan tampak jelas
dari kebijakan dan perhatiannya terhadap lembaga peradilan dan
pengembangan lembaga ini, dimana keadilan benar-benar merata di
seluruh wilayah pemerintahannya.

22
Ibid, hlm. 185

25
8. Prinsip Kebebasan
Prinsip ini memberi jaminan kebebasan bagi seluruh warga negara,
asalkan sesuai dengan norma-norm syari’at Islam dan tidak bertentangan
dengannya. Berikut adalah beberapa kebebasan yang berlaku pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab :
a) Kebebasan beragama
b) Kebebasan berpindah tempat atau berpergian
c) Hak keamanan, kehormatan tempat tinggal, dan kebebasan
kepemilikan
d) Kebebasan berpendapat23

C. Meneladani Nilai-Nilai Positif Dari Khalifah Umar bin Khattab


Selain yang telah tersebutkan sebelumnya masih banyak pelajaran
yang patut kita teladani dari sosok seorang Khalifah Umar bin Khathab. Baik
dari sifat-sifat pribadi Umar yang berupa taqwa, berpendirian kuat, demawan,
cerdas, penyayang, berkepribadian kokoh, bertekad bulat, berani, berwibawa,
berwawasan luas dan lain sebagainya.
Maupun sifat-sifat kepemimpinan dalam diri Umar diantaranya mau
mendengar kritik, mampu memotivasi publik dan mewujudkan lapangan
pekerjaan, berkoordinasi dalam mengambil keputusan dengan jalan
musyawarah, dan mampu melakukan perubahan dan mampu menghadapi
situasi-situasi yang genting.24

23
Ibid, hlm. 162
24
Ibid, hlm. 187

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Umar bin Al-Khathab bin Nufail bin Abd
Al-‘Uzza bin Rabah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’ab
bin Luay bin Ghalib Al-Quraysi Al-‘Adawi. Nasab Umar bertemu dengan
nasab Rasulullah SAW pada Ka’ab bin Luay bin Ghalib. Ia biasa dipanggil
Abu Hafsh dan digelari Alfaruq, karena ia menampakkan Islam ketika di
Mekah, maka Allah SWT memisahkan dengan Umar antara kekufuran dan
keimanan.
Dia masuk Islam pada tahun ke enam kenabian, saat itu ia berusia 27
tahun sebagaimana di tulis oleh Imam Adz-Dzahabi. Dia masuk Islam tatkala
jumlah sahabat yang memeluk Islam berjumlah 40 orang laki-laki dan 11
wanita. Atau sebagaimana dalam riwayat lain yaitu 39 laki-laki dan 23 orang
wanita. Dan dalam sebuah riwayat jumlahnya adalah 45 laki-laki dan 11
wanita.
Tatkala Abu Bakar merasa bahwa kematiannya telah dekat dan
sakitnya semakin parah, dia ingin memberikan kepemimpinannya kepada
seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik. Maka
jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khathab. Dia meminta pertimbangan
sahabat-sahabat senior dan mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar. Dia
kemudian membai’at Umar yang kemudian diikuti oleh kaum muslimin.
Beberapa hari setelah itu Abu Bakar meninggal. Selama masa pemerintahan
Umar bin Khathab banyak penaklukan yang terjadi seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Umar wafat pada bulan Dzulhijjah 23 H/643 M dan
memerintah selama 10 tahun lamanya.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak
kekurangan baik dari tulisan ataupun bahasan yang penyusun sajikan.
Mungkin karena keterbatasan sumber materi dan masih kurangnya
27
kemampuan dari penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari pembaca, yang dapat dijadikan acuan
dalam pembuatan makalah berikutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad.2003. Sejarah Islam. Jakarta : Akbar Media

Ash-Shalabi, Muhammad. 2008. The Great Leader of Umar bin Al-Khathab.


Jakarta : Pustaka Al-Kautsar

As-Suyuthi, Imam. 2000. Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar

https://www.academia.edu/35646349/
MAKALAH_BIOGRAFI_UMAR_BIN_KHATTAB, diunduh pada 02
Februari 2020

29

Anda mungkin juga menyukai