Anda di halaman 1dari 22

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Saw, di samping sebagai Rasulullah juga sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat. Setelah beliau wafat, fungsi sebagai Rasulullah tidak dapat digunakan oleh siapapun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantikannya.1 Berita wafatnya beliau merupakan peristiwa yang mengejutkan sahabat. Sebelum jenazah Nabi Saw dikubur, sahabat telah berusaha memilih penggantinya sebagai pemimpin dan pemimpin negara yang dikenal sebagai al-Khulafa al-Rasyidin (para pemimpin yang diridai). Abu Bakar adalah sahabat pertama yang terpilih menggantian Nabi Saw. Abu Bakar kemudian digantikan oleh Umar bin Khaththab.2 Umar bin Al-Khaththab adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu bakar Ash-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad Saw. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan , persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam banyak hal, Umar bin Al-Khathtab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan jenius.3 Maka dari itu, dalam makalah ini membahas tentang biografi dan Islam pada masa pemerintahan Khulafa al-Rasyidin (Umar bin Al-Khaththab).

1 2

Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 43-44. Dr. Jaih Nubarok. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2003). Hal 37. 3 Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 77.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana biografi Umar bin Al-Khaththab? 2. Bagaimana dinamika pemilihan Umar bin Al-Khaththab sebagai khalifah? 3. Bagaimana kondisi Islam dan kaum muslimin masa kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab? 4. Apa saja peristiwa yang muncul pada masa kekhalifahan Umar bin AlKhaththab?

C. Tujuan 1. Mengetahui biografi Umar bin Al-Khaththab. 2. Mengetahui dan memahami dinamaika pemilihan Umar bin Al-Khaththab sebagai khalifah. 3. Mengetahui dan memahami kondisi Islam dan kaum muslimin kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab. 4. Mengetahui dan memahami peristiwa yang muncul pada masa kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab. masa

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biografi Umar bin Al-Khaththab Umar bin Al-Khaththab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Kaththab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin adi bin Kaab bin Luay, dilahirkan di Mekah tahun 581 M, dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar, Umar tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad.4 Ayahnya, al-Khattab bin Nufail bin Abdul- Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin alMugirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Khattab orang terpandang di kalangan masyarakatnya.5 Sesudah masa mudanya mencapai kematangan, Umar terdorong ingin menikah. Kecenderungan banyak menikahi ini sudah diwarisi dari masyarakatnya dengan harapan mendapat banyak anak. Dalam hidupnya itu ia menikahi sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.6 Sebelum masuk Islam, dia adalah musuh dan penantang Nabi Muhammad Saw. yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengiut-pengikutnya. Umar termasuk di antara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam. Setelah Umar masuk agama Islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad saw. Kepribadiannya bertolak belakang
4 5

Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 77-78. Muhammad Husain Haekal. Al-Faruq Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 8. 6 Muhammad Husain Haekal. Al-Faruq Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 13-14.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan, dia terrmasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw.7 Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat,Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Luluah, budak milik al-Mughirah bin Syubah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi.Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq,beliau wafat dalam usia 63 tahun. B. Dinamika Pemilihan Umar sebagai Khalifah Umar bin Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya, lalu ia memilih Umar.8 Namun, beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-saran Abu Bakar mengenai penunjukan Umar sebagai khalifah, mereka merasa khawatir mengingat bawaan Umar memang begitu keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah belah. Tetapi Abu Bakar dapat meyakinkan dan memperoleh persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka menengok dirinya sewaktu sakit.9 Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan (baiat Umar). Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar dalam suspensi kepemimpinan di Negara Madinah pada saat itu merupakan langkah yang

7 8

Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 78. Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 46. 9 Husain Haekal. Al-Faruq Umar (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2002). Hal 88.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

tepat. Dan apa yang dilakukan itu merupakan implementasi yang optimal terhadap prinsip musyawarah. Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu dibaiat atau dilantik menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Mesjid Nabi di hadapan kaum muslimin. Bagian dari pidatonya adalah : aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahan hati Abu bakar selaras dengan jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat terhadap kamu dan juga lebih mampu untuk memikul urusan kamu yang penting-penting. Aku diangkat dalam jabatan ini tidaklah sama dengan beliau. Andaikan aku tahu bahwa ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul beban jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini. Sesungguhnya Allah SWT menguji kamu dengan aku dan mengujiku dengan kamu dan membiarkan aku memimpin kamu sesudah sahabatku. Maka demi Allah, bila ada suatu urusan dari urusan kamu dihadapkan kepadaku, maka janganlah urusan itu diuruskan oleh seseorang, selain aku dan jangalah seseorang menjauhkan diri dari aku, sehingga aku tidak dapat memilih orang yang benar dan memegang amanah. Jika mereka berbuat baik, tentu aku akan berbuat baik kepada mereka dan menghukum mereka. jika mereka berbuat jahat, maka tentu aku akan

Pidato tersebut menggambarkan pandangan Umar bahwa jabatan khalifah adalah tugas yang berat sebagai amanah dan ujian. Antara pemimpin dan yang dipimpin harus terjalin hubungan timbal balik yang seimbang dalam melaksanakan tanggung jawab itu. Setiap urusan harus diurus dan diselesaikan oleh khalifah dengan baik. Khalifah harus memilih orang-orang

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

yang benar dan bisa memegang amanah untuk membantunya. Hukum harus ditegakkan terhadap pelaku tanpa memandang dari pihak manapun.10 C. Kondisi Islam dan Kaum Muslimin Pada Masa Kepemimpinan Umar a. Kebijakan-kebijakan Pemerintahan Maju dan mundurnya sebuah pemerintahan akan sangat bergantung kepada pemegang kekuasaan. Dalam periode Khulafa al-Rasyidun, khalifah adalah pemimpin Negara. Oleh karenanya kulitas seorang khalifah memberi contoh tersendiri dalam menentukan kebijakankebijakan di berbagai bidang yang berhubungan dengan hajat hidup masyarakat yang dipimpinnya. Demikian pula dalam mengatasi berbagai krisis dan gejolak yang muncul dalam pemerintahannya.11 Beberapa kebijakan pemerintahan pada periode Umar bin Al-Khaththab adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan Kas Negara Tindakan yang dilakukan Umar adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan), mengadopsi model Persia. Tugas diwan adlah menyampaikan perintah dari pemerintah pusat ke daerah-daerah dan menyampaikan laporan tentang perilaku dan tindakan-tindakan penguasa daerah kepada khalifah. Untuk melancarkan hubungan antar daerah, wilayah negara dibagi menjadi delapan propinsi: Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Masa pemerintahan Umar inilah mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji dan pajak tanah. Terkait dengan masalah pajak, Umar membagi warga negara dalam dua kelompok yaitu muslim dan non muslim dipungut kharaj (pajak tanah) dan jizyah (pajak kepala). Bagi muslim diperlakukan hukum
10 11

Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 79-80. Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 46.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

menurut agama atau adat mereka masing-masing. Agar situasi tetap terkendali, Umar menetapkan wilayah Jazirah Arab untuk muslim, wilayah luar Jazirah Arab untuk non muslim. Untuk mencapai kemakmuran yang merata, wilayah Syria yang sudah padat penduduknya dinyatakan sebagai wilayah tertutup bagi pendatang baru. Pada masa Rasul dan Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif dan yudikatif terpusat pada pemimpin tertinggi). Pada masa Umar lembaga yudikatif dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di daerah-daerah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dibentuk jawatan kepolisian dan juga jawatan umum. Untuk mengelola keuangan Negara didirikan Baitul Mal. Mulai saat ini pemerintahan Umar sudah menempa mata uang sendiri. Untuk mengenang peristiwa hijriah ditetapkan peristiwa tersebut sebagai awal tahun hijriah. Seluruh kebijakan yang dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsolidasi bangsa Arab dan melebur suku-suku Arab ke dalam satu bangsa.12 2. Pemberlakuan Ijtihad Tatkala agama Islam telah meluas ke Syam, Mesir dan Persia, agama Islam menjumpai kebudayaan yang hidup di negeri-negeri itu. Islam berhadapan dengan keadaan-keadaan baru, dan timbullah berbagai macam kesulitan dan masalah-masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum muslimin. Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bila memang peraturan itu perlu diperbaiki dan diubah. Misalnya aturan yang telah berlaku bahwa kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dansegala sesuatu yang didapat dengan berperang, Umar mengubahnya bahwa tanah itu
12

Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 47-48.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi dikenai pajak tanah (kharaj). Semua ide yang lahir dari Umar merupakan hasil interaksi dari peristiwa yang dihadapi dengan berdasarkan ijtihadnya yang mencakup bidang pemerintahan, pertanahan, kependudukan, ekonomi dan hukum. Dengan melaksanakan ijtihad, barangkali Umar ingin memberi tuntunan dengan pengertian bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada substansi ajaran yang ada dalam Al-Quran dan hadits.13 3. Lembaga Peradilan Kebijakan yang paling signfikan pada masa Umar, selain administratife pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam peradilan, masih berlaku sampai sekarang. Secara prakttis, Umar bin Khaththab yang sering menjadi rujukan berbagai buku hukum baik Islam ataupun hokum murni dapat dilihat dari cerita berikut ini. Pada suatu ketika Umar r.a yang sedang menjalankan tugasnya sebagai hakim, didatangi seorang wanita yang menyeret seorang pemuda bersamanya, sambil berteriak-teriak seperti orang panik. Wanita itu melapor dan mengadu kepada Khalifah Umar r.a bahwa si pemuda yang diseretnya itu telah memperkosanya dan

mempermalukannya di tengah-tengah keluarganya. Dalam dakwa atau pengaduannya itu, ia memajukan saksi-saksi, bahkan bahan bukti lain juga diajukan, yakni dengan menunjukan tempat tertentu dari pakaiannya yang basah dari anggota tubuhnya. Sementara itu,
13

Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 50.

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

terdakwa, yaitu si pemuda dengan nada mohon dikasihani menyangkal perbuatan yang dituduhkan atas dirinya, dan menangkis tuduhan itu bahwa yang sesungguhnya terjadi ialah wanita tersebut merayu dan mengajak saya berbuat sesuatu atas dirinya, tetapi saya menampik rayuannya itu. Karena ia malu, datanglah menyeret saya seperti ini.

Dalam mempertimbangkan

perkara ini, Khalifah Umar selaku

hakim yang bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapat perhatian dan menjadi peajaran berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Kedua hal penting tersebut adalah: a) Beliau sekalipun dikenal sebagai orang keras dan tegas menghadapi setiap pelanggar hukum Allah, dan orang-orang jahat, namun beliau mampu menguasai dan mengendalikan diri untuk tidak terburu-buru menjatuhkan suatu keputusan (vonis). b) Beliau memanfaatkan tenaga ahli/penasihat ahli dalam hal ini sahabat NAbi yang terkenal dengan gelarnya Babul-ilm, yaitu Ali bin Abi Thalib r.a. Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan Ali r.a adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jariimah (menganalisis unsur kejahatannya sendiri), seperti pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan misalnya. Langkah selanjutnya, Umar menitikberatkan pada bukti yang diajukan oleh pendakwa (wanita yang menuduh). Tempat yang basah dari kain itu disiram dengan air panas yang mendidih dan ternyata di tempat yang disiram tersebut tampak suatu unsur yang putih, yaitu putih telur yang tidak meleleh bersama air panas. Khalifah Umar r.a memberikan

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

peringatan keras kepada wanita tersebut yang akhirnya mengakui terus terang segala perbuatannya.14 b. Perkembangan Peradaban Islam Beberapa perkembangan Islam pada masa Umar bin Al-Khaththab adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan klasik Islam dibedakan menjadi dua macam: Ulum an-Naqliyah, yang bersumber pada Al-Quran atau dalil naql (disebut juga Ulum as-Syariah), dan Ulum al Aqliyah, yang bersumber pada akal bukan dalil naql (disebut juga Ulum al-Ajam). Dalam perioe Khulafa al-Rasyidun sebagai periode paling awal dari sesudah wafatnya Rasulullah, masih didominasi oleh perkembangan ilmu-ilmu naqliyah. Ini bisa dipahami ibarat Rasul baru saja menabur benih, pada periode Khulafa al-Rasyidun benih-benih itu baru mulai bersemi. Lahirnya Qiraat erat kaitannya dengan membaca dan mempelajari al-Quran. Terdapatnya beberapa dialek bahasa dalam membaca al-Quran, dikhawatiran akan terjadi kesalahan dalam membaca dan memahaminya. Oleh karenanya diperlukan standarisasi bacaan dengan kaidah-kaidah tersendiri. Apalagi bahasa Arab yang tidak bersyakal menimbulkan kesulitan dalam membacanya. Untuk mempelajari bacaan dan pemahaman al-Quran Khalifah Umar telah mengutus Muadz ibn Jabal ke Palestina, ibadah ibn as-Shamit ke Hims, Abu Darda ke Damaskus, Ubai ibn Kaab dan Abu Ayub di Madinah. Ilmu Hadits belum dikenal pada masa Khulafa al-Rasyidun tetapi pengetahuan tentang hadits sudah tersebar luas dikalangan umat Islam.
14

Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 82-85.

10

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Usaha mempelajari dan menyebarkan hadits, seiring dengan kegiatan mempelajari dan menyebarkan al-Quran. Untuk memahami al-Quran tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan tentang hadits. Beberapa sahabat yang menyebarluaskan hadits atas perintah Khalifah Umar adalah Abdullah ibn Masud ke Kufah, Maqal ibn Yasrah ke Basrah, Ibadah ibn Shamit dan Abu Darda ke Syria. Khath al-Quran berkaitan erat dengan penulisan dan penyebaran al-Quran. Dalam Islam seni menulis al-Quran sangat dihargai, dan tak satu aksara pun di dunia ini menjadi seni artistik yang hebat seperti aksara Arab. Orang Arab belajar tulisan Nabti/Naskhi dari perdagangan ke luar Syam, tulisan Kufi dan Irak. Pada masa awal datangnya Islam hanya belasan orang Mekkah yang dapat menulis, mayoritas mereka adalah sahabat Rasulullah. Masa Khulafa al Rasyidun al-Quran ditulis dengan tulisan Kufi, untuk surat menyurat dan semacamnya ditulis dengan tulisan Naskhy.15 2. Perkembangan Arsitektur Arsitektur dalam Islam dimulai tumbuhnya dari masjid. Masjid Quba didirikan oleh Rasulullah dalam perjalanan hijrah sebelum sampai di Madinah. Sesampainya beliau di kota Madinah, didirikan pula sebuah masjid yang belum mempunyai nilai seni. Sungguhpun demikian masjid tersebut telah memberikan tempat bertolak bagi kesenian Islam. Salah satu masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa Khulafa al-Rasyidun yaitu masjid al-Haram. Masjid al-Haram adalah satu dari tiga masjid yang paling mulia dalam Islam. Masjid ini dibangun di sekitar Kabah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada masa Rasulullah masih amat sederhana, dengan membeli rumah-rumah disekitarnya.
15

Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 59-60.

11

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Masjid dikelilingi dengan tembok batu bata setinggi kira-kira 1,5 meter.16 D. Berbagai Peristiwa Masa Kekhalifahan Umar a. Peristiwa Ekspansi Islam masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Al-Khaththab Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar ( 13 H./634 M. 23 H./644 M.), sebagian besar ditandai dengan penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam keluar Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan Negeri-negeri jajahan Imperium. Romawi dan Persia yang dimulai dengan awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan untuk menghadapi dua kekuatan itu, jelas bukan hanya meyangkut kepentingan keagamaan saja, namun juga untuk kepentingan politik. Faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya konflik antara umat Islam dengan bangsa Romawi dan Persia yang akhirnya mendorong umat Islam mengadakan penaklukan Negeri Romawi dan Persia, serta negerinegeri jajahannya karena : pertama, bangsa Romawi dan Persia tidak menaruh hormat terhadap maksud baik Islam; kedua, semenjak Islam masih lemah, Romawi dan Persia selalu berusaha menghacurkan Islam; ketiga, bangsa Romawi dan Persia sebagai Negara yang subur dan terkenal kemakmurannya, tidak berkenan menjalin hubungan perdagangan dengan negeri-negeri Arab; keempat, bangsa Romawi dan Persia bersikap ceroboh menghasut suku-suku Badui untuk menentang pemerintahan Islam dan mendukung musuh-musuh Islam; dan kelima, letak geografis kekuasaan Romawi dan Persia sangat strategis untuk kepentingan keamanan dan pertahanan Islam.

16

Ali Sodiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam, Editor Siti Maryam(Yokyakarta: Lesfi, 2002), hal 62.

12

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Tindakan pertama yang dilakukan Umar untuk menghadapi kekuatan Romawi-Persia adalah mengutus Saad bin Abi Waqqas untuk

menaklukkan Persia dan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menggantikan Khalid bin Walid sebagai panglima tertinggi yang sedang menghadapi kekuatan Romawi di Siria. Saad bin Abi Waqqas berangkat dari Madinah memimpin pasukan militer menuju Irak yang sedang dikuasai Persia. Pasukan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas berhasil menerobos pintu gerbang kekuatan Persia. Pertempuran antar keduanya tidak dapat dielakkan lagi maka terjadi pertempuran lain di Qadisyiah pada tahun 635 M./14 H. Dalam pertempuran ini, pihak persia berhasil dipukul mundur oleh kekuatan Islam-Arab yang dipimpin Saad bin Abi Waqqas. Pada tahun 637 M./16 H., Persia bermaksud membalas kekalahannya, sehingga terjadi peperangan di Jakilah. Namun, maksud tersebut tidak dapat terwujud, bahkan pasukan Persia terdesak dalam kota Hulwan dikuasai juga oleh pasukan Islam-Arab. Pertempuran terjadi di Nahawan pada tahun 642 M./21 H. Dalam pertempuran ini, pasukan persia dapat ditundukkan secara mutlak. Dengan demikian, seluruh kekuasaan menjadi wilayah kekuasaan pemerintahan Islam. Kota Damaskus, salah satu pusat Siria yang paling penting jatuh di tangan pasukan Islam-Arab pada tahun 635 M./ 14 H. di bawah komado Abu Ubaidah. Ketika Romawi (Bizatium) memutuskan untuk melakukan serangan balasan secara besar-besaran terhadap para penyerang. Pasukan Abu Ubaidah mampu menghadapinya dengan kekuatan penuh pada

pertempuran Yarmuk pada tahun 16 H./ 631 M. Mesir secara keseluruhan berada di bawah kekuasaan Islam-Arab setelah penyerahan Iskandariyah (Alexanderia), ibukota Mesir dan ibukota kedua dari kekaisaran Romawi Timur pada tahun 642 M./ 21 H.

13

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada masa pemerintahan Umar ibn Al-Khaththab, kekuatan dua adikuasa dunia dapat diruntuhkan. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan sejarah Islam. b. Sejarah Penaklukan Palestina Khalifah Umar memerintahkan Amr Ibn Al Ash dan Syarhabil Ibn Hasanah untuk menguasai Yerusalem. Kejadian ini terjadi pada tahun 635 M. Amr dan Syarhabil akan menuju Yerusalem dengan membawa pasukan. Tapi, itu bukan jalan mudah. Pasalnya, mereka mesti menaklukkan terlebih dahulu beberapa daerah untuk bisa masuk ke Yerusalem. Pasukan pun melangkah lewat area pegunungan subur dan penuh pepohonan di Golan (Jaulan). Di sini, pasukan muslim akan melewati Galileia yang ada di utara Palestina. Sama seperti Golan, wilayah ini juga sangat subur. Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki memori sejarah penting di kota ini. Dan, peperangan kecil terjadi. Pasukan yang dipimpin Amr dan Syarhabil berhasil memenangkan pertempuran dengan pasukan Byzantium yang kala itu berkuasa. Kota-kota sepanjang Galileia mampu ditaklukkan pasukan muslim, dan penduduknya diberikan jaminan keamanan dan kepemilikan. Rupaya strategi Umar untuk menaklukkan Yerusalem sangat cerdas. Kota ini bakal dikuasai dengan jalan pengepungan. Di lain sisi Palestina, Yazid Ibn Abi Sufyan dan Muawiyah ternyata juga diutus untuk membantu menaklukkan Yerusalem. Muawiyah membawa pasukan untuk menaklukkan wilayah utara Palestina lainnya. Akhirnya Beirut, Tripoli, Sidon, Byblos, dan Latakia berhasil dikuasai. Sementara itu, Yazid menaklukkan daerah di Palestina sebelah selatan. Daerah yang berhasil dikuasai Yazid dan pasukan muslim adalah Sidon, Tyre, Acre, hingga

14

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Haifa. Usai menaklukkan Haifa, Yazid dan pasukannya bergabung dengan Amr. Dua kekuatan militer ini lantas berjalan menuju Yerusalem. Pangeran Konstantin II, penguasa wilayah Caesarea yang ada barat Palestina, merasa gelisah dengan pergerakan pasukan Islam ke Yerusalem. Dari kota bandar yang ada di pesisir Levantina ini, Pangeran Konstantin II meminta bantuan pasukan Byzantium dari Siprus dan Konstantinopel. Padahal, kala itu, pertahanan Caesaria cukup kuat sebagai daerah kekuasaan Byzantium. Lalu, terbentuklah pasukan Byzantium di bawah komando Artavon yang harus menghadang pasukan Islam yang harus melewati daerah Caesarea untuk bisa sampai ke Yerusalem. Kemudian, pasukan Amr dan Yazid bertemu pasukan Artavon dari Caesarea. Perang hebat pun terjadi di daerah Ajnadin. Atas izin Allah, pasukan Islam menang. Artavon lalu melarikan diri ke Yerusalem. Dari kemenangan inilah rencana penaklukan Yerusalem jadi semakin mudah. Khalifah Umar segera memerintahkan penambahan pasukan untuk mendukung Amr. Pasukan yang dipimpin Ubaidah, Khalid, dan Muawiyah diminta untuk membantu setelah sebelumnya menaklukkan Suriah dan pesisir Levantina. Dan, pasukan Islam pun mengepung sepanjang kota selama musim dingin. Rasa gentar dihadapi oleh Artavon dan Patriarch Sophronius. Patriarch adalah uskup agung gereja Yerusalem. Mereka beradu mulut. Artavon tidak ingin bila Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi, Patriarch menginginkan Yerusalem diserahkan pada pasukan Islam dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan. Perdebatan itu disaksikan oleh orang-orang di dalam gereja yang letaknya dalam benteng. Dan, orang-orang ini menyetujui ide Patriarch. Lantas dikirimlah utusan gereja menemui pasukan Islam. Utusan ini menyampaikan bahwa Yerusalem akan diserahkan dengan beberapa
15

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

syarat. Yaitu, penyerahan kota tidak dilakukan dengan jalan peperangan, pasukan Byzantium dibiarkan untuk menuju Mesir, dan Khalifah Umar diminta datang ke Yerusalem untuk serah-terima kunci kota. Abu Ubaidah yang menerima utusan gereja itu menyanggupi permintaan yang ada. Setelah kabar gembira ini disampaikan ke Umar, beliau pun segera menuju Yerusalem. Masyarakat kota ini bahkan menyiapkan arakan untuk menyambut Umar yang bagi mereka cukup disanjung sikap adilnya. Tapi, arakan ini mendadak hilang. Pasalnya, orang-orang di Yerusalem hanya melihat dua orang dan seekor unta. Salah satunya naik ke punggung unta. Sungguh, tidak tampak seperti kedatangan penguasa di zaman sekarang ini yang penuh dengan penyambutan mewah. Penduduk kota menyangka Umarlah yang naik di punggung unta. Justru sebaliknya, yang di punggung unta adalah pengawal Umar. Ternyata mereka bergantian naik unta selama dalam perjalanan. Umar tidak egois membiarkan pengawalnya kelelahan. Kejadian ini menambah kagum penduduk Yerusalem terhadap pemimpin barunya.. Apalagi, Umar hanya memakai pakaian lusuh, bekal makanan seadanya, dan satu tikar untuk sholat. Sesampainya di kota, Umar disambut Uskup Patriarch. Umar diajak ke beberapa tempat suci di kota. Uskup membukakan Gereja Makam Suci kala waktu dhuhur tiba. Maksudnya, Umar dipersilakan shlat dulu di gereja itu. Namun, hal tersebut ditolak Umar. Jika saya melaksanakan shalat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini dimasa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya Gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat diluar, ucap Umar yang tetap menghormati pemeluk agama lain dalam wilayah perlindungan Islam.
16

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

Ketika Umar meminta diantar ke bekas Kuil Sulaiman, dia mendapati reruntuhan itu tidak terawat. Ada banyak kotoran dan timbunan sampah. Umar dan shahabat lainnya membersihkan tempat itu dan menjadikannya tempat shalat. Ke depannya, di tempat ini berdiri sebuah masjid atas perintah Umar. Masjid itu dinamai dengan Masjid Umar. Kemenangan Umar atas Yerusalem hingga seluruh wilayah Palestina. Yordania, pesisir Levantina, dan Suriah, menandai berakhirnya kakuasaan Byzantium (Yunani-Romawi). Setelah dalam genggaman Islam, Palestina hidup dalam naungan pemerintahan Islam. Kabar baiknya, sekali pun sudah berada dalam kekuasaan Islam, hak-hak masyarakat non Islam tetap dilindungi. Ini berkebalikan dengan pemerintahan Zionis Israel di zaman sekarang yang melakukan pembunuhan massal penduduk Palestina untuk merebut tanah suci ini dan seluruh wilayah di sekitarnya.17 c. Madinah Sebagai Negara Adikuasa
Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, pemerintahan Islam menjadi adikuasa dunia memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi Semenajung Arabia, Palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir. Umar ibn Al-Khaththab yang dikenal sebagai negarawan, administrator terampil pandai, dan seorang pembaharu membuat berbagai kebeijakan mengenai pengelolahan wilayah kekuasaan yang luas, ia menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintahan Negara Madinah berdasarkan semangat demokrasi. Untuk menunjang kelancaran administrasi dan operasional tugas-tugas eksekutif, Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan, antara lain : a. Dewan Al-Kharraj ( Jawatan Pajak ); b. Dewan Al-Addas ( Jawatan Kepolisian ); c. Nazar Al-Nafiat ( Jawatan Pekerjaan Umum ); d. Dewan At-Jund ( Jawatan Militer );
17

http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/sejarah-indah-pembebasan-palestina-oleh-khalifahumar.html#.Uck_8zcfnIU. Diakses pada tanggal 17 April 2013.

17

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

e. Baiiat Al-Mal ( Lembaga Pembendaharaan Negara ). Sebagaimana Rasulullah SAW. dan Abu Bakar, Khalifah Umar juga sangat condong menanamkan semangat demokrasi secara intensif di kalangan rakyat, dikalangan para pemuka masayarakat, dan di kalangan para pejabat atau pada administrator pemerintahan. Ia selalu mengadakan musyawarah dengan rakyat untuk memecahkan masalah-masalah umum dan kenegaraan yang dihadapi. Ia tidak bertindak sewenang-wenang dan memutuskan suatu urusan tanpa mengikutsertakan warga negara, baik warga negara muslim maupun warga negara non-muslim.18

18

Dedi supriyadi. Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal 80-82.

18

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah : 1. Umar bin Al-Khaththab, yang memiliki nama lengkap Umar bin Kaththab bin Nufail bin Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin adi bin Kaab bin Luay, dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar. Ayahnya bernama al-Khattab bin Nufail bin Abdul- Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Razah bin Adi bin Ka'b. Ibunya, Hantamah binti Hasyim bin al-Mugirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Dalam hidupnya itu ia menikahi sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan. Sebelum masuk Islam, Umar adalah penantang Nabi Muhammad Saw. Tetapi, setelah masuk Islam dia terrmasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw. 2. Umar bin Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan yang sedang bertempur di medan perang tidak boleh terpecah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang akan menjadi calon penggantinya, lalu ia memilih Umar. 3. Pada periode pemerintahan Umar bin al-Khaththab terdapat beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Umar yaitu pengelolaan kas Negara dan pemberlakuan ijtihad serta sistem lembaga peradilan yang masih berlaku sampai sekarang. Serta terdapat bereberapa perkembangan peradaban pada

19

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

masa tersebut yaitu perkembangan yang ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan dari segi arsitektur. 4. Terdapat peristiwa-peristiwa penting pada masa pemerintahan Umar diantaranya peristiwa ekspannsi Islam yang sebagian besar ditandai dengan penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam keluar Arab. Sejarah mencatat, Umar telah berhasil membebaskan Negeri-negeri jajahan Imperium. Romawi dan Persia yang dimulai dengan awal pemerintahannya, bahkan sejak pemerintahan sebelumnya. Segala tindakan yang dilakukan untuk menghadapi dua kekuatan itu, jelas bukan hanya meyangkut kepentingan keagamaan saja, namun juga untuk kepentingan politik. Semenjak penaklukan Persia dan Romawi, pemerintahan Islam menjadi adikuasa dunia memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi Semenajung Arabia, Palestina, Siria, Irak, Persia, dan Mesir.

B. Saran harapan kami melalui makalah ini adalah semoga dapat bermanfaat bagi kami dan pemabaca mampu memahami isi dari makalah kami serta memberikan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami.

20

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Sejarah Penaklukan Palestina. http://www.muslimdaily.net/artikel/ringan/sejarah-indah-pembebasan-palestinaoleh-khalifah-umar.html#.Uck_8zcfnIU.

Haekal, Husain. 2002. Al-Faruq Umar. Bogor: Pustaka Litara Antarnusa. Nubarok, Jaih. 2003. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Supriadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia Sodiqin, Ali dkk, 2002. Sejarah Peradaban Islam. Editor Siti Maryam. Yokyakarta: Lesfi

21

Khalifah Umar bin Al-Khaththab

22

Anda mungkin juga menyukai