Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FIQH SIYASAH

“KEPEMIMPINAN DAN PETA POLITIK PADA MASA UMAR IBN KHATTAB”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Pada Mata Kuliah : Fiqh Siyasah

Dosen Pengampu : Syaiful Amri, M.Ag

DISUSUN OLEH :

Icha Yuliani Putri (0206213056)

Gladis Novadilla (0206212129)

Rafli Khairy (0206212114)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Puji syukur saya panjatkan kepada ‫ ﷲ‬Swt, atas semua kehendaknya, Shalawat dan
salam kepada Nabi ‫ ﷺ ﷴ‬. Semoga kita dapat menerima syafa’atnya di yaumil akhir

kelak. Kami berhasil menyelesaikan makalah dengan tepat waktu yang berjudul
"Kepemimpinan Dan Peta Politik Pada Masa Umar Ibn Khattab”.

Penulis berharap, pemaparan dalam isi makalah sederhana ini bisa mempermudah
pembaca untuk mengetahui sejarah kepemimpinan dan peta politik pada masa umar ibn
khattab.

Penulis menyadari bahwa hasil makalah yang dibuat masih jauh dari kata
sempurna, dan memiliki kekurangan dari berbagai aspek. Untuk itu, penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan penelitian ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan 29 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Kehidupan Umar
B. Pemilihan Umar
C. Pidato Umar
D. Meneruskan perjuangan Abu Bakar
E. Perluasan Wilayah
F. Mendirikan lembaga-lembaga
G. Musyawarah menjelang Umar Wafat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umar bin Khattab sebagai khalifah yang menggantikan kepemimpinan Abu


Bakar setelah wafatnya. Umar memimpin umat Islam menggantikan Abu Bakar
setelah Perang Riddah dan setelah pasukan Muslim harus menghadapi pasukan
Persia dan Romawi di perbatasan Irak-Suriah. Pemerintahan Umar bin Khattab
dimulai pada tahun 13 H/634 M. dengan hasil yang luar biasa dan karena
panglimanya Khalid bin Walid di bawah Abu Bakar dan karena kebijakan Khalifah
Umar sendiri.1

Mengenai perluasan kekhalifahan Umar, semuanya karena stabilitas politik


negara, tidak ada huru-hara, jadi sangat masuk akal jika pemekaran kali ini adalah
yang paling cemerlang. Selama periode ini, Islam menyebar ke Iran, Asia Barat,
Mesir, dan Afrika Utara. Umar memberikan kebebasan beragama sepenuhnya
kepada rakyat negara. Ia juga menginginkan kebebasan berdakwah dan
mengizinkan umat Islam untuk mengajar pelajaran agama kepada warga yang
masuk Islam. Itu saja sudah cukup bagi Umar, yang tidak mungkin melakukannya
pada masa pemerintahan Persia dan Romawi. terutama selama pajak yang
dikenakan kepada rakyat begitu berat, kini jauh lebih ringan, seperti yang akan
terlihat nanti ketika Islam datang ke Mesir. Dan semua ini dibangun pada masa
Nabi yang dilanjutkan oleh Abu Bakar, dan peran Khalid bin Walid
dipertimbangkan pada masa ini. Karena banyak terjadi pemberontakan pada masa
pemerintahan Abu Bakar, salah satunya adalah perang Riddah melawan kaum
murtad yang dipimpin oleh Abu Bakar kemudian dilanjutkan dengan
berkumpulnya pasukan muslim melawan Romawi dan Persia yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid sebagai panglima.

tentang perang Umar melanjutkan kedaulatan yang dimulai oleh Abu


Bakar, memperluas dan mengembangkan dari perbatasan Cina di timur atas
Cyrenaica di barat dan dari Laut Kaspia di utara hingga Nubia di selatan. Seluruh
unsur ras dan etnis tersebut, terjalin dan berinteraksi dengan identitas masing-

1
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, cet ke I (Malang: UIN Press, 2008), hlm. 32-37.
masing bangsa, kemudian melahirkan peradaban dunia. Sistem pemerintahan
Umar bukanlah hasil pemikiran rasional, juga bukan hasil kerja para ahli hukum
dan anggota Dewan Legislatif yang mengadakan rapat dan membahasnya lalu
berakhir dengan di tuangkan ke dalam suatu keputusan. 2 Ketika Umar berbicara
tentang sesuatu, berpikir adalah cara nomor satu untuk mencapai titik keputusan.
Terkadang Umar juga menemui beberapa orang secara langsung di Masjid
Nabawi untuk mendengar keluh kesah kaumnya dan untuk mendapatkan nasehat
bagaimana mencari solusinya.

Madinah menjadi ibu kota negara yang dasar hukumnya adalah


muyawarah. Dan ke setiap wilayah yang ditaklukkan Umar, cukup mengirimkan
wakil-wakil dari pihaknya untuk memperkuat pemerintahan Madinah dan
mengumpulkan zakat serta menunaikan syariat Islam. 3 Sebagai seorang
pemimpin, ia selalu merasakan apa yang dialami rakyatnya. Bahkan dalam
banyak keadaan, dia menganggap rakyatnya lebih dari dirinya sendiri. Dia ingin
menjadi yang pertama lapar dan yang terakhir merasa kenyang di antara
bangsanya. Sikap Umar bin Khattab merupakan simbol keadilan pemimpin umat
Islam, dalam kepemimpinan dimana kekuasaan sepenuhnya berada di tangan
pemimpin. Ini adalah sikap yang sulit diikuti oleh manajer lain, apalagi manajer
saat ini. Umar juga seorang pemimpin Islam yang dianugerahi “al-Faruq” yang
berarti pembeda antara Kebenaran dan Kebatilan Rasulullah SAW menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin umat Islam. Umar memiliki sikap yang kuat dan teguh
karena untuk pertama kalinya, Umar tidak terpengaruh oleh keadaan buruk orang-
orang di sekitarnya. Kepribadian inilah yang menjadi dasar pondasi yang kokoh
bagi seorang pemimpin. semua ini adalah akibat dari ajaran yang dibawa oleh
Nabi, sehingga begitu mengakar di hati setiap muslim mukmin sejati saat itu. 4

Kepemimpinan Umar bin Khattab selama lebih dari sepuluh tahun sebagai
pemimpin dan kepala pemerintahan yang sungguh unik. Umar sebagai khalifah
tidak hanya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, tetapi juga sebagai
pemimpin rakyat. Dia dekat dengan rakyatnya, milik mereka dan peduli dengan
2
Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab, terj. Ali Audah cet ke IV (Jakarta: PT Pustaka Litera
Antarnusa, 2003), hlm. 635-636.
3
Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, cet.ke-4 (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm. 11-13.
4
Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab, terj. Ali Audah cet ke IV (Jakarta: PT Pustaka Litera
Antarnusa, 2003), hlm. XXV.
kehidupan pribadi mereka. Perannya dalam masyarakat jahiliah sebelum masuk
Islam, kepribadiannya sebagai orang Arab dan kemudian sebagai seorang
Muslim. Sebagai murid dan sahabat Nabi, dengan dia sebagai nabi dan sahabat
lainnya dalam peran kepala negara, karakternya keras dan lembut, dengan segala
tanggung jawab dan kesederhanaan hidup pribadi dan kesederhanaannya adalah
contoh yang sulit ditemukan dalam sejarah.

Selain itu, umar tidak mau menunjuk pejabat yang tidak tahu mandat
karena memang ambisinya menjabat di posisi itu. Ia juga pelopor bahwa setiap
pejabat yang ditunjuk harus terlebih dahulu memeriksa kekayaan pribadinya,
tetapi juga setelah menyelesaikan tugasnya. Ada Khalifah Umar bin Khattab,
beliau rendah hati dalam urusan duniawi. Ia juga dikenal sebagai pemikir yang
cerdas, tangguh dan berani. Selama menjabat sebagai khalifah kedua, ia memiliki
banyak ide kreatif. Seringkali, ide-ide ini berbeda secara tekstual, bahkan
bertentangan dengan ketentuan normatif yang mapan dan diterima dengan baik di
masyarakat.5

Pada masa pemerintahan Panglima Tertinggi, Khalifah Umar bin Khattab,


dia adalah kepala negara dan kepala negara sementara. Pemerintah pengganti
Abu Bakar adalah Khalid bin Walid. Dia adalah seorang panglima perang yang
dihormati oleh musuh-musuhnya dan dicintai oleh teman-temannya. Panglima
Tertinggi, yang tidak pernah kalah sepanjang karirnya, memimpin para prajurit ke
medan perang. Dan ketika dia masih menjadi panglima Quraisy dan setelah dia
masuk Islam dan menjadi panglima perang Muslim. Namanya bersinar di mana-
mana, semua orang memujinya.

Ke mana pun dia pergi, dia selalu disambut dengan teriakan: "Hidup Khalid,
hidup jenderal, hidup panglima perang, hidup pedang Tuhan yang terhunus."
Khalid juga seorang ahli strategi militer, ahli semua senjata, terampil menunggang
kuda dan karismatik di antara prajuritnya. Dia tidak sombong dan berpikiran
terbuka bahkan ketika dia berada di puncaknya.

kepopuleran Kehadiran Khalid di kalangan umat Islam memunculkan kata


tauhid dengan perjuangan jihad. Dia juga seorang pemimpin militer yang
menghadapi kemenangan tentara Persia dan Romawi. Strateginya dalam perang
5
Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove, 2000) hlm. 45.
sangat efektif, meski timnya sering kalah jumlah secara tidak proporsional
dibandingkan musuh. Namun Khalid mampu mengatur pasukannya dan
memberikan instruksi dengan perhitungan yang matang, sehingga sehebat
apapun musuh di hadapannya, hatinya tidak gentar. Namun, kerasnya keadilan
dan disiplin yang diterapkan Khalifah Umar bin Khattab, khususnya dalam disiplin
militer, juga mengesankan para pemimpin dunia. Karena disiplin dianggap sangat
kuat sehingga terkesan tidak masuk akal. Misalnya, Khalid bin Walid adalah
seorang jenderal brilian yang memutuskan untuk membebaskan Irak, Syam dan
sekitarnya dan secara brilian mengusir kaisar Romawi Heraklius kembali ke
negaranya. Namun karena beberapa kesalahan, Khalid mendapat hukuman berat
dan diturunkan pangkatnya karena dianggap telah melanggar disiplin militer
bahkan diduga melanggar ketentuan undang-undang yang ada. 6Namun, Umar
adalah kepala pemerintahan tertinggi, betapapun berpengaruhnya Khalid di
tengah masyarakat dan betapa tangguhnya Khalid di berbagai medan
pertempuran. Khalid harus tetap setia kepada Umar.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, terjadi peristiwa yang menjadi
perbincangan bangsa saat itu. Salah satu kebijakannya adalah mencopot Khalid
bin Walid sebagai panglima perang. Meskipun Khalid adalah pemimpin militer
tertinggi, dihormati oleh tentara dan musuhnya, dia tidak pernah kalah dalam satu
pertempuran pun. Harusnya ada pertimbangan dan hukuman yang tepat, bukan
pemecatan. Di bawah Khalifah abu bakar, Khalid melakukan kesalahan dengan
membunuh tanpa seizinnya, tetapi dia tidak dipecat. Namun, memang banyak
orang yang kagum dengan kegagahan Khalid di medan perang, sehingga
Khalifah Umar merasa resah ketika orang-orang tersebut jatuh dalam kesyirikan
karena mengharapkan menang sebab Khalid bin Walid. jadi kebijakan khalifah
harus memberhentikan Khalid.

B. Rumusan Masalah

Beberapa tinjauan rumusan masalah:

1. Bagaimana kehidupan umar ibn khattab ?


2. Bagaimana proses pemilihan umar ibn khattab ?

6
Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab, terj. Ali Audah, cet ke IV (Jakarta: PT Pustaka Litera
Antarnusa, 2003), hlm. Vii.
3. Apa isi pidato umar ibn khattab ?
4. Apa saja penerusan perjuangan abu bakar di masa umar ibn khattab ?
5. Bagaimana perluasan wilayah di masa umar ibn khattab ?
6. Lembaga apa saja yang dibagun oleh umar ?
7. Bagaimana proses musyawarah menjelang umar meninggal ?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah:

1. Mengetahui kehidupan umar ibn khattab


2. Mempelajari proses musyawarah pada saat pemilihan umar
3. Mengetahui isi pidato umar ibn khattab
4. Mengetahui perjuangan umar dalam meneruskan kebijakan abu bakar
5. Mengetahui perluasan wilayah di masa umar ibn khattab
6. Mengetahui lembaga apa saja yang di bangun di masa umar ibn khattab
7. Mempelajari musyawarah yang dipakai di saat menjelang umar ibn khattab
wafat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kehidupan Umar

Umar menghabiskan separuh hidupnya dalam ketidaktahuan. Ia kemudian


tumbuh besar seperti anak-anak Quraisy lainnya. lain karena termasuk orang
yang mau belajar dan yang bisa membaca dan menulis. pada saat itu banyaknya
orang yang ingin belajar dan mengetahui cara membaca dan menulis dengan
baik. Saat itu sangat sedikit orang yang ahli di bidang itu. Sejak kecil ia terbiasa
bertanggung jawab. itu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan yang sulit,
bukan dalam kehidupan yang bahagia dan kaya. ayahnya al-khattab
membawanya ke dunia kehidupan yang keras, yaitu ke dunia penggembala. dia
merawat unta ayahnya. Perlakuan kasar ayahnya ini meninggalkan kesan buruk
pada 'Umar. Dia akan mengingat ini selama sisa hidupnya.

Abdurrahman bin Hathib menceritakan hal berikut: Saya pernah bersama


Umar bin al-Khattab di bukit Dhajanan.7 Umar berkata: Aku biasa
menggembalakan unta al-Khattab di tempat ini. Dia tegas dan berbicara keras.
Kadang-kadang al-Khattab menyuruhku menggembalakan unta dan kadang-
kadang mengumpulkan kayu bakar."8 karena fase kehidupan Umar saat itu sangat
sulit, sehingga beliau sering menyebutkan dan mengingatnya. Sa'id bin Al-
Musayyab memberi tahu kita tentang hal itu dengan mengatakan: "Umar pergi
untuk menunaikan haji yang Dia inginkan. Saya biasa menggembalakan unta Al-
Khattab. Di lembah itu mengenakan kain wol, Al-Khattab adalah orang yang
sangat kasar dan kasar . Dia membuatku lelah saat aku bekerja dan memukuliku
saat aku melalaikan pekerjaanku. Terkadang aku sendirian di lembah ini sampai
malam."
Umar tidak hanya menggembalakan unta milik ayahnya, tapi juga
menggembalakan unta milik beberapa bibinya dari marga Makhzum, ujarnya saat
menjabat sebagai khalifah. Dia bercerita tentang perjalanan hidupnya dengan
tujuan agar ia tau tentang ukuran dirinya.

Suatu hari dia berkata di depan umat Islam bahwa sebelumnya dia hanya
seorang penggembala kambing dan unta untuk melihat orang-orang di dunia Bani
Makhzum. Muhammad ibn Umar Al-Makhzumi berkata tentang ayahnya: “Suatu
hari Umar menyerukan adzan. Sementara orang-orang berkumpul dan berdoa di
komunitas, dia naik ke mimbar. Setelah mengucapkan syukur atas kehadiran dan
berkah Allah atas Nabi , beliau menyampaikan kepada hadirin: “Hai bapak ibu
sekalian, tadi malam saya bermimpi sedang menggembalakan kambing dan unta
milik beberapa bibi saya dari Bani Makhzum. Mereka memberi saya segenggam
kurma dan kismis. Saya masih ingat masa lalu saya,” ketika Umar turun dari
mimbar. “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau menyalahkan dirimu sendiri?”
kata Abdurrahman bin 'Auf. Umar menjawab: “Celakalah kamu wahai bin’ ‘Auf, aku
benar-benar berusaha melupakan kenangan itu, tapi hati kecilku berkata
kepadaku: “Kamu adalah Amirul Mukmin, jadi siapakah orang yang paling hebat

7
Dhajanan adalah nama sebuah bukit yang berjarak sekitar 25 km dari makkah
8
Tarikh Ibnu ‘Asakir, 52/268 dan Ibnu sa’ad, Ath-Thabaqat Al-Kubra, 3/266
darimu?” Maka aku ingin persembahkan jiwaku, pada hakekatnya yang
sebenarnya. Tidak diragukan lagi bahwa penggembalaan kambing dan unta yang
dipraktikkan Umar di Mekkah sebelum masuk Islam memberinya beberapa sifat
positif seperti: . sifat tangguh, memikul beban dan keberanian menghadapi
sesuatu.

Pada zaman Jahiliyah, Umar tidak hanya berprofesi sebagai penggembala.9


Sejak usia dini, ia juga sedikit berbakat dalam berbagai olah raga, ia piawai gulat
dan berkuda, selain itu ia juga piawai mengarang dan menyanyikan puisi..10 Dia
juga memperhatikan masalah sejarah dan urusan kaum Quraisy. Ia tertarik
mengunjungi pasar-pasar penting Arab seperti Pasar Ukazh, Pasar Majannah dan
Pasar Dzu Al-Majaz. Ketika dia mengunjungi pasar-pasar ini, dia sering berdagang
dan mempelajari sejarah masyarakat Arab serta belajar tentang peristiwa terkini,
kontes kebanggaan dan konflik suku. Di pasar besar ini, kemungkinan mengarang
dan menyanyikan puisi terkadang diatur di antara penyair terkemuka. membuat
sejarah bangsa Arab menjadi dinamis, tidak statis. Terkadang pertunjukan di
pasar ini menyebabkan perang antar suku. pasar 'ukazh sendiri melawan api
perang 4 kali perang antar suku ini dikenal sebagai perang Al-fajjar.11

Umar juga menekuni dunia perdagangan, ia meraup untung besar dari


profesi yang ditekuninya, sehingga ia menjadi salah satu orang terkaya di Makkah.
ia menyerap berbagai ilmu dari daerah-daerah yang dikunjunginya selama misi
dagangnya. di musim panas dia melakukan perjalanan dagang ke Syam, dan di
musim dingin dia melakukan perjalanan dagang ke Yaman.12

B. Pemilihan Umar

Umar menjadi Khulafaur Rashidun melalui wasiat yang dibuat oleh Khalifah
Abu Bakar sebelum wafatnya pada 8 Jumadil Akhir 13H. Sebelum meninggal, Abu
Bakar jatuh sakit di kediamannya. Dia kemudian memanggil beberapa sahabat
untuk menentukan raja yang akan memimpin komunitas Muslim berikutnya.
Padahal, Abu Bakar yakin akan memilih Umar sebagai penggantinya. Namun, ia
9
Al-faruq ma’a An-Nabi, hal. 6.
10
Ali Hasan Ibrahim, At-Tarikh Al-Islam Al-A’m, hal. 226 dan Faruq Majdalawi, Al-Idarah Al-Islamiyah fi ‘Ahd
Umar bin Al-Khathab, hal. 90.
11
Ali Ahmad Al-Khatib, Umar bin Al-Khathab: Hayatuh, ‘Ilmuh, wa Adabuh, hal. 153.
12
Muhammad Ahmad Abi An-Nashr, Umar bin Al-khathab, hal. 17.
tetap menuntut perhatian dari para sahabatnya, seperti Abdurrahman bin Auf,
Utsman bin Affan dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah bermusyawarah, semua
sahabat sepakat Umar bin Khattab diangkat sebagai raja berikutnya menggantikan
Abu Bakar. Sidang Prima Abu Bakar kemudian meminta Utsman bin Affan untuk
menulis surat wasiat atas pengangkatan Umar, yang selanjutnya disegel dan
disimpan sebagai dokumen negara. Sebelum disegel dan disimpan sebagai
dokumen negara, Khalifah Abu Bakar juga meminta wasiatnya dibacakan di
hadapan umat Islam.

Umar bin Khattab adalah Khulafaur Rashidin kedua, penguasa setelah Abu
Bakar.Di bawah kepemimpinannya, umat Islam muncul sebagai kekuatan baru di
Timur Tengah. Umar bin Khattab menjadi khalifah selama sepuluh tahun, yaitu
dari tahun 634 sampai 644.

Ia resmi menjadi Khulafaur Rashidin kedua menggantikan Khalifah Abu Bakar


yang wafat pada tahun 634.

C. Pidato Umar

ّ L‫ وإ ّني بخيل فس‬،‫ وإ ّني ضعيف فقوّ ني‬،‫" الله ّم إ ّني شديد فلي ّني‬Saudara-saudara! Aku hanya
‫خني‬L
salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah
Rasulullah (Abu Bakar) aku enggan memikul tanggung jawab ini. Ya Allah, aku ini
sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka
berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah
hati."

Di mimbar, dia mengingat soal kebajikan orang-orang dan menurunkan tingkat


kerendahan hatinya, lalu memuji Allah SWT dan berkata kembali:

‫وم‬LL‫بر ي‬LL‫رض األك‬L‫وا للع‬LL‫ وتزين‬،‫وا‬LL‫ل أن توزن‬LL‫كم قب‬LL‫وا أنفس‬LL‫ وزن‬،‫ه‬LL‫وا من أهل‬LL‫ واعملوا به تكون‬،‫اقرءوا القرآن تعرفوا به‬
‫ي من‬LL‫زلت نفس‬LL‫ أال وإ ّني أن‬،‫ية هللا‬LL‫اع في معص‬LL‫ق أن يط‬L ّ ‫ إ ّنه لم يبلغ‬،‫تعرضون على هللا ال تخفى منكم خافية‬
ّ L‫حق ذي ح‬
‫ وإن افتقرت أكلت بالمعروف‬،‫ إن استغنيت عففت‬،‫مال هللا بمنزلة ولي اليتيم‬
"Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu
umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang, hiasi dirimu untuk persembahan
terbesar pada hari ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT. Bukan
aku menurunkan diriku dari kekayaan Allah SWT dalam status sebagai wali yatim
piatu. Jika kalian puas, maka akan diampuni, jika kalian miskin, maka akan makan
enak." Selanjutnya, Umar bin Khattab menyampaikan:

‫آلو‬LL‫ وال يتغيّب ع ّني ف‬،‫ فوهللا ال يحضرني شيء من أمركم فيليه أحد دوني‬،‫ صاحبي‬L‫ وابتالني بكم بعد‬،‫إنّ هللا ابتالكم بي‬
‫ع‬LL‫ ويمكن الجم‬،)‫اؤوا ألنكلنّ بهم‬LL‫ ولئن أس‬،‫نن إليهم‬LL‫نوا ألحس‬LL‫ وهللا لئن أحس‬،‫ واألمانة‬-‫يعني الكفاية‬- ‫فيه عن أهل الجزء‬
‫ وأنّ الرواة كان نقلهم لِما حفظوه منها‬،‫بين ك ّل ما جاء عن خطبته األولى بالخالفة‬

"Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian.
Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian. Tidak
ada persoalan kalian yang harus aku hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain
kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan
terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan, tetapi
kalau berbuat jahat, terimalah bencana yang akan kutimpakan.".

Setelah dilantik menjadi khalifah, `Umar berpidato di hadapan umat Islam


untuk menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakannya
dalam memimpin kaum Muslimin.

"Aku telah dipilih menjadi Khalifah kerendahan hati Abu Bakar sejalan dengan
jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih kuat dari kalian serta juga lebih
mampu memikul urusan-urusan kamu yang penting. Aku diangkat menjadi khalifah
tidak sama dengan beliau. Seandainya aku tahu ada orang yang lebih kuat untuk
memikul jabatan ini dari padaku, maka aku lebih suka memilih memberikan
leherku dipenggal daripada memikul jabatan ini."

Setelah dilantik menjadi kepala negara, 'Umar segera melaksanakan tugas-


tugas kenegaraan. Secara prinsip, 'Umar melanjutkan garis kebijaksanaan yang
telah ditempuh Abu Bakar. Namun karena permasalahan yang dihadapi 'Umar
semakin berkembang seiring dengan perluasan daerah Islam, 'Umar melakukan
berbagai kebijaksanaan yang antisipatif terhadap perkembangan dan tantangan
yang dihadapinya.

Kebijaksanaan yang dilakukan 'Umar sebagai kepala negara meliputi


pengembangan daerah kekuasaan Islam, pembenahan birokrasi pemerintahan,
peningkatan kesejahteraan rakyat, pembentukan tentara reguler yang digaji oleh
negara. Tulisan berikut mencoba mengelaborasi kebijaksanaan tersebut, sehingga
dapat dilihat bagaimana sistem ketatanegaraan yang dilaksanakan oleh Khalifah
'Umar

D. Meneruskan perjuangan Abu Bakar

a. Perluasan Wilayah

Khalifah Abu Bakar terus menyebarkan Islam di Syria di bawah pimpinan


Usamah bin Zaid bin Haritsah. Panglima ini telah dipersiapkan jauh-jauh hari pada
masa Nabi Muhammad SAW. tertunda karena Nabi meninggal. Pada masa Abu
Bakar, pasukan ini bergerak keluar dari tanah Qudha'a dan kemudian memasuki
kota Abil. Khalifah Abu Bakar merencanakan perluasannya ke daerah-daerah
yang dikuasai Kerajaan Persia dan Byzantium. Dia mengirim dua komandan,
Khalid bin Walid dan Musanna bin Harits. Mereka mampu menguasai Hirah dan
beberapa kota lainnya seperti Anbar, Daumatul Jandal dan Farsi.

Perang berakhir ketika Abu Bakar al-Siddiq memerintahkan Khalid bin Walid untuk
pergi ke Suriah. Ia bertugas membantu pasukan muslimin yang kesulitan
menghadapi pasukan Byzantium yang jumlahnya sangat banyak. Musanna bin
Haritsah memimpin tim. Kekaisaran Bizantium menjadikan kota Damaskus di
Suriah sebagai pusat pemerintahan wilayah Arab dan sekitarnya. untuk
menghadapi mereka.

Jumlah pasukan muslimin saat itu 18.000 orang, tentara Romawi 240.000 orang.
Itu sulit bagi pasukan Muslim. Khalifah Abu Bakar segera memerintahkan Khalid
bin Walid untuk pergi ke Syam. Perjalanan 18 hari  melalui 2 lembah gurun yang
belum pernah dilalui. Pertempuran kemudian pecah di tepi Sungai Yarmuk, yang
menjadi Perang Yarmuk. Saat perang ada kabar bahwa Abu Bakar telah
meninggal. Ia digantikan oleh Umar bin Khattab. Khalid bin Walid kemudian
digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Perang ini dimenangkan oleh pasukan
muslimin dan menjadi kunci utama runtuhnya kekuasaan Bizantium di negara-
negara Arab. 

b.. Pengumpulan al-qur’an dan membukukannya

Sepeninggal Nabi SAW, Abu Bakar as-Shiddiq RA diangkat sebagai


penerus Nabi SAW. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan dan
muncullah Musailama yang mengaku sebagai nabi baru. Hal ini tentu sangat
penting bagi umat Islam. Abu Bakar memerintahkan para sahabat untuk
menghancurkan Musailamah dan para pengikutnya. Meskipun nabi palsu ini
berhasil dikalahkan, hanya sedikit dari para sahabat yang gugur syahid.
Kebanyakan dari mereka adalah orang yang telah hafal seluruh Al-Qur'an.

Melihat situasi di atas, Umar bin Khattab RA merasa was-was dan terdorong untuk
merenungkan keabadian Al-Qur'an. Jika para penghafal Al-Qur'an satu persatu
berguguran, bukan tidak mungkin Al-Qur'an akan musnah dari muka bumi.
Akhirnya Umar menyarankan kepada khalifah Abu Bakar RA untuk menjaga
mushaf Al-Qur'an yang berserakan di tangan semua sahabat.

Khalifah Abu Bakar RA dan Umar Bin Khattab menaruh kepercayaan kepada Zaid
bin Thabit RA yang bertugas mengumpulkan mushaf Al-Qur'an. Karya Zaid bin
Thabit didukung oleh para sahabatnya dan diselesaikan dalam waktu singkat,
sekitar satu tahun. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian yang dalam, keyakinan
yang besar, dan tekad yang besar. Sedikit kecerobohan bisa berakibat fatal.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA, tulisan-tulisan Zaid terpelihara dengan
baik. Pada masa pemerintahannya, Umar bin Khattab fokus pada pengajaran Al-
Qur'an. Khalifah Umar mengutus para sahabat ke setiap daerah baru untuk
mengajarkan Al-Qur'an. Karena halaman Al-Qur'an tidak terbagi, maka proses
pengajaran dengan sistem hafalan berada di bawah kendali para sahabat
penghafal Al-Qur'an. Ketika Khalifah Umar RA ditikam sampai mati oleh penjahat,
halaman Alquran diberikan kepada putrinya, yang juga istri Nabi SAW, Hafshah
RA. Penyerahan kepada Hafshah dianggap lebih aman daripada siapapun
yang belum tentu menjadi kepala negara. Penerus umar sebagai kepala negara
diangkat melalui konsultasi dengan para mitra. Oleh karena itu khalifah Umar
sendiri tidak mengetahui secara pasti siapa yang akan menjadi penggantinya dan
tidak ingin mempengaruhi hasil perundingan dengan menyerahkannya kepada
salah satu temannya.

E. Perluasan Wilayah

Adapun rangkaian penaklukan besar yang terjadi pada masa Umar bin Khattab
antara lain:

1. Penaklukan Damaskus

Damaskus adalah kota yang sangat istimewa dengan tanah yang hijau,
tanaman yang subur, kebun yang menghasilkan banyak buah, air yang jernih dan
banyak keindahan lainnya. Pasukan muslim berhasil menaklukan kota tersebut di
bawah pimpinan Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Khalid bin Walid. , Amr bin al Ash,
Syurahbil bin Hasanah dan Yazid bin Abi Sufyan ra. Sebelum kota itu ditaklukkan,
serangkaian pertempuran terjadi di gerbang kota antara pasukan Muslim dan
Romawi untuk melihat siapa yang akan selamat. Kemudian orang Romawi
mencoba meminta perlindungan dari penguasa Tuma, dengan mengatakan:
"Haruskah kami berdamai dengan Muslim, atau apakah Anda akan menawarkan
kami jalan keluar?" kemudian penguasa Tuma pun berjanji akan berperang
melawan pasukan muslimin.

Gerbang Tuma ternyata merupakan pertempuran yang paling merusak saat


itu, begitu banyak pasukan Romawi yang tewas sehingga yang selamat harus
mundur, meninggalkan ribuan kawan yang gugur. Setelah pengepungan selama
tujuh puluh hari, Khalid bin Walid akhirnya bisa menyeberangi parit dengan
sampan. Pasukan Muslim naik ke benteng musuh menggunakan rantai yang
dilemparkan dan kemudian dilemparkan ke atas benteng. Selain itu, mereka
mengikat beberapa simpul untuk seluruh pasukan Muslim untuk memanjat
benteng. Ketika pasukan Muslim berhasil masuk ke dalam benteng, mereka turun
dan dengan mudah membuka gerbang timur. Setelah beberapa waktu,
pertempuran dimulai lagi.13

Ketika pasukan Romawi di dekat gerbang al-Jabiyah mengetahui tentang


peristiwa di gerbang timur, mereka segera mengirim utusan untuk menemui Abu
Ubaidah, mereka menawarkan Damaskus penyerahan damai, Abu Ubaidah
menerima tawaran itu tanpa mengetahui siapa Kholid bin Walid. sedang
mengerjakan. di gerbang timur. Setelah menyerah, Abu Ubaidah tiba di kota, di
tengah kota, dekat Gereja Maryam, sebagian pasukan Khalid bertemu dengan
utusan Abu Ubaidah, yang menerima penyerahan kota dari musuh. Setelah Abu
Ubaidah menaklukkan kota itu dengan cara damai, pasukan Muslim juga
menguasai seluruh Damaskus.

2. Penaklukan Mada'in

Ketika Sa'ad mengumumkan keberangkatan pasukannya ke al Mada'in, dia


berkata kepada pasukannya: "Ucapkanlah nastainu billahi wa natawakkalu alaihi
hasbunallah ta'ala wa ni'mal wakil la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim"
Ketika kaum muslimin tiba di al Mada'in dekat kota ini, pasukan Persia segera
mengangkat perahu dan rakit dari sungai Tigris, lalu membakar semua jembatan
yang menghubungkan dengan kota timur. Namun ternyata Sa'ad berhasil
menggunakan perahu-perahu yang baru dibuat oleh penduduk setempat, di mana
ia dan pasukannya kemudian sampai di Mada'in.

Setelah beberapa musuh terbunuh dan pasukan muslim mendekati al


Mada'in, sebagian besar pasukan musuh melarikan diri dan sebagian dari mereka
terus berjuang mempertahankan al Mada'in. 14 Saat itu, pasukan Muslim harus
menghadapi perlawanan yang kuat selama beberapa waktu. Akhirnya musuh
menyerah ketika tidak mampu menahan pengepungan pasukan muslim di sekitar
kota al Mada'in. Dengan penyerahan ini, salah satu kota terpenting Iran
ditaklukkan. Penaklukan Al Mada'in menjadi titik awal penaklukan pasukan Muslim
terhadap kota-kota Persia lainnya.

3. Penaklukkan Baitul Maqdis

13
Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno, Umar yang Agung, hal. 147.
14
Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno, Umar yang Agung, hal. 152.
Dari Al Jabiyah, Khalifah Umar bin Khattab kemudian bergerak menuju
Baitul Maqdis untuk membuat perjanjian damai dengan orang-orang Nashrani.
Saat itu, Umar bin Khattab mengajukan syarat agar seluruh elemen kekuatan
Romawi segera keluar dari Baitul Maqdis dalam waktu tiga hari sebelum Umar bin
Khattab memasuki Masjidil Aqsa melalui pintu yang dimasuki Nabi SAW pada
malam Isra. Umar bin Khattab kemudian salat tahiyatul masjid, dilanjutkan dengan
salat subuh bersama umat Islam lainnya.15

Pada rakaat pertama, Umar bin Khattab membacakan Surat Shad yang
didalamnya terdapat ayat sajdah, dan pada rakaat kedua Umar bin Khattab
membacakan surah al Isra', setelah shalat Umar bin Khattab bertanya kepada
Ka'ab bin Ahbar tentang letak Shakhra dan Ka'ab bin Ahbar langsung menunjuk
sebuah batu khusus. Umar bin Khattab r.a menanyakan hal ini karena terjadi
perselisihan yang panjang dan sengit antara Yahudi dan Nasrani, setiap kali
Yahudi menang, Nasrani berusaha melenyapkan tempat Shakhra, mengubahnya
menjadi tempat pembuangan sampah. Bahkan sangat umum wanita Kristen
membuang popok mereka di tempat ini. Umat Kristiani melakukan semua kegiatan
tersebut karena Shakhrah adalah kiblat bagi umat Yahudi, sedangkan bagian yang
digunakan umat Nasrani sebagai tempat pembuangan sampah adalah dari
Shakhrah hingga Mihrab Dawud.

Maka pada saat itu Umar bin Khattab tidak dapat mengetahui letak Shakhra
karena batu tertentu itu tertutup kotoran dan kotoran, maka Umar bin Khattab
memerintahkan penduduk Yordania untuk membersihkan semua kotoran dan
puing-puing yang menumpuk di Shakhra.

Dari Shakhrah, Umar bin Khattab memasuki Gereja Makam Suci,


didampingi oleh patriark Sephronius. Ketika Umar bin Khattab berbicara tentang
perjanjian damai dengan Sephronius, waktu sholat tiba, Umar bin Khattab segera
meminta Patriark Agung untuk menunjukkan tempat yang bisa digunakan untuk
sholat, Sephronius segera mengizinkan Umar bin Khattab untuk sholat di gereja.
Umar bin Khattab menolak ini, mengatakan bahwa jika dia berdoa di gereja
bersejarah, dia khawatir itu akan memberikan hak kepada umat Islam untuk

15
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung (Jakarta: Darul Haq, 2014), hal.
286.
mengubah gereja menjadi masjid hanya karena Umar bin Khattab berdoa di
dalamnya.16

Kekhawatiran ini juga yang membuat Umar bin Khattab selalu menolak
untuk berdoa di semua gereja lain agar orang-orang Kristen saat itu benar-benar
percaya bahwa Umar bin Khattab dan umat Islam akan memenuhi semua peluang
perjanjian damai yang mereka miliki dengan orang-orang Kristen. Umar bin
Khattab kemudian melanjutkan perjalanannya dengan Sephronius ke gereja
tempat kelahiran Yesus di Bethlehem, waktu sholat datang lagi saat berada di
gereja, Umar bin Khattab langsung sholat di tempat itu, namun setelah sholat
masalah Umar bin Khattab kembali lagi muncul, dia kemudian menambahkan
klausul dalam perjanjian damai bahwa Gereja Kelahiran Yesus tidak boleh diubah
menjadi masjid hanya karena dia berdoa di gereja.

Menurut Muhammad Sayyid wakil, tindakan Umar bin Khattab yang ingin
salat di gereja tempat Yesus dilahirkan, namun menolak salat di Gereja Makam
Suci dan Gereja Constantine, menunjukkan bahwa bagi umat Islam secara
keseluruhan. permukaan bumi adalah masjid, dan selain itu, mungkin ada kesan di
hati Sephronius bahwa Umar bin Khattab membenci gereja karena tidak
mengatakannya.17

Pada tahun 15 H Khalifah Umar bin Khattab tinggal di al Quds selama


sepuluh hari, Umar bin Khattab menggunakan waktu tersebut untuk menarik
pasukan bersenjata dari daerah ke Quds, seperti yang dilakukan di daerah yang
menandatangani perjanjian damai dengan kaum Muslimin, Umar bin Khattab juga
membagi wilayahnya untuk memfasilitasi fungsi pemerintahan dan menugaskan
penguasa ke masing-masing wilayah. Setelah semua itu, Umar bin Khattab
kembali ke Madinah. 18

Kurang dari setahun setelah menjadi khalifah, Umar bin Khattab


menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah Islam. Pada tahun 635
M Damaskus, ibu kota Suriah, yang dia taklukkan. Setahun kemudian, seluruh
Suriah jatuh ke tangan Muslim setelah pertempuran sengit di Lembah Yarmuk,
sebelah timur anak sungai Yordan. Keberhasilan pasukan Islam dalam
16
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung, hal. 290.
17
Al-Hafizh Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung, hal. 292.
18
Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno. Umar yang Agung, hal. 146.
menaklukkan Syria di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab tidak berbeda
dengan rangkaian penaklukan periode sebelumnya. 19

Khalifah Abu Bakar mengirimkan pasukan besar ke front Syria di bawah


pimpinan Abu Ubaidah bin. ke Jarra. Ketika para prajurit sudah putus asa, Abu
Bakar memerintahkan Khalid bin al Walid yang dikirim untuk memimpin pasukan di
front Irak untuk membantu pasukan Suriah. Dengan gerakan cepat, Khalid dan
pasukannya melintasi padang pasir yang luas menuju Syria. Dia dan Abu Ubaidah
memanggil pasukan Romawi. Pada saat kritis itu, Abu Bakar meninggal dunia dan
digantikan oleh Umar bin al Khattab. Khalifah Umar bin Khattab memiliki kebijakan
yang berbeda: Khalid, yang dipercaya untuk memimpin pasukan Abu Bakar,
diberhentikan Umar bin Khattab dan menggantikannya dengan Abu Ubaidah Ibn al
Jarrah. 20

Hal ini dilaporkan kepada pasukan hanya setelah perang berakhir, agar
konsentrasi pasukan melawan musuh tidak rusak. Damaskus jatuh ke tangan
Muslim setelah pengepungan tujuh hari. Pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu
Ubaidah bin al Jarrh terus merebut Hamah, Qinisrun, Laziqiyah dan Aleppo.
Surahbil dan 'Amru bin al Ash melanjutkan dengan kekuatan mereka untuk
menaklukkan Baysan dan Yerusalem di Palestina. Kota suci umat Islam dan kiblat
pertama dikepung oleh pasukan Muslim selama empat bulan. Kota itu kemudian
direbut dengan syarat Khalifah Umar bin Khattab sendiri menerima "kunci kota"
dari Uskup Agung Sephronius, karena khawatir gereja-gereja akan dihancurkan
oleh pasukan Muslim.

Dari Suriah, pasukan Islam melanjutkan perjalanannya menuju Mesir dan


meraih beberapa kemenangan di wilayah Afrika Utara. Wilayah Mesir telah berada
di bawah kendali Romawi sejak 30 SM, menjadikan wilayah subur Roma sebagai
sumber biji-bijian terpenting. Berbagai pajak mulai naik, menyebabkan kekacauan
di negeri yang pernah diperintah oleh firaun.

Amru bin al Ash meminta izin Khalifah Umar bin Khattab untuk menyerang
daerah tersebut, namun Khalifah Umar bin Khattab tetap ragu karena pasukan
muslimin masih terpencar di beberapa front pertempuran. Akhirnya khalifah

19
Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno. Umar yang Agung, hal. 146.
20
Muhammad Ashraf Lahore, terjemahan Karsidjo Djojosuwarno. Umar yang Agung, hal. 147.
mengabulkan permintaan tersebut dengan mengirimkan 4.000 tentara ke Mesir
untuk membantu ekspedisi tersebut.

Pada tahun 18 H, pasukan Islam mencapai kota Aris dan merebutnya tanpa
perlawanan, kemudian merebut Poelisium (AlFarama), sebuah pelabuhan di
pantai Laut Tengah yang merupakan pintu gerbang ke Mesir. Selama sebulan,
pasukan Muslim mengepung kota dan merebutnya pada tahun 19 H. 21 Pasukan
Muslim merebut kota-kota Mesir satu per satu. Kota Babilonia juga dikalahkan
pada tahun 20 H setelah pengepungan selama tujuh bulan. Alexandria (ibukota
Mesir) dikepung selama empat bulan sebelum direbut oleh pasukan Muslim yang
dipimpin oleh Ubaidah bin Samit, yang dikirim khalifah dari Madinah untuk
membantu pasukan Amru bin al Ash yang sudah berada di garis depan. Perang
Mesir. Cyrus menyimpulkan perjanjian damai dengan Muslim. Dengan jatuhnya
Aleksandria, penaklukan Mesir selesai. Ibu kota negara dipindahkan ke kota
Fusthat, yang dibangun oleh Amru bin al Ash pada tahun 20 H. Berkat pangkalan
di Suriah, kemajuan pasukan dibuka ke Armenia, Mesopotamia utara, Georgia,
dan Azerbaijan.

Begitu pula dengan invasi Asia Kecil selama bertahun-tahun. Sama seperti
perang Yarmuk yang menentukan nasib Suriah, perang qadisiah terjadi pada
tahun 637 M. Khalifah Umar bin Khattab mengirim saad bin abi waqash untuk
menaklukkan kota tersebut. Kemenangan di daerah itu membuka jalan bagi
kemajuan tentara Muslim ke dataran Efrat dan Tigris. Raja Persia Yazdagrid III
melarikan diri setelah pengepungan selama dua bulan. Pasukan Muslim kemudian
mengepung Nahawan dan merebut Ahwaz pada 22 H. 22

Pada tahun yang sama, setelah pertempuran sengit di Nahawan, seluruh


persia sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Muslim. Isfahan juga ditangkap.
Sama dengan Jurjan (Georgia) dan Tabristan, Azerbaijan. Persia, yang kalah
jumlah dengan tentara Muslim 6 banding 1, menderita kerugian besar. Umat Islam
menyebut keberhasilan ini sebagai “kemenangan segala kemenangan” (fathul
futuh). Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kekuasaan Islam pada masa itu
meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, Mesir dan sebagian besar persia.

21
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras, 2000), hal. 130.
22
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, hal. 157.
F. Mendirikan lembaga-lembaga

Beberapa lembaga yang didirikan pada masa umar:

1. Kementerian Negara Perekonomian

Khalifah Umar adalah editor pertama dalam sejarah lembaga keuangan


Islam yang mendirikan Baitul Maal sebagai lembaga yang memelihara dan
mendistribusikan kekayaan umat Islam.

2. Departemen Pekerjaan Umum

Mengatasi masalah yang berkaitan dengan pembangunan ruang publik dan


fasilitas sosial seperti gedung administrasi, irigasi dan rumah sakit.

3. Dapartemen keamanan

Departemen keamanan adalah alat terpenting negara untuk menjaga


keamanan. Departemen ini bukan badan independen, tetapi melapor langsung
kepada kepala negara, karena departemen keamanan adalah alat yang ampuh di
tangan penguasa. sebagai alat kekuasaan, tugas dan fungsinya jelas luhur yaitu
perlindungan kebenaran dan pencegahan kejahatan, dalam tugas dan fungsinya
polisi jauh dari kepentingan golongan.

4. Kementerian Kehakiman

Fungsi departemen ini adalah menyelesaikan perselisihan antar anggota


masyarakat, atau mencegah hal-hal yang dapat merugikan hak-hak masyarakat,
atau menyelesaikan perselisihan antara masyarakat dengan pejabat publik, baik
khalifah, pejabat publik atau pejabat lainnya.

5. Kementerian Pendidikan dan Agama

Bagian itu didirikan karena berencana menyebarkan agama Islam dengan


menaklukkan wilayah. Harus ditekankan bahwa khalifah tidak pernah memaksa
orang untuk menerima Islam, tetapi kekaguman akan penaklukan membawa
orang ke Islam itu sendiri. Pendirian jurusan ini oleh khalifah memberikan
dorongan besar bagi pendidikan masyarakat. Sekolah dasar dibuka di mana-mana
di negara-negara yang ditaklukkan. para sahabat terkemuka yang ahli hukum dan
hadits diangkat sebagai guru umum.

6. Majelis Syura

Konsep K Majelis Syura selalu terbuka untuk didiskusikan dengan semua


orang, bahkan ketika orang mengadukan urusannya. Masalah di tingkat daerah
diserahkan kepada kebijakan gubernur dan aparatur kota, jika dirasa ada
ketidakadilan atau perilaku pejabat yang tidak normal, masyarakat bisa
membawanya ke pusat. Umar dan Dewan Syura memutuskan solusi, dan Umar
tidak segan-segan memecat wakilnya ketika mendapat saran dari masyarakat
bahwa wakilnya telah bertindak tidak adil di bidang ini. Umar benar-benar
mendengarkan rakyat dan menjadi wakil rakyat yang benar-benar teladan.

G. Musyawarah menjelang Umar Wafat

Di akhir masa jabatan Umar bin Khattab, melewati fase yang cukup
panjang. Utsman dipilih atas persetujuan dewan syura yang dibentuk oleh Umar.
Ini karena tidak ada yang lebih baik di antara teman-teman lainnya. Pada awalnya,
Umar melakukan hal yang sama seperti Abu Bakar, yaitu mengangkat salah
seorang sahabatnya sebagai penggantinya, namun sahabat tersebut meninggal
sebelum menjadi khalifah. Ketika Amr bin Maimun meriwayatkan bahwa ketika
umat jatuh sakit karena wabah, Umar ditanya: “Wahai Amirul Mukminin, apakah
kamu sudah memilih penggantimu? jadi siapa itu?" Umar menjawab: "Seandainya
Abu Ubaidah masih hidup, aku akan memanggilnya khalifah. Ketika Allah
mempertanyakan, saya mendengar Rasulullah berkata: "Dia (Abu Ubaidah)
memang orang yang paling dapat dipercaya di antara umatku." Jika itu Salim,
budak Abu Hudzaifa, saya akan memilihnya. Ketika Allah menanyakan hal ini, aku
mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Salim adalah orang yang paling
dicintai Allah." 23

Ketika seorang pria bertanya kepada Umar mengapa dia tidak mengangkat

23
Al-Jazari, Al-Kamil fi Al-Tarikh, jilid II, (Libanon: Darul Kutub,1987), hlm: 459
putranya sendiri Abdullah bin Umar sebagai penggantinya sebagai khalifah,
Umar marah dan mencukupkan menjadi khalifah di keluarganya sendiri. 24 Namun,
jika Umar tidak segera menentukan siapa penggantinya, dikhawatirkan konflik
seperti pada masa Abu Bakar akan kembali mengemuka. Maka para sahabat
mendesak Umar untuk segera menunjuk penggantinya. umar tidak bisa lepas dari
tekanan. Umar tidak menunjuk penggantinya tetapi membentuk tim pembentukan
atau yang dikenal dengan dewan syura. Mereka terdiri dari enam orang sahabat
yaitu: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
'Awwam, Sa'ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin 'Auf dan Abdullah bin Umar.
Namun umar bersikeras agar Abdullah tidak bisa terpilih.

Setelah pengangkatannya, umar menjelaskan aturan pemilihan: jika lima


atau empat orang setuju untuk memilih satu orang dan satu atau dua tidak patuh,
maka bunuh para pembangkang. Jika suara imbang 3-3, keputusan diserahkan
kepada Abdullah bin Umar, tetapi jika tidak tercapai kesepakatan, pemilihan
khalifah di serahkan kepada keputusan Abdurrahman. Tetapi jika masih tidak
setuju, potong mereka yang tidak patuh. Umar bin Khattab melakukan hal itu
seperti para pendahulunya yakni Abu Bakar dan Rasulullah. Tapi dengan cara
yang berbeda.

Dari keenam tokoh tersebut, semuanya Muhajirin dan tidak ada yang
Ansar. Itu didasarkan pada enam teman yang berteman baik dengan teman-teman
lain. Keputusan ini diterima dengan baik kaum Ansar dan orang Arab lainnya.
Kepercayaan kepada Umar membuat mereka tetap patuh terhadap keputusan
yang diambil oleh Umar hingga mendekati ajalnya dan hingga pergantian khalifah
berikutnya. Zuhri mengatakan bahwa sepeninggal Umar bin Khattab berkumpul
para ulama Syura, maka Abdurrahman bin 'auf berkata kepada hadirin:
"Jika kalian mau, saya akan memilihkan untuk Anda dari kelompok Anda, jadi
saya serahkan padanya," dan Miswar berkata bahwa dia tidak menemukan yang
seperti Abdurrahman, demi Allah, tidak ada kelompok Muhajirin dan Anshor dan
lainnya, kecuali mereka yang berkonsultasi. . (istasyara) malam itu. Saat itu
Thalhah sedang tidak berada di Madinah, maka Abdurrahman mengusulkan agar
salah satu dari mereka mundur dari pencalonan agar jumlahnya ganjil. Namun
mereka tetap bertahan dan tidak menyerah. Perdebatan ini muncul dari ambisi
24
Al-Jazari, Loc. Cit
untuk mengontrol kekuatan Islam. Karena sepeninggal Umar, Islam mencapai
kejayaannya di wilayah yang sangat luas dan kekayaan Islam yang sangat
melimpah. Selain itu, persoalan fanatisme etnis kembali mengemuka. Persaingan
antara suku Bani Hasyim dan Bani Umayyah yang masing-masing menginginkan
khilafah dari fraksinya. Maka Abdurrahman  mengalah dan mengundurkan diri,
diikuti oleh Zubair dan Sa'ad. Jadi hanya tinggal Ali dan Utsman. Selain itu,
Abdurrahman yang kepadanya Umar mempercayakan kepemimpinan Syura
mengunjungi beberapa sahabat Nabi dan kepada Utsman.  penduduk Madinah.
Abdurrahman bertanya kepada Utsman siapa yang pantas menjadi Khalifah,
kemudian dia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama diajukan kepada Ali, Zubair
dan Sa'ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman. Jadi suara
Utsman lebih banyak dari suara Ali. Abdurrahman kemudian mengumpulkan umat
Islam untuk membaiat utsman.

Setelah shalat Subuh selesai, Abdurrahman melangkah ke depan orang-


orang sambil mengucapkan Hamdalah dan berkata:
“Amma ba'du, rakyat telah sepakat untuk memilih Utsman dan kamu Ali,
jangan berprasangka,. Ali berkata kepada Utsman:
“Wahai Utsman, adakah engkau mengikuti petunjuk Al-Qur’an, Sunnah dan Nabi
serta kedua khalifah setelah wafatnya?” Utsman menjawab:
"Ya". Maka Ali mengangkat tangan Utsman dan bersumpah setia, dan umat Islam
yang hadir saat itu mengikutinya. Utsman bin Affan bersumpah setia pada hari ke-
3 Muharram tahun 23H/644 M. Sedangkan menurut Al-Jazar, para anggota Syura
berkumpul pada waktu Ashar, dan pada saat itulah Shuhaib mengumandangkan
azan. Lalu Utsman bin Affan keluar untuk shalat bersama kaum muslimin. Dia
adalah orang pertama yang menambahkan seratus dirham ke komunitas dan
menyebarkan berita ke mana-mana. Utsman kemudian berdakwah kepada
jamaah dengan perasaan sangat sedih karena Utsman takut tidak dapat mengatur
amanat dengan baik dan jamaah menerima baiat kepada Utsman. 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai