Anda di halaman 1dari 7

KEPEMIMPINAN KeEMPAT SAHABAT RASURULLAH SAW

Khulafaur Rasyidin merupakan kekhalifahan yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Secara istilah Khulafaur Rasyidin merupakan orang yang ditunjuk sebagai pengganti
untuk memimpin umat Islam yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Rasulullah SAW sebelum wafat tidak meninggalkan wasiat kepada seseorang untuk meneruskan
kepemimpinannya. Pada masa itu ada sekelompok orang berpendapat bahwa Abu Bakar
merupakan seseorang yang berhak meneruskan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Kelompok lain sempat berbeda pendapat, kemudian mereka mengusulkan nama-nama lain yang
menurutnya lebih pantas meneruskan kepemimpinan Rasulullah SAW. Dengan semangat
Ukhuwah Islamiyah, maka Abu Bakar terpilih menjadi orang yang pertama kali menjadi
Khulafaur Rasyidin. Dikarenakan Abu Bakar juga termasuk salah seorang sahabat
Nabi Muhammad SAW yang pertama memeluk agama Islam atau disebut Assabiqunal
Awwalun.
Masa kekhalifahan ini terus berlanjut hingga pada masa Ali bin Abi Thalib. Masing-masing
kepemimpinan memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Lantas siapa saja nama-nama
Khulafaur Rasyidin dan sifat-sifatnya?

1. Abu Bakar As Shiddiq

Abu Bakar As-Shiddiq merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling awal
memeluk agama Islam atau disebut Assabiqunal Awwalun. Beliau juga seorang khalifah pertama
yang ditunjuk oleh umat muslim.

Abu Bakar As-Shiddiq lahir bersamaan dengan tahun kelahiran Rasulullah SAW yaitu pada 572
Masehi di Mekah. Beliau lahir dari seorang ibu bernama Salma Ummul Khair dan ayahnya
bernama Uthman Abu Quhafa.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Abu Bakar ditunjuk sebagai imam shalat
menggantikannya. Hal ini merupakan salah satu tanda bahwa beliau kelak akan menggantikan
posisi Rasulullah SAW dalam memimpin umat. Kemudian melalui musyawarah antara kaum
Muhajirin dan Anshar memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama dalam memulai era
Khulafaur Rasyidin.

Abu Bakar, menjadi satu di antara nama-nama khulafur rasyidin, dan merupakan seorang
terpelajar dan dipercayai dapat menafsirkan mimpi seseorang. Tidak hanya itu, beliau juga
dikenal sebagai sosok yang dermawan, rendah hati dan penyabar. Maka sebagai seorang muslim
kita dianjurkan untuk meneladani beliau.

2. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab termasuk dalam nama-nama khulafaur rasyidin di urutan kedua setelah Abu
Bakar AS-Shiddiq. Beliau lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dari
keluarga kelas menengah. Ayahnya bernama Khattab bin Naufail dan Ibunya bernama Hantamah
binti Hasyim.
Umar tumbuh menjadi sosok yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekah.
Pasalnya beliau salah satu orang yang dikenal pemberani dan memiliki sikap tegas. Maka tak
heran apabila ketegasan dan keberaniannya ini sering dijadikan motivasi oleh umat muslim.

Banyak hal yang perlu kita teladani dari Umar bin Khattab. Sebagai seorang pejuang, beliau
selalu tegas, berani dan tidak mudah menyerah. Sehingga hal ini perlu kita jadikan panutan.

3. Utsman bin Affan

Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga dari masa khulafa Ar-Rasyidin menggantikan
Umar bin Al-Khattab. Nama lengkap beliau ialah Utsman bin Affan bin Abdul Ash bin
Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf. Utsman dikenal sebagai sosok yang begitu dekat
dengan keluarga Nabi Muhammad SAW.

Utsman merupakan sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari strata sosial dan ekonomi tinggi
yang pertama-tama masuk Islam. Beliau dikenal memiliki kepribadian yang baik dan terkenal
memiliki kejujuran serta integritas tinggi.

Di samping itu, Utsman bin Affan juga dikenal sangat dermawan dan baik hati. Maka tak heran
apabila Rasulullah SAW begitu mencintai akhlaknya. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim kita
dianjurkan untuk selalu meneladani sikap dan perbuatan beliau.

4. Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah yang keempat dari nama-nama khulafaur rasyidin.
Beliau merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi menantunya setelah
menikah dengan Fatimah Az-Zahra.

Sejak 6 tahun, Ali bin Abi Thalib sudah diasuh oleh Nabi Muhammad SAW. Sehingga saat Nabi
Muhammad diangkat menjadi rasul, Ali menjadi orang kedua yang menerima dakwah yang
dilakukan Rasulullah setelah Khadijah bin Khuwailid.

Hasil pernikahan dengan Fatimah, Ali dikarunia empat orang anak, dua putra dan empat putri,
yaitu Ummu Kultsum, Zainab, Husain dan Hasan. Selain itu, Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai
pribadi sederhana dan Zuhud. Beliau juga terkenal sebagai panglima perang yang sangat berani.
Sepanjang tahun 2019 negara kita tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia, menggelar
perhelatan akbar yang bernama Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu yang dimaksud adalah upaya
untuk menjaring putra-putri terbaik bangsa untuk memimpin negara ini selama 5 tahun ke depan,
baik di ranah legislatif maupun eksekutif.

Dengan rasa syukur yang setinggi-tingginya kepada Tuhan Yang Maha Esa, perhelatan akbar
tersebut dapat dilalui dengan aman dan damai meskipun ada beberapa pergolakan dan gesekan
antar masyarakat ikut mewarnai perjalanannya.

Membahas soal pemimpin, tentu bagi masyarakat Indonesia tidak sama dalam menilainya, pasti
ada sisi baik dan buruknya. Pandangan yang berbeda terhadap pemimpin tidak hanya terjadi pada
masa sekarang, pada masa kekhalifahan pun juga seringkali terjadi.

Misalnya pada masa ke khalifahan Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib. Namun, di balik
kekurangan dan kelebihan kepemimpinan para khalifah tersebut, sebagai umat Islam patut
mengambil pelajaran dari masing-masing perjalanan kepemimpinan beliau.

Abu Bakar al-Shiddiq


Abu Bakar al-Shiddiq adalah salah seorang sahabat nabi yang selalu membenarkan dakwah Nabi
Muhammad SAW, dari awal masuk Islam hingga akhir hayatnya. Abu Bakar adalah khalifah
pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Selama Abu Bakar memimpin umat Islam, patut kita tiru atau dapat memetik pelajaran dari
goresan sejarah tentang pola kepemimpinan beliau. Selama memimpin, beliau terkenal dengan
keberaniannya dalam menyampaikan kebenaran. Keberanian tersebut juga ditopang dengan sikap
jujur, amanah, tegas, dan sabar dalam menghadapi berbagai problematika.
Selain itu, beliau juga sangat memahami seluk-beluk ilmu agama. Artinya, beliau tidak hanya
pandai menjalankan roda pemerintahan, melainkan juga menguasai ilmu agama yang sangat
mumpuni.

Umar bin Khattab


Setelah Abu Bakar al-Shiddiq wafat, estafet kepemimpinan umat Islam diamanahkan kepada
Umar bin Khattab. Kepemimpinan beliau sangat disegani oleh masyarakatnya, karena
kesederhanaan dan kepeduliannya kepada masyarakat dari berbagai kalangan.

Dalam menjalankan roda kepemimpinannya, Umar bin Khattab memiliki 5 prinsip yang tidak
boleh tidak harus dijalankan dalam pengabdiannya kepada masyarakat dan agama. Pertama,
musyawarah. Dalam menghadapi suatu urusan atau persoalan, beliau tidak pernah menunjukkan
sikap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, melainkan sebagai manusia yang sama derajatnya
dengan anggota musyawarah yang lain. Sebab bagi beliau, setiap persoalan yang ada akan
terselesaikan dengan cara duduk bersama, musyawarah tanpa ego dan ambisi untuk menemukan
jalan keluar yang lebih menitikberatkan pada kesejahteraan masyarakat.

Kedua, kekayaan negara semata-mata untuk masyarakat. Beliau tidak pernah berpikir bahwa
kekayaan negara harus dinikmati oleh dirinya sendiri dan para koleganya. Seluruh kekayaan
yang dimiliki oleh negara adalah milik masyarakat, tak heran jika beliau berpenampilan dan
hidup sangat sederhana. Yang tidak seperti pemimpimpin zaman sekaranga.

Ketiga, menjunjung tinggi kebebasan. Dalam muhasabahnya beliau pernah berkata: Sejak kapan
engkau memperbudak manusia, bukankah mereka dilahirkan ibunya dalam keadaan merdeka?
Beliau sangat tidak menyukai perbudakan, sebab setiap manusia memiliki kebebasannya masing-
masing. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang tidak secara sewenang-wenang
melanggar kebebasan orang lain dan melanggar aturan yang telah diatur oleh agama dan negara.

Keempat, selalu mendengarkan kritik. Seorang Umar bin Khattab dengan gelar yang sematkan:
Amirul Mukminin, tentu saja tidak pernah takut dengan kritik. Sebab bagi beliau, kritik harus
didengarkan supaya kita menemukan kebaikan yang ada dalam diri kita.

Dan yang kelima, hadir dalam setiap perasoalan yang menimpa masyarakatnya. Dalam sejarah
kepemimpinan umat Islam, Umar bin Khattab sangat dikenal dengan pemimpin yang merakyat,
dan tidak pernah menghindar atas persoalan yang terjadi pada masyarakatnya.

Utsman bin Affan


Utsman bin Affan adalah sahabat nabi yang melanjutkan kepemimpinan umat Islam setelah
Umar bin Khattab. Beliau adalah salah satu sahabat yang dijuluki  Dzun Nurain, karena
kedermawanannya yang luar biasa.

Dalam menjalankan kepemimpinan, beliau dikenal sangat lembut namun tegas dalam persoalan
hukum. Akibat ketegasan, kelembutan dan kedermawanannya, Islam menuai keberhasilan dan
kejayaan ditandai dengan perluasan wilayah kekuasaan Islam. Selain itu, beliau juga membentuk
angkatan laut pertama pasukan Islam. Selain berhasil dalam ranah kenegaraan, beliau juga
berhasil menyeragamkan penulisan Al-Qur'an yang hingga saat ini dapat kita baca dan nikmati.

Ali bin Abi Thalib


Khalifah yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Beliau dikenal dengan kecerdasan dan
kejujurannya. Tipikal kepemimpinan beliau berbeda dari sistem sebelumnya. Beliau merangkul
seluruh masyarakat daei bergai kalangan untuk bersama-sama memajukan negara bangsanya.

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai prajurit yang sangat handal, tak heran jika selama
memimpin, beliau sangat memerhatikan kaum lemah dan selalu melindunginya.

Tentu saja dalam setiap perjalan para khalifah yang memperjuangkan islam hingga tersebar luas
sampai sekarang, bukan tanpa kekurangan. Keempat sahabat saling melengkapi dalam
memimpin umat Islam meskipun dalam masa yang berbeda.

Para pemimpin atau calon pemimpin Indonesia, setidaknya memetik pelajaran dalam pola
kepemimpinan sahabat-sahabat nabi demi terciptanya masyarakat yang sejahteran dan
kedaulatan dalam berbangsa dan bernegara. Sifat dasar yang telah ditunjukkan oleh para sahabat
nabi adalah kejujuran, keadilan dan melayani masyarakat tanpa timbang pilih.

Anda mungkin juga menyukai