Anda di halaman 1dari 8

Masa Kemunculan dan

Perkembangan Ad-Dakhil
Ma’had Aly Al-Iman Bulus
Tahun Akademik 1442-1443 H

Oleh : Choirul Anam, Hufron Faqih, Khotim Mubarok,


Saad Lufti
Masa Kemunculan dan Perkembangan Ad-Dakhil

Ad-Dakhil muncul jauh sebelum Islam lahir di Jazirah Arab. Di tengah-


tengah bangsa Arab Jahiliyyah, tinggal sekelompok Ahli Kitab,
dipimpin oleh orang Yahudi yang bermigrasi ke jazirah arab, migrasi
besar itu terjadi pada tahun 70 dari kelahiran Nabi Isa Al-Masih AS.

Migrasi besar ini membawa dampak besar, pada peradaban bangsa


arab. Mereka (bangsa arab) sudah sejak dahulu memiliki adat
bermigrasi ke negara Syam dan Yaman, di sana pula banyak terjadi
interaksi antara bangsa arab dengan. Interaksi ini menjadi pintu lebar
masuknya peradaban Yahudi, untuk menetap di bangsa arab yang
memiliki peradaban hukum rimba dan kebodohan.

Islam dengan kitab Al-Quran hadir membawa berita para nabi dan
ummat terdahulu. Begitu pula dengan taurat dan Injil memuat lebih dari
apa yang dimuat di al-Qur’an (tentang cerita umat terdahulu), terlebih
yang berkaitan dengan kisah-kisah para nabi.

Ketika menceritakan sebuah kisah, manhaj yang digunakan Al-Qur’an


berbeda dari Taurat dan Injil. Al-Qur’an hanya mencukupkan sebuah
kisah pada kejadian-kejadian yang memuat nasihat, dan tidak
menceritakan bagian kisah secara rinci. Sebagaimana kita tahu, Al-
Qur’an banyak tidak menyebutkan nama seorang tokoh dalam kisah
yang sedang diceritakan.

Sebagai contoh, kisah Nabi Adam yang Panjang diceritakan pada surah
Al-Baqarah dan Surah Al-A’raf, dari ayat ini dapat kita temukan,
bahwa Al-Qur’an tidak menyebutkan letak surga, macam pohon yang
dilarang untuk dimakan buahnya, serta tidak menyebutkan jenis hewan
yang menjadi jelmaan syaithon, untuk masuk surga dan menipu Nabi
Adam dan Hawa.

Sedang Taurat menyebutkan semuanya. Taurat menjelaskan bahwa


surga yang dimaksud berada di ‘Adn Timur, dan pohon yang dilarang
berada di tengah surga, bukan hanya itu, namun Taurat juga
menjelaskan bahwa pohon yang dimaksud, adalaah pohon kehidupan,
serta menjadi pohon yang membuat pemakannya mengetahui segala
bentuk kebaikan dan keburukan. Sebagai contoh lain adalah apa yang
Al-Qur’an ceritakan tentang kisah Nabi Isa AS, yang mana disebutkan
dalam Injil secara lebih terperinci.

Kitab Samawi (selain Al-Qur’an) telah hilang dimakan zaman, dan


tidak ada yang sampai dihadapan kita, kecuali Taurat dan Injil. Bahkan
keduanya sudah banyak mengalami perubahan dan penyelewengan,
sehingga yang beredar di masyarakat sekarang, bukanlah Taurat dan
Injil yang diturunkan Allah Taala kepada rasulnya. Di dalam diri
keduanya, termuat kontradiksi dan sekian kemunkaran. Al-Qur’an
secara jelas menyebutkan hal ini dalam QS. Al-Maidah ayat 41 dan Al-
Maidah ayat 15.

Banyak dari golongan Ahli Kitab yang masuk Islam karena


memandang adanya keserasian antara Al-Qur’an dengan Taurat dan
Injil, di beberapa pembahasan.

Pada zaman dahulu, sebagian sahabat menggali informasi tentang


kisah-kiash Al-Qur’an kepada para Ahli Kitab. Imam Husein Adz-
Dzahabiy memberikan gambaran sebagai berikut;”Ketika para sahabat
menjumpai sebuah kisah dalam Al-Qur’an, mereka tergerak untuk
menggali informasi tentang bagian kisah yang tidak disebutkan oleh
Al-Qur’an. Pada waktu itu mereka tidak menemukan seseorang yang
dapat menjawab pertanyaan ini, kecuali pada mereka Ahli Kitab, yang
masuk Islam dan membawa peradaban agama. Sehingga mampu
memberikan informasi tentang Khobar dan kisah agama”.

Meskipun begitu, para sahabat tidak menanyakan segala sesuatunya


pada Ahli Kitab, serta tidak menerima segala sesuatu dari mereka. Para
sahabat hanya menanyakan sesuatu yang mereka anggap belum mampu
menjelaskan sebuah kisah, dan menjelaskan apa yang mujmal dari Al-
Qur’an, serta tidak mengambil langkah pada Khobar yang diberikan
kepada mereka.

Sebagaimana mereka tidak menggali informasi dari Ahli Kitab tentang


hal-hal yang berkaitan dengan aqidah. Mereka juga tidak beralih untuk
bertanya kepada mereka, jika ditemukan Riwayat yang tsubut
keberadaannya dari Rasulullah SAW.

Antusiasme para sahabat dalam perihal menggali informasi dari para


Ahli Kitab, membuat mereka berkenan untuk menolak dan
memberikan kembali jawaban yang benar, jika para Ahli Kitab
menjawab pertanyaan mereka dengan salah.

Hadis riwayat Bukhari dari Abi Hurairah

‫وهو‬،‫ فيه ساعة ال يوافقها عبد مسلم‬:‫النب صىل هللا عليه وسلم ذكر يوم الجمعة فقال‬
‫أن ي‬
‫قائم يصىل يسأل هللا تعاىل شيئا إال أعطاه إياه وأشار بيده يقللها‬.
Dalam penentuan waktu ini terjadi khilaf, apakah ditetapkan atau
dihilangkan? Dan jika ditetapkan, apakah disatu Jumat dalam satu
tahun atau disetiap Jumat?.

Abu Hurairah bertanya kepada ka'ab tentang hal itu. Kemudian Ka'ab
menjawab, waktu ini dihari Jumat satu kali dalam satu tahun. kemudian
abu Hurairah menolak nya dan menjelaskan, waktu ini ada disetiap hari
Jumat. Kemudian Ka'ab kembali ke kitab taurat dan melihat kebenaran
ada pada abu Hurairah. Kemudian Ka'ab kembali ke pada abu Hurairah.
Abu Hurairah bertanya kepada Abdullah bin salam tentang perincian
waktu ini. Abu Hurairah: "beritahu lah saya" Abdullah bin salam:
waktu ini adalah akhir waktu dihari Jumat. Abu Hurairah: bagaimana
bisa waktu ini ada diakhiri waktu dihari Jumat dan nabi pernah
bersabda(‫)اليصادفها عبد مسلم وهو يصىل‬

Abdullah bin salam: apakah Rasulullah tidak bersabda:


‫ىف الصالة ى‬
‫الحديث من جلس مجلسا ينتظر الصالة فهو‬.....‫حب يصىل‬

Syekh abu Zahrah menjelaskan, sahabat dalam memahami makna Al


Qur'an dan kisah-kisah yang ada didalamnya berpegang pada Al Qur'an
itu sendiri dan hadis sohih. beberapa tema diambil dari penafsiran
sahabat dan pemahaman kisah"yang ada dalam Al Qur'an. yang
meriwayatkan dari sahabat tidak banyak,penisbatan kepada sahabat
kira"nya sedikit. Hal ini dikarenakan sahabat hanya menjelaskan
sesuatu yang berkaitan dengan halal dan haram.

Akan tetapi, setelah orang Yahudi dan Nasrani masuk Islam mereka
menyiarkan kisah"dan kebohongan diantara orang muslim. Maka
ditemukan orang yang menjelaskan kisah tidak berdasarkan Al Qur'an
dan hadits, jelasnya diakhir masa Khulafaur Rasyidin. Ketika
kebohongan sudah menyebar para sahabat tidak setuju.

Setelah itu, muncul penempatan dalam tafsir dan hadits pada tahun 41
H, ketika orang muslim berbeda kebijakan dan terpecah menjadi Syiah
khawarij dan jumhur. ketika ada seseorang dari ahli bid'ah dan ahli
ahwa' menyebarkan bid'ah dan fanatik. Ketika Orang yang menyimpan
kekafiran dan melepaskan keislaman dengan tujuan untuk memperdaya
dan merusak Islam. Maka mereka menetapkan tafsir dan hadits dari
riwayat bathil supaya tertuju pada beberapa tujuan yang buruk dan
senang keburukan.

Dan ketika zaman para sahabat berlalu dan datangnya zaman


pengikut(tabiin), para penyusup menemukan pintu yang lebih lebar
untuk menyusup ke tafsir, karena banyaknya yang masuk Islam dari
Ahli Kitab. Hal tersebut merupakan gambaran Doktor Ad-Dzahabi
kemudian beliau berkata :

Adapun pemeluknya berkembang dengan mengambil dari Ahli


Kitab, sehingga banyak riwayat-riwayat Israel pada zamannya dalam
penafsirannya, hal ini disebabkan banyaknya orang dari Ahli Kitab
yang masuk Islam, dan kecenderungan jiwa manusia untuk mendengar
secara rinci apa yang dimaksud Al-Qur'an dalam hal peristiwa-
peristiwa Yahudi atau Nasrani, sehingga muncul sekelompok
insolventor di era ini yang ingin mengisi celah-celah penafsiran
tersebut dengan apa yang terdapat dalam orang-orang Yahudi dan
Nasrani, sehingga mereka mengisi tafsir dengan banyak cerita yang
kontradiktif, dan di antaranya: Muqatil bin Sulaiman, yang meninggal
pada tahun 150 H.

Apa yang dilupakan Abu Hatim adalah bahwa dia mengambil


pengetahuannya tentang Al-Qur'an dari orang-orang Yahudi dan
Kristen dan mengambil sesuai dengan apa yang ada dalam kitab-kitab
mereka.

Yang membuktikan ini adalah apa yang datang dari beberapa


komentator di era Pengikut bahwa mereka menjelaskan Al-Qur'an
dengan sesuatu yang mirip dengan meramal tentang masa depan dan
mengantisipasi apa yang dicakupnya, terdapat dalam tafsir Al-Alusi
bahwasannya Muqotil bin Sulaiman meriwayatkan dalam firman Allah
swt ; Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya),
melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami
azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian
itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).

Ini kembali ke penaklukan Konstantinopel dan penghancuran


Andalusia dan negara-negara lain. Dilaporkan dari dia bahwa dia
berkata: Saya menemukan pada kitab al-Dahhak ibn Muzahim dalam
interpretasinya (Adapun Mekah, Abyssinia akan merusaknya, dan
Madinah akan dihancurkan oleh kelaparan, dan Basra dengan
tenggelam, dan Kufah dengan meninggalkan dan gunung-gunung oleh
petir dan getaran, dan Khorasan akan dihancurkan oleh api. Kemudian
dia menyebutkan negara demi negara.
Diriwayatkan dari Habbah bin Munabbah : Jazirah ini aman dari
kehancuran sampai Armenia hancur, dan Armenia aman sampai Mesir
hancur, dan Mesir aman sampai Kufah hancur , dan peperangan yang
kejam tidak terjadi sampai Kufah hancur, adapun ketika terjadi
peperangan kejam maka tertakhluklah kota Konstantinopel pada
kekuasaan seorang laki-laki dari Bani Hasyim, dan hancurlah Andalus.

Kemudian adalah zaman setelah tabiin, sehingga riwayat penyusup


meningkat, dan mereka tidak menolak suatu pernyataan meskipun
bertentangan dengan akal dan pikiran, dan ini terbantu dengan adanya
sebagian dari mereka yang terlibat dalam penafsiran, dan sebenarnya
mereka tidak terbukti keikhlasannya, seperti: Muhammad Ibn al-Sa'ib
al-Kalbi, dan Muqatil ibn Sulayman. Dan Muhammad bin Marwan Al-
Suddi Al-Saghir, karena Al-Kalbi adalah seorang Saba, disembunyikan
oleh cinta umat Allah dan ketulusan mereka kepada mereka. Di
dalamnya, Ahmad Ibn Zuhair berkata: Saya berkata kepada Ahmad Ibn
Hanbal bahwa diperbolehkan untuk mempertimbangkan interpretasi al-
Kalbi. Dia berkata tidak.

Anda mungkin juga menyukai