Anda di halaman 1dari 3

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

NAMA : MUTIA SAHUPALA

KELAS : IQT B, SEMESTER 5

NIM : 203042046

TUGAS : QIRA'AT (MERESUME JURNAL)

PENGARUH QIRA'AT TERHADAP PENAFSIRAN

Faizah Ali Syibromalisi

Email : faizahalis@gmail.com

Dosen tetap Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Definisi Qira'at

a. Secara etimologis, qira'at berasal dari kata ( ‫) ق ر ا‬. Dari kata dasar ini lahir kata qur'an
dan qira'ah. Kedua kata ini mempunyai makna :
 Menghimpun dan menggabungkan (al-jam'u) yaitu menghimpun dan
menggabungkan antara satu dengan yang lainnya.
 Membaca (al-tilawat) yaitu mengucapkan kalimat-kalimat yang tertulis, seperti
ungkapan aku membaca kitab (mengucapkan atau membunyikan huruf). Tilawah
disebut qira'ah karena menggabungkan suara-suara huruf menjadi satu dalam pikiran
untuk membentuk kalimat-kalimat yang akan diucapkan.
b. Secara terminologi qira'at didefinisikan oleh Abu Syamah sebagai : "Ilmu yang
membahas tentang tata cara melafalkan kosa kata Al-Qur'an dari segi perawinya.
Sedangkan Abd Fattah mendefinisikannya sebagai : "Ilmu yang membahas tentang tata
cara pengucapan kata-kata Al-Qur'an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati
(ulama ahli Al-Qur'an) ataupun yang terjadi perbedaan pendapat, dengan menisbatkan
setiap model bacaannya kepada seorang imam qira'at.
c. Al-Zarkasy mendefinisikan qira'at dan menghubungkannya dengan Al-Qur'an. Ia
mengatakan bahwa : "Perlu diketahui bahwa Al-Qur'an dan qira'at adalah dua hal yang
berbeda. Yang dimaksud dengan Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada
Muhammad saw yang berfungi sebagai penjelas (ajaran agama Islam) dan sebagai
mukjizat (bagi rasul). Sementara qira'at adalah perbedaan beberapa lafal wahyu (Al-
Qur'an) dalam hal penulisan huruf maupun cara artikulasinya, baik secara takhfif
(membaca tanpa tasydid), tatsqil (membaca dengan tasydid) dan lain sebagainya.

2. Kondisi Bangsa Arab Ketika Al-Qur'an Diturunkan

Bangsa Arab terdiri dari kabilah-kabilah yang terpencar di beberapa kawasan di semenanjung
Arab. Mereka yang tinggal di perkampungan seperti suku Tamim, Qais, Sa'd, dan lainnya
mempunyai tradisi, logat, dan dialek tersendiri. Sementara yang di perkotaan juga
mempunyai tradisi dan dialek atau gaya bicara yang berbeda pula.

Dialek yang dimiliki suku pedalaman cukup beragam, seperti : Imalah, atau mengucapkan
huruf 'a menjadi huruf 'e seperti sate. Orang dari suku badui, karena ingin meringkas
perkataan kerap melihat huruf seperti mengucapkan dua huruf menjadi satu huruf yang
dikenal dengan sebutan idgam, dan masih banyak lagi dialek dari suku lainnya.

3. Pengertian Sab'ah ahruf dan Qira'at Sab'ah

a. Sab'ah artinya tujuh ada juga yang mengartikan banyak, dan lain-lain. Sedangkan ahruf
berarti salah-satu huruf hijaiyah. Jadi sab'ah ahruf adalah adanya tujuh macam huruf atau
ada juga yang mengartikan banyaknya qira'at, dan lain-lain.
b. Qira'at sab'ah adalah 7 macam cara atau mazhab dalam mengucapkan kalimat-kalimat
dalam Al-Qur'an, yang telah ditetapkan oleh para imam ahli qurra' dengan sanad yang
kokoh kepada Rasulullah saw.

4. Sejarah Perkembangan Qira'at

a. Masa Nabi dan Sahabat


Perbedaan bacaan Al-Qur'an di kalangan sahabat tidak menimbulkan persoalan karena
mereka memahami betul bahwa perbedaan qira'at tersebut bukan hasil rekayasa atau
ijtihad sahabat, tetapi merupakan petunjuk Tuhan kepada Nabi (taufiqi). Oleh sebab itu
setiap qira'at disandarkan langsung kepada Nabi. Qira'at yang diterima sahabat dari Nabi
itulah yang kelak menjadi pedoman ketika qira'at menjadi disiplin ilmu tersendiri. Para
sahabat mengajarkan Al-Qur'an dengan qira'at masing-masing.
b. Masa Tabi'in
Pada masa tabi'in, yakni pasca disusunnya mushaf usmani periwayatan qira'at seperti
pada masa sahabat tetap berlangsung. Di masa tabi'in inilah masa keemasan dan
kematangan disiplin ilmu qira'at berlangsung. Antusias masyarakat dalam mengkaji ilmu
ini sangat besar sehingga pada abad kedua Hijriyah, lahirlah ahli-ahli qira'at hasil
bimbingan sahabat, seperti Abu Ja'far Yazid Ibn Qa'qa' (w. 137/744), dan lain-lain.

5. Hubungan Qira'at dengan Penafsiran

Menurut Ibn 'Asyur hubungan antara qira'at dan tafsir dapat dikelompokkan menjadi :
pertama, qira'at yang tidak berimplikasi pada penafsiran (di antaranya disebabkan oleh
perbedaan pengucapan huruf, tanda baca (harokat), panjang pendeknya (mad), dan lain-lain).
Kedua qira'at yang berimplikasi pada penafsiran.

Anda mungkin juga menyukai