Anda di halaman 1dari 3

RESUME

Ilmu qiraat

Nama:Mohammad fajar waluyo

Nim :203042040

Tulisan al-Qur‟an dan qira‟at (bacaannya) bagaikan dua sisi mata uang. AlQur‟an Sebagai kitab suci
yang memberi petunjuk kepada manusia harus dibaca dan Difahami untuk diamalkan dalam
kehidupan,Namun pemahaman terhadap Al-Qur‟an tentu Terkait erat dengan penguasaan terhadap
ilmu qirâ‟at. Pengetahuan tentang ilmu Qira‟at adalah kunci untuk memasuki disiplin ilmu tafsir.
Beragam qira‟at tersebut ada yang Berimplikasi pada penafsiran yang pada akhirnya akan
mempengaruhi proses isthinbat Hukum dan produk hukum yang dihasilkannya.

Berbagai qirâ‟at tersebut memang dinisbahkan kepada orang-orang tertentu, seperti


Qirâ‟at Nafi‟, Ibnu Katsir, „Ashim, Qolun, dan lain-lain. Namun penisbahan ini bukanlah
Karena qirâ‟at itu hasil ijtihad mereka tapi adalah hasil pilihan mereka terhadap satu qira‟at
Dari beragam qirâ‟at yang ada, disamping upaya mereka mendalami ilmu qirâ‟at-qira‟at
Tersebut, selalu membacanya dan menyebarluaskannya kepada masyarakat, sehingga
bacaan Itu dinisbahkan masyarakat kepada mereka.
Perbedaan qirâ‟at ternyata berimplikasi kepada penafsiran Al-Qur‟an. Karena
Bentuk/struktur kosa kata yang memiliki beberapa kemungkinan bacaan juga memiliki
Kemungkinan beberapa makna. Seperti, ‫ الهسخن‬dan ‫ لوسخن‬. Kosa kata lamastum dan
lâamastum Misalnya, bukan hanya bisa dibaca dengan bacaan berbeda, meskipun bentuk
baku kosa Katanya adalah sama, tapi berimplikasi pada penafsiran dan perbedaan isthinbath
hukum dari Masing-masing bacaan.
Definisi Qira’at
Dilihat Secara etimologis, kata qira‟at merupakan bentuk kata benda bentukan (masdar)
mengikuti wazan (rumus) fi‟alah, yang berakar kata ( ‫)ا – ر – ق‬. Dari kata dasar ini Lahir kata
qurán dan qiraáh. Kedua kata ini mempunyai makna (a) menghimpun dan Menggabungkan
(al-jamú) yakni menghimpun dan menggabungkan antara satu dengan yang Lainnya (b)
membaca (al-tilawat) yaitu mengucapkan kalimat-kalimat yang tertulis, seperti Ungkapan
aku membaca kitab (mengucapkan atau membunyikan huruf). Tilawah disebut Qira‟áh
karena menggabungkan suara-suara huruf menjadi satu dalam pikiran untuk Membentuk
kalimat-kalimat yang akan diucapkan. Kata qirâ‟at berbentuk tunggal, meskipun Dalam studi
ilmu Al-Qur‟an, ia ditempatkan dalam bentuk jamak karena pembahasannya Mencakup
banyak jenis qirâ‟at (bacaan).Sedangkan Qirâ‟at menurut terminology didefinisikan Abu
Syamah sebagai: Ilmu Yang membahas tentang tata cara melafalkan kosa kata Al-Qur‟an
dari segi perawinya.5 Sedangkan Abd Fattah mendefiniskannya sebagai: “Ilmu yang
membahas tentang tata cara Pengucapan kata-kata Al-Qur‟an berikut cara
penyampaiannya, baik yang disepakati (ulama Ahli Al-Qur‟an) ataupun yang terjadi
perbedaan pendapat, dengan menisbatkan setiap model (wajah) bacaanya kepada seorang
Imam Qirâ‟at”6.
Dari paparan diatas penulis melihat adanya hubungan yang sangat erat antara AlQur‟an dan
qira‟at, meskipun ada juga perbedaan yang nyata antara keduanya. Yaitu Munculnya ilmu
qira‟at karena adanya Al-Qur‟an dan Al-Qur‟an semakin lebih lengkap dan Tampak
kemu‟jizatannya karena adanya qira‟at. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa setiap lafaz
dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang Dibaca adalah qira‟at, tetapi tidak setiap qira‟at adalah Al-
Qur‟an, kecuali qira‟at-qira‟at Yang memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati oleh
para ulama Al-Qur‟an.9 Dengan Demikian, maka qira‟at-qira‟at yang tidak memenuhi
persyaratan tersebut, bukanlah Dinamakan Al-Qur‟an, seperti qira‟at syadzah 10yang oleh
para ulama dilarang membacanya, Baik diluar shalat, lebih-lebih didalam shalat, karena ia
bukan dianggap sebagai bagian dari Al-Qura‟an.
Menurut pakar tafsir Ibn „Asyur, ada perbedaan implikasi diantara beragam qira‟at
Tersebut terhadap penafsiran, meskipun perbedaan itu berkisar diantara dua qira‟at yang
Masing-masing memiliki derajat yang shahih, yaitu pertama qira‟at yang tidak berimplikasi
Pada penafsiran dan kedua qira‟at yang berimplikasi pada penafsiran yang pada akhirnya
Akan mempengaruhi proses isthinbat hukum dan produk hukum yang dihasilkannya.
Kondisi Bangsa Arab Ketika Al-Qura‘an Diturunkan.
Keadaan bangsa Arab Ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada mereka adalah bangsa Yang
terdiri dari kabilah-kabilah yang terpencar di beberapa kawasan di semenanjung Arab.
Mereka yang tinggal di perkampungan seperti suku Tamim, Qais, Sa‟d dan lain lainnya
mempunyai tradisi, logat dan dialek tersendiri. Sementara yang di perkotaan juga
mempunyai tradisi dan dialek atau gaya bicara yang berbeda pula.Bisa dibayangkan
bagaimana beratnya tugas nabi Muhammad mensosialisasikan AlQur‟an kepada masyarakat
arab pada saat itu. Padahal Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang harus dibaca, Tanpa
dibaca, tentu pesan-pesan hidayah Al-Qur‟an tak tersampaikan dan tidak bisa difahami
umatnya. Dengan diturunkannya Al-Qur‟an dalam sab‟ah ahruf. Rasul membacakan Al-
Qur‟an Dengan bacaan yang sesuai dengan logat dan dialek mereka. Sebab tidak mudah
bagi Seseorang untuk memahami bahasa dan logat orang lain, selain logat yang dikenalnya
sejak Lahir dalam waktu singkat, jika toleransi diatas tidak diberikan, maka dengan demikian
Memahami Al-Qur‟an menjadi beban berat bagi mereka. Menyatukan atau menyeragamkan
bacaan Al-Quran difase awal turunnya tentu Mereka Bertentangan dengan kemudahan dan
toleransi yang Allah janjikan bagi orang-orang yang Mau mempelajari Al-Qur‟an,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qamr/54 : 17) ,Artinya: “Dan Sesungguhnya Telah
kami mudahkan Al-Quran untuk dipelajari, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Disamping itu adanya ahruf sab‟ah dalam Bacaan Al-Qur‟an adalah cara Allah menjamin
orisinalitas dan otentisitas al-Qur‟an, Sebagaimana firmanNya dalam (QS Al-Hijr/15:9)
Artinya:” Sesungguhnya Kami-lah yang Menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.

(KRITIK DAN SARAN)


Pertama” tentang kira”at, kira”at dalam pembahasannya yaitu menyangkut tentang
beragam kebahasaan orang-orang Arab pada zamannya, nah bagaimana dengan cara
penggunaan kebahasaan di luar dari kebangsaan Arab pada masanya, jika di
tela”ah.pengambilan contoh terdekat atau persamaan yaitu dalam negara ini sendiri yang
beragam Kebahasaanya itu tidak semua sama dari nada, bahkan cara berbahasa, yang
menjadi salah satu kejanggalan adalah bagaimana dengan orang-orang di luar dari
kemampuan dengan gaya tiru bahasa atau pengadabtasi kosa kata, dengan contoh
penyebutan huruf ra, bisa di baca dengan nada atau pengucapan yang berbeda. Apakah itu
bisa di katakan boleh.. Atau saja salah dalam ucapan maupun arti..
Dalam sifat keilmuan mungkin belum tentu bisa menguasai semua tentang kebidangan atas
ilmu ilmu yang ada, itu pada umumnya.
Namun al Quran ini adalah petunjuk terbesar untuk Ummat manusia, yang tidak
menyulitkan apa apa yang ummatnya akan lakukan. Bahkan dari gaya bahasa, hukum, adab,
bahkan tatanan hidup keseluruhan sudah di bahas di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai