Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STUDI AL QUR’AN
Untuk Memenuhi Tugas Makalah:
Qira’at Al qur’an
Dosen Pengampu: Hafid, S.pd,I.,M.pd,I

Oleh :
Abdul Qodir
Ahmad Gufron Mawardi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL ULUM
LUMAJANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Qira’at Al-qur’an”. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas
kelompok dari mata kuliah Ulumul qur’an dengan dosen pengampu hafid,
S.pd,I.,M.pd Dalam penyusunannya, kami mengambil dari beberapa sumber literatur.

Adapun makalah tentang “ Qira’at al-qur'an “. Telah diusahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah ini. Dan penyusun mengharapkan
semoga dari makalah tentang “Qira’at al-qur'an “ ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inspirasi serta ilmu pengetahuan terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran juga kami tunggu untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian qiro’at al - qur'an ............................................................................. .3

B. Latar belakang timbulnya perbedaan dari qiro’at al-qur'an.............................4

C. Makna qira’at al-qur’an........................................................................................5

D. Macam-macam qira'at…...................................................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkondifikasian al-qur’an sudah dimulai saat nabi muhammad saw.


Kemudian dilanjut pada masa khalifah abu bakar as-shidiq setelah masa
kepemimpinan abu bakar as-shidiq selesai disambung oleh khalifah umar bin
khatab, ustman bin affan dan terakhir ali bin abi thalib. Permasalahan ini muncul
saat khalifah Utsman bin affan yaitu saat pembukuan al-qur’an yang awalnya ayat
al-qur’an berceceran seperti di pelepah kurma, Kayu, tulang belulang dan lain
sebagainya. Dikarenakan pada saat itu khawatir ayat tercampur dengan ayat lain dan
banyak para penghafal al-qur’an yang gugur saat perang sehingga ustman bin
affan melakukan pembukuan dengan tujuan agar tidak hilang. Penulisan al-quarn
yang diketuai zaid bin tsabit ini ditulis pada saat khalifah utsman bin affan sehingga
disebut mushaf utsmani. Setelah itu disebarluaskan oleh para sahabat dan diajarkan
pada umat muslim.

Namun seiring berjalanya waktu munculah permasalahan yaitu mulai adanya


perbedaan dalam pembacaan (qira’at) al-qur’an dari para sahabat diberbagai
wilayah hal ini dipengaruhi oleh dialek bahasanya, cara pengucapan lafadz-lafadz ,
segi huruf, harakat dan bentuknya. Sehingga Usman bin Affan menyertakan
seorang qari’ dari kalangan sahabat Nabi SAW bertujuan untuk menutun kaum
muslimin agar dapat membaca mushaf—mushaf tersebut sebagaimana
diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Tanpa adanya qari’ kemungkinan terjadi
kesalahan saat membaca.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang bisa dipahami pengertian dari qiro’at al-qur'an
2. Latar belakang perkembangan qira’at al-qur’an.
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an
2. Agar pembaca mengetahui dan memahami tentang maksud dari qira’at al –
qur’an.
3. Agar para pembaca dapat mengetahui ilmu tentang qiro’at al-qur'an
serta mengetahui latar belakang timbulnya perbedaan dalam qira’at al-
qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian qiroat-al-qur'an
Menurut bahasa, qira’at (‫ )تاءارق‬adalah bentuk jamak dari qira’ah (‫)ةءارق‬
yang merupakan isim masdar dari qaraa (‫)أرق‬, yang artinya : bacaan. Sedangkan
menurut istilah bahwa qira`at merupakan metode atau cara baca lafadz atau kalimat
didalam al-qur`an dari berbagaimacam segi (riwayat), Sebagaimana yang
diriwayatkan langsung dari rosulullah SAW.

Berikut ini akan diberikan beberapa pengertian qira’at menurut istilah menurut
beberapa ‘alim ulama :

1. Menurut Badar al-Din al-Zarkasyi mengemukakan bahwa qira’at yaitu


perbedaan lafaz-lafaz al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya
maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif atau tasykil
dan lain-lain.1
2. Menurut al-Zarqâni:
Qirâ`at adalah suatu mazhab yang dianut oleh salah seorang imam qirâ`at
yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan al-Qur`an serta adanya
kesepakatan dalam riwayat-riwayatnya baik perbedaan tersebut dalam
pengucapan huruf-huruf maupun bentuk-bentuknya.2
3. Menurut Ibnu Al-Jaziri
Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Quran
dan perbedaan-perbedaannya dengan cara mengisbatkan kepada
penukilnya.” 3

1
Halimah B,Perbedaan qira’at dan pengaruhnya dalam istinbath hukum,jurnal al-risalah,Vol.19 No.1.
mei 2019. Hal.98
2
Misnawati, qira’at al-quran dan pengaruh terhadap istinbath hukum,jurnal mudarrisun,vol.4. januari-
juni 2014
3
Halimah B,perbedaan qira’at dan pengaruh dalam istinbath hukum, hal.99

3
“suatu madzhab cara pelafalan Al-Quran yang dianut oleh salah seorang imam
berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah s.a.w.”.

Dari beberapa pendapat para ulama diatas dapat disimpulkan bahwa qiroatul
qur’an adalah mengikuti para ulama atau madzhab bagaimana dalam mengucapkan
kata dalam membaca al-qur’an baik huruf, lafadz atau harakatnya sesuai bacaan
rasulullah. Dengan demikian ada tiga unsur qiraat yang dapat ditangkap dari definsi
di atas, yaitu:

1. Qiraat berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan


salah seorang imam dan berbeda dengan cara yang dilakukan imam
lainnya.
2. Cara pelafalan ayat-ayat Al-Quran itu berdasarkan atas riwayat yang
bersambung kepada Nabi, jadi bersifat taufiki, bukan tauhidi.
3. Ruang lingkup perbedaan Qiro’at itu menyangkut persoalan Lughat,
Hadzaf, I’rab, Itsbat, Fastil, dan Washl.
B. Latar Belakang Perkembangan Qira’at al-Qur’an.
Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. melalui perantaraan Jibril yang berfungsi sebagai penyampai
sekaligus pembaca di hadapan Nabi saw. Selanjutnya nabi muhammad saw.
Meneruskan dan mengajarkan kepada sahabat dan kaum muslimin. Dan setiap nabi
menerima wahyu kemudian langsung dibacakan dihadapan para sahabatnya dan
ditulis langsung baik di batu-batu pelepah kurma, kayu dan sebagainya
dikarenakan belum adanya kertas pada masa itu selanjutnya dikumpulkan sehingga
menjadi mushaf al-quran dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari .
Oleh karena itu banyak sahabat yang menghapal al-Qur’an pada masa Nabi
saw. Bacaan-bacaan yang masyhur dari sahabat itulah yang diambil oleh tabi’in
pada setiap waktu dan tempat. Bacaan dari para sahabat terjamin karena
sanarnya bersambung pada rasulullah saw.

4
Sehingga jelaslah bahwa qira’at al-Qur’an adalah tawqifi bukan
ikhtiyari,sekalipun terjadi perbedaan dalam pengucapan beberapa bunyi suara di
antara qira’at yang satu dengan qira’at yang lain dan tetap dinilai sebagai suatu yang
berasal dari wahyu Allah swt. Perkembangan al-qur’an semakin luas ke berbagai
wilayah perbedaan saat membaca al-quran tak terelakan.
Pengiriman salinan mushaf ‘Usmaniy ke beberapa daerah pada waktu itu
masih hanya bentuk huruf kosong tanpa ada tanda baca seperti titik atau
harakat Kebijakan dari ‘Usman ibn Affan yaitu menyeleksi bacaan yang
berkembang di kalangan masyarakat agar sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasulullah saw. Akibat tersebut di atas, maka terbukalah peluang perbedaan persepsi
dalam cara membaca al-Qur’an.
Perbedaan bacaan antara yang satu dengan yang lainnya semakin lama
semakin bertambah luas, sehingga sulit untuk dikenal bacaan mana saja yang bisa
dipertanggung jawabkan.Dalam situasi seperti inilah, maka sebahagian ulama
bangkit dan berusaha untuk meneliti dan menyeleksi versi bacaan dengan
menetapkan beberapa kriteria dan rukun-rukun qira’at yang dapat diterima
kesahihannya. Secara umum pedoman yang dipakai dalam meneliti dan
menyeleksi qira’at bilamana memenuhi kriteria berikut ini:Sesuai dengan kaidah
bahasa Arab Sesuai dengan tulisan pada salah satu mushaf ‘Usman Diriwayatkan
dengan sanad yang shahih.
Latar Belakang Timbulnya Perbedaan.
C. Makna qira’at al-qur'an
Makna qiroat dari redaksi berbeda-beda, padahal sebenarnya mempunyai
makna yang sama, yakni ada beberapa cara melafalkan Alqur’an walaupun sama-
sama berasal dari sumber yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan demikian,
makna qira’at qiro'at berkaitan dengan cara melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan
oleh seorang imam dan berbeda dengan imam yang empat.
a. Macam-Macam Qira’at

5
Macam-macam qira’at itu sebenarnya banyak, sejak Abu Ubaid alKasim Ibnu
Salam sebagai orang yang pertama mengarang buku masalah qira’at, setelah itu
bermunculan ahli-ahli qira’at yang menyebabkan para ulama berbedabeda dalam
system qira’at. Masalah itu mulai pada permulaan abad ke 2 H, yaitu setelah
banyak orang dinegeri Islam menerima qira’at dari beberapa imam dan berakhir
pada akhir abad ke 3 H. (Ali alShabuni: 1988). Di mana pada abad itu qira’at
dibukukan, maka lahirlah ragam qira’at yang masyhur sebagai berikut:
1. Dari segi Kuantitas
a. Qira’at Sab’ah (qira’at tujuh) yaitu qira’at yang disandarkan
kepada imam qira’at yang tujuh mereka adalah Abdullah al-Katsir
al-Dari, Nafi’ bin Abdrrahmana bin Abi Naim, Abdullah al-Yasibi,
Abu Amar, Ya’kub, Hamzah dan Ashim
b. Qira’at Asyarah (qira’at sepuluh), yaitu qira’at tujuh ditambah tiga
ahli qira’at yaitu Yazid bin al-Qa’qa alMaksumi al-madani, Ya’kub
bin Ishak dan Khallaf bin Hisyam.
c. Qira’at Arba’ah Asyarah (qira’at empat belas), yaitu qira’at
sepuluh ditambah empat imam qira’at yaitu Hasan Basri,
Muhammad bin Abdul Rahman, Yahya bin al-Mubarak dan Abu
al-Farj Muhammad bin Ahmad asy-Syambusy.(Rosihan Anwar:
2000) Berkaitan dengan masalah qira’at di atas masih ada
ulama yang memperselisihkan kemutawatiran qira’atqira’at
tersebut, ada yang mengatakan qira’at tujuh, sepuluh dan qira’at
empat belas. Yang perlu dipegangi bahwa boleh saja mengambil
selain dari ahli-ahli qira’at tersebut yang penting ada kepastian
bahwa ia menerima system qira’at itu dari ulamasebelumnya,
baik secara lisan maupun mendengarkan sehingga rangkaian
berakhir pada seorang sahabat Nabi saw., yang langsung
menerima qira’at itu dari Rasulullah saw.

6
2. Dari Segi Kualitas Sistem qira’at dari segi kualitas masih banyak
ulama yang berbeda pendapat, seperti hasil penelitian al-Jazari
mengolompokkan kedalam lima bagian (Muh. Alawy al-Maliki al-
Hasani: 1999) yaitu:
a. Qira’at mutawatir yaitu qira’at yang disampaikan oleh
sekolompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad tidak
mungkin sepakat untuk(hal 2)berdusta.maka sebagian ulama
sepakat yang termasuk dalam kelompok ini adalah qira’ah
sab’ah, qira’at asyarah, dan qira’at arba’ahasyarah.
b. b. Qira’at masyhur yaitu, qira’at yang memiliki sanad yang shahih,
tetapi tidak sampai pada kualitas mutawatir, hanya sesuai dengan
kaedah bahasa Arab dan tulisan mushaf usmani.
c. c. Qira’at ahad yaitu, qira’at yang memiliki sanad shahih, tetapi
menyalahi tulisan mushaf usmani dan kaedah bahasa Arab.
d. Qira’at syadz yaitu qira’at yang sanadnya tidak shahih
e. Qira’at yang menyerupai hadis mudraj (sisipan) yaitu adanya
sisipan pada bacaan dengan tujuan penafsiran.

Dari uraian di atas dapat diketahui aspek ontologi, epistimologi, dan aksiologi
disiplin ilmu qiraat . Objek kajian (ontology) ilmu qiraat adalah Al-Quran dari segi
perbedaan lafal dan cara artikulasinya. Metode (epistimologi) ilmu qiraat adalah
melalui riwayat yang berasal dari Rasulullah SAW.

Sementara nilai guna (aksiologi) ilmu qiraat, sebenarnya secara implicit


dapat diketahui dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, yakni
untuk mempertahankan keaslian materi yang disampaikan. Hal ini bisa dipahami
karena fungsi sistemriwayat tidak lain untuk mempertahankan orisinilitas informasi
maupun data yang dituturkan secara berantai.

7
Ibrahim al-Abyarĩ mengemukakan bahwa ada tiga hal yang terkait dengan
masalah qira’at al-Quran, yaitu: pertama, yang berhubungan dengan huruf-huruf
Arab atau bahasanya. Kedua, yang berhubungan dengan penulisan mushhaf yang
dibiarkan kosong tanpa titik dan tanpa syakal dengan penulisan khat al-kufi
sampai masa Abdul Malik Ibn Marwan.

Ketiga, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan penempatan kata di


tempat kata yang lain atau mendahulukan kata atas kata yang lain atau menambah
atau mengurangi. Masalah pertama terkait dengan masalah pengucapan huruf atau
bahasanya, seperti: imalah, isymam, tarqiq, tafkhim, dan lain sebagainya. Perbedaan
ini terjadi karena perbedaan pelafalan kalimat oleh kabilah-kabilah Arab yang
masing-masing tidak bisa mengucapkan seperti yang diucapkan oleh kabilah
lainnya, Namun perbedaan itu bukanlah hal yang di larang, selagi perbedaan itu
sesuai dengan koridor sab’atu Ahrufin, maka sah-sah saja.

Al-Quran diturunkan mengandung tujuh bahasa maka bacalah dengan apa


yang mudah dari tujuh bahasa itu, dengan di turunkannya al-Quran dengan berbagai
dealek bahasa itu, maka tidak lain hanyalah untuk mempermudah bagi umatnya
dalam membaca al-Quran dan mempelajarinya.

Perbedaan ini sudah terjadi baik sebelum dibukukannya alQuran dan


dibakukannya tanda baca (syakal) maupaun sesudahnya. Masalah kedua terkait pada
penentuan i’rab dan standarisasi tulisan (mushhaf) al-Quran. Seperti diketahui bahwa
dalam proses standarisasi rasm al-Quran ditempuh beberapa tahapan. Pertama,
ketika al-Quran masih berangsur-angsur diturunkan.

Setiap ayat yang turun langsung disusun Nabi melalui petunjuk Jibril,
kemudian disebarluaskan oleh Nabi melalui tadarrusan atau bacaan dalam shalat di
depan sahabat. Sampai di sini belum ada masalah, tetapi setelah dunia Islam
melebar ke Wilayah-Wilayah non-Arab mulailah muncul masalah, karena tidak
semua umat Islam dapat membaca al-Quran tanpa tanda hurufan tanda baca.

8
Pemberian tanda baca (syakl) pertama kali diadakan pada masa pemerintahan
Abdul Malik Ibn Marwan ketika Hajjaj menyuruh kepada dua orang yaitu Yahya bin
Ya’mar dan Hasan al-Basri untuk memberi titik dan harakat.

Pada masa tabi’in ini pula sudah ada kitab qira’at yang disusun, seperti kitab
yang disusun oleh Yahya bin Ya’mar (w. 90 H). Ia adalah salah seorang murid dari
Abu- al-Aswad al-Duwali Dia tidak mengumpulkan semua qira’at di dalam kitabnya,
tetapi hanya memfokuskan pada satu macam qira’at saja. Dan juga kitab Ikhtila
fat Masalh if al-Syam wa al-Hijaz iraq karya ‘Abdullah bin ‘Amr (w. 118 H).4

Pemberian tanda baca dan harakat ini untuk mempermudan bagi umat Islam
yang telah tersebar luas di seluruh penjuru duni ini, karena memang tidak semua umat
islam bisa membaca bacaan arab yang tanpa tanda baca dan harakat. Sedangkan
masalah ketiga, masalah penempatan kalimat, serta penambahan dan pengurangan
huruf dalam kalimat. Maka menurut hemat penulis bahwa peran periwayatan
bacaan secara lisan ke lisan sampai kepada Nabi SAW, mempunyai kontribusi
yang sangat besar, sehingga para sahabat berbeda dalam peletakan kalimat, dan
juga terjadi penambahan huruf dan pengurangan, ini di sebabkan kepekaan
parasahabat yang berbeda-beda dalam menerima al-Quran dari Rasulullah
SAW.Penyampaian al-Quran pada masa-masa awal hanya lewat periwayatan
sampai al-Quran dihimpun dan diverifikasi dari periwayatan-periwayatan para
sahabat, tetapi sejauh periwayatan itu shahih dan mutawatir, maka meskipun berbeda
dengan mushhaf Utsmani, tetap diakui keabsahannya.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa: Syarat-Syarat Qira`at ,Adapun syarat-


syarat Qira`at, para ulama menetapkan beberapa Qira`at yang dapat diterima
keshahihannya antara lain:

1. Ibnu Khawalih (wafat 370 H)


a. Qira`at sesuai dengan rasm
4
Ahmad saepuloh,qiro’at pada masa awal islam, jurnal epistem,vol.19,no.1 juni 2014. Hal.40

9
b. Qira`at sesuai dengan (struktur bahasa Arab)
c. alam meriwayatkan Qira`at, harus saling mewarisi.
2. Ibnu Abi Thalib (wafat 437 H)
a. Wajah Qira`at yang kuat dalam bahasa Arab
b. Qira`at sesuai dengan rasam
c. Qira`at yang disepakati oleh umum
3. Al-Kawasyi (wafat 680 H)
a. Sanadnya yang shahih
b. Sesuai dengan bahasa AAra
c. Sesuai dengan rasm
4. Ibnu al-Jazary (wafat 833 H)
a. Sanadnya yang shahih
b. Sesuai dengan bahasa Arab secara mutlak
c. Sesuai dengan rasm sekalipun dugaan penukilan dan keshahihan
riwayat.5

Jika ketiga hal tersebut terpenuhi maka bacaan tersebut wajib diterima sebagai bacaan
shahih. Namun jika salah satu syarat atau lebih tidak terpenuhi maka qira`a tersebut
tidak bisa diterima dan dianggap syâz. Jadi timbul penyebaran qira`at sebenarnya
terjadi pada abad II H ini,tatkala para qari telah tersebar ke berbagai pelosok. Mereka
lebih suka mengemukakan qira`at para gurunya dari pada qira`at para imam lainnya.
Qira`at tersebut diajarkan secara turun temurun dari guru ke guru hingga sampai
kepada para imam qira`at. Dalam hal istimbat hukum, qiraat dapat membantu
menetapkan hukum secara lebih jeli dan cermat. Perbedaan qiraat al-Qur'an yang
berkaitan dengan substansi lafaz atau kalimat, adakalanya mempengaruhi makna
dari lafaz tersebut adakalanya tidak. Dengan demikian, maka perbedaan qiraat
al-Qur'an adakalanya berpengaruh terhadap istimbat hukum dan adakalanya tidak.

5
Sasa sunarsa,Qira’at al-qur’an dalamsekilas pandangan wkonomi islam,vol.V,Edisi.2,Oktober 2014

10
Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf atau beranika macam bacaan kepada nabi
Muhammad SAW, untuk mempermudah umatnya dalam mempelajari al-Quran dan
membacanya. Sebagai mana diketahui bawha umat Islam berasal dari berbagai
suku dan bangsa yang setiap dari mereka memiliki bahasa tersendiri. Bagi suku
Quraisy yang sudah terbiasa dengan menggunakan bahasa arab saat itu tentunya
mudah, namun bagi suku-suku yang tidak terbiasa menggunakan bahasa arab
tentunya bagi meraka kesulitan untuk membacanya. Maka disanalah peran penting
alQuran di turunkan dengan tujuh huruf atau dengan beberapa macam bacaan. Dan
juga merupakan bentuk mukjizat al-Quran.6

6
Dzulkifli,izuli, dan adibah bahori.”PERANAN QIRA’AT DALAM PENTAFSIRAN AL-QUR’AN “.Jurnal
Hadhari 8.1(2016):103-111.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan :

Dari beberapa pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa qiroatul qur’an
adalah mengikuti para ulama atau madzhab bagaimana dalam mengucapkan kata
dalam membaca al-qur’an baik huruf, lafadz atau harakatnya berdasarkan pelafalan
riwayat yang bersambung pada rasulullah.sesuai bacaan rasulullah.

Standarisasi tulisan mushaf al-qur’an setiap turun ayat langsung disusun nabi
melalui petunjuk Jibril kemudain disebarluaskan nabi melalui tadarusan atau bacaan
sholat di depan sahabat.setelah al-qur’an menyebar ke wilayah non arab munculah
masalah yaitu pembacaan ayat yang berbeda-beda dikarenakan mushaf ini belum ada
tanda baca seperti titik atau harokat.

Pemberian tanda baca (syakl) pertama kali diadakan pada masa pemerintahan
Abdul Malik Ibn Marwan ketika Hajjaj menyuruh kepada dua orang yaitu Yahya bin
Ya’mar dan Hasan al-Basri untuk memberi titik dan harakat.

Tidak semua umat islam bisa membaca bacaan arab tanpa tanda baca
dan harakat sehingga pemberian tanda baca dan harakat ini untuk
mempermudan bagi umat Islam Penyampaian al-Quran pada masa-masa awal
hanya lewat periwayatan sampai al-Quran dihimpun dan diverifikasi dari
periwayatan-periwayatan para sahabat, tetapi sejauh periwayatan itu shahih dan
mutawatir, maka meskipun berbeda dengan mushhaf Utsmani, tetap diakui
keabsahannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

B halimah,(2019). Perbedaan qira’at dan pengaruhnya dalam istinbath


hukum.jurnal al-risalah,19( 1),98.

Dzulkifli,izuli,bahori adibah,(2016). PERANAN QIRA’AT DALAM


PENTAFSIRAN AL-QUR’AN,jurnal hadhari,8(1),103-111

Misnawati,(2014) qira’at al-quran dan pengaruh terhadap istinbath


hukum.

jurnal mudarrisun, 4. Saepuloh ahmad,(2014).qiro’at pada masa awal islam. Jurnal


episteme,9(1), Hal.40

Sunarsa sasa,(2014). Qira’at al-qur’an dalamsekilas pandangan wkonomi islam. 5(2)

Umar ratnah,(2019).qira’at al-qur’an.Jurnal asas,vol 3(2),37

13

Anda mungkin juga menyukai