Anda di halaman 1dari 17

QIRA'AT QUR'AN

Disusun oleh :
1. Ahmad Barizi (224110102251)
2. Intania Zariya Nayya ( 224110102225)
3. Redita Suci Nurrohmah (224110102242)

Kelas : 2 KPI F
Dosen Pengampu : Alfi Nur’aini, M. Ag

FAKULTAS DAKWAH
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kulaiah
ULUMUL QUR'AN yang berjudul " QIRA'AT QUR'AN" guna menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Ibu Alfi Nur'aini, M.Ag sebagai dosen pengampu di
mata kuliah Ulumul Qur'an.

Penulis sadar betul, makalah yang kamu buat jauh dari kata sempurna.
Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Maka dari itu, diperlukan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk mengembangkan wawasan
dan peningkatan ilmu bagi kita semua, aamiin.

Purwokerto, 28 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
Latar Belakang...............................................................................................................4
Rumusan Masalah..........................................................................................................5
Tujuan............................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PENDAHULUAN.............................................................................................................6
2.1 Pengertian Qira’at Qur’an......................................................................................6
2.2 Macam – Macam Qira’at Qur’an..............................................................................7
2.3 Tingkatan Qira’at Qur’an.......................................................................................10
2.4 Kaidah Qira’at Qur’an............................................................................................11
2.5 Latar Belakang Perbedaan Qira’at Qur’an..............................................................12
2.6 Bentuk- bentuk perbedaan Qiraat...........................................................................13
2.7 Urgensi mempelajari Qira'at masa kini...................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai petunjuk untuk umat manusia, selalu dikaji sejak zaman
klasik sampai modern sekarang ini dalam berbagai aspeknya. Mulai dari aspek
sejarah turun, sejarah pembukuan, penafsiran, kandungan makna, gramatika sampai
pada aspek cara membacanya sesuai qira’at.
Qira’at merupakan salah satu ilmu yang ada dalam ‘Ulum Al-Qur’an.
Bagi seorang pengkaji ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Huffadz, dan juga qurra’, ilmu ini
sangatlah penting untuk dipelajari. Dengan mempelajari ilmu tersebut, kita akan
menemukan beragam pembacaan Al-Qur’an. Namun, karena tingkat kesulitannya
dalam mempelajari Ilmu itu, tidak banyak orang yang tertarik mempelajarinya.

Dalam mempelajarinya, yang paling penting yaitu pengenalan al-Qur’an


secara mendalam dari berbagai sudut pandang, salah satu kunci untuk
mempelajari ilmu ini adalah hafal sebagiab besar ayat-ayat al- Qur’an. Al -
Zarqani dalam Manahil al- ‘irfan fi’ Ulum Al -Qur’an menjelaskan bahwa
bangsa Arab mempunyai pengetahuan yang mendalam dalam hal kebahasaan.
Pengenalan berbagai jenis qiraat dan para perawi adalah suatu hal yang mutlak
bagi para pengkaji ilmu ini. Aspek intonasi ataupun fonetiknya mempunyai
lahjah( dialek) tersendiri yang membuat ilmu ini unik dipelajari. Namun karena
rumit dalam mempelajarinya, ilmu ini tidak begitu populer.

Meskipun demikian, ilmu ini sangat berperan dalam menggali, menjaga dan
mengajarkan dalam bidang membaca al-Qur’an seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Dalam menyampaikan wahyu Rasulullah menggunakan
Bahasayang berbeda- beda agar dapat dimengerti oleh para sahabatnya.
Kemudian,dari para sahabat ada yang hanya mendapatkan satu, dua, ataupun tiga
huruf. Maka dari itu terdapat pembacaan yang beragam pula. Para ahli qiraat telah
mencurahkan segala usaha dalam kehati-hatiannya agar ilmu al-Qur’an terjagaa
keasliannya. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman ilmu qira’at
agar kita dapat mengetahui pengertian serta pengaruhnya terhadap isinbath hukum
yang terkandung dalam Al-Quran.

4
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Qira’at al- Qur’an?

2. Apa saja macam- macam qiraat al- Qur’an?

3. Bagaimana tingkatan qira’at?

4. Kaidah system qiraat apa saja yang benar?

5. Bagaimana Latar Belakang perbedaann Qira’at Qur’an?

6. Apa saja Bentuk- bentuk perbedaan qira’at qur’an?

7. Bagaimana Urgensi mempelajari Qiraat Qur’an?

Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian qira’at qur’an

2. Mengetahu macam- macam qira’at qur’an

3. Mengetahui tingkatan qira’at

4. Mengetahui system qi’raat yang benar

5. Mengetahui latar belakang perbedaan qira’at qur’an

6. Mengetahui bentuk- bentuk perbedaan qi’raat qur’an

7. Mengetahui urgensi dalam mempelajari qira’at qur’an

5
BAB II

PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Qira’at Qur’an
Kata qira’ah seakar kata dengan kata al-Qur’an, yakni dari kata ‫را‬EE‫ ( ق‬fi'il
Mahdi) yang berarti membaca. 1Kata qira’at (‫( قراءة‬yaitu bentuk jamak dari ‫را‬E‫ق‬,
yang artinya bacaan.2

Menurut abu ishak an-nawawi dalam nasal nul arab qira’at yaitu perkataan
allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Quraish shihab dalam
bukunya yang berjudul membukikan al-qura’an,kata iqra yang terambil dari kata
qara’a berarti menghimpun maksudnya adalah untuk menunjukan bahwa iqra
yang diterjemahkan dengan bacalah,tidak harus ada teks tertulis yang dibaca tidak
pula harus diucap sehingga terdengar oleh orang lain.3
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata:”Qira’at adalah sunah yang
diikuti.” Imam al-Baihaqi rahimahullah berkata:”Maksud beliau adalah mengikuti
orang-orang sebelum kita dalam masalah huruf-huruf al-Qur’an adalah sunnah
yang harus diikuti, tidak boleh menyelisihi mushaf yang ia adalah pedoman, dan
tidak boleh pula menyelisihi Qira’at yang masyhur sekalipun yang selain itu
boleh di dalam kaidah bahasa (Arab, ed).

Ilmu Qira'at ( ‫ )ِق َر اَء ُة الُق ْر آِن‬atau Maharat Qiraah adalah keterampilan
membaca yang diajarkan dengan cara dibacakan terlebih dahulu oleh guru yang
diikuti h muridnya. Dengan belajar Maharat Qiraah, diharapkan para murid
dapat membaca, menerjemahkan, dan memahami teks berbahasa arab.4

Secara terminologi qira’at adalah salah satu Madzhab “aliran” pengucapan al-
Quran yang dipilih oleh salah seorang Imam Qurra’ sebagai suatu madzhab yang
berbeda dengan dengan madzhab lainnya.5 Karena perbedaan pendapat mengenai
qira’at qur’an ,banyak para ulama yang mendefinisikannya menjadi beberapa
pendapat sebagai berikut:
1
ad Izzan, Ulumul Qur’an; Telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an, cet. ke-4,
(Bandung: Tafakur Anggota IKAPI, 2011), hal. 116.
2
nna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulu>m alQur’a>n, cet. ke-3, (mansyurat al-‘Asr al-Hadits,
1973), hal. 170.
3

4
Theme, Google SEO. "Jendela Dunia | New Responsive Blogger Template". www.mzbach.com. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2018-05-25. Diakses tanggal 2018-05-2

5
(Manna Khalil al-Qattan, studi ilmu-ilmu Quran, hal 247).

6
Abu Syamah al-Dimasqi
Menurut Abu Syamah al-Dimasqi ilmu qiraat adalah :

‫ِع لم القراءت علم بكيفية أداء كلمات القرآن واختالفها معزّوا لناقله‬

Artinya : Ilmu qira’at adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara melafalkan kosa
kata al-Quran dan perbedaannya yang disandarkan pada perawi yang
mentransmisikannya.6

Al-Zarkasyi
Menurut Al-Zarkasyi ilmu qiraat adalah :

‫القراءات هى اختالف ألفاظ الحي المذكور في كتابه الحروف أوكيفيتها من تخفيف و تثقيل و غيرهما‬

Artinya : Perbedaan beberapa lafal wahyu (Al-Quran) dalam hal penulisan huruf
maupun cara artikulasinya, baik secara takhfif “membaca tanpa
tasdid”, tatsqil “membaca dengan tasydid”, dan lain sebagainya.

Ali Ash-Shabuni
Menurut Ali Ash-Shabuni ilmu qiraat adalah :

‫ق‬EE‫يره في النط‬EE‫الف غ‬EE‫ذهبا يخ‬EE‫القراءت مذهب من مذاهب النطق في القرآن يذهب به إمام من األئّم ة القّراء م‬
‫بالقرآن الكريم و هي ثابتة بأسانيد ها إلى رسول هللا صّلى هللا عليه وسّلم‬

Artinya : Qira’at adalah salah satu mazhab dari beberapa madzhab artikulasi (kosa
kata) al-Quran yang dipilih oleh salah seorang Imam Qira’at yang berbeda dengan
madzhab lainnya serta berdasar pada sanad yang bersambung pada Rasulullah
saw.

2.2 Macam – Macam Qira’at Qur’an


Qira'at Qur'an ada beraneka ragam. Ditinjau dari banyaknya qurra' yang
mengajarkan, qiraat dibagi menjadi tiga yaitu: Qira'at Sab'ah, Qira'at Asyrah,
Qira'at Asyarata. Dalam hadist Qira’ah dilihat dari kualitas sanadnya terbagi
menjadi qira’at mutawatirah, masyhurah, ahad, syadzah, muadhu’ah dan
mudrajah.7 Menurut Al- Qadhi Jalaluddin al- Bulquni, membagi Qira’at menjadi

6
Wawan Djunaedi, Sejarah Qira’at di Nusantara, hal 21.
7
Lilik Ummi Kaltsum.(2013).hlm.29.

7
Mutawatir, Ahad dan Syaz. Mutawatir sebagai Qira’at tujuh , sedangkan Ahad
adalah sepuluh menjadi penyempurna qira’at tujuh itu. Sedangkan dari segi nama
jenisnya, terdapat empat macam, yaitu: Qira'ah, riwayat Thariq, dan wajah.

Dijelaskan dalam kitab Mabahis Fu Ulum Al-Qur’an penyebab


dijadikaannya qira’at menjadi tujuh karena rawi dari setiap imam sangat banyak,
oleh karena itu terdapat banyak perbedaan. Mereka mengambil yang sesuai
dengan mushaf dan meninjau kembali siapa yang paling amanah ,tsiqah, lamanya
belajar qira’at dan disepakati.8

A. Ditinjau dari para qurra'

1. Qira'ah Sab'ah, disandarkan pada ketujuh qurra' yang termasyur.


Terkenal pada masa pemerintahan Al- Makmun, abad II H. Ketujuh
pakarnya adalah:

- Nafi' bin Abd Rahman (wafat: Madinah, 169 H)

- Ashim bin Abi Najud Al- Asady ( wafat: Kufah, 127 H)

- Hamzah bin Habib At- Taymy ( wafat : Kufah, 158 H)

- Ibnu Amir Al- Yashhuby ( wafat : Syam, 118 H)

- Abdullah Ibnu Katsir ( wafat: Makkah, 130 H)

- Abu Ali Al- Kisai ( wafat: Kufah, 189 H)

Pada saat itu Khalifah Utsman mengirim copy mushaf yang berjumlah
tujuh kepada ahli Qira'ah yang mengajarkannya di daerah tersebut. Dari
ketujuh qurra', cara ( dialek) bacaannya sama dengan yang ada di Al-
Qur'an, oleh karena itu dinamakan Qira'ah Sab'ah.

2. Qira'ah 'Asyrah, Qira'ah ini didasarkan pada sepuluh orang ahli Qira'ah.
Sebagian ulama beranggapan bahwa ketujuh Qira'ah sebelumnya kurang
tepat, karena ternyata masih terdapat ulama lain yang pintar dalam

8
Manna al-Qattan, op.cit. hlm.173

8
memahami qira'atil Qur'an. Pakarnya adalah ketujuh orang tersebut
ditambah tiga orang lainnya yaitu:

- Abu Ja'far Yazid Ibnul Qa'qa ( wafat: Madinah, 130 H)

- Abu Muhammad Ya'qub bij Ishaq Al - Hadhary ( wafat :Basharah, 205


H)

- Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam Al- A'masyt ( wafat: 229H)

3. Qira'ah arba'a ' Asyarata, qiraah ini disandarkan kepada empat belas pakar,
yaitu 10 pakar tadi ditambah empat pakar lainnya:

- Hasan Al- Bashry ( wafat: Basrah, 110H)

- Ibnu Muhaish ( wafat 123 H)

- Yahya Ibnul Mubarak Al - Yazidy ( wafat: Baghdad, 202 H)

- Abdul Fataj Ibnul Ahmad Asy - Syambudzy ( wafat: Baghdad, 388H)

Tetapi ke empat bacaan tersebut,tidak bisa dikategorikan sebagai bacaan


syadz ,karena sanadnya tidak shahih.

B. Ditinjau dari para perawi

1. Qira’at mutawatirah yaitu qira’at yang periwayatannya dilakukan oleh


sejumlah perawi disetiap tingkat sanad yang tidak mungkin cacat.

2. Qira’at masyhurah yaitu sanadnya shahih, tetapi tidak sampai derajat


mutawir.

3. Qira’at ahad yaitu qira’at yang menyalahi msuhaf ustmani dan kaidah
Bahasa arab.

4. Qira’at syadzah yaitu qira’at yang sanadnya tidak shahih.

5. Qira’at maudhu’ah yaitu riwayatnya palsu, sedangkan

9
6. Qira’at mudrajah yaitu qira’at yang ditambahkan kedalam qira’at
untuk penafsiran.

C. Ditinjau dari segi nama jenis.

1. Qira'ah : bacaan yang telah memenuhi tiga syarat.

2. Riwayah: bacaan yang berasal dari perawi itu sendiri.

3. Thariq : bacaan yang sanadnya terdiri atas sesudah perawinya sendiri.

4. Wajah: bacaan terhadap Al-Qur'an yang berdasarkan pilihan pembacanya


sendiri.

Abu ‘Amribnu Salah mengatakan bahwa,qira’at yang selain imam asyrah


tidak boleh dibaca hal ini dilarang karena haram bukan makruh. 9 Dari ke empat
qira’at (ahad,syadz,maudhu’dan mudraj) tidak diperbolehkan untuk
diamalakan.jumhur ulama berpendapat bahwa yang termassuk qira’at sabah
adalah mutawatir,maka selain mutawatir dan mashur tidak boleh membaca
dengannya baik dalam sholat maupun diluar sholat.

2.3 Tingkatan Qira’at Qur’an


Dalam hal ini Ibnu al-jaziri sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad syadali dan
Ahmad Rofi‘i membagi tingkatan qira‘at menjadi dua tingkatan:10

1. Qira’at sahih, qira‘at sahih mencakup dua macam:

a. Mutawatir, yaitu qira’at yang periwayatannya dilakukan oleh sejumlah perawi


disetiap tingkat sanad yang tidak mungkin cacat.

b. Masyhur, yaitu sanadnya shahih, tetapi tidak sampai derajat mutawir.

2. Qira‘at syadzah, qira‘at syadzah mencakup tiga macam:

9
Lilik Ummi Kaltsum.(2013).hlm.29.
10
Ahmad syadali dan Ahmad Rofi‘i,Ulumul Qur‘an I,(Jakarta: CV. Pustaka Setia 1997), hlm. 228-
230

10
a. Ahad, yaitu qira’at yang tidak mencapai derajat masyhur, sanad-nya sahih, akan
tetapi menyalahi rasm utsmani atau pun kaidah bahasa arab. Qira’at ini tidak sah
dibaca sebagai riwayat yang dikeluarkan oleh hakim dari jalur Ashil al-Jahdari
dari Abi Bakrah yang menyebutkan bahwa Nabi Saw. Membaca ayat :

‫ُم َّتِكِئْيَن َع َلى َر َف َرٍف ُخ ْض ٍر َو َع َبَقِر ٍّي ِحَس اٍن‬

Lafadz ‫ َر ف َاَرٍف‬dan ‫ َعب َاَقِر ٍّي‬pada qiraat mutawatir dibaca ‫ َر ْفَرٍف‬dan ‫َع ْبَقِر ٍّي‬.

b. Syadz, yaitu qira’at yang sanadnya tidak sahih. Seperti qiraat ibnu al-Sumaifi’:

‫َفاْلَيْو َم ُنَنِّجْيَك َاَية‬

Lafadz‫ك‬EE‫ ننجي‬itu dibaca dengan ha’ bukan dengan jim. Qira’at ini tidak dapat
dijadikan pegangan dalam bacaan dan bukan termasuk al-Qur’an

c. Maudhu‘ yaitu qira‘at yang riwayatnya palsu, atau dinisbatkan tanpa asal-usul
yang jelas. Misalnya qira’at yang dikumpulkan oleh Muhammad Jafar al-Khuza’i
dan ia mengatakannya bersumber dari Abu Hanifah yang berbunyi:

‫ِإَّنَم ا َيْخ َش ى ُهللا ِم ْن ِعَباِدِه اْلُع َلَم آَء‬

Pada ayat diatas sebenarnya pada lafadz ‫هللا‬itu berharakat fathah dan ‫اء‬EE‫ العلم‬itu
berharakat dhommah. Lafad ‫ العلماء‬itu seharusnya menjadi fa’il (subjek) bukan
maf’ul (obyek).

2.4 Kaidah Qira’at Qur’an


Untuk membedakan antara qira‘at yang benar dengan yang aneh (syadz) Para
ulama membagi tiga syarat bagi qira‘at yg benar11 *(DS, M. R. 2015)

1. Kesesuaian dengan beberapa ragam bahasa arab

Baik secara fasih atau afshah(lebih fasih) karena qira‘at adalah sunnah yang
diikuti, wajib untuk diterima dan jalan menuju kepadanya adalah dengan sanad
bukan dengan ra‘yu (akal/ratio)

2. Qira‘at sesuia dengan salah satu mushaf ‘Utsmani

11
Karena para sahabat dalam menuliskan mushaf ‘Utsmani mereka berijtihad dalam
membuat rasm (bentuk tulisan/khat) berdasarkan yang mereka ketahui dalam
bahasa

-bahasa qira‘at

3. Harus shahih sanadnya

Seringkali para Ahli bahasa Arab mengingkari suatu qira‘at dengan macam-
macam qira‘at yang ada dengan alasan munculnya qira‘at tersebut dari
aturan/kaidah bahasa Arab atau karena lemahnya ia dari sisi bahasa. Namun para
Ahli qira‘at tidak mengindahkan dan memperhatikan pengingkaran tersebut
karena lebih Mengedepankan kesahihan sanad.

Jika terpenuhi tiga rukun: kecocokan dengan bahasa Arab, kecocokan dengan
Mushaf dan sahih sanadnya, maka ia adalah qira‘at yang sahih. Jika hilang Salah
Satu rukun tersebut maka qira‘at tersebut dinyatakan dha‘if , syadz atau batil.

2.5 Latar Belakang Perbedaan Qira’at Qur’an


Qira‘at sebenarnya muncul sejak Nabi masih ada walaupun pada saat itu qira‘at
bukan sebuah disiplin ilmu. Sebagaimana riwayat dibawah ini:

Ketika ‘Umar bin khattab berbeda pendapat dengan Hisyam bin hisyam ketika
membaca ayat Al-qur‘an sewaktu membaca surah al-furqan. Menurut ‘Umar
bacaan hisyam tidak benar dan bertentangan dengan yang diajarkan Nabi
kepadanya, Namun Hisyam menegaskan pula bahwa bacaanya juga berasal dari
Nabi. Seusai shalat, Hisyam diajak menghadap Nabi seraya melaporkan peristiwa
tersebut. Nabi menyuruh Hisyam untuk mengulangi bacaannya sewaktu
shalatnya, lalu Nabi bersabda “Memang begitulah Al-qur‘an diturunkan.
Sesungguhnya Al-qur‘an diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah oleh kalian
apa yang kalian anggap mudah menurut kalian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa
qira‘at muncul sejak masa Nabi masih ada.

12
Menurut catatan sejarah, persebaran qira‘at bermula pada masa tabi‘in yaitu pada
awal II H. Tatkala para qari‘tersebar keseluruh pelosok, mereka lebih suka
mengemukakan pendapat qira‘at gurunya daripada imam-imam yang lainnya.
qira‘at tersebut diajarkan turun-temurun dari guru ke guru. Sampai pada imam
qira‘at, baik yang tujuh, sepuluh ataupun empat belas.

Kebijakan Abu bakar al-siddiq untuk tidak memusnahkan mushaf-mushaf yang


lainnya seprti yangga telah disusun oleh Zaid bin tsabit, mushaf Ibnu mas‘ud,
Abu muda al-asy‘ari,Miqdad bin anwar, Ubay bin ka‘ab dan Ali bin abi thalib
memiliki andil yang besar dalam kemunculan qira‘at yang beragam.

2.6 Bentuk- bentuk perbedaan Qiraat


Beberpa ulama menyebutkan bentuk-bentuk perbedaan dan cara melafalkan Al-
Quran itu sebagai berkut :

 Dalam I’rab atau harakat kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk
kalimat.

 pada I,rab dan harakat (baris) kalimat sehingga merubah maknanya.

 Pada perubahan huruf antara perubahan I’rab dan bentuk


tulisanya,sementara maknanya berubah.

 Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisanya, tapi


maknya tidak berubah.

 Perbedaan pada kalimat di mana bentuk dan maknanya berubah pula.

 Perbedaan pada mendahulukan dan mengakhirinya.

 Perbedaan dengan menembah dan mengurangihuruf.

2.7 Urgensi mempelajari Qira'at masa kini


1. Menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati oleh para
ulama. Seperti yang terkandung dalam QS. An-Nisa, bahwa ulama

13
sepakat saudara laki-laki dan saudara perempuan hanya yang seibu
saja.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ِنْص ُف َم ا َتَر َك َاْز َو ا ُج ُك ْم ِاْن َّلْم َيُك ْن َّلُهَّن َو َلٌد ۚ  َفِا ْن َك ا َن َلُهَّن َو َل ٌد َفَلـُك ُم الُّر ُب ُع ِمَّم ا‬ ‫َو َلـُك ْم‬
‫ِم ْۢن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُّيْو ِص ْيَن ِبَهۤا َاْو َد ْيٍن ۗ  َو َلُهَّن الُّر ُبُع ِمَّم ا َتَر ْكُتْم ِاْن َّلْم َيُك ْن َّلُك ْم َو َلٌد ۚ  َفِا ْن‬ ‫َتَر ْك َن‬
‫َك ا َن َلـُك ْم َو َل ٌد َفَلُهَّن الُّثُم ُن ِمَّم ا َت َر ْكُتْم ِّم ْۢن َبْع ِد َو ِص َّيٍة ُتْو ُص ْو َن ِبَه ۤا َاْو َد ْيٍن ۗ  َوِا ْن َك ا َن‬
‫َر ُجٌل ُّيْو َر ُث َك ٰل َلًة َاِو اْمَر َا ٌة َّو َلۤٗه َاٌخ َاْو ُاْخ ٌت َفِلُك ِّل َو ا ِحٍد ِّم ْنُهَم ا الُّسُد ُس ۚ  َفِا ْن َك ا ُن ْۤو ا َاْكَث َر‬
‫ِم ْن ٰذ ِلَك َفُهْم ُش َر َك ٓاُء ِفى الُّثُلِث ِم ْۢن َبْع ِد َوِص َّيٍة ُّيْو ٰص ى ِبَه ۤا َاْو َد ْيٍن ۙ  َغْي َر ُمَض ٓا ٍّرۚ  َو ِص َّيًة‬
‫ِّم َن ِهّٰللاۗ  َو ا ُهّٰلل َع ِلْيٌم َحِلْيٌم‬

"Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang


ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.
Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah
(dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar)
utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu
buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang
meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara
perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis
saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu
lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang
sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan
setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli

14
waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Penyantun."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 12)

2. Dapat meng-tahrijkan hukum yang diperselisihkan oleh para


ulama. Seperti yang terkandung dalam QS.Al-Madaniah,
dijelaskan bahwa kifarat sumpah berupa mendamaikan budak.
Tetapi, tidak disebutkan apakah budai itu muslim atau non muslim.

3. Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda.


Misalnya, didalam surat Al-Baqarah (QS:2):222), diterangkan
bahwa seorang suami dilarang melakukan hubungan seksual
Ketika istrinya sedang haid, dan harus menunggu hingga istrinya
bersuci dan mandi.

4. Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dan


dikondisi yang berbeda juga, seperti yang terdapat di QS.Al-
Maidah:6. Terdapat dua bacaan tentang hal itu,yaitu yang
membaca“arjulakum” dan yang membaca “arjulikum”. Perbedaan
qira’at tentu saja mengonsekuensikan kesimpulan hukum yang
berbeda.

5. Dengan mempelajari Qiraat Qur’an, kita dapat menjelaskan satu


kata yang ada di dalam A- Qur’an yang sulit untuk dipahami.

15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu qira'at atau maharat qiraat adalah keterampilan membaca yang diajarkan dengan
cara dibacakan terlebih dahulu oleh seorang guru yang kemudian diikuti oleh muridnya,
secara terminologi qira'at adalah aliran atau pengucapan al-Qur'an yang dipilih oleh
imam Qurra’ sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan dengan madzhab lainnya.

Ditinjau dari banyaknya qurra' yang mengajarkan, qiraat dibagi menjadi tiga yaitu:
Qira'at Sab'ah, Qira'at Asyrah, Qira'at Asyarata. Dalam hadist Qira’ah dilihat dari kualitas
sanadnya terbagi menjadi qira’at mutawatirah, masyhurah, ahad, syadzah, muadhu’ah
dan mudrajah. Menurut Al- Qadhi Jalaluddin al- Bulquni, membagi Qira’at menjadi
Mutawatir, Ahad dan Syaz. Mutawatir sebagai Qira’at tujuh , sedangkan Ahad adalah
sepuluh menjadi penyempurna qira’at tujuh itu. Sedangkan dari segi nama jenisnya,
terdapat empat macam, yaitu: Qira'ah, riwayat Thariq, dan wajah.

Untuk membedakan antara qira‘at yang benar dengan yang aneh (syadz) Para ulama
membagi tiga syarat bagi qira‘at yg benar

1. Kesesuaian dengan beberapa ragam bahasa arab

2. Qira‘at sesuia dengan salah satu mushaf ‘Utsmani

3. Harus shahih sanadnya

Jika terpenuhi tiga rukun maka ia adalah qira‘at yang sahih. Jika hilang Salah Satu rukun
tersebut maka qira‘at tersebut dinyatakan dha‘if , syadz atau batil.

B. Saran
Meskipun penulisan kelompok kami dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

16
DAFTAR PUSTAKA
Djalal H.A, Abdul. (2000). Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia Ilmu

AF, Hasanuddin. (1995). Anatomi Al- Qur'an: Perbedaan Qira'at,


Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam Al- Qur'an. Jakarta: PT Raja
Grafindo

Yusuf,Bahtian.(2019). Qira’at Al-Qur’an. Jurnal ilmu Al-Qur’an dan


Tafsir,04(02)229-234.

Abd. Azis, Moh, Muh. Akbar. (2020). Qira’at Al- Qur’an. Jurnal
Ushluhuddin Adab dan Dakwah,3(1),1-16

Muarif, Syamsul, Hidayanti, Arina, Halimah. (2022). Makna Qira’at Al-


Qur’an dan Kaidah Sisteem Qira’at yang benar. Mushaf Journal: Jurnal Ilmu Al
Quran dan Hadis, 2( 2), 211-217

17

Anda mungkin juga menyukai