Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

QIROATUL QUR’AN

Dosen Pengampu

Prof. Drs. Dr. H. Mukhsin Nyak Umar, BA. SH. MA.

Disusun Oleh

Syarifah Zurrahmah Putri (220102139)

Habib (220102140)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

HUKUM EKONOMI SYARIAH

UIN AR-RANIRY

BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum Wr. Wb. 


Puji Syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT dan berkat karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Qiroatul Quran” ini dapat terselesaikan dengan
baik. 
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas ulumul qur’an. Makalah ini
juga bertujuan untuk memberikan wawasan kepada pembaca tentang Qiroatul
Quran sehingga pembaca menambah wawasan mengenai Qiroatul Quran
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Drs. Dr. Mukhsin
Nyak Umar, BA. SH. MA. selaku dosen mata kuliah ulumul qur’an. Berkat tugas
yang diberikan ini membuat wawasan penulis menjadi bertambah dan penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
  Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, seperti manusia
yang pada hakekatnya tidak luput dari kesalahan. Penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan. Oleh karena itu,
diharapkan saran dan kritik untuk penulis dalam memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik. 
Wassalamualaikum Wr. Wb. 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Rumusan Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Manfaat dan tujuan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Qiraat dan macam-macam Qiraat...............................................2
B. Kriteria Qiraat yang di terima dan di tolak...................................................3
C. Hubungan Qiraatul Qur'an dengan fikih dan ushul fiqih..............................4
D. Kegunaan membeplajari ilmu Qiraatul Qur'an.......................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................5


A. Kesimpulan...................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Qira’at adalah perbedaan cara mengucapkan lafazh-lafazh al-Qur’an. Setiap suku memiliki
dialek (lahjah) yang khusus dan berbeda dengan suku-suku lainnya. Perbedaan tersebut
pastinya di karenakan faktor kondisi alam, seperti letak geografis dan sosio culture pada
masing-masing suku. Oleh karena itu, disini perbedaan lahjah membawa konsekuensi
lahirnya bermacam-macam bacaan (qira’āh) dalam melafalkan al-Qur’an. Lahirnya macam-
macam qira’āh ini tidak dapat dihindarkan lagi. Oleh karena itu, Rasulullah SAW
membenarkan pelafalan al-Qur’an dengan berbagai macam qira’āh. Sabdanya al-Qur’an itu
diturunkan dengan menggunakan tujuh huruf (unzila hadza al-Quran ‘ala sab’ah ahruf) dan
hadith-hadith lainnya yang sepadan dengannya. Bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an
adalah bahasa Quraisy.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam Qiroatul Quran?
2. Kriteria Al-Quran yang di terima dan di tolak?
3. Hubungan qiroatu quran dengan fiqih dan ushul fiqih?
4. Kegunaan mempelajari ilmu qiroatul quran?

C. Manfaat dan Tujuan


A. Mengetahui pengertian qiroatul quran
B. Mengetahui kriteria Al quran yang di terima dan di tolak
C. Mengetahui hubungan qiroatul quran dengan fiqih dan ushul fiqih
D. Mengetahui kegunaan mempelajari ilmu qiroatul quran
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Qira’at

Secara etimologi, Al-Qira’āt : jama’ dari qira’āh (‫ ( قراءة‬bentuk masdar dari qara’ā (‫رأ‬C‫)ق‬,
sedangkan menurut terminologi salah satu madzab (aliran) pengucapan atau pelafalan al-
Qur’an seorang madzab qurro’ yang berbeda dengan madzab lainnya.[1] Sebagaian ulama
mendefisinikan qira’āh sebagai “ilmu tentang pengucapan kalimat-kalimat al-Qur’an dengan
berbagai macam variasinya dengan cara menyandarkan kepada penutur asal dan aslinya
secara mutawattir.

1.1.1 Macam-macam Qira’āt

Dari segi periwayatan atau sanadnya, qira’āt dibagi menjadi enam macam, yaitu:

a. Mutawattir, yaitu qira’āt yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang mustahil
sepakat berbuat kebohongan pada qira’āt tersebut.
b. Mashyur, yaitu qira’āt yang sanad dari periwayatannya shahih, tetapi tidak mencapai
derajat mutawattir dan sesuai tata bahasa Arab dan rashm Utsmani.
c. Ahad, yaitu qira’āt yang shahih secara periwayatan tetapi menyalahi rashm Utsmani
atau kaidah bahasa Arab.
d. Syadz, yaitu qira’āt yang sanadnya tidak shahih.
e. Maudu, yaitu qira’āt yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sama sekali secara
sanad.
f. Mudraj, yaitu qira’āt yang menyertakan catatan tambahan ke dalamnya. Padahal
tambahan tersebut adalah merupakan hasil penafsiran.

1.2. Kriteria qiroatul quran yang di terima dan di tolak

Adapun syarat-syarat Qira`at, para ulama menetapkan beberapa


Qira`at yang dapat diterima keshahihannya antara lain:

1 Ibnu Khawalih (wafat 370 H)

a. Qira`at sesuai dengan rasam

b. Qira`at sesuai dengan (struktur bahasa Arab)

c. Dalam meriwayatkan Qira`at, harus saling mewarisi.

2 Ibnu Abi Thalib (wafat 437 H)

a. Wajah Qira`at yang kuat dalam bahasa Arab

b. Qira`at sesuai dengan rasam

c. Qira`at yang disepakati oleh umum

3 Al-Kawasyi (wafat 680 H)

a. Sanadnya yang shahih

b. Sesuai dengan bahasa Arab

c. Sesuai dengan rasam

4 Ibnu al-Jazary (wafat 833 H)

a. Sanadnya yang shahih

b. Sesuai dengan bahasa Arab secara mutlak

c. Sesuai dengan rasam sekalipun dugaan 5

Dalam hal ini Ibnu al-Jazary berkata dalam kitab ‫ شسٌال طيبت‬yang dikutip

oleh Ahmad al-Baily sebagai berikut:

•Setiap Qira‟at yang sesuai dengan kaidah bahasa

•Dan tersirat dalam bentuk tulisan, (Utsmani)

•Serta sanadnya shahih, itulah al-Qur'an

•Ketiga-tiganya menjadi rukun

•Sekiranya kurang rukunnya tetaplah menjadi

•Qira`at Syadzdzah walau dalam Qira`at Sab'


Dari keterangan-keterangan di atas, ada dua syarat yang disepakati yaitu:

1. Bacaan yang sesuai dengan struktur bahasa Arab

2. Bacaan yang sesuai dengan rasam Utsmani

1.3. Hubungan qiroatul quran dengan fiqih dan ushul fiqih

Di antara kajian al-Qur’an dalam Ilmu Ushul Fiqih yang menjadi satu perhatian khusus para
ulama adalah terkait ragam periwayatan qira’at al-Qur’an. Sebab qira’at al-Qur’an
merupakan salah satu sebab terjadi perbedaan dalam penyimpulan hukum fiqih, di mana hal
tersebut merupakan tujuan pokok disusunnya ilmu Ushul Fiqih.

Adapun yang menjadi titik perdebatan para sarjana Ushul Fiqih dalam qira’at al-Qur’an
adalah qira’at yang bersifat syazah. Yaitu apakah bacaan al-Qur’an yang diriwayatkan oleh
shahabat dari Nabi saw namun tidak bersifat mutawatir termasuk dikatagorikan al-Qur’an
atau tidak?. Jika bukan bagian dari al-Qur’an, apakah statusnya yang dikaitkan dengan
hukum, dapat dijadikan hujjah atau dalil dalam menetapkan hukum?
1. Hujjiyyah Qira’at Mutawatirah

Para ulama sepakat bahwa Qira’at Mutawatirah berstatus hujjah dalam menetapkan hukum
syara’. Bahkan teks dan lafaz al-Qur’an dengan qira’at inilah yang haram untuk diingkari
seorang muslim serta dihukumi kafir bagi yang menentang dan mengingkarinya.

2. Hujjiyyah Qira’at Syazzah

Sedangkan terkait hujjiyyah Qira’at Syazzah, setidaknya para ulama terpecah menjadi dua
mazhab:

a. Mazhab pertama: Qira’at Syazzah adalah Hujjah.Pendapat ini dianut oleh kalangan al-
Hanafiyyah, satu riwayat dari Imam Malik, imam asy-Syafi’i, dan imam Ahmad, bahwa
Qira’at Syazzah dapat dijadikan dalil dalam menetapkan hukum.

b. Mazhab kedua: Qira’at Syazzah Bukanlah Hujjah.Pendapat ini dianut oleh satu riwayat
imam Malik, dan satu riwayat imam asy-Syafi’i yang dishahihkan oleh al-Amidi, Ibnu al-Hajib,
Ibnu as-Sam’ani, dan an-Nawawi, serta satu riwayat imam Ahmad.

Argumentasi mereka adalah bahwa qira’at syazzah tidak bisa digolongkan sebagai khabar
ahad atau hadits nabi, karena perawinya hanya bermaksud meriwayatkan al-Qur’an, sedang
al-Qur’an mesti diriwayatkan secara mutawatir. Adapun Qira’at Syazzah tentu tidak
diriwayatkan secara mutawatir, maka atas dasar ini qira’at syazzah tidak bisa digolongkan
sebagai khabar ahad ataupun al-Qur’an.

Implikasi Perbedaan:

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari implikasi perbedaan pendapat ini akan
diutarakan satu contoh dari implikasi perbedaan atas status legalitas Qira’at syazzah. Yaitu
masalah, apakah puasa kaffarat atas pembatalan sumpah (kaffarah al-yamin), wajib
dilakukan secara berturut-turut atau tidak?.

Dalam hal ini, mazhab Hanafi dan Hanbali mewajibkannya, berdasarkan Qira’at Syazzah
dari Ibnu Mas’ud tentang kaffarat puasa atas pembatalan sumpah, “Maka berpuasalah tiga
hari secara berturut-turut (fa shiyam tsalatsata ayyamin mutatabi’at”). Sedangkan mazhab
Maliki dan Syafi’i tidak menganggapnya wajib

1.4 Kegunaan mempelajari ilmu qiroatul quran

Dengan bervariasinya qira’at, maka banyak sekali manfaat atau faedahnya, diantaranya:

1. Menunjukkan betapa terpelihara dan terjaganya kitab Allah dari perubahan dan
penyimpangan.
2. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-Qur’an
3. Bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan makna, karena setiap qira’at
menunjukkan sesuatu hukum syara tertentu tanpa perlu pengulangan lafadz.
4. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qira’at lain.
5. Memperbesar pahala.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Qira’āt adalah ilmu yang mempelajari tentang pengucapan kalimat-kalimat di dalam al-Qur’an dengan
cara menyandarkan kepada penutur asal dan aslinya. Timbulnya berbagai perbedaan di
karenakan lahjah atau dialek dari berbagai suku itu berbeda-beda, tetapi qira’āh diturunkan dengan
tujuh huruf. Jika ditinjau dari segi riwayatnya seperti dalam hadith, qira’āt mempunyai enam macam,
seperti Mutawattir, Masyhur, Shahih, Syadz, Maudu’ dan Mudraj. Al-Qur’an dalam wujud mushaf
yang dikenal dan dimiliki kaum muslim sekarang, bukanlah merupakan satu-satunya versi, karena itu
terdapat pula versi qira’āh lainnya yang berbeda dengan versi qira’āh sebagaiman yang terbaca dalam
mushaf al-Qur’an yang kita miliki.
Daftar Pustaka

ABIDIN S., Zainal, Drs., Seluk Beluk al-Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992

HASANUDDIN AF, Anatomi Qur’an; Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbat
Hukum dalam al-Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995

ISMAIL, Sya’ban Muhammad, Dr., Mengenal Qira’at al-Qur’an, Semarang: Bina Utama, 1993

MUDZAKKIR AS, Drs., Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1994

Anda mungkin juga menyukai