Anda di halaman 1dari 14

Makalah Pendidikan Sosial Budaya

“Manusia dan Budaya”

Dosen: Dewi Mashito Istiqomah, M.Pd

Mata Kuliah: Pendidikan Sosial Budaya

Kelompok: 3

1. Suci Romadhotul Arifah (18188203027)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Seraya mengucapkan Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis sampaikan


keharibaan Illahi Rabbi, karena atas segala kenikmatan dan kekuatanNya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul: “​Manusia dan Budaya”​. Sholawat
serta salam penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan
warna Ilahiah dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bangil, 22 Maret 2019

Suci Romadhotul Arifah

2
Daftar Isi

Kata Pengantar 2

Daftar Isi ...................3

Bab I (Pendahuluan) ...4

1.1 Latar belakang.............................................................................................4


1.2 Pembatasan Masalah..................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.4 Tujuan Penulisan.........................................................................................5
1.5 Manfaat.......................................................................................................6

Bab II (Pembahasan) 7

2.1 Pengertian Manusia dan Budaya.................................................................7


2.2 Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya...............................................7
2.3 Apresiasi terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan.....................................8
2.4 Memanusiakan Manusia..............................................................................9
2.5 Etika dan Estetika Berbudaya....................................................................10
2.6 Problematika Kebudayaan.........................................................................11

Bab III (Penutup) 13

3.1 Kesimpulan................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................13
3.3 Daftar Pustaka...........................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ​Latar Belakang

Ilmu Budaya Dasar bermula dari kritik yang diberikan oleh sejumlah
cendikiawan mengenai sistem pendidikan kita yang dinilai sebagai warisan sistem
pendidikan pemerintahan Belanda pada masa penjajahan. Sistem pendidikan warisan
tersebut merupakan kelanjutan dari politik balas budi ​‘Etische Politics’ yang diajukan
oleh Conrad Theodore Van Deventer. Yang memiliki tujuan menghasilkan tenaga
terampil dalam bidang administrasi, perdagangan, teknik, dan keahlian lain demi
kelancaran usaha mereka dalam mengeksploitasi kekayaan negara kita.

Tujuan umum Ilmu Budaya Dasar adalah mengembangkan kepribadian


mahasiswa dengan cara memperluas wawasan berpikirnya, baik yang menyangkut diri
sendiri maupun yang menyangkut orang lain dan alam sekitar.

Bertitik tolak dari kerangka tujuan, ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar, meliputi:

❖ Berbagai aspek kehidupan yang mengungkapkan masalah kemanusiaan dan


budaya (​The Humanities)​ , baik dari segi keahlian (disiplin) di dalam
pengetahuan budaya.
❖ Hakikat manusia yang satu atau universal, tetapi beragam perwujudannya dalam
kebudayaan setiap zaman dan tempat. Dalam menghadapi lingkungan alam,
sosial, dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan,
tetapi juga ketidakseragamam, sebagai mana ekspresinya dalam berbagai bentuk
dan corak ungkapan, pemikiran, perasaan, dan tingkah laku.

4
1.2 Pembatasan Masalah

Untuk membatasi meluasnya pembahasan masalah pada materi Pendidikan


Sosial dan Budaya Dasar ini, maka pembahasannya dibatasi pada materi “Manusia dan
Budaya”.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan Makalah ini adalah :

1. Pengertian Budaya dan Manusia.


2. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya.
3. Apresiasi terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan.
4. Memanusiakan Manusia.
5. Etika dan Estetika Berbudaya.
6. Problematika Kebudayaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia dan Budaya

Manusia secara bahasa berasal dari kata “Manu” (Sansekerta), “Mens”


(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Menurut Paula J.C. dan Janet W.K. adalah makhluk yang
terbuka, bebas memilih makna didalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas
setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan
antar sesama dan unggul multimensional dengan berbagai kemungkinan.

Sedangkan Budaya, adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.

2.2 Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Kelebihan manusia


dibanding makhluk lain terletak pada Akal Budi, Akal budi merupakan pemberian
sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Akal adalah
kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki, selain itu kemampuan
berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang
dihadapinya.

Budi berarti juga akal. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa


budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna
dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan
kejadian.

6
Dengan Akal Budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan
pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam
maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia
adalah pencipta kebudayaan.

2.3 Apresiasi terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan.


2.3.1 Manusia dan Kemanusiaan

Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk


yang tinggi harkat dan martabatnya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan
hakikat dan sifat yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia.
Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan atau tuntutan untuk
berkesesuaian dengan hakikat dari manusia.

Manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi, Harkat adalah nilai,
sedangkan Derajat adalah kedudukan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan harkat
dan martabatnya dibutuhkan sebuah Prinsip Kemanusiaan. Prinsip Kemanusiaan
mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia yang luhur itu.

Ada sebuah ungkapan bahwa “The Mankind is One!” (Kemanusiaan adalah


satu). Dengan demikian , sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak saling
menindas, tetapi saling menghargai dan saling menghormati dengan pijakan prinsip
kemanusiaan. Prinsip kemanusiaan yang ada dalam diri manusia menjadi penggerak
manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.

2.3.2 Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Buddhayah” yang


merupakan bentuk jamak dari Buddhi (budi atau akal). Dalam bahasa inggris disebut
“Culture”, berasal dari bahasa latin “Colere”, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Jadi dapat diperoleh sebuah pengertian, Kebudayaan sebagai sistem


pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran

7
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya.

J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan,


aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (wujud ideal)

Kebudayaan yang berbentuk kumpulan Ide, Gagasan, Nilai, Norma,


Peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak.

b. Aktivitas

Kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat


itu, sering disebut sebagai Sistem Sosial. Sifatnya Konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c. Artefak

Kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat, berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan.

2.4 Memanusiakan Manusia

Memanusiakan Manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai


dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan Manusia adalah
tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan
perilaku-perilaku buruk lainnya.

Memanusiakan Manusia berarti pula perilaku memanusiawikan antar sesama.


Memanusiakan Manusia memberikan keuntungan untuk diri sendiri juga untuk orang
lain. Untuk diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai

8
manusia. Untuk orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian, dan
kesejahteraan hidup.

Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lainnya hanya akan


merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk
mulia. Untuk orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan
menciptakan penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya.

Sikap dan perilaku Memanusiakan Manusia didasarkan prinsip kemanusiaan


yang disebut “The Mankind is One”. Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita
dalam memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan
status sosial ekonomi.

2.5 Etika dan Estetika Berbudaya

2.5.1 Etika Manusia dalam Berbudaya

Kata Etika berasal dari Yunani “Ethos”, secara etimologis etika adalah ajaran
tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan
sebagainya. Berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak
susila, baik dan buruk.

Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut


kehidupan pribadi. Pendukungnya adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat
melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
Sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak
ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia.

2.5.2 Estetika Manusia dalam Berbudaya

9
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Berkaitan
dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetik berarti nilai tentang keindahan.
Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan estetik murni.

1) Secara Luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Meliputi banyak hal, seperti
watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kewajiban yang
indah. Merupakan hasil seni, alam, moral, dan intelektual.
2) Secara Sempit, keindahan yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan
(bentuk dan warna).
3) Secara Estetik Murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan,
pendengaran, perabaan dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan
persepsi (anggapan) indah.

Nilai Estetika bersifat subjektif dan partikular (sesuatu yang indah bagi
seseorang belum tentu indah bagi orang lain). Karena subjektif, nilai estetika tidak bisa
dipaksakan pada orang lain. Nilai estetika lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan
perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang
dihasilkan manusia lainnya.

2.6 Problematika Kebudayaan

Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia


lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan
antra persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring
dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan
dengan hal tersebut kita mengenal adanya:

2.6.1 Pewaris Kebudayaan

10
Adalah sebuah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan pemakaian
kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya
bersifat vertikal, artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi
berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan
datang.

Dalam pewarisan budaya bisa muncul masalah, antara lain: sesuai atau
tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang,
penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya
baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.

Dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda yang menolak budaya yang
hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai
dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan dianggap bertolak belakang dengan
nilai-nilai budaya baru yang diterima sekarang ini.

2.6.2 Perubahan Kebudayan

Adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian di antara


unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak
serasi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk,
sifat perubahan, dampak perubahan, dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan
kebudayaan di dalamnya mencakup perkembangan kebudayaan. Pembangunan dan
modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain


perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat Regress (kemunduran)
bukan Progress (kemajuan). Perubahan bisa berdampak buruk atau bencana jika
dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan di luar kendali manusia.

2.6.3 Penyebaran Kebudayaan

Adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke


kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Kebudayaan kelompok

11
masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misal,
kebudayaan dari masyarakat Barat (negara-negara Eropa) masuk dan memengaruhi
kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula
sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.

Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah. Masyarakat


penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing
yang masuk.

Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antarkebudayaan. Dan dapat


pula berupa Akulturasi dan Asimilasi. Akulturasi adalah pertemuan antara dua
kebudayaan atau lebih yang berbeda. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung
lama dan intensif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan
kebudayaan. Pada umumnya, Asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dalam Makalah ini kita dapat mengetahui tentang Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar dalam konteks ​“Manusia dan Budaya”.​ Dari pengembangan masalah tersebut,
tampak orientasi bahwa dalam ilmu budaya dasar tidak lepas dari masalah-masalah
manusia dan kebudayaannya. Semua pokok bahasan dalam makalah ini pada dasarnya
tercakup dalam pengetahuan budaya (The Humanities).

3.2 Saran

Setelah selesainya pembahasan “Manusia dan Budaya” kita telah mengetahui


bahwa salah satu masalah dalam Kebudayaan adalah “Generasi muda yang tidak lagi
atau berkurangnya generasi muda yang mau menjaga pewarisan budaya”. Oleh karena

12
itu, kita harus kembali untuk menjaga keasrian budaya yang telah diwariskan oleh para
leluhur untuk kita, agar tidak hilang atau diakui oleh negara lain.

Daftar Pustaka

Budi Dharma, Pedoman Perkuliahan Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud, Jakarta 1982

Budi Dharma, Segi Moral dan Kreativitas Konsorsium Antar Bidang, Depdikbud 1982

Cheppy Haricahyono, Ilmu Budaya Dasar, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, 1989

Edi Setiawati, Tari, Bahan Penataran IBD-ISD Wilayah Indonesia Barat,


Depdikbud,1988

Harsya W. Bachtiar (ed), Masyarakat dan Kebudayaan, Djambatan, Jakarta, 1988

Muchtar Hadi, Pokok-pokok Ilmu Budaya Dasar, Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
1989

Mulyanto, RI (et.al), Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung 1987

13
M. Habib Mustopo, dkk., Manusia dan Budaya, Kumpulan Essay Ilmu Budaya Dasar,
Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, 1983

Pujowiyatno, Etika, Filsafat Tingkah Laku, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1982

Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Bahagia, Jilid I Bhratara, 1982

Sunoto, Menuju Filsafat Indonesia, Negara-negara di Jawa Sebelum Proklamasi


Kemerdekaan, PT Hanindika, Yogyakarta, 1983

Suyadi M.P. Drs., Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, UT Depdikbud, 1984-1985, I

Suyadi M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, UT Depdikbud, 1984-1985,
II

The Liang Gie, Drs., Garis-besar Estetik (Filsafat Keindahan), Penerbit Karya,
Yogyakarta, 1976

The Liang Gie, Drs., Teori-teori Keadilan, Penerbit Super, Yogyakarta, 1976

https://abdulaziz96.wordpress.com/2015/03/17/pengertian-manusia/

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya

Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si. & Winarto, S.Pd., M.Si., Ilmu Sosial & Budaya Dasar,
Penerbit Bumi Aksara, Jl. Sawo Raya No. 18 Rawamangun, Jakarta Timur 13220, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai