Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnya maka penulis telah menyelesaikan sebuah karya tulis ini tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Manusia dan
Kebudayaan”. Dalam pembahasannya, karya tulis ini mengangkat tentang unsur-unsur manusia,
hakekat manusia, pengertian kebudayaan, model kebudayaan, sistem budaya , perubahan
kebudayaan , persoalan – persoalan kebudayaan , globalisasi, multikulturalisme , dan masyarakat
majemuk . Bisa di selesaikan tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas matakuliah “ Imu
Sosial Dan Budaya Dasar “.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih untuk dosen pengampu mata kuliah ini Ibu Trisni
ats bimbingan makalah ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga untuk rekan – rekan mahasiswa
sekalian yang sudah mendukung penulisan makalh ini. Dan terima kasih yang sebesar – besarnya
untuk rekan – rekan penulis sekalian untuk mendiskusikan isi dari makalah dan atas kerja
kerasnya dalam penyelesaian makalah ini.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta dan memohon maaf bilamana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat.Dan pemakalah
berhadap dapat di beri keritik dan saran atas penulisan makalah ini. Dengan ini penulis ingin
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa hormat dan terima kasih.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

BAB I Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Masalah 4

BAB II Pembahasan 5

2.1 Pengertian Kebudayaan 5

2.2 Model Kebudayaan 6

2.3 Sistem Budaya 6

2.4 Perubahaan Kebudayaan 7

2.5 Persoalan Kebudayaan 8

2.6 Globalisasi 9

2.7 Multikulturalisme 9

2.8 Masyarakat Majemuk 10

BAB III Penutup 13

3.1 Kesimpulan 13

Daftar Pustaka 16
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan karena dimana manusia itu
hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang
di tinggalinya. Sedangkan Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah spesies primata
dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian,
mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. Selain itu manusia
merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-
kebiasaan tertentu yang pada akhirnya menjadi budaya yang biasa mereka lakukan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah
kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai
pendudukungnya dan kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia di
dalam kehidupannya.

 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Kebudayaan ?


2. Bagaimana kita dapat menjelaskan Model Kebudayaan ?
3. Bagaimana kita dapat menjelaskan Sistem Budaya ?
4. Bagaimana kita dapat menjelaskan Perubahan Kebudayaan ?
5. Apa saja Persoalan Kebudayaan ?
6. Apa pengertian dari Globalisasi ?
7. Bagaimana kita dapat menjelaskan Multikulturalisme ?
8. Bagaimana kita dapat menjelaskan Masyarakat Majemuk ?
9. Apa saja penyebab terjadinya perubahan budaya
10. Bagaimana kita dapat menjelaskan kaitan antara manusia dengan kebudayaan?

 Tujuan Masalah

Tujuan dari karya ilmiah ini adalah bagaimana mahasiswa dapat memahami berbagai
kebudayaan kenyataan yang diwujudkan oleh kebudayaan dan dapat menjelaskan hubungan
antara manusia dan kebudayaan , mengetahui hakekat manusia, mengetahui semua unsur-unsur
kebudayaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia dan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari
hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan yang
unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang sebagai
kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia).
Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi).
Manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain
sebagainya.

Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab pertanyaan
tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-
unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk
menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.

 Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:

1. Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati
ruang dan waktu.
2. Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
3. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami
kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat
lahirnya kebudayaan.
4. Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie,
1992 hal: 62-84).

 Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu:

1. Ide, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id
merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang
harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan.
2. Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id
dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip
realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
3. Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima
tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan
kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan,
1991; hal 205-206).

2.2 Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan
berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam
kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.

Kebudayaan, cultuur (bahasa belanda), culture (bahasa inggris), tsaqafah (bahasa arab),
berasal dari perkataan latin “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti
culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.

Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama
(Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan,
karena IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana
pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :

1. Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
2. Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut
kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.
Sedangkan Koentjaraningrat. Mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi
pekertinya.

Selanjutnya, kebudayaan berisi serangkaian aturan–aturan, petunjuk– petunjuk , resep–resep,


rencana-rencana,dan strategi-strategi yang terdiri dari serangkayan model-model koknitif dan
secara selektif di gunakan oleh manusia yang memilikinya serta yang sesuai dengan lingkungan
yang dihadapi manusia tersebut (Suparlan, 1980). Selain kebutuhan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya, manusia juga mempunyaim kebutuhan – kebutuhan lain yang harus di penuhi .
beberapa jenis dari kebutuhan tersebut adalah ;

1. Kebutuhan Primer seperti ; makan , minuman, bernafas, buang air,dorongan seksual,


reproduksi, dan perlindungan terhadap iklim, suhu, serta cuaca.
2. Kebutuhan Sekunder; untuk memenuhi kebutuhan primernya, manusia harus terlibat
dalam kerjasama dengan sejumlah orang seperti berkomunikasi , melaksanakan
kegiatan bersama , mengikuti pendidikan dan lain-lain.
3. Kebutuhan Integratif adalah kebutuhan yang berfungsi mengintergrasikan berbagai
kebutuhan. Dalam hal ini kebudayaan menjadi suatu sistem yang bulat dan
menyeluruh serta yang masuk akal bagi para pendukung kebudayaan tersebut.
Misalnya seperti adanya perasaan tentang benar atau salah, adil dan tidak adil,
ungkapan estetik, rekreasi, hiburan dan lain- lain (Suparlan 1985).

2.3 Model Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang
kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam bukunya: “Primitive
Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain,
serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006).
Goodenough (dalam Kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa kebudayaan adalah suatu sistem
kognitif, yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada
dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan berada
dalam tatanan kenyataan yang ideasional. Atau, kebudayaan merupakan perlengkapan mental
yang oleh anggotaanggota masyarakat dipergunakan dalam proses orientasi, transaksi,
pertemuan, perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam
masyarakat mereka.
Kebudayaan berkembang dengan berbagai model yang terstruktur. Berpedoman pada
model-model tersebut, kebudayaan merupakan strategi dalam upaya memenuhi kebutuhan
primere, sekunder, dan intergratif manusia.

Dalam melaksanakan pekerjaan berburu dan bertani, masyarakat mengembangkan


polanya sendiri sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungannya .dalam rangka memenuhi
kebutuhan ini, manusia memmbentuk organisasi social untuk melaksanakan pekerjaan bersama,
misalnya organisasi kekerabatan dalam masyarakat tradisional sebagai pemenuhan kebutuhan
sekunder. Sistem kekerabatan ini membutuhkan aturan – aturan atau norma yang bertujuan
mengintegrasikan dan melestarikan kelompok kekerabatan tersebut.

Aspek kognisi dari kebudayaan adalah pengetahuan-pengetahuan lokal. Pengetahuan


pengetahuan dalam membuat cangkul misalnya, berbeda antara satu kelompok social satu
dengan kelompok social yang lainnya. Pengetahuan tentang musim berbeda satu dengan yang
lain dengan kondisi alam yang berbeda.

Dengan demikian, unsur kebudayaan yang sepotong-sepotong tidak bisa diatas namakan
sebagai kebudayaan. Jika terdapat pola tingkah laku yang sama tidak dapat dikatan bahawa
kebudayaannya juga relatif sama. Sebagai ilustrasi, jika ada 3 orang yang mengedipkan matanya,
belum tentu dasar pemikirannya juga sama. Orang pertama mungkin memang sakit mata. Orang
kedua makna kedipan matannya adalah membuat persengkongkolan. Otrang ketiga tertarik pada
lawan jenisnya. Jadi, dalam rangka mempertajam alat analisis lebih baik membahas salah satu
unsure kebudayaan tersebut. Misalnya, jika kita membicarakan kebudayaan dari konsep yang
umum, hal yang perlu di ingat adalah kebudayaan merupakan bagian yang integral dari aspek
koknitif , aspek tingkah laku, dan aspek material.

2.4 Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan komponen- komponen dari suatu kebudayaan. Menurut


Keesing (dalam Saifuddin 2005) komponen tersebut adalah, kebudayaan sebagai sistem adaptif ,
sistem kognitif sistem struktur dari simbol-simbol dan sistem simbol.

2.4.1 Sistem Adaptif

Kebudayaan sebagai sistem adaptif berfungsi utama sebagai penyesuaian diri


masyarakata terhadap lingkungannya dan sebagai sistem sarana untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya,baik lingkungan alam maupun sosial.Sebagai salah satu
contoh,pertanian subsistensi dengan cara peladangan berp[indah merupakan strategi adaptasi
terhadap lingkungan perbukitan yang hanya mengandalkan air dari hujan.Sebagai hasilnya,padi
yang dikembangkan berbeda dari padi yang ditanam disawah. Di dalam kebudayaan industry,
penerapan aturan-aturan standar mutu adalah strategi adaptasi terhadap pasar global.
2.4.2 Sistem Kognitif

Kebudayaan sebagai sistem kognitif tersusun dari segala yang diketahui dalam berpikir
menurut cara tertentu yang berlaku bagi warga kebudayaan. Cara berpikir masyarakat tradisional
misalnya, lebih banyak mengandalkan analogi-analogisedangkan cara berpikir masyarakat
modern lebih banyak mengandalkan cara berpikir ilmiah yang memerlukan bukti-bukti untuk
mendukung pernyataanya.

2.4.3 Struktur simbol

Kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol yang dimiliki bersama,memiliki


analogi dengan struktur pemikiran manusia yang terdiri dari simbol-simbol dengan makna-
makna yang dimiliki bersama,dapat diidentifikasi dan bersifat publik

2.4.4 Sistem simbol

Simbol dapat berupa kata, angka,gerak tubuh yang bermakna. Bagaikan suatu
kalimat,suatu simbol bisa langsung dibaca maknanya, tetapi adakalanya suatu simbol tidak
berdiri sendiri sehingga maknanya bisa dibaca ketika ia muncul bersama dengan symbol-simbol
lain.

2.5 Perubahan Kebudayaan

Kebudayaan bersifat dinamis.Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi


dan seni, kebudayaan pun terus menerus mengalami perubahan. Beberapa factor yang
menyebabkan perubaha dapat diuraikan sebagai berikut:

2.5.1 Discovery dan Invention

Discovery berarti bertambahnya pengetahuan sedangkan invention berarti aplikasi baru


dari pengetahuan tersebut.Discovery atau invention bisa ditemukan dari atau luar
masyarakat.Suatu perubahan akan terjadi apabila discovery dan invention diterima sebagai
inovasi.

2.5.2 Difusi

Difusi mengandung pengertian sebagai peminjaman elemen – elemen kebudayaan baru


dari luar dan di intergrasikan kedalam kebudayaan kelompok penerima. Peminjaman ini
kedalam kebudayaan, namun bisa juga berakibat fatal.
2.5.3. Akulturasi

Akulturasi mirip dengan difusi yang juga peminjaman. Bedanya, jika difusi meminjam
kebudayaan secara sukarela, akulturasi lebih cenderung meminjamkan kebudayaan dengan cara
memaksakan.

2.5.4 Revolusi

Revolusi adalah proses perubahan yang berlangsung secara drastis dan cepat. Biasannya
disertai dengan pemberontakan. Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling
berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan
primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan
adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi.
Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.
Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam masyarakat.

Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri


2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat
yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.

Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-
unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Suatu masyarakat yang terkena
proses akulturasi selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya

1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada,
maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan
baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan
yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan
mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

2.6 Persoalan- Persoalan Kebudayaan

Demikian luasnya cakupan kebudayaaan semakin banyak persoalan – persoalan di tingkat


detilnya dan tak habis – habisnya untuk dikaji. Namun ada dua permasalahn yang lebih penting
dikaji secara bersama- sama yaitu terhadap globalisasi dan multikulturalisme.

2.7 Globalisasi

Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya.
Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah
(material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau
mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja.
Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.

 Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan
difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak
yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu
tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut
system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
 Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola
manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto
dan didokumentir.
 Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya
manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba,
difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat
tidak terpisah satu dengan yang lainnya.

2.7 Orientasi Nilai Budaya

Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu
masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama
lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.

Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan
berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,

Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:

(1) masalah hakekat hidup,

(2) hakekat kerja atau karya manusia,

(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,

(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan

(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.

 Masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak


kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk
dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk
memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan
dan makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini
berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
 Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada
kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup
(survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada
yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi
kepada prestasi bukan kepada status.
 Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang
memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
 Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam.
Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya
ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai
manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan
dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
 Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan
hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil
keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral)
antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian.

2.9 Kaitan Manusia dan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia
di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam
ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu
memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin
mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar
sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi
maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan,
karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri.

Dialektis

Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke
hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang
saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen
dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan
sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis
merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi
peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi.
Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel,
proses ini disebut sebagai aufgehoben.

Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah
sama dengan isi kesadaran Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel
memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi
(seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu:
a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam
suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi,
dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan.

3 Tahap Proses Dialektis

Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :

1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan


membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan
manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
.baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan
mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari
hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Ada dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang
membangun manusia.

 Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu:

1. Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati
ruang dan waktu.
2. Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
3. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami
kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat
lahirnya kebudayaan.
4. Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie,
1992 hal: 62-84).

 Manusia sebagai satu kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu:

1. Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id
merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang
harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung
melalui mimpi atau khayalan.
2. Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id
dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip
realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
3. Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima
tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan
kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan,
1991; hal 205-206).

Dalam kehidupan manusia mempunyai hakekatnya. Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.

Dari setiap kebudayaan yang ada manusia mempunyai kepribadian masing-masing contohnya
kepribadian budaya timur. Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang
mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang
menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah
Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat
teposeliro atau memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya
aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat.

Sedangkan pengertian kebudayaan itu sendiri berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta
yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Dalam kebudayaan ada unsur-unsurnya.
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan
upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata
pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Selain unsur
kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat
umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang
memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami.
Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu,
kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.

Kebudayaan juga mengalami perubahan, perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam
masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling
berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan
primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Ada lima masalah
pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal.
Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:

(1) masalah hakekat hidup,

(2) hakekat kerja atau karya manusia,

(3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,

(4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan

(5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar
sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Dalam
kebudayaan juga ada yang disebut dengan dialektis. Dialektika disini berasal dari dialog
komunikasi sehari-hari. Ada 3 proses dalam dialektis. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga
tahap yaitu :

1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan


membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan
manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu
kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian
masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk
perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya
bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan
.baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html

http://irma-elita.blogspot.com/2013/03/perubahan-kebudayaan.html
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html

http://jimmyprianto.blogspot.com/2014/01/pengertian-kebudayaan.html

http://hakkajiten.wordpress.com/index/ilmu-budaya-dasar/kepribadian-bangsa-timur/

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-hakikat-manusia-
dan_17.html

http://nie07independent.wordpress.com/hakikat-manusia/

http://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/manusia-dan-kebudayaan/

http://vanillabluse.blogspot.com/2014/05/makalah-manusia-dan-kebudayaan.html

http://aras-rizki.blogspot.com/2012/03/pengertian-tentang-manusia-dan.html

Anda mungkin juga menyukai