Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KAPASITAS KINERJA BUNDARAN LEUWIDAUN DI KABUPATEN

GARUT MENGGUNAKAN MKJI 1997


Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Rekayasa Lalu Lintas

Disusun Oleh :
Jaki Madani (1811011)
Panji Septiana (1811030)
Bambang Haidar Dwiyanto (1811032)
Aji Samsul Muarif (1811034)
Wildan Taufik Nugraha (1811035)
Ilham Malik (1811037)
Amelia Citra Mulya Komalasari (1811040)
Rima Siti Rohimah (1811042)
Khoerul Zaman (1811045)
Asep Hilaludin (1811049)
Zulfiqor Abdul Aziz (1811053)
Maris Bakti Fauzi (1811057)
Diki Kurniawan (1811058)
Santika Juniyanti (1811087)
Maftuh Ulumudin (1711057)
Moch Rizky Shaomi Fahlevi (2011131)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL INSTITUT


TEKNOLOGI GARUT 2021
i

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Analisi Bundaran di Wilayah Kota Garut .
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas.
Laporan tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak terutama dosen kami yakni
Athaya Zhafirah SST. MTr.T, yang senantiasa membantu kami dalam proses pembelajaran
maupun proses penyusunan laporan ini. Maka dari itu, kami berterima kasih yang sebesar-
besarnya kepada beliau atas bimbingannya.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat masih terdapat banyak kesalahan. Maka
dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar kami dapat
menyusunnya lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Garut, 3 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................2
2.1 Studi Literatur..............................................................................................................................2
2.2 Dasar Teori..................................................................................................................................2
2.2.1 Bundaran..................................................................................................................................2
2.2.2 Tipe – Tipe Bundaran................................................................................................................3
2.2.3 Kinerja Bagian Jalinan...............................................................................................................5
2.2.3.1 Kapasitas Bagian Jalinan.....................................................................................................5
2.2.3.2 Derajat Kejenuhan.............................................................................................................7
2.2.3.3 Tundaan Bagian Jalinan Bundaran.....................................................................................7
2.2.3.4 Peluang Antrian Bagian Jalinan Bundaran..........................................................................8
2.2.3.5 Tingkat Pelayanan Simpang...............................................................................................8
BAB III METODOLOGI...........................................................................................................................10
3.1 Gambaran Umum Lokasi............................................................................................................10
3.2 Metode Pengambilan Data........................................................................................................11
3.3 Metode Analisis Data................................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................12
4.1 Presentasi Data..........................................................................................................................12
4.2 Pembahasan..............................................................................................................................28
BAB V...................................................................................................................................................29
PENUTUP.............................................................................................................................................29
5.1 Kesimpulan...............................................................................................................................29
5.2 Saran.........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30
LAMPIRAN...........................................................................................................................................31

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garut merupakan kota besar dengan jumlah penduduknya mencapai 2,28 juta jiwa
berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Garut Tahun
2020. Peningkatan jumlah penduduk antara lain disebabkan oleh urbanisasi, dengan semakin
beragamnya lapangan kerja yang tersedia di Kota Garut. Selain itu bertambahnya penggunaan
lahan di Kota Garut juga meningkatkan kepadatan penduduk, yang mengakibatkan
pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain meningkat secara signifikan.
Pergerakan tersebut sebagian besar menggunakan kendaraan pribadi, sehingga
menyebabkan kepadatan lalu lintas dan bahkan kemacetan yang panjang di berbagai ruas
jalan Kota Garut. Hal ini diperparah dengan kurang memadainya sarana dan prasarana
angkutan umum, sehingga masyarakat tidak mempunyai pilihan lain dalam melakukan
pergerakan selain dengan kendaraan pribadi.
Di dalam penelitian ini akan menganalisis salah satu bundaran yang ada di Kabupaten
Garut. Pada saat penelitian ini dilakukan, di sekitar bundaran ini sebagian besar penggunaan
lahannya merupakan lahan pertokoan atau komersil. Berdasarkan uraian dari latar belakang,
maka dapat dikemukakan beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi kapasitas bundaran,nilai derajat kejenuhan bundaran, nilai tundaan bundaran
dan peluang antrean bundaran.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu :
1. Mengetahui kapasitas jalinan Bundaran Leuwidaun.
2. Mengetahui derajat kejenuhan Bundaran Leuwidaun.
3. Mengetahui tundaan Bundaran Leuwidaun.
4. Mengetahui peluang antrean Bundaran Leuwidaun.
1.3 Batasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dari laporan ini adalah
1. Kondisi arus lalu lintas yang akan diambil pada hari Senin dan Sabtu dari pukul
11.00 – 12.00 WIB.
2. Sesuai standar cara perhitungan kapasitas lalu lintas yang ada di Indonesia yaitu
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
3. Tidak menghitung struktur dan biaya.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Literatur
2.1.1 MKJI 1997
Dari Pedoman MKJI 1997 untuk simpang tak bersinyal dengan nilaiDerajat
Kejenuhan (DS) lebih dari 1,00 maka persimpangan tersebut tidak memenuhi syarat dari
pedoman MKJI 1997 dan simpang tersebut sperldibutuhkan Traffic Light menjadi simpang
bersinyal. Apabila nilai DerajatKejenuhan (DS) masih kurang dari 1,00 maka persimpangan
tersebut masih belumdibutuhkan Traffic Light atau memenuhi syarat dari pedoman MKJI
1997.Untuk menghindari tertutupnya simpang dengan arus masuk total yanglebih dari 1000
kendaraan/jam puncak pada simpang antara jalan-jalan dua lajurdan > 1500 kendaraan/jam
puncak jika satu dari jalan tersebut adalah empat lajuratau lebih besar maka persimpangan
tersebut disarankan dibangun bundaran.

2.1.2 Margarethn E. Bolla, Sudiyo Utomo dan Arnoldus Yansen Phoa


Dari Jurnal Margarethn E. Bolla, Sudiyo Utomo dan Arnoldus YansenPhoa yang
berjudul “Analisa Kinerja Ruas Jalan Jenderal Soeharto, Kota Kupang(Studi Kasus : STA.
00+625 Sampai STA. 00+825” Dari hasil analisis, ruas JalanJenderal Soeharto (Sta. 00+625
sampai Sta. 00+825) memiliki nilai hambatansamping sangat tinggi yaitu sebesar 1722.70
kejadian per 200 meter per jam,kapasitas ruas jalan tersebut 2079,00 smp/jam, kecepatan arus
bebas 37,18 km/jam,kecepatan sesungguhnya 20,00 km/jam, dan nilai derajat kejenuhan 1,09
sehinggaruas jalan yang ditinjau berada pada tingkat pelayanan F atau kondisi terburuk.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja ruas jalanJenderal


Soeharto yaitu dengan cara menertibkan kendaraan yang menggunakanbadan jalan sebagai
lahan parkir dan melakukan pelebaran jalan. Denganmelakukan hal ini kapasitas ruas jalan
akan naik menjadi 7338,60 smp/jam, derajatkejenuhan menjadi 0,31, sehingga ruas Jalan
Jenderal Soeharto berada padakategori tingkat pelayanan B.

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Umum
Persimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan.
Ketika berkendara didalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah
perkotaan biasanya memiliki persimpangan, dimana pengemudi dapat memutuskan untuk
jalan terus atau berbelok dan pindah jalan. Persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai
daerah umum dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan

2
fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas didalamnya (AASHTO 2001 dalam C .Jotin
Khisty dan B. kent Lall, 2003:274).
Karena persimpangan harus dimanfaatkan bersama-sama oleh setiap orang yang ingin
menggunakanya, maka persimpangan tersebut harus dirancang dengan hati-hati, dengan
mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, kecepatan, biaya operasi, dan kapasitas.
Pergerakan lalu lintas yang terjadi dan urutan-urutanya dapat ditangani dengan berbagai cara,
tergantung pada jenis persimpangan yang dibutuhkan (AASHTO, 2001 dalam C .Jotin Khisty
dan B. kent Lall, 2003:274).
Berdasarkan Kapasitas (Capacity/C) dan Arus Lalu Lintas yang ada (Q) akan
diperoleh angka Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation/DS). Dengan nilai Derajat
Kejenuhan (DS) dan nilai Kapasitas (C), dapat dihitung tingkat kinerja dari masing-masing
pendekat maupun tingkat kinerja simpang secara keseluruhan sesuai dengan rumus yang ada
pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Adapun tingkat kinerja yang diukur pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 adalah Tundaan (Delay/D) dan Peluang antrian.
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997).
2.2.2 Simpang Jalan Tak Bersinyal
Jenis simpang jalan yang paling banyak dijumpai di perkotaan adalah simpang jalan tak
bersinyal. Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalu lintas di jalan minor dan pergerakan
membelok sedikit.

Simpang tak bersinyal secara formal dikendalikan oleh aturan dasar lalu lintas Indonesia
yaitu memberikan jalan kepada kendaraan dari kiri. Ukuran-ukuran yang menjadi dasar kinerja
simpang tak bersinyal adalah kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian
(MKJI;1997).

Pada persimpangan khususnya persimpangan sebidang terdapat 4 jenis pergerakan arus


lalu lintas yang dapat menimbulkan konflik, yaitu :

1. Memotong (Crossing): Perpotongan arus kendaraan


2. Memisah (diverging): Berpisahnya arus lalu lintas dari beberapa ruas jalan
3. Mengumpul (merging): Berkumpulnya arus lalu lintas beberapa ruas jalan
4. Bergelombang (weaving): Gerakan berpindah-pindah jalur
Jumlah titik konflik pada persimpangan jalan tergantung pada :

• Jumlah kaki persimpangan


• Jumlah lajur dari setiap kaki persimpangan

3
• Jenis pengendalian lalu lintas
• Gerakan lalu lintas yang diizinkan

Simpang dengan 3 (tiga) lengan mempunyai titik-titik konflik sebagai berikut:

Keterangan :

Gambar 1. Aliran kendaraan di simpang tiga lengan/pendekat.


Sumber: Selter, 1974

2.2.3 Prosedur Perhitungan Analisis Kinerja Simpang Tidak Bersinyal


Secara lebih rinci, prosedur perhitungan analisis kinerja simpang tak bersinyal
meliputi formulir-formulir yang digunakan untuk mengetahui kinerja simpang pada
simpang tidak bersinyal adalah sebagai berikut :
1. Formulir USIG-I Geometri dan arus lalu lintas.
2. Formulir USIG-II, analisis mengenai lebar pendekat dan tipe simpang, kapasitas dan
perilaku lalu lintas.
2.2.3.1 Data Masukan
Disini akan diuraikan secara rinci tentang kondisi-kondisi yang diperlukan untuk
mendapatkan data masukkan dalam menganalisis simpang tidak bersinyal diantaranya
adalah:

1. Kondisi Geometrik
Sketsa pola geometrik jalan yang dimasukkan ke dalam formulir USIG-I.
Harus dibedakan antara jalan utama dan jalan minor dengan cara pemberian nama.
Untuk simpang lengan tiga, jalan yang menerus selalu dikatakan jalan utama. Pada
sketa jalan harus diterangkan dengan jelas kondisi geometrik jalan yang dimaksud
seperti lebar jalan, lebar bahu, dan lain-lain.

2. Kondisi Lalu Lintas


Kondisi lalu lintas yang dianalisa ditentukan menurut Arus Jam Rencana atau
Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan dengan faktor –k yang sesuai untuk konversi

4
dari LHRT menjadi arus per jam. Pada survei tentang kondisi lalu lintas ini, sketsa
mengenai arus lalu lintas sangat diperlukan terutama jika akan merencanakan
perubahan sistem pengaturan simpang dari tidak bersinyal ke simpang bersinyal
maupun sistem satu arah.

3. Kondisi Lingkungan
Berikut data kondisi lingkungan yang dibutuhkan dalam perhitungan:

A. Kelas ukuran kota.


Yaitu ukuran besarnya jumlah penduduk yang tinggal dalam suatu daerah
perkotaan seperti pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kelas Ukuran Kota

Ukuran Kota Jumlah Penduduk (juta jiwa)


Sangat kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat besar ≥ 3,0
Sumber: Departemen PU (1997)
B. Tipe lingkungan jalan
Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna lahan dan
aksebilitas jalan tersebut dari aktifitas sekitarnya hal ini ditetapkan secara
kualitatif dari pertimbangan teknik lalu lintas dengan buatan Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tipe Lingkungan Jalan

Tata guna lahan komersial (misalnya


pertokoan, rumah makan, perkantoran)
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan
Komersial kaki dan kandaraan.
Tata guna lahan tempat tinggal dan jalan
masuk langsung bagi pejalan kaki dan
Pemukiman kendaraan

5
Tanpa jalan masuk atau jalan masuk terbatas
(misalnya karena adanya penghalang fisik,
Akses terbatas jalan samping, dsb)
Sumber: Departemen PU (1997)

C. Kelas hambatan samping


Akibat kegiatan sisi jalan seperti pejalan kaki, penghentian angkot dan
kendaraan lainnya, kendaraan masuk dan keluar sisi jalan dan kendaraan lambat.
Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan teknik lalu lintas sebagai
tinggi, sedang atau rendah.
Menurut MKJI 1997, hambatan samping disebabkan oleh empat jenis kejadian
yang masing-masing memiliki bobot pengaruh yang berbeda terhadap kapasitas,
yaitu:

a) Pejalan kaki : bobot = 0,5


b) Kendaraan parkir/berhenti : bobot = 1,0
c) Kendaraan keluar/masuk : bobot = 0,7
d) Kendaraan bergerak lambat : bobot = 0,4

Frekuensi tiap kejadian hambatan samping dicacah dalam rentang 100 meter ke kiri
dan kanan potongan melintang yang diamati kapasitasnya lalu dikalikan dengan
bobotnya masing-masing.

2.2.3.2 Perhitungan Arus Lalu Lintas dalam smp


1. Klasifikasi data arus lalu lintas per jam masing-masing gerakan di konversi ke
dalam smp/jam dengan mengalikan jumlah kendaraan dan nilai emp yang tercatat
pada formulir. LV (Arus kendaraan ringan); 1,0; HV (Arus kendaraan berat); 1,3;
MC (Arus sepeda motor); 0,5.

2. Data arus lalu lintas per jam (bukan klasifikasi) tersedia untuk masing-masing
gerakan, beserta informasi tentang komposisi lalu lintas keseluruhan dalam %.

Fsmp = (empLV x LV% + empHV x HV% + empMC x MC%)/100 ( 2.1)


Dimana :

Fsmp = Faktor dari nilai smp dan komposisi arus.

LV% = Persentase total arus kendaraan ringan.

6
HV% = Persentase total arus kendaraan berat. MC% = Persentase total
arus sepeda motor.

2.2.3.3 Kapasitas Simpang Tidak Bersinyal


Kapasitas adalah kemampuan suatu ruas jalan melewatkan arus lalu lintas secara
maksimum. Kapasitas total untuk seluruh pendekat simpang adalah hasil perkalian
antara kapasitas dasar (CO) untuk kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor penyesuaian
(F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi sesungguhnya terhadap kapasitas.

Kapasitas dihitung dari rumus berikut:

C = Co x Fw x Fm x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI (2.9)

Dimana:

C = Kapasitas

Co = Nilai kapasitas dasar.

Fw = Faktor penyesuaian lebar pendekat.

Fm = Faktor penyesuaian median jalan mayor.

Fcs = Faktor penyesuaian ukuran kota.

FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan


kendaraan tak bermotor.

FLT = Faktor penyesuaian belok kiri.

FRT = Faktor penyesuaian belok kanan.

FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor.

1. Lebar Pendekat dan Tipe Simpang

Pengukuran lebar pendekat dilakukan pada jarak 10 meter dari garis imajiner
yang menghubungkan jalan yang berpotongan, yang dianggap sebagai mewakili
lebar pendekat efektif untuk masingmasing pendekat. Perhitungan lebar pendekat
rata-rata adalah jumlah lebar pendekat pada simpang dibagi dengan jumlah lengan
yang terdapat pada simpang tersebut Parameter geometrik berikut diperlukan untuk
analisa kapasitas.

7
Lebar rata-rata pendekat minor dan utama WAC,WBD dan lebar rata - rata
pendekat WI.( simpang empat lengan)

1) Perhitungan lebar rata-rata pendekat pada jalan minor dan jalan utama .

WAC = (WA + WC) / 2 ; WBD = (WB + WD) / 2 (2.10)

Dimana :

WAC = Lebar pendekat jalan minor.

WBD = Lebar pendekat jalan mayor.

WI = Lebar pendekat jalan rata-rata.

2) Perhitungan lebar rata-rata pendekat.

WI = (WA+WC+WB+WD)/jumlah lengan simpang (2.11)

Pada perhitungan ini, ditentukan sesuai dengan kode simpang dengan jumlah
lengan simpang, jumlah lajur jalan minor, dan lajur jalan utama yang dijelaskan
dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kode Tipe Simpang

Kode Jumlah Jumlah Jumlah


Simpang lengan lajur Jalan lajur Jalan
Simpang Minor Utama
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
Sumber: Departemen P.U (1997

2. Kapasitas Dasar (Co)

Nilai kapasitas ditentukan berdasarkan tipe simpang yang akan dijelaskan dalam
Tabel 2.4.

8
Tabel 2.4 Kapasitas Dasar Tipe Simpang

Tipe
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Simpang
322 2700
342 2900
324 atau 344 3200
422 2900
424 atau 444 3400
Sumber: Departemen PU (1997)

3. Faktor Penyesuain Lebar Pendekat (Fw)

Faktor penyesuaian lebar pendekat dihitung berdasarkan variabel input lebar


pendekat (W1) dan tipe simpang.

Gambar 2.2 Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat

Sumber: Departemen P.U (1997)

4. Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (FM)

Faktor penyesuain ini hanya digunakan untuk jalan utama dengan 4 lajur.
Variabel masukan adalah tipe median jalan utama.

9
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama (FM)

Faktor
Tipe
Uraian Penyesuain
M
median (FM)
Tidak
Tidak ada median jalan utama 1,00
ada
Ada median jalan utama, lebar
Sempit 1,25
<3m
Ada median jalan utama, lebar
Lebar 1,20
≥3m
Sumber : Departemen PU (1997)

5. Faktor Penyesuain Ukuran Kota (Fcs)

Besarnya jumlah penduduk suatu kota akan mempengaruhi karakteristik


perilaku pengguna jalan dan jumlah kendaraan yang ada. Faktor penyesuain ukuran
kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)

Faktor Penyesuaian
Penduduk
Ukuran kota Median
(juta)
(Fcs)
Sangat kecil < 0,1 0,82

Kecil 0,1≤ X <0,5 0,88

Sedang 0,5≤ X <1, 0 0,94

Besar 1,0≤ X <3,0 1,00

Sangat besar ≥ 3,0 1,05


Sumber : Departemen PU (1997)

6. Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
bermotor (FSF), Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor, FRSU dihitung dengan menggunakan tabel 2.7. Variabel

10
masukan adalah tipe lingkungan jalan (RE), kelas hambatan samping (SF) dan rasio
kendaraan tak bermotor (PUM).

Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan Hambatan Samping Dan Kendaraan Tak
Bermotor (FRSU)
Rasio Kendaraan Tak
Kelas Kelas
Bermotor PUM
Tipe Ham
0 0 0 0 0 ≥
Lingk batan
, , , , , 0
ungan Samp
0 0 1 1 2 ,
Jalan ing
0 5 0 5 0 2
RE SF
5
Ting 0 0 0 0 0 0
gi , , , , , ,
9 8 8 7 7 7
3 8 4 9 4 0
Seda 0 0 0 0 0 0
Komer ng , , , , , ,
sial 9 8 8 8 7 7
4 9 5 0 5 0
Rend 0 0 0 0 0 0
ah , , , , , ,
9 9 8 8 7 7
5 0 6 1 6 1
0 0 0 0 0 0
Ting , , , , , ,
gi 9 9 8 8 7 7
6 1 7 2 7 2
Pemuk
0 0 0 0 0 0
iman
Seda , , , , , ,
ng 9 9 8 8 7 7
7 2 8 2 7 3
Rend 0 0 0 0 0 0

11
ah , , , , , ,
9 9 8 8 7 7
8 3 9 3 8 4
Ting
gi, 1 0 0 0 0 0
Akses
sedan , , , , , ,
terbata
g, 0 9 9 8 8 7
s
Rend 0 5 0 5 0 5
ah
Sumber: Departemen PU (1997)
7. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT)

Faktor ini merupakan penyesuain dari persentase seluruh gerakan lalu lintas yang
belok kiri pada simpang. Faktor ini dapat dilihat pada grafik.

Gambar 2.3 Faktor penyesuaian belok kiri

Sumber: Departemen P.U (1997)

8. Faktor penyesuaian belok kanan (FRT)

Faktor ini merupakan penyesuaian dari persentase seluruh gerakan lalu lintas yang
belok kanan pada simpang. Faktor penyesuain belok kanan untuk simpang 4 lengan
adalah FRT = 1.0 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

12
Gambar 2.4 Faktor penyesuaian belok kanan

Sumber: Departemen P.U (1997)

9. Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor (PMI)

Faktor penyesuaian rasio arus minor ditentukan dari Grafik 2.4. Batas nilai yang
diberikan untuk PMI pada grafik adalah rentang dasar empiris dari manual.

Gambar 2.5 Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

Sumber: Departemen P.U (1997)

Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Rasio Arus Jalan Minor

IT FMI PMI
42 1,19 x PMI2 – 1,19 x PMI + 1,19 0,1 –
2 0,9

13
42 16,6 × PMI4 – 33,3 × PMI3 + 25,3 × PMI2 – 8,6 0,1 –
4 ×PMI + 1,95 0,3
44 1,11 × PMI2 – 1,11 × PMI + 1,11 0,3 –
4 0,9
32 1,19 × PMI2 – 1,19 × PMI + 1,19 0,1 –
2 0,5
0,595 × PMI2 + 0,59 × PMI + 0,74 0,5 –
0,9
34 1,19 × PMI2 – 1,19 × PMI + PMI + 1,19 0,1 –
2 0,5
2,38 × PMI2 – 2,38 × PMI3 + 1,49 0,5 –
0,9
32 16,6 × PMI4 – 33,3 × PMI3 + 25,3 × PMI2 – 0,1 –
4 8,6 × PMI + 1,95 0,3
34 1,11 × PMI2 – 1,11 × PMI + 1,11 0,3 –
4 0,5
-0,555 × PMI2 + 0,555 × PMI + 0,69 0,5 –
0,9
Sumber: Departemen P.U (1997)

2.2.3.4 Derajat kejenuhan (DS=Degree of Saturation)


Yang dimaksud dengan derajat kejenuhan adalah hasil arus lalu lintas terhadap
kapasitas biasanya dihitung perjam. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.

DS = ( QV . P) / C

DS = QP / C

Dimana:

DS = Derajat kejenuhan

QP = Total arus aktual (smp/jam).

QV = Total lalu lintas yang masuk ( kendaraan/jam ).

P = Faktor smp.

14
2.2.3.5 Tundaan

Tundaan adalah waktu tempuh tambahan untuk melewati simpang bila dibandingkan
dengan situasi tanpa simpang, yang terdiri dari tundaan lalu lintas dan tundaan geometrik.
Tundaaan lalu lintas (DS) adalah waktu menunggu akibat interkasi lalu lintas dengan lalu
lintas yang berkonflik dan tundaan geometrik (DG) adalah waktu yang tertunda akibat
perlambatan dan percepatan lalu lintas yang terganggu dan tidak terganggu (MKJI,1997).
Tundaan lalu lintas yang dihitung dalam simpang tak bersinyal adlah sebagai berikut:

a. Tundaan lalu lintas simpang (DT1)


Tundaan lalu lintas rata-rata DT1 (detik/smp) adalah tundaan ratarata untuk
seluruh kendaraan yang masuk simpang. Tundaan DT1 ditentukan dari hubungan
empiris antara tundaan DT1 dan derajat kejenuhan DS.

Untuk DS ≤ 0,6

DT1 = 2+8,2078*DS – (1-DS)*2……………………(3.13)


Untuk DS > 0,6

DT1 = 1,0504 / (0,274 – 0,2042*DS) – (1-DS)*2…...(3.14)

b. Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA)


Tundaan lalu lintas rata-rata untuk jalan minor merupakan tundaan lalu lintas
rata-rata untuk seluruh kendaraan yang masuk di simpang melalui jalan major.

Untuk ≤ 0,6

DTMA = 1,8 + 5,8234 * DS – (1-DS)*1,8……………(3.15)


Untuk > 0,6

DTMA = 1,05034 / (0,346-0,246*DS)-(1-DS)*1,8……(3.16)

c. Tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)


Tundaan lalu lintas rata-rata jalan minor ditentukan berdasrkan tundaan lalu
lintas rata-rata (DTI) dan tundaan lalu lintas rata-rata jalan major (DTMA)

DTMI = QTOT*DTI-QMA*DTMA / QMI ………………….(3.17)


Keterangan :

QMA = Arus total jalan utama /mayor (smp/jam)

QMI = Arus total jalan minor (smp/jam)

15
d. Tundaan geometrik simpang (DG)
Tundaan geometric simpang adalah tundaan geometrikrata-rata seluruh
kendaraan bermotor yangmasuk simpang. DG dihitung
menggunakan Persamaan (3.18)

Untuk DS < 0,6

DG = (1-DS)*(PT*6+(1-PT)*3)+DS*4……………..(3.18)

Untuk DS ≥ 1,0 : DG = 4

Keteraangan :

DG = Tundaan geometri simpang (det/jam)

DS = Derajat kejenuhan

PT = Rasio belok total

e. Tundaan simpang ( D )
Tundaan simpang dihitung menggunakan Persamaan 3.9.

D = DG + DT1 (det/smp)……………………..(3.9)

Keterangan :

DG = tundaan geomeetrik simpang (det/smp)

DT1 = tundaan lalu lintas simpang (det/smp)

2.2.3.6 Peluang Antrian

Batas nilai peluag antrian QP (%) ditentukan dari hubungan empiris antara peluang
antrianQP (%) dan derajat kejenuhan (DS). Peluang antrian dengan batas atas dan batas bawah
dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 3.20 dan Persamaan 3.21 (MKJI,1997).

QP % batas atas = 47,71*DS-24,68*DS2 + 56,47*DS3 ………(3.20)

QP % batas bawah = 9,02*DS+20,66*DS2+10,49* DS3 ……….(3.21)

16
3.2 Metode Pengambilan Data
Jenis metode yang digunakan adalah metode survei. Karena kegiatan ini merupakan
kegiatan investigasi untuk memperoleh fakta tentang gejala yang diketahui, mencari
informasi faktual, mengumpulkan data dan dievaluasi melalui perbandingan.
Data kegiatan yang diminta diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung di
lokasi penelitian. Tipe data yang diminta adalah a. Data volume lalu lintas.
b. Data Geometrik bundaran
c. Data kondisi lingkungan jalan.
d. Data arah pergerakan kendaraan.
Setelah persiapan dan perencanaan kegiatan dilakukan. Langkah selanjutnya adalah
melakukan kegiatan yang meliputi a. Perhitungan volume kendaraan
b. Pengukuran lebar jalan
c. Pengukuran ambing jalan
d. Pengamatan kondisi lingkungan setempat oleh peneliti, melalui estimasi faktor-faktor
lingkungan yang terkait.
3.3 Sangat
Rendah Sedang Sangat
Rendah Tinggi(T)
(R) (S) Tinggi(ST)
(SR)
1 Pejalan kaki (pjlkk/jam) 0 0-80 80-120 120-220 >220
Pejalan kaki 500-
2 menyebrang(pjlkk/jam/ 0 0-200 200- 1300 >1300
km) 500
kendaraan berhenti atau
3 parkir(kend/jam) 0 0-100 100- 300-700 >700
300
Kendaraan keluar masuk
4 persil(kend/jam/km) 0 0-200 200- 500-800 >800
500

Data Lingkungan
Kendaraan Sedang
yang parkir
Pejalan kaki Rendah
yang
menyebrang

Pejalan kaki Tinggi


yang berjalan
di sisi =
Kendaraan Rendah
keluar masuk
persil =

17
Jumlah Hambatan
Samping
Komponen
Sangat
Hambatan Renda Sedan Sangat
Renda Tinggi(T
Samping h g Tinggi(ST
h )
(R) (S) )
(SR)

Pejalan kaki 0 1 2 4 7
menyebran
g

kendaraan 0 1 3 6 9
berhenti
atau parkir

Kendaraan 0 1 3 5 8
keluar
masuk
persil

Data Lingkungan
Kendaraan yang parkir = 3

Pejalan kaki yang menyebrang = 1


Pejalan kaki yang berjalan di sisi = 4
Kendaraan keluar masuk persil = 1
Jumlah = 9
Kelas
Nilai Total Hambatan
Samping
Sangat
0-1
Rendah(SR)

2-5 Rendah (R )

6-11 Sedang(S)

12-18 Tinggi(T)

Sangat
19-24
Tinggi(ST)
Kelas Hambatan samping sedang

18
- Hari Libur
Data Lingkungan

Kendaraan yang parkir = 130 kend/jam


Pejalan kaki yang menyebrang = 47 kend/
jam
Pejalan kaki yang berjalan di sisi = 20 kend/
jam
Kendaraan keluar masuk persil = 92 kend/
jam
Jumlah Hambatan
Komponen Hambatan Samping
No.
Samping Sangat
Rendah Sedang Sangat
Rendah Tinggi(T)
(R) (S) Tinggi(ST)
(SR)
1 Pejalan kaki (pjlkk/jam) 0 0-80 80-120 120-220 >220
Pejalan kaki 500-
2 menyebrang(pjlkk/jam/ 0 0-200 200- 1300 >1300
km) 500
kendaraan berhenti atau
3 parkir(kend/jam) 0 0-100 100- 300-700 >700
300
Kendaraan keluar masuk
4 persil(kend/jam/km) 0 0-200 200- 500-800 >800
500

Data Lingkungan

Kendaraan Sedang
yang parkir
Pejalan kaki Rendah
yang
menyebrang

Pejalan kaki Tinggi


yang berjalan
di sisi =
Kendaraan Rendah
keluar masuk
persil =
Jumlah Hambatan
Samping
Komponen
Sangat
Hambatan Renda Sedan Sangat
Renda Tinggi(T
Samping h g Tinggi(ST
h )
(R) (S) )
(SR)

Pejalan kaki 0 1 2 4 7
menyebran
g

19
kendaraan 0 1 3 6 9
berhenti
atau parkir

Kendaraan 0 1 3 5 8
keluar
masuk
persil

Data Lingkungan

Kendaraan yang parkir = 3

Pejalan kaki yang menyebrang = 1


Pejalan kaki yang berjalan di sisi = 4
Kendaraan keluar masuk persil = 1
Jumlah = 9
Kelas Hambatan
Nilai Total
Samping
Sangat
0-1
Rendah(SR)

2-5 Rendah (R )

6-11 Sedang(S)

12-18 Tinggi(T)

19-24 Sangat Tinggi(ST)


Kelas Hambatan samping sedang

20
 Hari Kerja
Data
Lebar ambing,W= 5
Lebar jalan masuk,L= 11 lebar
jalan keluar,e1= 3,5 tipe
lingkungan,e2= 4 hambatan
samping= Sedang
rasio kend.tak bermotor (Pum) = 0,01 ukuran
kota= 2.284.418 jiwa
(Pum) = Qum/Qtot = 24

3312,5
= 0,01
Ket. :
Qum = Jumlah kendaraan tak bermotor

 Qtot = Arus kendaraan bermotor total (smp/jam)

Menuj
Dar Bara uUtar Selata
Bara i t- a437, n282,
t
Utar 359, 4 - 1
586,
a
Selata 5
837, 359, 1
n 5 5 -
Hitung kapasitas ( C ),derajat kejenuhan (DS),tundaan (D),dan peluang
antrean (QP%)
peluang antrean (QP%)menggunakan metode
MKJI 1997
AMBING BU

Variabel satuan Ambing BU e= = 3,75


e1 meter 3,5
e2 meter 4 Ukuran Penduduk Faktor penyesuaian
e meter 3,75 Kota (juta) (Fcs
W meter 5 Sangat kecil <0,1 0,82
L meter 11 Kecil 0,1-0,5 0,88
Fcs 1 Sedang 0,5-1,0 0,94
Besar 1,0-3,0 1
Frsu
Sangat besar >30 1,05
Qw smp/jam

Q smp/jam

Pw 21
C smp/jam
Mencari Frsu
Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio Kendaraan Tak Bermotor PUM)
(
Lingkungan samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
jalan
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
Rendah 0,95 0,9 0,86 0,81 0,76 0,71
Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
Akses Terbatas Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 0.90 0,85 0,80 0,75
Tipe Lingkungan : komersial
Hambatan Samping : sedang Interpolasi 0,89 + (0,01 - 0 ) x (0,94 - 0,89 ) = 0,90
Rasio kend.tak bermotor
Variabel satuan Ambing BU : 0,01 (0,05 -0)
Menuju
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 437,4 282,1
e meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11
Mencari QW
Fcs 1
Frsu 0,9 volume Lalu lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
Qw BU'= a+e = 282,1 + 359,5
Qw smp/jam 641,6
= 641,6
Q smp/jam 1079
volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
Pw Qw BU'= a+b+e = Menuju
282,1+437,4+359,5
Variabel satuan Ambing BU
C
e1 smp/jam
meter 3,5 =
Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 437,4 282,1
e meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11 a+e
Fcs 1 1079 a+b+e
641,6
Frsu 0,9 1079
Qw smp/jam 641,6
Q smp/jam 1079
Pw 0,594624652
C smp/jam

Mencari PW

P BU =

P BU =

= 0,594624652

Mencari C

22
Variabel satuan Ambing BU
C= e1 meter 3,5 x
e2 meter 4,0
E meter 3,75 = 2519,05
W meter 5
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 641,6
Q smp/jam 1079,0
Pw 0,595
C smp/jam 2519,1

AMBING US

e= Variabel satuan Ambing US = 3,75


e1 meter 3,5
e2 meter 4 Ukuran Penduduk Faktor
penyesuaian
e meter 3,75
Kota (juta) (Fcs
W meter 5
Sangat kecil <0,1 0,82
L meter 11
Kecil 0,1-0,5 0,88
Fcs 1
Sedang 0,5-1,0 0,94
Frsu
Besar 1,0-3,0 1
Qw smp/jam Sangat besar >30 1,05
Q smp/jam
Pw
C smp/jam

Mencari Frsu

23
Variab satuan Ambin Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio Kendaraan Tak
el g US Bermotor (PUM)
e1 meter 3,5 Lingkungan n samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
e2 meter 4 jala
e meter 3,75 Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
W meter 5 Tipe Lingkungan Sedang :komersial0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
L meter 11 Hambatan Samping Rendah :sedang 0,95Interpolas
0,9 0,89 ( ,01
0,86+x -) - 0,76
(0,94
0,81 0,89 ) = 0,90
0,71
Fcs 1 RasioPemukiman
kend.tak bermotor Tinggi : (0 ,05
0 -)
0,96 0,91 0,860 00,82 0,77 0,72
Frsu 0,90 0,01
Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
Qw smp/ Rendah 0,98 0,93 0,88 0,83 0,78 0,74
jam
Variabel satuan Ambing USAkses Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 Menuju
0.90 0,85 0,80 0,75
Q smp/ Terbatas
e1 jammeter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
Pwe2 meter 4 Barat - 437,4 282,1
Ce smp/
meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W jam
meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11
Fcs 1 Mencari Qw
Frsu 0,9
volume Lalu lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
Qw smp/jam 641,6 Qw US'= c+a = 359,5+ 282,1
Q smp/jam 1227,7 = 641,6
Pw volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
C smp/jam Qw US'= c+a+d = 359,5+ 282,1+586,1
= 1227,7

Variabel satuan Ambing US Menuju


e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 437,4 282,1
e meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11 c+a
Fcs 1 c+a+d
641,6
Frsu 0,9 1227,7
Qw smp/jam 641,6
Q smp/jam 1227,7
Pw 0,522603242 Mencari Pw
C smp/jam
P US =

P US =

= 0,522603242

Mencari C

24
Variabel satuan Ambing US
C= e1 meter 3,5 x
e2 meter 4,0
E meter 3,75 = 2487,97
W meter 5
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 641,6
Q smp/jam 1227,7
Pw 0,523
C smp/jam 2488,0

AMBING SB

e= Variabel satuan Ambing SB = 3,75


e1 meter 3,5
Ukuran Penduduk Faktor
e2 meter 4
penyesuaian
e meter 3,75
Kota (juta) (Fcs
W meter 5
Sangat kecil <0,1 0,82
L meter 11
Kecil 0,1-0,5 0,88
Fcs 1
Sedang 0,5-1,0 0,94
Frsu
Besar 1,0-3,0 1
Qw smp/jam Sangat besar >30 1,05
Q smp/jam
Pw
C smp/jam

25
Variabel satuan Ambing Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio Kendaraan Tak
SB Bermotor (PUM)
e1 meter 3,5 Lingkungan samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
jalan
e2 meter 4
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
e meter 3,75
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
W meter 5
L meter 11 Rendah 0,95 0,9 0,86 0,81 0,76 0,71
Fcs 1 Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Frsu 0,90 Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
(0,01 - )0
Rendah 0,98 0,93 0,88 (0,05
0,83
- )0 0,78 0,74
Qw smp/jam
Akses Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 0.90 0,85 0,80 0,75
Q smp/jam Terbatas
Pw

C smp/jam

Mencari Frsu
Tipe Lingkungan :komersial
Variabel satuan Hambatan
Ambing SB Samping :sedang Interpolasi Menuju
0,89 + X (0,94-0,89) = 0,90

e1 meter Rasio
3,5 kend.tak bermotor :
Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 0,01
Barat - 437,4 282,1
e meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11
Fcs 1 Mencari Qw
Frsu 0,9
volume Lalu lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
Qw smp/jam 719 Qw SB'= e+c `=359,5+359,5
Q smp/jam 1556,5 = 719
Pw volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
C
Variabel smp/jam
satuan Ambing SB Qw SB'= e+c+f =359,5+359,5+837,5
Menuju
e1 meter 3,5 =
Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 437,4 282,1
e meter 3,75 Utara 359,5 - 586,1
W meter 5 Selatan 837,5 359,5 -
L meter 11 e+c
1556,5 e+c+f
Fcs 1
719
Frsu 0,9
Qw smp/jam 719
Q smp/jam 1556,5
Pw 0,461933826
C smp/jam

Mencari Pw

P BU =

P BU =
1556,5
= 0,461933826

26
Mencari C

Variabel satuan Ambing SB x


e1 meter 3,5 C=
e2 meter 4,0
E meter 3,75 = 2462,25
W meter 5
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 719,0
Q smp/jam 1556,5
Pw 0,462
C smp/jam 2462,2

Ambing
Variabel satuan BU US SB
e1 meter 3,5 3,5 3,5
e2 meter 4 4,0 4
E meter 3,75 3,8 3,75
W meter 5 5,0 5
L meter 11 11,0 11
Fcs 1 1,0 1
Frsu 0,9 0,9 0,9
Qw smp/jam 641,6 641,6 719
Q smp/jam 1079 1227,7 1556,5
Pw 0,595 0,5 0,462
C smp/jam 2519,05 2488,0 2462,25
Ambing
Variabel satuan BU UT TS
Ds 1,31 1,33 1,35
D detik/smp 11,42 11,28 11,16
QP B % 118,53 124,95 130,61
QP A % 185,86 193,25 199,67
Qsmp = 3312,5 DS=
Qsmp

27
C
D= 1
(0,59186-0,52525xDS)
Batas Bawah : QP%= 9,41xDS+29,967xDS^4,619
Batas atas : QP%= 26,65xDS-55,55xDS^2+108,57xDS^3
 Hari Libur
Data
Lebar ambing,W= 5
Lebar jalan masuk,L= 11
lebar jalan keluar,e1= 3,5
tipe lingkungan,e2= 4
hambatan samping= Sedang
rasio kend.tak bermotor (Pum) = 0,01
ukuran kota= 2.284.418 jiwa
(Pum) = Qum/Qtot = 29

3102,3
= 0,01
Ket. :
Qum = Jumlah kendaraan tak bermotor

 Qtot = Arus kendaraan bermotor total (smp/jam)

Menuju
Dari Barat Utara Selatan
Barat - 780 432
Utara 359,5 - 358,4
Selatan 749,1 423, -
3

Hitung kapasitas ( C ),derajat kejenuhan (DS),tundaan


(D),dan peluang antrean (QP%) peluang antrean (QP
%)menggunakan metode MKJI 1997

AMBING BU

28
Variabel satuan Ambing BU e = = 3,75
e1 meter 3,5
e2 meter 4 Ukuran Penduduk Faktor penyesuaian

e meter 3,75 Kota (juta) (Fcs

W meter 5 Sangat kecil <0,1 0,82

L meter 11 Kecil 0,1-0,5 0,88

Fcs 1 Sedang 0,5-1,0 0,94


Besar 1,0-3,0 1
Frsu
Sangat besar >30 1,05
Qw smp/jam
Q smp/jam
Pw
C smp/jam

Variabe satuan Ambin Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio Kendaraan Tak
l g BU Bermotor (PUM)
e1 meter 3,5 Lingkungan samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
jalan
e2 meter 4
Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
e meter 3,75
Sedang 0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
W meter 5
L meter 11 Rendah 0,95 0,9 0,86 0,81 0,76 0,71
Fcs 1 Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Frsu 0,90 Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
(0,01 - )0
Rendah 0,98 0,93 0,88 (0,05
0,83
- )0 0,78 0,74
Qw smp/
jam Akses Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 0.90 0,85 0,80 0,75
Q smp/ Terbatas
jam
Pw Mencari Frsu
C smp/ Tipe Lingkungan :komersial
jam Hambatan Samping :sedang Interpolasi 0,89 +x (0,94 - 0,89 ) = 0,90
Rasio kend.tak bermotor : 0,01

Mencari Qw

29
Variabel satuan Ambing BU Menuju
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 volumeSelatan 749,1 423,3 - Lalu
L meter 11 lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
Fcs 1 Qw BU'= a+e = 432+423,3
Frsu 0,9 = 855,3
volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
Qw smp/jam 855,3
Qw BU'= a+b+e = 432+780+423,3
Q smp/jam 1635,3 = 1635,3
Variabel satuan Ambing BU Menuju
Pw
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
C smp/jam
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 Selatan 749,1 423,3 -
L meter 11 a+e
Fcs 1 a+b+e Mencari Pw
855,3
Frsu 0,9 1635,3
P BU =
Qw smp/jam 855,3
Q smp/jam 1635,3 P BU =
Pw 0,523023298
= 0,523023298
C smp/jam

Mencari C

Variabel satuan Ambing BU


e1 meter 3,5 C = x
e2 meter 4,0
E meter 3,75
W meter 5 = 2488,149259
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 855,3
Q smp/jam 1635,3
Pw 0,523
C smp/jam 2488,1

Variabel satuan Ambing US AMBING US


e1 meter 3,5
e2 meter 4
e = = 3,75
e meter 3,75
W meter 5
Ukuran Penduduk Faktor penyesuaian
L meter 11
Kota (juta) (Fcs
Fcs 1
Sangat kecil <0,1 0,82
Frsu Kecil 0,1-0,5 0,88
Qw smp/jam Sedang 0,5-1,0 0,94 30
Q smp/jam Besar 1,0-3,0 1
Pw Sangat besar >30 1,05
C smp/jam
Variabe satuan Ambin Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio Kendaraan Tak Bermotor
l g US (PUM)
e1 meter 3,5 Lingkungan samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
e2 meter 4 jalan

e meter 3,75 Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
W meter 5 Sedang 0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
L meter 11 Rendah 0,95 0,9 0,86 0,81 0,76 0,71
Fcs 1 Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Frsu 0,90 Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
(0,01 - )0
Qw smp/ Rendah 0,98 0,93 0,88 (0,05
0,83
- )0 0,78 0,74
jam
Akses Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 0,95 0.90 0,85 0,80 0,75
Q smp/ Terbatas
jam
Pw Mencari Frsu
C smp/
Tipe Lingkungan :komersial
jam
Hambatan Samping : sedang Interpolas 0,89 +x (0,94 - 0,89 ) = 0,90
Rasio kend.tak bermotor :0,01

Variabel satuan Ambing US Menuju


e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 Selatan 749,1 423,3 -
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,9
Qw smp/jam 791,5
Q smp/jam 1149,9 Mencari Qw
Pw volume Lalu lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
C smp/jam Qw US'= c+a = 359,5+432
= 791,5
volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
Qw US'= c+a+d = 359,5+432+358,4
= 1149,9

Mencari Pw

31
Variabel satuan Ambing US Menuju
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 Selatan 749,1 423,3 -
L meter 11 P US c+a
Fcs 1 = c+a+d
791,5
Frsu 0,9 P US = 1149,9
Qw smp/jam 791,5
Q smp/jam 1149,9 = 0,688320724
Pw 0,688320724
C smp/jam

Mencari C

Variabel satuan Ambing US


e1 meter 3,5 C= x
e2 meter 4,0
E meter 3,75
W meter 5 = 2560,40
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 791,5
Q smp/jam 1149,9
Pw 0,688
C smp/jam 2560,4

Variabel satuan Ambing SB


e1 meter 3,5 AMBING SB
e2 meter 4
e meter 3,75
e= = 3,75
W meter 5
Ukuran Penduduk Faktor
L meter 11 penyesuaian
Fcs 1 Kota (juta) (Fcs
Frsu Sangat kecil <0,1 0,82
Qw smp/jam Kecil 0,1-0,5 0,88 32
Q smp/jam Sedang 0,5-1,0 0,94
Pw Besar 1,0-3,0 1
C smp/jam Sangat besar >30 1,05
Variab satua Ambi Kelas Tipe Kelas Hambatan Rasio KendaraanPUM)
el n ng SB Tak Bermotor (
e1 meter 3,5 Lingkungan samping (SF) 0,00 0,05 0,10 0,15 0.20 ≥0,25
e2 meter 4 jalan
e meter 3,75 Komersial Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
W meter 5 Sedang 0,94 0,89 0,85 0,8 0,75 0,7
L meter 11 Rendah 0,95 0,9 0,86 0,81 0,76 0,71
Fcs 1 Pemukiman Tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72
Frsu 0,90 Sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73
( ,01 -)
Qw smp/ Rendah 0,98 0,93 0,880 -0,83
(0,05 ) 0,78 0,74
jam Akses Tinggi/Sedang/Rendah 1,00 00 0,85
0,95 0.90 0,80 0,75
Q smp/ Terbatas
jam
Pw Mencari Frsu
C smp/ Tipe Lingkungan :komersial
jam
Variabel satuan Ambing SB Menuju
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 Selatan 749,1 423,3 -
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,9
Qw smp/jam 782,8
Q smp/jam 1531,9
Pw
C smp/jam
Hambatan Samping : sedang Interpolasi 0,89 +x (0,94 - 0,89 ) = 0,90 Rasio kend.tak bermotor
: 0,01

Mencari Frsu
volume Lalu lintas berkonflik/Arus lalu lintas jalinan
Qw SB'= e+c =423,3+359,5
= 782,8
volume Lalu lintas memasuki Ambing/Arus lalu lintas jalinan
Qw SB'= e+c+f =423,3+359,1+749,1
= 1531,9

Mencari Pw

33
Variabel satuan Ambing SB Menuju
e1 meter 3,5 Dari Barat Utara Selatan
e2 meter 4 Barat - 780 432
e meter 3,75 Utara 359,5 - 358,4
W meter 5 Selatan 749,1 423,3 -
L meter 11 P SB e+c
Fcs 1 = e+c+f
782,8
Frsu 0,9 P SB = 1531,9
Qw smp/jam 782,8
Q smp/jam 1531,9 = 0,510999412
Pw 0,510999412
C smp/jam

Mencari C

Variabel satuan Ambing SB


e1 meter 3,5 C = x
e2 meter 4,0
E meter 3,75
W meter 5 = 2483,02
L meter 11
Fcs 1
Frsu 0,90
Qw smp/jam 782,8
Q smp/jam 1531,9
Pw 0,511
C smp/jam 2483,0

Ambing
Variabel satuan BU US SB
e1 meter 3,5 3,5 3,5
e2 meter 4 4,0 4
E meter 3,75 3,8 3,75
W meter 5 5,0 5
L meter 11 11,0 11

34
Fcs 1 1,0 1
Frsu 0,9 0,9 0,9
Qw smp/jam 855,3 791,5 782,8
Q smp/jam 1635,3 1149,9 1531,9
Pw 0,523 0,7 0,511
C smp/jam 2488,15 2560,4 2483,02
Ambing
Variabel satuan BU UT TS
Ds 1,25 1,21 1,25
D detik/smp 12,04 12,39 12,02
QP B % 94,75 84,14 95,57
QP A % 157,31 143,86 158,33
Qsmp = 3102,3
DS= Qsmp

C
D= 1

(0,59186-0,52525xDS)
Batas Bawah : QP%= 9,41xDS+29,967xDS^4,619
Batas atas : QP%= 26,65xDS-55,55xDS^2+108,57xDS^3

4.2 Pembahasan
Proses perhitungan ini dilakukan oleh kelompok 1 pada Hari Sabtu dan Senin tanggal 30
Oktober 2021 dan 1 November 2021 berlokasi di Bundaran Leuwidaun Kabupaten Garut
dengan periode waktu pukul 11:00-12:00 WIB., pada prosesnya Bundaran Leuwidaun
tersebut adalah Bundaran yang mengalami penumpukan volume kendaraan yang diakibatkan
oleh kondisi lingkungan yang bertepatan dengan area komersial seperti pertokoan, Fasilitas
umum, jalur angkutan umum, jalur menuju area olahraga kerkof, jalur menuju ke luar kota.
Maka dari itu tak heran ketika puncak jam-jam sibuk sering mengalami kemacetan. Tak
hanya angkutan umum dan soal lingkungan yang berada pada area komersial, kemacetan pada
jam puncak kesibukan ataupun tidak juga setidaknya dipengaruhi oleh pengendara yang
parkir bahu jalan, juga angkutan umum yang men aikan dan menurunkan penumpang
disembarang tempat.

35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Volume lalu lintas terbesar yaitu dari arah selatan tepatnya dari Jl. Cimanul dengan
volume kendaraan sebanyak 200 kendaraan yang terjadi pada 5 menit ke sepuluh
pada hari libur, dan 202 kendaraan pada hari kerja pada 5 menit ke sepuluh.
2. Kapasitas terbesar bundaran Leuwidaun terdapat pada bagian jalinan US yaitu
sebesar 2560 smp/jam pada hari libur, dan pada bagian jalina BU yaitu pada sebesar
2519 smp/jam pada hari kerja.
3. Didapat nilai derajat kejenuhan (DS), BU=1.31, UT= 1.33, TS=1,35
4. Didapat nilai Tundaan (D), BU=12.04, UT= 12.39, TS=12.02 5. Peluang antrian
bundaran :
QP B % 94,75 84,14 95,57
QP A % 157,31 143,86 158,33
5.2 Saran
Pemeliharaan secara teratur dan juga konsisten sangat diperlukan dalam rangka meninjau
kebutuhan atas ketersediaan ruang publik yang baik, aman, dan nyaman (lalu lintas) guna
mendukung terjadinya proses kegiatan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan.
Keselarasan data pertumbuhan penduduk harus sejalan dengan fasilitas yang siap sedia guna
menunjang kebutuhan public yang semakin hari semakin bertambah.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Bina Marga, (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.
Hanif & Weka.(2018). Analisis Kinerja Bundaran Menggunakan Metode Manual Kapasitas
Jalan Indonesia di Bundaran Raden Inten Bandar Lampung.
Http://id.wikipedia.org/wiki/Bundaran_lalu_lintas.
Http ://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Kapasitas_jalan.

36
LAMPIRAN
Data Hasil Survey
1. Hari Libur
BAGIAN JALINAN BUNDARAN Tanggal: 30-Okt-21 Ditangani oleh : Kelompok 1

FORMULIR RWEAV - I Kota: Garut Provinsi: Jawa Barat

- GEOMETRI Jalan A-C : Jl. Cimanuk

Jalan C-B : Jl. Cimanuk - Jl. Merdeka

- ARUS LALU LINTAS Soal: Contoh

Periode: 11.00 - 12.00 pagi

ARUS LALU LINTAS

1 Komposisi LV% HV% MC% faktor-smp

Tipe Kendaraan Kendaraan Sepeda Motor Total Kend. Kendaraan

tak bermotor
Kendaraan Ringan (LV) Berat (HV) (MC) Bermotor (MV)
(UM)
emp emp = 1,0 emp = 1,3 emp = 0,5 kend/jam

Pendekat/ kend/j smp/j kend/j smp/j kend/j smp/j kend/j smp/j

Gerakan

1 2 3 4 5 6 7 8 17

2 A AB 352 352 5 6,5 843 421,5 1200 780 7

4 AC 151 151 0 0 562 281 713 432 1

6 Total 503 503 5 6,5 1405 702,5 1913 1212


7 B BC 132 132 3 3,9 445 222,5 580 358,4 4

9 BA 88 88 0 0 543 271,5 631 359,5 7

11 Total 220 220 3 3,9 988 494 1211 717,9


12 C CA 322 322 2 2,6 849 424,5 1173 749,1 6

14 CB 139 139 1 1,3 566 283 706 423,3 4

16 Total 461 461 3 3,9 1415 707,5 1879 1172,4


22 Total 5003 3102,3 29

UM/MV 0,009347903

2. Hari Kerja
BAGIAN JALINAN BUNDARAN Tanggal: 01-Nov-21 Ditangani oleh : Kelompok 1

FORMULIR RWEAV - I Kota: Garut Provinsi: Jawa Barat

- GEOMETRI Jalan A-C : Jl. Cimanuk

37
Jalan C-B : Jl. Cimanuk - Jl. Merdeka

- ARUS LALU LINTAS Soal: Contoh

Periode: 11.00 - 12.00 pagi

ARUS LALU LINTAS

1 Komposisi LV% HV% MC% faktor-smp


Tipe Kendaraan Kendaraan Sepeda Motor Total Kend. Kendaraan
tak bermotor
Kendaraan Ringan (LV) Berat (HV) (MC) Bermotor (MV) (UM)

emp emp = 1,0 emp = 1,3 emp = 0,5 kend/jam


Pendekat/ kend/j smp/j kend/j smp/j kend/j smp/j kend/j smp/j
Gerakan
1 2 3 4 5 6 7 8 17
2 A AB 179 179 3 3,9 509 254,5 691 437,4 7
4 AC 419 419 0 0 765 382,5 1184 801,5 3

6 Total 598 598 3 3,9 1274 637 1875 1238,9


7 B BC 166 166 2 2,6 835 417,5 1003 586,1 4
9 BA 111 111 0 0 359 179,5 470 290,5 2

11 Total 277 277 2 2,6 1194 597 1473 876,6


12 C CA 414 414 0 0 847 423,5 1261 837,5 3
14 CB 178 178 0 0 363 181,5 541 359,5 5
16 Total 592 592 0 0 1210 605 1802 1197

22 Total 5150 3312,5 24

UM/MV 0,00724528

Dokumentasi Survey

38
Denah Titik Survey

39
DENAH BUNDARAN TITIK SURVEY

Keterangan:
S : Jln. Cimanuk
B : Jln. Jayaraga
U : Jln. Merdeka
Titik Merah : Titik Survey

40

Anda mungkin juga menyukai