Anda di halaman 1dari 12

1.

Sejarah Badan Mitigasi Bencana di Indonesia


Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. elihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geogra!is, geologis, hidrologis, dan demogra!is mendorong "ndonesia untuk membangun #isi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana. $ilayah "ndonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. $ilayah yang %uga terletak di antara benua &sia dan &ustralia dan 'autan Hindia dan Pasi!ik ini memiliki ().*0+ pulau. eskipun tersimpan kekayaan alam dan keindahan pulau,pulau yang luar biasa, bangsa "ndonesia perlu menyadari bah-a -ilayah nusantara ini memiliki (2. gunung api akti!, atau dikenal dengan istilah Ring of fire dan berada di pertemuan tiga lempeng tektonik menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana alam. /i sisi lain, posisi "ndonesia yang berada di -ilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu ter%adinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah longsor, dan kekeringan. 0idak hanya bencana alam sebagai ancaman, tetapi %uga bencana non alam sering melanda tanah air seperti kebakaran hutan dan lahan, konflik sosial, maupun kegagalan teknologi. enghadapi ancaman bencana tersebut, Pemerintah "ndonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari -aktu ke -aktu. 'embaga ini telah hadir se%ak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun (.1* dan perkembangan lembaga penyelenggara penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode -aktu sebagai berikut. 1945 1966 Pemerintah "ndonesia membentuk Badan Penolong 2eluarga 2orban Perang (BP22P). Badan yang didirikan pada 20 &gustus (.1* ini ber!okus pada kondisi situasi perang pasca kemerdekaan "ndonesia. Badan ini bertugas untuk menolong para korban perang dan keluarga korban semasa perang kemerdekaan.

1966 1967 Pemerintah membentuk Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana &lam Pusat (BP2B&P) melalui 2eputusan Presiden Nomor 2*3 0ahun (.33. Penanggung %a-ab untuk lembaga ini adalah enteri Sosial. &kti#itas BP2B&P berperan pada penanggulangan tanggap darurat dan bantuan korban bencana. elalui keputusan ini, paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak hanya ber!okus pada bencana yang disebabkan manusia tetapi %uga bencana alam. 1967 1979 4rekuensi ke%adian bencana alam terus meningkat. Penanganan bencana secara serius dan terkoordinasi sangat dibutuhkan. 5leh karena itu, pada tahun (.3) Presidium 2abinet mengeluarkan 2eputusan Nomor (167628P6"6(.3) yang bertu%uan untuk membentuk 0im 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana &lam (02P2B&). 1979 1990 Pada periode ini 0im 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana &lam (02P2B&) ditingkatkan men%adi Badan 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana &lam (Bakornas PB&) yang diketuai oleh enkokesra dan dibentuk dengan 2eputusan Presiden Nomor 2+ tahun (.).. &kti#itas mana%emen bencana mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. Sebagai pen%abaran operasional dari 2eputusan Presiden tersebut, enteri /alam Negeri dengan instruksi Nomor 2) tahun (.). membentuk Satuan 2oordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana &lam (Satkorlak PB&) untuk setiap pro#insi. 1990 2000 Bencana tidak hanya disebabkan karena alam tetapi %uga non alam serta sosial. Bencana non alam seperti kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan kon!lik sosial me-arnai pemikiran penanggulangan bencana pada periode ini. Hal tersebut yang melatarbelakangi penyempurnaan Badan 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana &lam men%adi Badan 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB). elalui 2eputusan Presiden Nomor 19 0ahun (..0, lingkup tugas dari Bakornas PB diperluas dan tidak hanya ber!okus pada bencana alam tetapi %uga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali dengan 2eputusan Presiden Nomor (03 0ahun (.... Penanggulangan bencana memerlukan penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi. 2001 2005 "ndonesia mengalami krisis multidimensi sebelum periode ini. Bencana sosial yang ter%adi di beberapa tempat kemudian memunculkan permasalahan baru. Permasalahan tersebut membutuhkan penanganan khusus karena terkait dengan pengungsian. 5leh karena itu, Bakornas PB kemudian dikembangkan men%adi Badan 2oordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP). 2ebi%akan tersebut

tertuang dalam 2eputusan Presiden Nomor 9 0ahun 200( yang kemudian diperbaharui dengan 2eputusan Presiden Nomor ((( 0ahun 200(.

2005 2008 0ragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda &ceh dan sekitarnya pada tahun 2001 telah mendorong perhatian serius Pemerintah "ndonesia dan dunia internasional dalam mana%emen penanggulangan bencana. enindaklan%uti situasi saat iu, Pemerintah "ndonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor +9 0ahun 200* tentang Badan 2oordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini memiliki !ungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana penanggulanagn bencana. Se%alan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko bencana men%adi perhatian utama.

2008 Sekarang /alam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah "ndonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah dikeluarkannya 7ndang, 7ndang Nomor 21 0ahun 200) 0entang Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor + 0ahun 200+ tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki !ungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

:ambar (.( Metamorfosa terbentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana dari tahun 1945 sampai sekarang

2.Perubahan Iklim dan Resiko Bencana Alam di Indonesia


Perubahan iklim dalam beberapa -aktu terakhir mengakibatkan berbagai bencana alam yang berkepan%angan. Hampir +0 persen peristi-a bencana alam di -ilayah &sia merupakan akibat dari perubahan iklim global. ;/ampak perubahan iklim baik secara langsung atau tidak telah mendominasi hampir +0 persen ke%adian bencana di ka-asan &sia termasuk "ndonesia,< %elas 2etua Prodi agister ana%emen Bencana Sekolah Pascasar%ana (SPs)7: , Pro!./r. Sudibyakto, .S., saat %umpa pers dalam kegiatan 'okakarya Penyusunan &genda =iset itigasi dan &daptasi Perubahan "klim, Senin (.6(2) di Sekolah pascasar%ana 7: . "a mencontohkan topan Haiyan yang ter%adi di 4ilipina beberapa -aktu lalu merupakan bencana yang ter%adi karena perubahan iklim. Badai tersebut telah melumpuhkan berbagai sektor kehidupan di 4ilipina. ;7ntuk "ndonesia dengan posisi di ekuator men%adikan kita hanya terkena dampak tidak langsung sa%a baik yang ada di belahan bumi selatan ataupun di utara,< %elasnya

Berbagai bencana alam seperti ban%ir, kekeringan, badai tropis, kenaikan muka air laut, peningkatan abrasi, dan ketidakpastian musim menimbulkan dampak serius terhadap seluruh aspek kehidupan. ;Beberapa sektor sensiti! seperti dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, pertanian, kesehatan, in!rastruktur, transportasi, energi, dan pari-isata, serta sosial humaniora merupakan sektor yang akan terimbas serius apabila ter%adi bencana,<paparnya. /alam kesempatan itu Sudibyakto %uga menyampaikan bah-a "ndonesia masih lemah dalam perumusan kebi%akan iklim internasional. Pasalnya, hingga saat ini belum banyak dilakukan penelitian terkait dampak perubahan iklim di "ndonesia. ;Penelitian masih kurang sehingga kita belum bisa membuktikan kalau di "ndonesia sudah mengalami perubahan iklim sehingga sampai sekarang kita masih >disetir< oleh negara ma%u, salah satunya dalam perdagangan karbon,< katanya. 7ntuk itu, SPs bersama dengan Prodi agister ana%emen Bencana mengadakan lokakarya untuk menyusun agenda riset bidang mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim. elalui kegiatan tersebut diharapkan diperoleh masukan dalam penyusunan agenda riset untuk mengurangi risiko bencana akibat perubahan iklim. Penyusunan agenda riset melibatkan para peniliti dari berbagai bidang ilmu dari (+ !akultas dan Sekolah Pascasar%ana 7: . Sementara Pro!. /r. /r. 2=0. &di Heru Husodo, .Sc., /?N., /'SH0 ., P22, dosen 4akultas 2edokteran 7: menyebutkan bah-a perubahan iklim sangat mempengaruhi bidang kesehatan. Salah satunya angka ke%adian in!eksi akibat #irus semakin meningkat. Hal tersebut ter%adi karena adanya perubahan suhu yang mendorong perkembangan berbagai #irus. ;"n!eksi #irus tidak hanya yang terkait dengan manusia tetapi %uga dari binatang. &pabila ter%adi bencana maka pertumbuhan penyakit akan lebih banyak,< u%arnya. (Humas 7: 6"ka)

3.Analisis Pengelolaan Bencana di Indonesia sebagai bentuk pela anan public.


Sebelum pembahasan dan pemaparan lebih %auh mengenai pengelolaan bencana di "ndonesia. Perlu diketahui dahulu apa dan bagaimana bencana dan pengelolaan bencana itu. /alam beberapa kamus, bencana diterjemahkan sebagai suatu kejadian yang menyebabkan kerugian atau kerusakan besar dan kemalangan serius atau tiba-tiba (Websters New World Dictionary, 198 !. Selan%utnya dalam kamus yang lainnya, bencana diter%emahkan sebagai suatu kecelakaan yang sangat buruk terutama yang menyebabkan banyak orang meninggal ( ollin obuild !ictionary, (.++).@)A /alam 7ndang,7ndang Nomor 21 tahun 200) tentang Penanggulangan Bencana, bencana dide!inisikan sebagai peristi-a atau rangkaian peristi-a yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh !aktor alam dan6atau !aktor non alam maupun !aktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban %i-a manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. /alam 7ndang,7ndang ini pun, selain de!inisi bencana secara umum, dide!inisikan pula 9 (tiga) %enis pengertian bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. /alam 7ndang,7ndang Penanggulangan Bencana bencana alam dide!inisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristi-a atau serangkaian peristi-a yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, ban%ir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Selan%utnya, bencana non alam menurut 7ndang,7ndang Penanggulangan Bencana adalah bencana yang diakibatkan oleh peristi-a atau rangkaian peristi-a nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan -abah penyakit. Sedangkan bencana sosial, dalam 7ndang,7ndang itu dide!inisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristi-a atau serangkaian peristi-a yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi kon!lik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Pada prinsipnya, bencana dapat disebabkan oleh alam dan tindakan manusia. Bencana yang disebabkan oleh alam salah satunya seperti gempa bumi dan tsunami. Sedangkan bencana akibat tindakan manusia adalah disebabkan ter%adinya degradasi lingkungan yang dapat disebut sebagai salah satu !aktor kunci penyebab bencana.@+A 4aktor,!aktor yang dapat menyebabkan bencana antara lainB@.A

Bahaya alam (natural ha"ards) dan bahaya karena ulah manusia (man,made haCards) yang menurut #nited Nations $nternational %trategy for !isaster Reduction (7N, "S/=) dapat dikelompokkan men%adi bahaya geologi (geological haCards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological haCards), bahaya biologi (biological haCards), bahaya teknologi (technological haCards) dan penurunan kualitas lingkungan (en#ironmental degradation) 2erentanan (&ulnerability) yang tinggi dari masyarakat, in!rastruktur serta elemen, elemen di dalam kota6 ka-asan yang berisiko bencana 2apasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat

/i "ndonesia, risiko bencana dapat disebabkan oleh !aktor geologis (gempa, tsunami, letusan gunung berapi), 'ydrometeorologis (ban%ir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), biologis (-abah penyakit, penyakit tanaman, penyakit ternak, hama tanaman), kegagalan teknologi (kecelakaan industri dan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia), dan !aktor sosial politik (kon!lik horisontal, terorisme, ideologi, religi).@(0A Selan%utnya, dalam hal pemaparan konsep pengelolaan bencana. 7ndang,7ndang Penanggulangan Bencana, tidak secara tegas men%elaskan de!inisi pengelolaan bencana, namun tergambarkan dalam beberapa de!inisi yang se%alan dengan pengelolaan bencana, yaitu melalui de!inisi penyelenggaraan penanggulangan bencana, kegiatan pencegahan bencana, kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi, tanggap darurat bencana, rehabilitasi, rekonstruksi, pemulihan, pencegahan bencana, dan bantuan darurat. /alam tataran konsep, pengelolaan bencana dide!inisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan (aplikati!) yang mencari, dengan obser#asi sistematis dan analisis bencana, untuk meningkatkan tindakan, tindakan (measures) terkait dengan pre#enti! (pencegahan), mitigasi (pengurangan), persiapan, respon darurat, dan pemulihan (?arter, (..().@((A 4ase utama dan !ungsi pengelolaan bencana terdiri dari + (delapan) tahapan meliputi B (.perencanaan (planning), 2.pengorganisasian (organi"ing), 9.kepemimpinan (directing), 1.pengkoordinasian (coordinating), *.pengendalian (controlling), 3.penga-asan (super&ising), ).penganggaran (budgeting), dan !inancial. Pada prinsipnya terdapat beberapa substansi yang perlu dalam !iloso!i pengelolaan bencana, meliputi B

Bencana memberi dampak mulai yang sangat kecil sampai yang sangat besar, tergantung dari antara lain %enis bencana, luas areal yang terkena, land(use. 2erugian baik %i-a maupun materi (harta) dialami oleh semua lapisan masyarakat, stakeholders maupun pemerintah. /ari dua hal tersebutmaka penanggung %a-ab utama pengelolaan bencana ada di Pemerintah yang berperan dominan sebagai enabler. Pemerintah dibantu oleh stakeholder terkait. &pabila dibentuk institusi pengelola bencana, makaB duplikasi dengan berdiri sendiri, sangat tupoksi tergantung institusi yang sudah dengan institusi yang sudah adaD adaD

a. tidak b. tidak

c. bukan sebagai badan pengontrol d. berupa o&erlap yang sinergis.

institusi

lain

yang

sudah

adaD

dan

Selan%utnya dalam pengelolaan bencana, seharusnya diperlukan suatu pengelolaan bencana terpadu, yang merupakan penanganan integral yang mengarahkan semua pihak dari pengelolaan bencana sub,sektor ke sektor silang. Pengelolaan bencana terpadu sendiri, dide!inisikan sebagai suatu proses yang mempromosikan koordinasi pengembangan dan pengelolaan bencana dan pengelolaan aspek lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam rangka tu%uan untuk mengoptimalkan resultan kepentingan ekonomi dan kese%ahteraan social khususnya dalam kenyamanan dan keamanan terhadap bencana dalam sikap yang cocok6tepat tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem,ekosistem penting. 2enyataan dilapangan bah-a Bencana alam yang terus menerus melanda "ndonesia tidak men%adikan "ndonesia pakar dalam penanganan bencana. Seharusnya Bencana dapat diminimalisir akibatnya, %ika "ndonesia mau bela%ar dan memperbaiki kesalahan,kesalahan dari penanganan bencana alam sebelumnya. Suratman, 0enaga &hli 2omisi E""" /P= =" menuturkan dalam membangun sistem penanggulangan bencana sesuai 7ndang,undang Nomor 21 tahun 200) tentang Penanggulangan Bencana, masih dihadapkan beberapa permasalahan serius. >Pertama permasalahan kebi%akan, terkait dengan implementasi 7ndang,7ndang Nomor 21 tahun 200) tentang Penanggulangan Bencana terdapat se%umlah peraturan perundangan baik di tingkat pusat maupun daerah yang tidak ber%alan karena kurangnya kesadaran dan kapasitas para penegak hukum,> kata Suratman dalam keterangan pers yang diterima )ribunne*s+com, 2amis (2+6((620(9). enurutnya, agar 7ndang,undang Nomor 21 0ahun 200) tentang Penanggulangan Bencana 'embaran Negara =epublik "ndonesia 0ahun 200) Nomor 33 dan 'embaran Negara =epublik "ndonesia Nomor 1)29 dan peraturan pelaksanaannya tidak berhenti pada tingkat normati!, se%ak disahkan dan diterbitkan (enactment), maka harus dipastikan %uga aplikasinya dan penegakannya (enforcement). 0erkait dengan hal tersebut, maka berdasarkan berbagai isu yang bersumber dari media massa, dan berbagai pertemuan lainnya dapat dihimpun beberapa isu penting. >2edua permasalahan hukum dan kebi%akan, terdapat tumpang tindih6tidak harmonis peraturan terkait. /isamping 7ndang,7ndang Nomor 21 tahun 200) tentang Penanggulangan Bencana di atas, terdapat %uga 7ndang,7ndang yang terkait dengan upaya penanggulangan bencana antara lain antara lain 7ndang,7ndang nomor 23 0ahun 200) tentang Penataan =uang, 7ndang,undang Nomor 2) 0ahun 200) tentang Pengeloaan $ilayah Pesisir dan Pulau,pulau 2ecil dan 'ingkungan Hidup, dan lain sebagainya,> %elasnya. Suratman men%elaskan, dari sisi regulasi tata kelola keuangan penanggulangan bencana masih menghadapi persoalan serius. &ntara lain, terkait peran enteri 2euangan =" dalam mengalokasikan dana kontin%ensi dalam /"P& BNPB sesuai Pasal * &yat (9) huru! (a) Peraturan Pemerintah Nomor 22 0ahun 200+ tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana.

>Selain itu %uga terkait dengan peran enteri 2euangan =" dalam pengelolaan dana yang bersumber dari masyarakat untuk penanggulangan bencana pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana sebagaimana diatur dalam Pasal ) &yat (*) Peraturan Pemerintah Nomor 22 0ahun 200+ tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana,> katanya. Selan%utnya terkait dengan peran enteri /alam Negeri berkenaan dengan peman!aatan dana yang bersumber dari masyarakat untuk penanggulangan bencana di daerah pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana sebagaimana diatur dalam Pasal ) &yat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22 0ahun 200+ tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana. Bahkan masih ada kesulitan dari aspek regulasi terkait dengan perlunya Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 22 0ahun 200+ tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana dengan memasukan pengaturan tentang &suransi Pengurangan =isiko Bencana untuk memberikan %aminan masyarakat untuk memperbaiki. 2etiga permasalahan pelaksanaan dan pengorganisasian, masalah perencanaan dan pelaksanaan atas 7ndang,7ndang Nomor 21 tahun 200) tentang Penanggulangan Bencana dalam kenyataannya merupakan peker%aan yang dilakukan oleh berbagai sektor. >Sehingga BNPB mengalami kesulitan dalam men%alankan !ungsi koordinasi guna mencegah ter%adinya tumpang tindihnya kebi%akan, program dan anggaran baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah yang berimplikasi pada masalah koordinasi. Berkenaan dengan hal tersebut maka perlu menegaskan peran para pihak lain, 26' dan S2PB di dalam penanggulangan bencana,> urainya. 2eempat permasalahan tentang pendanaan, hal,hal yang terkait dengan sumber, sumber pendanaan dam penggunaannya. &nggaran yang berasal dari /"P& (&PBN6&PB/), sementara dana untuk keperluan tanggap darurat berasal dari ;on call< atau dana siap pakai, selain itu terdapat pula dana,dana yang berasal dari masyarakat. asalah yang terkait dengan penganggaran meliputi masalah akuntabilitas dan tranparansi dan masalah yang terkait penggunaan anggaran untuk mendorong upaya,upaya penanggulangan bencana sebagai insenti! bagi 26' dan S2P/. /alam Peraturan Pemerintah Nomor 9+ 0ahun 200) tentang Pembagian 7rusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah /aerah Pro#insi dan Pemerintah /aerah 2abupaten62ota tidak secara ekplisit mengatur tentang urusan kebencanaan. >$alaupun telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 0ahun 200+ tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana,> kata Suratman. ( dikutip dari tribunne*s+com+realitas pengelolaan bencana di $ndonesia )

!."esimpulan
Sebelum melan%utkan pada kesimpulan,saya akan men%a-ab pertanyaan yang men%adi soal dasar makalah ini dibuat,yaitu apakah mitigasi bencana sebagai bentuk pelayanaan publicFdan bagaimana kaitanya dengan masalah climate change di "ndonesia.%a-aban saya cukup singkat,mengacu pada undang undang no 2) tahun 200) pasal 93 ayat * tentang penga-asan yang berbunyi B /alam rangka pelaksanaan penga-asan dan pengendalian Pengelolaan $ilayah Pesisir dan Pulau,Pulau 2ecil sebagaimana dimaksud pada ayat ((),Pemerintah dan Pemerintah /aerah -a%ib melakukan pemantauan, pengamatan lapangan,dan6atau e#aluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.dari pernyataan ini bah-a pengelolaan6penga-asan terhadap pulau dan pesisir termasuk adanya konsekuensi bencana alam merupakan tanggung %a-ab pemerintah Selan%utnya,seperti yang telah kita baca bersama bah-a !rame-ork telah dibentuk untuk menanggulangi bencana dengan dasar hukum yang ada namun kenyataan dilapangan adalah penanggulangan bencana belum maksimal mengindikasikan ada masalah dalam penanggulangan bencana yaitu dari segi (.2esiapan alat dan sumber daya 2.2ecepatan atau respon yang lambat 9.2esadaran akan bencana 1.dari sisi pendanaan terhadap pos *.2ordinasi antara lembaga pusat dan daerah dalam penanggulangan bencana. Gika kita melihat masalah ini dengan bi%ak,sebenarnya ada persepsi yang keliru dalam masalah pengelolaan bencana alam ini.kebanyakan program pemerintah terlalu ber!okus dalam hal penanggulangan dan bukan pada edukasi mengenai cara pre#enti! untuk mencegah dan bagaimana masyarakat seharusnya bertindak %ika ter%adi bencana.menurut saya perlu dimasukanya hal ini berbagai bentuk edukasi resmi yang masuk dalam kurikulum pendidikan kita. Re#erensi $ 1.http://www.bnpb.go.id/page/read/1/sejarah 2.UU No 27 tahun 2007 3. http://bakauhijau.wordpress.com/2011/11/26/paradigma baru managemen penge!o!aan bencana di indonesia pasca !ahirn"a uu no 2# tahun 2007/ #.$ribunnews.com.%ea!itas &enge!o!aan 'encana a!am di (ndonesia ). http://ugm.ac.id/id/berita/*#+6 *0.persen.bencana.di.indonesia.akibat.perubahan.ik!im

MI%I&ASI B'()A(A *A( +,B,(&A(-A *'(&A( P'.A-A(A( P,B.I"

*isusun /leh $ IR0A( RA"+MA( +I*A-A% 112232434516

PR/&RAM S%,*I I.M, A*MI(IS%RASI ('&ARA

,(I7'RSI%AS I(*/('SIA

Anda mungkin juga menyukai