Anda di halaman 1dari 25

Laporan Bencana Banjir


Kelompok 4
NURUL HIDAYAH C12116004 SURIYANTI C12116317
IKA MERDEKAWATI C12116011 ADE RAHMAWATI C12116320
NURAZIZAH C12116024 PUTRI MEGA W. C12116322
ARFIANI JUHRAN C12116032 NURUL RAFIQA W. C12116323
SURPIA C12116304 MELYANI TUTI C12116329
GAVRILA LENNY S. C12116307 RIFCA AYUNILA N. R C12116502
RUSLIA MAYAU C12116309 AINUN MAQFIRA C12116504
I DESAK GEDE C12116312 MUH. SYAHRUL C12116515
Skenario
Bencana banjir melanda Sulawesi Selatan pada hari selasa tanggal 22 januari 2019.
Bencana ini terjadi di 14 daerah yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten
Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Maros, Kabupaten
Pangkep, Kabupaten Barru, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidrap,
Kabupaten Selayar, Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Tana Toraja. Banjir ini terjadi
disebakan oleh tingginya curah hujan. Pemerintah menetapkan status tanggap darurat
selama 2 minggu. Dampak yang ditimbulkan adalah jatuhnya korban jiwa sebanyak 78
orang meninggal, 3 orang dinyatakan hilang, rusaknya fasilitas umum seperti tempat
ibadah sebanyak 12 unit, panjang jalan yang rusak 15.785 meter, sekolah sebanyak 70 unit,
jembatan sebanyak 34 unit, serta kesulitan dalam mengakses air bersih. Selain itu, rumah
yang terendam sebanyak 22.156 unit, hanyut 33 unit serta rusaknya beberapa tambak dan
sawah. Akses jalan menuju kota Makassar dari jeneponto dan juga barru terputus.
Dikabarkan pengungsi akibat dari bencana ini mencapai 9.429 jiwa. Dampak lain yang
ditimbulkan dari bencana ini adalah adanya trauma yang dialami oleh korban banjir.

2
3
Klarifikasi kata kunci
﹡ Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologisnya (Peraturan Presiden RI No.17 Tahun
2018 tentang penyelenggaraan Penanggulangan keadaan tertentu).
﹡ Trauma adalah suatu keadaan fisik atau psikis yang disebabkan oleh cedera atau luka.
﹡ Banjir adalah tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan
air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009).
﹡ Status tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsian, serta pemulihan prasarana dan sarana.
﹡ Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu
Peta Konsep

4
Pertanyaan & Jawaban Penting
1. Bagaimana penatalaksanaan dan perawatan korban massal dilapangan?
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak
jiwa tidak tertolong karena sumber-sumber daya lokal, termasuk transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh karena itu
sumber daya lokal sangat menentukan dalam penanganan korban di fase darurat.
1. Penatalaksanaan di Lapangan
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengelola daerah bencana dengan tujuan
memfasilitasi penatalaksanaan korban. Terdiri atas beberapa, meliputi:
a. Proses penyiagaan
b. Identifikasi awal lokasi bencana
c. Tindakan keselamatan,
d. Langkah pengamanan, meliputi:
e. Pos komando, merupakan unit kontrol multisektoral yang dibentuk dengan tujuan:
2. Perawatan di Lapangan
a.Triase, untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
b. Pertolongan pertama, biasanya dilakukan oleh sukarelawan atau tim tertentu yang terlatih.
c. Pos medis lanjutan.
d. Pos penatalaksanaan evakuasi

5
2. Bagaimana cara memilih korban bencana yang diselamatkan terlebih dahulu?
Siapa saja dapat menjadi korban saat kejadian bencana, namun terdapat kelompok-
kelompok tertentu yang memiliki risiko yang lebih besar atau lebih rentan saat kejadian bencana
atau pasca bencana yang dapat disebabkan karena usia, jenis kelamin, kondisi fisik & kesehatan
atau karena kemiskinan.
Sesuai dalam Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada Bab 1 Pasal 4 No. 15: Kelompok rentan adalah bayi, anak usia
dibawah 5 tahun, anak-anak, ibu hamil & menyusui, penyandang cacat, penderita penyakit
kronis, penderita gangguan mental dan lanjut usia.

6
3. Bagaimana cara mengatasi trauma psikis pada korban bencana banjir?
Gangguan psikologis yang dialami korban bencana antara lain perasaan sedih akibat
kehilangan keluarga yang mereka sayangi, kehilangan harta benda, rumah, mata pencaharian, dan merasa
asing ditempat pengungsian. Berbagai permasalahan tersebut memicu terjadinya gangguan psikologis di
kalangan pengungsi.
Penanganan aspek psikologis pasca bencana menggunakan pendekatan biopsikososial.
Penanganan yang dibutuhkan untuk mengurangi gangguan psikologis tersebut adalah dengan menghibur
mereka, memberi pelatihan dan pembinaan serta aktivitas lain agar mereka tidak jenuh. Untuk penanganan
trauma juga dilakukan pada anak karena mereka belum tahu cara mengontrol emosi dan mungkin belum
paham dengan apa yang sebenarnya terjadi. Jadi penanganan yang dilakukan antara lain seperti
mengadakan aktivitas bermain yaitu menggambar, mewarnai, dan permainan kelompok serta mennyanyi.
Dimana tujuannya untuk menghilangkan kebosanan pada anak-anak selama di tempat pengungsian.
Selain itu untuk penanganan trauma psikologis bagi anak juga dapat menggunakan program
Sekolah Petra. Dimana tahapan untuk penanganan trauma Sekolah Petra yaitu pertama di awali dengan
identifikasi masalah, kedua spesifikasi masalah, dan yang ketiga pemecahan masalah.

7
4. Bagaimana cara memilih korban bencana yang diselamatkan terlebih dahulu?
Berdasarkan peraturan kepala badan nasional penanggulangan bencana No.12 tahun
2010, status keadaan darurat dimulai pada saat tanggap darurat ditetapkan sampai dengan
ketetapan tahap tanggap darurat selesai sesuai dengan besar kecilnya skala bencana yaitu 2
minggu sampai 1 bulan setelah kejadian bencana dan dapat diperpanjang berdasarkan
keputusan dari Presiden atau Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya. Sesuai dengan
peraturan Presiden RI No.17 tahun 2018 pasal 2 yang menyatakan bahwa penentuan status
keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
tingkatan bencana. Untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat daerah provinsi oleh
Gubernur, dan tingkat daerah kabupaten/kota oleh Bupati/Wali kota.

8
5. Apa dampak psikis dari pasca bencana?
﹡ Beberapa permasalahan yang dihadapi korban pasca bencana yaitu Trauma dan
depresi. Berangkat dari berbagai masalah seperti itu menyebabkan timbulnya bekas dalam
jiwa. Karena bekas itu seperti luka jadinya maka sakit yang ditimbulkannya juga banyak
menyangkut kejiwaan. Apalagi bila kejadian ini juga dialami langsung, pengalaman itu bisa
menjadi traumatis. Pengalaman traumatis bisa menyebabkan berbagai dampak yang
ringan, misalnya adalah menjadi peragu dalam berbuat sesuatu. Keragu-raguan ini
disebabkan oleh rasa takut mengalami peristiwa yang sama. Salah satu emosi takut adalah
usaha untuk menghindari sumber atau yang diasosiasikansebagai sumber ketakutan.
Dengan demikian orang yang bersangkutan memiliki lingkup gerak yang lebih sempit.

9
6. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan bencana?
﹡ a. Ancaman (Hazard)
﹡ Ancaman dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu : (1) Natural Hazard, yaitu yang
disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami dan gunung meletus. (2)
Man-made hazard, yaitu yang disebabkan oleh tindakan secara langsung atau tidak
langsung manusia. (3) Technology Hazard
b. Kerentanana (Vulnerability)
Faktor kerentanan dapat berupa: Sosial (kepadatan penduduk, struktur umur balita dan
lansia, segregasi sosial, disparitas sosial- ekonomi); Ekonomi (Tingkat kemiskinan
penduduk); Budaya (Organisasi/politis; Kondisi fisik bangunan (kepadatan, konstruksi
bangunan dan bahan bangunan); Individual (Kurangnya pengetahuan dan keterampilan,
dll); Alam (ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas jumlahnya.
c. Kemampuan atau kapasitas dalam suatu lingkungan, yaitu: (1) Kemampuan wilayah dari
segi kelengkapan fasilitas fisik prasarana (2) Kelengkapan sarana dan utilitas (3)
Ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih.

10
7. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana?

○ Pencegahan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya). Misalnya: Melarang pembakaran hutan,Melarang
penambangan batu di daerah yang curam, dan Melarang membuang sampah
sembarangan.
○ Mitigasi Bencana
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui a) pelaksanaan
penataan ruang; b) pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan; dan c) penyelenggaraan atau penyuluhan pendidikan.

11
8. Bagaimana peran masyarakat dalam penanggulangan bencana?

﹡ Pra bencana; Berpartisipasi pembuatan analisis risiko bencana, melakukan penelitian


terkait kebencanaan, membuat Rencana Aksi Komunitas, aktif dalam Forum PRB,
melakukan upaya pencegahan bencana,, bekerjasama dengan pemerintah dalam upaya
mitigasi, mengikuti pendidikan, pelatihan dan penyuluhan untuk upaya PRB, dan
bekerjasama mewujudkan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
﹡ Intrabencana : memberikan informasi kejadian bencana ke BPBD atau iInstansi terkait,
melakukan evakuasi mandiri, melakukan kaji cepat dampak bencana, dan berpartisipasi
dalam respon tanggap darurat sesuai bidang keahliannya.
﹡ Pasca-bencana : berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi, dan berpartisipasi dalam upaya pemulihan dan pembangunan sarana dan
prasarana umum.

12
9. Bagaimana Mekanisme Penyaluran Bantuan ?

﹡ Penyusunan daftar penerima bantuan :


﹡ Penilaian kebutuhan (Need Assessment)
﹡ Penentuan Jumlah Bantuan
﹡ Pencatatan dan Pelaporan

13
10 & 11
Penyakit apa saja yang biasa ditemukan pada korban banjir ditempat pengungsian?
Bagaimana penanganannya
﹡ Diare; gunakan air bersih yang sudah didisinfeksi, cucilah tangan dengan sabun dengan air
yang mengalir sebelum menjamah/memasak sesudah buang air besar dan sebelum
memberi makan anak
﹡ Demam berdarah dengue (DBD); penyemprotan daerah tersebut dengan insektisida,
﹡ Leptospirosis ; bersihkan area tempat tinggal, hindari ruang yang di tempati hewan-hewan
pembawa bakteri leptospira, hindari air yang sudah terkontaminasi dan pastikan kebersihan
air sebelum mengkonsumsinya
﹡ Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA);
﹡ Penyakit kulit
﹡ Penyakit saluran cerna lain (Demam tifoid)

14
12. Berapa lama batas waktu untuk pencarian korban?
﹡ Batas waktu pencarian korban dijelaskan pada UU RI No. 29 Tahun 2014 tentang
Pencarian dan Pertolongan Pasal 34 ayat (1), (2) dan (3. Pelaksanaan Operasi Pencarian
dan Pertolongan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari. Jangka waktu
diselenggarakan sesuai dengan karakteristik kecelakaan, bencana, dan/atau kondisi yang
membahayakan manusia. Jangka waktu pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan
dapat diperpanjang dan/atau dibuka kembali apabila:
o Terdapat informasi baru dan/atau tanda-tanda mengenai indikasi ditemukan lokasi
atau korban kecelakaan, bencana dan/atau kondisi yang membahayakan manusia.
o Terdapat permintaan dari perusahaan atau pemilik pesawat udara atau kapal
dan/atau
o Terdapat perkembangan baru berdasarkan evaluasi koordinator misi Pencarian dan
Pertolongan terhadap Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan.

15
13. Bagaimana peran perawat pada pra bencana, intra, dan pasca bencana?

﹡ Prabencana : berpartisipasi dalam penyusunan rencana Pengurangan Risiko Bencana


(PRB), dan pengkajian risiko bencana, menginisiasi upaya pencegahan, melakukan
simulasi, mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan untuk semua perawat.
﹡ Intrabencana : memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari, merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS, mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian, mengidentifikasi reaksi
psikologis yang muncul pada korban dan membantu terapi kejiwaan/konselling
﹡ Pasca bencana: membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui
proses konsultasi atau edukasi, membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan
penyembuhan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi

16
14. Bagaimana langkah-langkah dalam peringatan dini?
﹡ Pengamatan gejala bencana
﹡ Analisis data; data dasar penduduk termasuk kelompok rawan (bayi-balita dan lansia),
pola penyakit dan status gizi masyarakat, sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.
﹡ Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
﹡ Diseminasi informasi (penyebaran informasi)
﹡ Pengambilan tindakan oleh masyarakat

17
16. Bagaimana upaya untuk mengatasi masalah krisis air bersih saat bencana?
Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau pengungsian harus disediakan bagi
5 liter/orang/hari. Pada hari kedua dan seterusnya sekurang kurangnya 15–20 liter/orang/
hari. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan perlu disediakan di Puskesmas atau rumah sakit
adalah 50 liter/org/hari.
﹡ Sumber persediaan air dapat berasal dari PDAM, maupun sumber persediaan air yang
terdekat dengan komunitas yang terkena bencana.
﹡ Sumber air alternatif dapat berasal dari air permukaan (sungai, danau, laut, dan lain‐lain),
sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagainya. Jika telah tercemar maka:
o buang dan singkirkan pencemar
o lakukan pengendapan awal untuk mengurangi kekeruhan
o lakukan penjernihan air secara cepat dengan menggunakan: alumunium sulfat (tawas)
atau poly alumunium chlorida (PAC).
o lakukan desinfeksi terhadap air dengan menggunakan kaporit (Ca (OCl)2) atau
aquatabs (aqua tablet)
o periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM;
o lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik‐titik distribusi.

18
17. Bagaimana penanganan gizi darurat pada korban banjir di pengungsian?
A. Penanganan Gizi Kelompok Rentan
1. Penanganan gizi anak usia 0-23 bulan
a. Penanganan gizi bayi 0- 5 bulan
- Bayi tetap di beri ASI
- Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibu, upayakan bayi mendapatkan bantuan ibu susu/donor.
- Bila tidak tersedia donor, maka diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas
kesehatan.
b. Penanganan Gizi Anak Usia 6-23 bulan
- Baduta tetap diberi ASI
- Pemberian MP-ASI
- Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum umum yang mempunyai nilai gizi tinggi
2.Penanganan Gizi Anak Balita 24-59 bulan
- Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang tidak higienis
- Pemberian kapsul vitamin
- Makanan tinggi energi, vitamin, dan mineral.

19
3. Penanganan gizi Ibu Hamil
Ibu hamil dan menyusui, perlu penambahan energi sebanyak 300 kkal dn 17 g protein,
sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi 500 kkal dan 17 g protein. Pembagian porsi menu
makanan sehari dan contoh menu makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui dapat dilihat pada tabel
berikut:

20
4. Makanan Usia Lanjut

Kebutuhan energi pada usia lanjut pada umumnya sudah menurun, tetapi kebutuhan vitain dan
mineral tidak. Oleh karena itu diperlukan makanan porsi kecil tetapi tetap padat gizi. Makanan yang diberikan
yaitu yang mudah dicerna serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup. Apabila memungkin kan dapat di
berikan blended food berupa bubur atau biskuit
B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa
- Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan
- Keragaman menu disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana
- Pemberian makanan/minuman suplemen haus didasarkan pada anjuran petugas kesehatan berwenang
- Perhitungan gizi korban bencana disusun mengacu pada rata-rata kecukupan gizi yang dianjurkan.
- Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup untuk semua pengungsi dengan standar
minimal 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak per orang per hari.
Menu makanan disesuaikan dengan kebiasaan makan setempatt, mudah diangkut, disimpan dan
didistribusikan serta memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral.

21
18. Bagaimana cara mengevakuasi korban dengan daerah yang terisolasi?
﹡ Pelajari peta daerah yang terisolasi banjir;
﹡ Tentukan zona aman berdasarkan peta tersebut;
﹡ Tentukan beberapa area/tempat alternatif yang akan dijadikan sebagai pusat evakuasi,
tempat pengungsian maupun tempat perlindungan sementara
﹡ Tentukan jalur evakuasi yang merupakan rute tercepat dan teraman bagi pengungsi
menuju tempat pengungsian.
﹡ Tentukan rute alternatif selain rute utama;
﹡ Periksa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah yang terisolasi dan waktu menuju
ken tempat pengungsian
﹡ Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan rambu-rambu evakuasi untuk pengungsi menuju
tempat aman.
﹡ Pembuatan jalur evakuasi dapat dilakukan dengan proses pemodelan simulasi banjir
luapan, sejumlah tempat evakuasi, data jaringan jalan, persebaran permukiman

22
23
Tujuan Pembelajaran Selanjutnya

1. Apa saja tipe-tipe banjir dan bagaimana cara menanggulanginya ?


● Banjir Bandang ditandai dengan adanya air dan juga lumpur dengan arus yang
sangat deras.
● Banjir Air terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan..
● Banjir Lumpur memiliki kemiripan dengan banjir bandang, namun banjir lumpur ini
keluar dari dalam bumi yang akan mengenangi daratan. Lumpur ini mengandung
bahan gas yang sangat berbahaya.
● Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang) biasanya terjadi akibat air laut yang pasang.
● Banjir Cileunang terjadi akibat derasnya hujan sehingga debit air pun menjadi
banyak dan tidak terbendung.
24
Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
2. Apa saja Obat-obatan yang diberikan terkait dengan masalah kesehatan yang dapat
muncul pasca banjir?
Thanks!
Any questions?

25

Anda mungkin juga menyukai