Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN TAHAP 2

DI UPTD BAHAGIA KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI

Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan

Mata Kuliah Praktek Belajar Lapangan ( PBL ) Tahap II

Di Susun Oleh :

Latifah Laila ( 1813201011 )

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN INDONESIA

JAKARTA

2022
PROPOSAL

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN TAHAP 2

DI UPTD BAHAGIA KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI

Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan

Mata Kuliah Praktek Belajar Lapangan ( PBL ) Tahap II

Dosen Mata Kuliah :

1. Nurusysyarifah Aliyyah, SKM., MKM.


2. Vebby Amellia Edwin, SKM., MKM
3. Rina Veronica, AMKeb, SKM., MKM.
4. Sukarsih Rusti, SMK., M. Epid

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN


INDONESIA

JAKARTA

2022
HALAMAN PENGESAHAN
Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

Proposal Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan
Mata Kuliah Praktek Belajar Lapangan ( PBL ) Tahap II

Disusun Oleh :

Latifah Laila ( 1813201011 )

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing Akademik Kepala Program Studi Kesehatan


Masyrakat

(Vebby Amellia Edwin, SKM., MKM.) (NurusysyarifahAliyyah,SKM.,MKM.)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menulur dari saluran pernafasan atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi tingan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas
dan mortalitas penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian
terbesar ketiga di dunia dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara berkembang
dari pada di Negara maju. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan
penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran pernafasan dan
menyebabkan inflamasi (Lubis Ira, dkk. 2019).

ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, namun yang terbanyak
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan penyebab
terbayak infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, faringitis,
tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90% dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan
hanya sebagian disebabkan oleh bakteri (Tandi, 2018).

Infeksi Saluran Pernafasa Akur (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran nafas. Mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan yang berlangsung delama 14 hari.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk
kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Jalil,
2018).

Pneumonia adalah akibat paling serius dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
dan membunuh lebih banyak anak dibandingkan penyakit menular lainnya, merenggut
nyawa lebih dari 800.000 anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Secara
global, terdapat lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71
anak setiap tahun, dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2.500 kasus per
100.000 anak) dan Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak) (WHO,
2018).

Setiap tahun hampir 4 juta orang meninggal karena infeksi saluran pernafasan akut
dimana sebesar 98% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah dengan tingkat
kematian tertinggi pada bayi, anak-anak dan orang tua (WHO, 2020). Pneumonia
merupakan salah satu bagian dari Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut. Secara global,
terdapat lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak atau 1 kasus per 71 anak
setiap tahun dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2500 kasus per 100.000
anak) dan Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak). Beberapa negara
dengan angka kematian balita tertinggi tahun 2018 akibat pneumonia antara lain Nigeria
sebesar 161.515 kematian, India sebesar 126.535 kematian, Pakistan sebesar 57.970
kematian, Republik Demokratik Kongo sebesar 39.796 kematian, Ethiopia sebesar 32.006
kematian, dan Indonesia berada di urutan keenam dari 30 negara dengan jumlah kematian
sebesar 19.152 (UNICEF, 2019).
Prevalensi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia menurut
diagnosis Tenaga Kesehatan (NAKES) 2013 - 2018. sepulu provinsi dengan penyakit
ISPA tertinggi yaitu Papua (10,0%) Bengkulu (9,5%), Papua Barat (7,5%), Nusa
Tenggara Timur (7,4%) Kalimantan Tengah (6,0%) Jawa Timur (5,5%), Maluku (5,4%),
Banten (5,1%), Jawa barat (4,9%), Jawa Tengah (4,9%). Tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan untuk penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi ISPA pada anak balita berdasarkan diagnosa dan gejala sebesar 12,8%.
Provinsi Jawa Barat berada pada urutan ke enam menurut diagnosa dan gejala yaitu
14,7%. Di Kabupaten prevalensi ISPA pada balita merupakan urutan kelima yaitu
18,46%, angka tersebut melebihi angka prevalensi ISPA pada balita di tingkat provinsi
dan nasional (Riskesdas, 2018).
Angka kasus ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi Tahun 2021 terdapat 547 kasus ISPA pada anak balita yang berusia 1-
4 tahun dari jumlah kasus yang ditangani, penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi karena angka kasus ISPA
pada anak usia 1-4 tahun di Kelurahan Bahagia tinggi, serta mudahnya akses bagi peneliti
untuk melakukan penelitian di Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi. (Puskesmas Bahagia 2021).

Bayi dan balita rentan terkena ISPA akibat sistem imun yang masih belum optimal
secara alamiah. Peran sistem kekebalan tubuh ini dapat melawan bakteri atau virus yang
masuk dalam tubuh seseorang. Kondisi seperti ini juga sering terjadi pada lansia
(Nasution, 2020). Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya ISPA yang berasal dari
orangtua atau keluarga dan faktor lingkungan rumah, faktor orangtua yaitu pengetahuan
dan sikap, sedangkan faktor yang berasal dari balita atau bayi diantaranya adalah status
gizi dan pemberian ASI eksklusif. Faktor internal orangtua meliputi pengetahuan, dan
sikap. Pengetahuan orangtua tentang tanda dan gejala dari ISPA merupakan hal yang
sangat penting dalam menentukan perilaku orangtua dalam mengenali dan menentukan,
sikap yang akan diambil, termasuk pencegahan yang diambil dalam mengatasi penyakit
ISPA pada anak (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan orangtua tentang ISPA meliputi pengertian ISPA, tanda dan gejala ISPA,
penyebab serta klasifikasi ISPA akan sangat berpengaruh terhadap tindakan yang akan
diambil oleh orangtua, pengetahuan mengenai pengertian ISPA meliputi singkatan ISPA,
lokasi infeksi, penyebab utama, gejala utama dan faktor resiko penyebab ISPA,
pengetahuan tentang tanda dan gejala meliputi menghindari faktor penyebab, imunisasi,
kondisi sanitasi dan perilaku kesehatan, pengetahuan mengenai penyebab ISPA meliputi
penyebab utama dan penyebab tambahan, pengetahuan tentang klasifikasi ISPA meliputi
gejala ISPA ringan, sedang dan berat, lokasi ISPA saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan faktor domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) dalam hal
pengetahuan tentang pencegahan mengatasi penyakit ISPA pada anak (Mundari, 2013).

Upaya pencegahan penyakit ISPA merupakan sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dalam pengertian lain sebagai
upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2012). Pencegahan
ISPA meliputi menghindarkan diri dari penyakit ISPA, menghindari asap, debu dan
bahan lain yang menganggu pernapasan, memberikan imunisasi lengkap pada balita
diposyandu, membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal, keadaan rumah harus
mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup serta memiliki lubang angin
dan jendela, menutup mulut dan hidung saat batuk dan tidak meludah sembarangan
(Hartono, 2012).

Puskesmas Bahagia terletak di pusat pemerintahan Kecamatan Babelan dengan


wilayah kerja 9 Desa/Kelurahan diantaranya Kelurahan Babelan Kota, Kelurahan
Bahagia, Kelurahan Buni Bakti, Kelurahan Hurip Jaya, Kelurahan Kebalen, Kelurahan
Kedung Pengawas, Kelurahan Kedungjaya, Kelurahan Muara Bakti,dan Kelurahan Pantai
Hirup. Berdasarkan permasalahan diatas perlu memperhatikan lingkungan fisik rumah
seperti ventilasi rumah, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian, serta mengurangi
penggunaan obat nyamuk bakar dalam rumah. ( Puskesmas Bahagia 2021 )

Melihat masalah diatas dan mengingat pentingnya menjaga kesehatan kondisi


lingkungan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “ Gambaran Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam laporan Praktek
Belajar Lapangan (PBL) II ini adalah bagaimana Gambaran Kejadian ISPA di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini terbagi menjadi dua tujuan
umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini adalah untuk
mengetahui Gambaran Kejadian ISPA di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia
Kecamata Babelan Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua terhadap kejadian ISPA.

2. Untuk mengetahui perilaku orang tua terhadap kejadian ISPA.

3. Untuk mengetahui sikap orang tua terhadap kejadian ISPA.


1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini adalah untuk
mengetahui Gambaran Kejadian ISPA Pada Anak Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Tahun 2022
meliputi kegiatan pengumpulan data primer dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi yang mencakup Kejadian ISPA di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia
dan pengumpulan data sekunder dari UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi.

1.5 Manfaat
Manfaat dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II terbagi menjadi manfaat bagi
mahasiswa, manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi, dan manfaat bagi institusi pendidikan.
1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Dapat memberikan informasi, masukan pada Pemerintah Kabupaten Bekasi dan
Puskesmas, khususnya dalam Gambaran Kejadian ISPA.
2. Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di
Institut Kesehatan Indonesia Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3. Mendapatkan pengalaman kerja nyata dalam bidang penelitian terutama
wawancara, perumusuan masalah, dan analisis data.
4. Membentuk keterampilan profesional dalam menerapkan pendekatan spesifik atas
masalah yang terdapat pada masyarakat.
1.5.2 Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
Manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi, dari Praktek
Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini adalah untuk sebagai berikut:
Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan masukan, dokumen data
puskesmas yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu serta dapat digunakan
bahan perbandingan program selanjutnya terutama untuk program serupa maupun
pengembangannya.
1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat bagi isntitusi pendidikan dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap
II ini adalah untuk sebagai berikut:
1. Mendapatkan masukan dan penjelasan permasalahan kesehatan masyarakat di
unit pelaksanaan kegiatan beserta solusi pemecahannya.
2. Mendapatkan gagasan bagi pengembangan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Terjalinnya kerjasama antara pihak UPTD Bahagia Kabupaten Bekasi dengan
Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Indonesia.
4. Sebagai bahan untuk evaluasi dan perencanaan program kesehatan masyarakat
di tingkat Kabupaten Bekasi
1.6 Sistematika Laporan

Sistematika hasil laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini disusun
dalam 8 bab, dimana ditiap bab akan dibagi menjadi sub-bab yang akan dibahas
secara terperinci. Berikut merupakan sistematika dari masing-masing bab dan
keterangan singkatnya.

1. Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan (Umum
dan Khusus). Ruang Lingkup, Manfaat (Bagi Mahasiswa, UPTD Puskesmas
Bahagia Kabupaten Bekasi, dan Institusi Pendidikan) dan sistematika laporan.
2. Bab 2 : Gambaran Umum
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Gambaran Umum Institusi PBL Tahap II (Profil
Intitusi, Struktur Organisasi Institusi, Proses Kegiatan Institusi dan Jadwal
Kegiatan PBL Tahap II).
3. Bab 3 : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II , diantaranya studi literatur dan pengamatan terhadap hasil-hasil
penelitian para peneliti terdahulu.
4. Bab 4 : Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Definisi Operasional.
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya KerangkaTeori, Kerangka Konsep, Definisi
Operasional.
5. Bab 5 : Metodologi Praktek Belajar Lapangan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Desain Studi, Waktu dan Tempat, Populasi dan
Sampel, Cara Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data.
6. Bab 6 : Hasil Analisis Data PBL Tahap II
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Hasil Analisis Data PBL Tahap II.
7. Bab 7 : Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Pembahasan dari Hasil Analisis Data PBL Tahap II.
8. Bab 8 : Penutup
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Simpulan dan Saran.
BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1 UPTD Puskesmas Bahagia Babelan Kabupaten Bekasi

2.1.1 Profil Institusi UPTD Puskesmas Bahagia Babelan Kabupaten Bekasi

1. Visi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi


“ Terwujudnya Pelayanan Prima Puskesmas Bahagia Menuju
Masyarakat Mandiri Hidup Sehat”
2. Misi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
a. Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh
berorientasi pada mutu pelayanan.
b. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia yang berintegrasi
dan berkomitmen.
c. Mengembangkan puskesmas dengan melengkapi sarana dan prasarana
sesuai standar pelayanan bermutu dan berkualitas.
d. Mengembangkan sistem kemitraan dalam bidang kesehatan.
3. Motto UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
“ Anda Sehat, Kami Bahagia “
4. Tata Nilai Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
I : IKHLAS menerima pekerjaan tanpa merasa terbebani
B : BEKERJASAMA
A : ADIL
D : DISIPLIN
A : AMANAH dapat menjalankan sampai tujuan
H : HARMONIS
5. Tujuan Pembangunan Kesehatan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Bahagia

Pembangunan kesehatan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia


ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dengan indikator meningkatnya sumber daya manusia, meningkatnya kualitas
hidup masyarakat, memperpanjang umur harapan hidup, meningkatnya
kesejahteraan keluarga dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat. Disamping itu pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan dan memelihara mutu lembaga pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan, sarana prasarana
dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang terjangkau oleh
masyarakat.

6. Upaya Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan di Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Bahagia

Semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan


kesdaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Perubahan
pemahaman akan konsep sehat dan sakit serta makin kayanya khasanah ilmu
pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit yang
multifaktorial, telah menggeser paradigma pembangunan kesehatan yang lebih
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Pentingnya penerapan paradigma merupakan upaya untuk lebih meningkatkan
kesehatan bangsa yang bersifat proaktif.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan


visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan” dan dengan Misinya:

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui


pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat
madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
7. Letak Geografis

Secara geografis UPTD Puskesmas Bahagia terletak di Jalan KH. A


Tajuddin No. 2 Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Bekasi Utara, Jawa
Barat. Kelurahan Bahagia berada di bagian Utara Kabupaten Bekasi.
Kelurahan Bahagia termasuk kedalam Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.
Dengan posisi latitude -6.189110 dan posisi longitude 107.0244.

Secara administratif Kelurahan Bahagia terdiri dari 1 Kelurahan dengan luas


wilayah 618 ha atau ± 6 Km². Kelurahan Bahagia memiliki batas wilayah sebagai
berikut:
Utara : Desa Babelan Kota Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.
Selatan : Kelurahan Teluk Pucung Kecamatan Babelan Utara Kota
Bekasi.
Barat : Kelurahan Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara.
Timur : Kelurahan Kebalen Kecamatan Kabupaten Bekasi.
8. Keadaan Iklim

Suhu : 28°C - 32°C

Curah Hujan : 1635 mm

Rata-rata Hari Hujan : 100 hari

Ketinggian Lokasi : 6 – 115m

Kemiringan : 0 - 25°

Karena berbatasan dengan Kota Bekasi, akibatnya Kelurahan Bahagia


menjadi spesifik apabila dibandingkan dengan Kelurahan/Desa lain di
Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Spesifitas ini
terutama dalam hal perkembangan pembangunan yang begitu pesat, yang
diikuti pula dengan perkembangan masalah pola penyakit serta masalah-
masalah kesehatan lainnya.

9. Keadaan Penduduk

UPTD Puskesmas Bahagia berada di Kelurahan Bahagia, yang mana


merupakan salah satu Kelurahan/Desa penyangga Ibukota Negara Republik
Indonesia, sehingga bukan hal yang mengherankan jika Kelurahan Bahagia
menjadi salah satu tujuan migrasi penduduk. Tidak mengherankan jika salah
satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius petugas Kelurahan
Bahagia dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan, yang
mencakup jumlah, komposisi dan sebaran penduduk yang terjadi dalam suatu
wilayah dan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi sumber daya


manusia yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai
konsumen dalam pembangunan. Penanganan masalah penduduk tidak saja
mengarah pada upaya pengendalian penduduk, tapi juga menitikberatkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Penduduk Kelurahan Bahagia tahun 2021 berjumlah 76.377 jiwa,


dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai 12318.9 jiwa per Km². Letak
geografis Kelurahan Bahagia terletak di bagian Selatan Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi Jawa Barat dan berbatasan lansgung dengan Kota Bekasi.
Wilayah ini menjadi kawasan pemukiman. Hal ini disebakan karena secara
geografis letak Keluraha Bahagia sangat strategis, yaitu berdekatan dengan
Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta dan disertai berbagi
fasilitas/infrstruktur yang cukup lengkap. Kondisi ini pun merupakan salah
satu daya tarik migran untuk pindah ke Kelurahan Bahagia. Pertambahan
penduduk di Kelurahan Bahagia menjadi tidak terelakkan.

Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan berdampak dalam


penyediaan infrastruktur yang besar, lapangan pekerjaan yang cukup,
kebutuhan akan perumahan, kesehatan dan keamanan dimasa mendatang.
Kenyataan ini merupakan tantangan bagi pemerintah dalam menerapkan
kebijakan-kebijakannya terutama yang menyangkut hajat hidup masyarakat
banyak. Untuk itu diperlukan adanya komitmen yang tinggi untuk lebih
konsisten menerapkan kebijakan pembangunan yang berwawasan
kependudukan, agar tingkat kesejahteraan dan kualitas penduduk semakin
lebih baik dimasa yang akan datang.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten


Bekasi

Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk


43.239 42.332 85.571
Sumber data: Laporan kependudukan Kelurahan Bahagia tahun 2021

Dari tabel 2.1 komposisi penduduk berdasarkan jenis di Kelurahan Bahagia


tetap menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk
perempuan. Sekitar 50,5% penduduk Kelurahan Bahagia di tahun 2021 adalah
penduduk laki-laki dan 49,5% adalah penduduk penduduk perempuan.
Peningkatan jumlah penduduk di Kelurahan Bahagia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan jumlah penduduk di Kelurahan
Bahagia dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2021 sebesar 2.813 jiwa pertahun.
Peningkatan jumlah penduduk di Kelurahan Bahagia dan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari grafik berikut ini:
Grafik 2.1
Perbandingan Penduduk Kelurahan Bahagia tahun 2020 dan 2021

Perekonomian yang terjadi di Kelurahan Bahagia masih berpusat di luar


wilayah Kelurahan Bahagia, sehingga persebaran penduduk di wilayah Kelurahan
Bahagia tidak merata. Daerah yang paling padat penduduk berada disekitar Pondok
Ungu Permai.
Ledakan penduduk pasti akan menimbulkan berbagai macam permasalahan
yang lebih rumit bila dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk alami seperti
meledaknya kebutuhan akan perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang
apabila tidak terpenuhi akan menimbulkan masalah-masalah sosial seperti
meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran dan kriminalitas.

10. Keadaan Ekonomi

Perekonomian Kelurahan Bahagia ditopang oleh sektor perdagangan.


Banyak daerah yang berada di daerah Kelurahan Bahagia terutama di daerah
Candrabaga, Pondok Ungu Permai dan Ujung Harapan. Serta perekonomian
penduduk Kelurahan Bahagia ditopang dengan sektor perindustrian yang
sebagia besar penduduk Kelurahan Bahagia bekerja di sektor perindustrian
yang berada di daerah Kota Bekasi, DKI Jakarta serta di Kabupaten Bekasi.
11. Keadaan Kesehatan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama
dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah
suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang
harus diatasi bersama. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan
disajikan indikator-indikator seperti : akses air minum berkualitas, akses
terhadap sanitasi layak, rumah tangga kumuh dan rumah sehat.
1. Sarana dan Akses Air Minum Berkualitas

Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku


untuk memastikan komitmen pemerintah terhadap Sustainanble
Development Goals (SDGs) yaitu memastikan ketersedian air bersih
dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. Air minum adalah
air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah, operasi, badan usaha swasta, usaha
perorangan, kelompok masyarakat, dan/atau individual yang
melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Syarat-syarat
kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Parameter mikrobiologi E-coli dan total bakteri kolifrom, kadar
maksimum yang diperbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel.
b. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, tidak berasa dan tidak
berwarna.
c. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 0,3
mg/l, kesadahan (maks 500 mg/l), Ph 6,5 – 8,5.
Sebagai salah satu pengawasan kualitas air minum yang
diselenggarakan oleh pihak penyelenggara BUMN atau BUMD,
dilakukan uji petik terhadap kualitas air minum secara eksternal.
Penghitungan dilakukan dengan membandingkan jumlah sampel air
minum yang memenuhi syarat dibanding dengan jumlah seluruh
sampel air minum yang di ambil pada jaringan distribusikan.

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas
Jumlah Sarana Air Minum Jumlah Sarana Air Minum Jumlah Sarana Air Minum
di IKL Dengan Risiko Rendah +
Sedang
26.170 17.342 16.978

Dari hasil Pendataan pada tahun 2021 Jumlah sarana air minum yang
terdapat di kelurahan bahagia sebanyak 26.170 dengan jumlah sarana air
minum yang di Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebesar 66.27% dari jumlah
sarana air minum dan dari hasil inspeksi kesehatan lingkungan didapatkan
sebesar 97.90% memiliki resiko rendah dan sedang.
12. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi

Sumber : Puskesmas Bahagia


13. Susunan Pelayanan UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi

PASIEN

LOKET PENDAFTARAN

NURSE STATION

PASIEN DIPANGGIL SESUAI


NOMOR URUT

DILAKUKAN PEMERIKSAAN
OLEH DOKTER ATAU PETUGAS
YANG DIDELEGASIKAN

RUJUKAN INTERNAL RUJUKAN INTERNAL


- LABORATORIUM - RUMAH SAKIT
- R. KESEHATAN
- P2M
- R. GIZI
- R. TINDAKAN

PASIEN SELESAI PEMERIKSAAN


DIBERI RESEP

RUANG FARMASI

FARMASI
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Infeksi Salurah Pernafasan Akut

3.1.1 Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit menular


penyebab kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi di dunia. ISPA
diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernafasan saluran pernafasan atas
dan infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi saluran pernafasan atas sering
terjadi pada anak-anak dan jarang mengancam nyawa. Penyakit infeksi saluran
pernafasan bawah seperti pneumonia dan brokhitis merupakan kontributor
utama kematian akibat ISPA (Imran, Inshafi, Skeikh, & Chowdhury, 2019).

ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Adapun yang termasuk


dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis dan juga sinusitis, sedangkan infeksi
yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru, salah satunya adalah
pneumonia (Muttaqin, 2010). ISPA yang berlanjut menjadi Pneumonia ini
umunya terjadi pada anak kecil, terutama lingkungan yang tidak sehat, seperti
terdapat asap rokok di dalam rumah atau terhadap polusi. Risiko terjadi pada
anak-anak karena meningkatkan kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya (ketahanan tubuh) (Sayudi, 2012).

Menuru Darmawan dalam Rusnaini (2013), istilah Infeksi Sluran


Pernafasan Akut (ISPA) meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan,
dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut:

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam


tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura.
3. Infeksi Akut adalah infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun
untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) proses ini dapat berlangsung lebih
dari 14 hari.

3.1.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan


oleh berbagai penyebab seperti virus, bakteri, micoplasma, jamur, dan lain-
lain. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas umumnya
disebabkan oleh virus, sedangka ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, dan micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan tersebut mempunyai
manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam
penangananya. Bakteri penyebab ISPA antara lain genus Streptococcus
Staphylococcus Pneumococcus Hemofilus, Bordetella, dan Corynebacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Rusnaini,
2013).

Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan


dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat
iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan (Almatseir, 2011).

a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Rusnaini, 2013)


1. Pada sistem pernafasan: napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit
wajah kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara
nafas seperti ada cairannya sehingga terdengar keras.
2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat
dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan
gagal jantung.
3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, kejang, dan koma.
4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat
dilakukan (Rusnaini, 2013):
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah kontak dengan penderita ISPA

3.1.3 Faktor Risiko Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Secara umum terdapat tiga faktor ISPA (Rusnaini, 2013), yaitu:

1. Faktor Lingkungan Rumah


a. Pencemaran udara dalam rumah.
b. Ventilasi rumah.
c. Kepadatan hunian rumah.
2. Faktor Individu Anak
a. Umur anak.
b. Berat badan lahir.
c. Status gizi.
d. Status imunisasi.
3. Perilaku
BAB 4
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI
OPERASIONAL

4.1 Kerangka Teori

Faktor yang memengaruhi:


a. Pendidikan
b. Informasi
c. Budaya
d. Pengalaman

Faktor yang memengaruhi: Faktor memngaruhi:

a. Faktor internal (motif, a. Faktor genetik (ras, jenis


psikologis, fisiologis) kelamin, sifat fisik,
b. Faktor eksternal kepribadian, pembawaan,
4.2 Kerangka Kons
(pengalaman, sutuasi, dan intelegensia)
norma, hambatan, dan b. Faktor eksogen
pendorong) (pendidikan, agama,
sosial ekonomi,
kebudayaan)

Sikap Pengetahuan Perilaku

Infeksi saluran pernafasaan


4.3 Kerangka konsep

Pengetahuan tentang
ISPA pada anak

Sikap orang tua Infeksi Saluran


terhadap ISPA pada Pernafasan Akut Pada
anak Anak

Perilaku orang tua


terhadap ISPA pada
anak

4.4 Definisi Operasional


1. Pengetahuan Orangtua
a. Definisi: pemahaman orangtua tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada anak.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam bentuk Google Form.
d. Hasil ukur: diberikan nilai 1 bila mampu menjawab dengan benar dan 0
bila menjawab dengan salah.
e. Skala ukur: ordinal (skala peringkat).
2. Sikap Orangtua
a. Definisi: respon orangtua dalam mencegah dan menangani ISPA pada
anak.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam betuk Google Form.
d. Hasil ukur: pada pernyataan positif jawaban sangat setuju diberi nilai 4,
setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberikan nilai 2, dan sangat tidak
setuju diberi nilai 1. Sedangkan pada pernyataan negatif, jawaban
sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai
3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4.
e. Skala ukur: ordinal (skala peringkat)
3. Perilaku Orangtua
a. Definisi: tindakan orangtua terhadap kejadia ISPA pada anak.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam bentuk Google Form.
d. Hasil ukur: pada pernyataan positif jawaban sangat setuju diberi nilai 4,
setuju diberi nilai 3, tidak setuju diberikan nilai 2, dan sangat tidak
setuju diberi nilai 1. Sedangkan pada pernyataan negatif, jawaban
sangat setuju diberi nilai 1, setuju diberi nilai 2, tidak setuju diberi nilai
3, dan sangat tidak setuju diberi nilai 4.
e. Skala ukur: ordinal (skala peringkat).
4. Usia Orangtua
a. Definisi: usia responden yang dihitung dari lahir sampai sekarang
dalam satuan tahun.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam bentuk Google Form.
d. Hasil ukur: 0 = < 20 tahun, 1 = 20-35 tahun, 2 => 35 tahun.
e. Skala ukur: ordinal (skala peringkat)
5. Pendidikan Orangtua
a. Definisi: pendidikan formal terakhir yang dicapai responden.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam bentuk Google Form.
d. Hasil ukur: 0 = < SMP, 1 = SMP-SMA, 2 = > SMA.
e. Skala ukur: ordinal (skala peringkat).
6. Pekerjaan orangtua
a. Definisi: aktivitas utama yang dilakukan responden guna untuk
mempertahankan kebutuhan hidupnya.
b. Cara ukur: pertanyaan dalam bentuk kuesioner.
c. Alat ukur: kuesioner dalam bentuk Google Form.
d. Hasil ukur: 0 = tidak bekerja, 1 = bekerja.
e. Skala ukur: Nominal
BAB 5

METODOLOGI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

5.1 Desain Studi

Jenis laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini merupakan laporan
dengan studi deskriptif kuantitatif yaitu laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Tahap II yang bertujuan untuk menjelaskan penyebab ISPA pada anak usia 5-9
tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi. Data yang diinginkan diperoleh dengan pengumpulan data primer dengan
cara wawancara, bantuan kuesioner dan observasi serta pengumpulan data
sekunder dari UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

5.2 Waktu dan Tempat

5.2.1 Waktu

Laporan Praktek Belajar (PBL) Tahap II ini dilaksanakan pada


bulan Februari 2022.

5.2.2 Tempat

Dilaksanakan di Kelurahan Bahagia Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

5.3 Populasi dan Sampel

5.3.1 Populasi

Populasi dalam Laporan Praktek Belajar (PBL) Tahap II ini yaitu


terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
5.3.2 Sampel

Secara kesluruhan besar sampel yang diambil dalam laporan Praktek


Belajar Lapangan (PBL) Tahap II menggunakan rumus slovin, yaitu sebagai
berikut:

n= N

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Derajat kepercayaan

Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:

……….

5.4 Cara Pengumpulan Data

Jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam Laporan Praktek Belajar Lapangan


(PBL) Tahap II ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer
a. Wawancara

Pengumpulan data primer dengan melakukan wawancara kepada orang


tua yang memiliki anak usia 5-9 tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Penilaian menggunakan
kuesioner meliputi karakteristik (umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan).
b. Observasi
Pengumpulan data primer dengan melakukan observasi kepada orang
tua yang memiliki anak usia 5-9 tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Penilaian menggunakan
observasi meliputi kebiasaan merokok, lingkungan fisik, kepadatan hunian,
dan penggunaan obat nyamuk bakar dalam rumah. Untuk meminimalisir
terjadinya bias dalam observasi, maka proses keseluruhan observasi dilakukan
oleh satu observer dengan mengacu pada lembar penilaian yang sudah
didiskusikan bersama pembimbing akademik.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
dengan metode wawancara dan observasi menggunakan form checklist.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung dari objek
penlitian. Dalam Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti:
a. Data sekunder didapatkan dari UPTD Puskesmas Bahagia berupa Profil
UPTD Puskesmas Bahagia 2021.
b. Data sekunder didapatkan dari Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
berupa Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.

5.5 Pengolahan dan Analisis Data

5.5.1 Pengolahan Data

Setelah melakukan pengambilan data dengan wawancara dan observasi


mengenai kejadian ISPA pada anak usia 5-9 tahun di wilayah Puskesmas
Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi maka selanjutnya dilakukan
pengolahan data yang sudah didapat menggunakan SPSS dengan cara:

1. Editing
Editing yaitu mengumpulkan, mengoreksi, serta memperbaiki data dari
wawancara untuk kelengkapan dan kejelasan dan relevan jawaban yang
ditanyakan kepada responden.
2. Coding
Coding yaitu memberi kode jawaban-jawaban dari hasil wawancara
dan kepada setiap responden dengan mengelompokkan data yang telah
ada agar mudah diolah.
3. Scoring
Scoring yaitu memberikan nilai dari jawaban setiap responden serta
melakukan pengamatan langsung survei dengan skala pengolahan
rentang nilai maupun presentase.
4. Entri Data
Entri data yaitu kegiatan memasukkan data yang sudah di kode
kedalam program komputer.

5.5.2 Analisis Data

Teknik analasis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis


univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap masing-masing variabel dan
hasil penelitian dan dianalisis untuk mengetahui ditsribusi dan presentase dari
tiap variabel pada Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II
(Notoatmojo, 2010).

5.6 Penyajian Data

Dari hasil data-data yang disajikan dengan menggunakan sistem SPSS,


maka data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel sederhana dan
dinarasikan dalam bentuk kalimat.
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN SIKAP
ORANG TUA TERHADAP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA
ANAK USIA 5-9 TAHUN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS BAHAGIA
KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI

Petunjuk penelitian

1. Isilah data diri dengan benar dan lengkap


2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda benar
3. Bacalah pertanyaan dengan baik untuk menentukan jawaban yang akan dipilih
4. Nomor responden diisi peneliti

A. Data Demografi
1. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah anak :
Usia anak tertua :
Usia anak termuda :

2. Pengetahuan tentang ISPA

NO Pernyataan Benar Salah


1 ISPA (batuk/pilek) adalah penyakit infeksi pada
saluran pernafasan
2 ISPA (batuk/pilek) pada anak disebabkan oleh
bakteri/kuman penyakit
3 Pneumonia (batuk/pilek berat) merupakan salah satu
jenis penyakit infeksi pada saluran pernafasan
4 Pneumonia (batuk/pilek berat) merupakan salah satu
penyakit pernafasan yang sangat berbahaya
5 Anak-anak lebih mudah terkena ISPA (batuk/pilek)
dibandingkan orang dewasa
6 Kuman/bakteri penyebab ISPA (batuk/pilek) masuk
ke tubuh melalui hidung dan mulut
7 Orang tua yang sedang menderita ISPA
(batuk/pilek) dapat menularkan penyakit saat
mencium anak
8 Menjauhkan dari penderita ISPA (batuk/pilek)
merupakan salah satu pencegahan agar anak tidak
tertulah
9 Mencuci tangan bisa mencegah perpindahan kuman
penyakit penyebab ISPA (batuk/pilek)
10 ISPA (batuk/pilek) akan sembuh dengan pengobatan
dan perawatan yang tepat

3. Sikap Tentang ISPA

NO Pernyataan Sangat setuju Tidak Sangat


setuju setuju tidak
setuju
1 Menurut saya ISPA bisa
menyebabkan anak kesulitan
bernafas
2 Menurut saya ISPA merupakan
penyakit menular
3 Menurut saya batuk pilek
merupakan penyakit yang
berbahaya
4 Menurut saya ISPA dapat
dicegah
5 Menurut saya dengan
menghindari polusi udara dapat
mencegah ISPA pada anak
6 Menurut saya batuk disertai
sesak nafas bisa membuat anak
sulit bernafas dan kekurangan
oksigen
7 Menurut saya apabila batuk
pilek tidak diobati akan
menyebabkan penyakit berat

4. Perilaku Tentang ISPA

NO Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
1 Saya membiarkan anak batuk/pilek
2 Jika anak batuk/pilek dan banyak
mengeluarkan ingus cukup dilap
dengan pakaian
3 Jika anak batuk/pilek disertai
sesak dan tidak mau minum, saya
membawa anak ke pelayanan
kesehatan
4 Jika anak demam, saya melakukan
kompres dengan air dingin untuk
menurunkan panas
5 Saya memakaikan baju tipis saat
anak demam
6 Saya memberikan anak obat
batuk/pilek yang dijual di warung
7 Jika anak batuk/pilek, panas dan
sesak nafas, pemberian minum
dikurangi
8 Jika anak tidak mau minum obat,
maka saya yang meminum
obatnya
9 Saya memberikan pelega
tenggorokan seperti jeruk nipis
dan kecap pada anak yang
menderita ISPA karena amakn
digunakan
10 Saya membiarkan anggota
keluarga merokok di dalam rumah
DAFTAR PUSTAKA

Almatseir. (2011). Terjadinya Penyakit ISPA Akibat Efek Pencemaran Udara.


Darmawan dalam Rusnaini. (2013). Tiga Unsur Dalam Penyakit ISPA.
Hartono. (2012). Pencegahan Penyakit ISPA.
Imran, Inshafi, Skeikh, & Chowdhury. (2019). Klasifikasi Penyakit ISPA.
Jalil. (2018). Definisi Penyakit ISPA
Kemenkes. (2018). Prevalensi Kejadian ISPA di Indonesia.
Lubis Ira, dkk. (2019). Definisi ISPA Menurut WHO di Negara Maju dan Negara
Berkembang.
Mundari. (2013). Pengetahuan Orangtua Terhadap Kejadian Penyakit ISPA.
Muttaqin. (2010). Masa Inkubasi Penyakit ISPA.
Muttaqin. (2010). Faktor Terjadinya Pneumonia Akibat Penyakit ISPA.
Nasution. (2020). Kondisi Bayi dan Balita Yang Terkena ISPA.
Notoatmodjo. (2014). Faktor Risiko Terjadinya ISPA.
Notosoendiedjo, Latipun. (2012). Upaya Pencegahan Penyakit ISPA.
Puskesmas Bahagia. (2021). Angka Kejadian ISPA Pada Balita.
Riskesdas. (2018). Data Prevalensi ISPA Pada Anak Balita Berdasarkan Diagnosa
dan Gejala.
Rusnaini. (2013). Penyakit ISPA yang Disebabkan Oleh Virus, Bakteri, Micoplasma
dan Jamur.
Rusnaini. (2013). Tanda-tanda Bahaya Secara Umum Pada Penyakit ISPA.
Rusnaini. (2013). Upaya Pencegahan Pada Penyakit ISPA.
Tandi. (2018). Macam-macam Virus dan Bakteri Yang Menyebabkan Penyakit ISPA.
UNICEF. (2019). Data Angka Kematian Pada Balita Akibat ISPA.
WHO. (2018). Data Penyakit Pneumonia Akibat ISPA.
WHO. (2020). Data Angka Kematian Akibat ISPA.

Anda mungkin juga menyukai