Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022
Di Susun Oleh :
JAKARTA
2022
PROPOSAL
Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022
JAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Gambaran Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita Usia 1-4
Tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi Tahun 2022
Proposal Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan
Mata Kuliah Praktek Belajar Lapangan ( PBL ) Tahap II
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
PENDAHULUAN
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menulur dari saluran pernafasan atas atau
bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar dari infeksi tingan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya,
faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit ISPA adalah penyebab utama morbiditas
dan mortalitas penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian
terbesar ketiga di dunia dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara berkembang
dari pada di Negara maju. ISPA termasuk golongan Air Borne Disease yang penularan
penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan menginfeksi saluran pernafasan dan
menyebabkan inflamasi (Lubis Ira, dkk. 2019).
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, namun yang terbanyak
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus merupakan penyebab
terbayak infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) seperti rhinitis, sinusitis, faringitis,
tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90% dari infeksi tersebut disebabkan oleh virus dan
hanya sebagian disebabkan oleh bakteri (Tandi, 2018).
Infeksi Saluran Pernafasa Akur (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran nafas. Mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan
pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernafasan yang berlangsung delama 14 hari.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk
kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia. Pneumonia merupakan
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Jalil,
2018).
Pneumonia adalah akibat paling serius dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
dan membunuh lebih banyak anak dibandingkan penyakit menular lainnya, merenggut
nyawa lebih dari 800.000 anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Secara
global, terdapat lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71
anak setiap tahun, dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2.500 kasus per
100.000 anak) dan Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak) (WHO,
2018).
Setiap tahun hampir 4 juta orang meninggal karena infeksi saluran pernafasan akut
dimana sebesar 98% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah dengan tingkat
kematian tertinggi pada bayi, anak-anak dan orang tua (WHO, 2020). Pneumonia
merupakan salah satu bagian dari Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut. Secara global,
terdapat lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak atau 1 kasus per 71 anak
setiap tahun dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2500 kasus per 100.000
anak) dan Afrika Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak). Beberapa negara
dengan angka kematian balita tertinggi tahun 2018 akibat pneumonia antara lain Nigeria
sebesar 161.515 kematian, India sebesar 126.535 kematian, Pakistan sebesar 57.970
kematian, Republik Demokratik Kongo sebesar 39.796 kematian, Ethiopia sebesar 32.006
kematian, dan Indonesia berada di urutan keenam dari 30 negara dengan jumlah kematian
sebesar 19.152 (UNICEF, 2019).
Prevalensi kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia menurut
diagnosis Tenaga Kesehatan (NAKES) 2013 - 2018. sepulu provinsi dengan penyakit
ISPA tertinggi yaitu Papua (10,0%) Bengkulu (9,5%), Papua Barat (7,5%), Nusa
Tenggara Timur (7,4%) Kalimantan Tengah (6,0%) Jawa Timur (5,5%), Maluku (5,4%),
Banten (5,1%), Jawa barat (4,9%), Jawa Tengah (4,9%). Tidak ada perbedaan antara laki-
laki dan perempuan untuk penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi ISPA pada anak balita berdasarkan diagnosa dan gejala sebesar 12,8%.
Provinsi Jawa Barat berada pada urutan ke enam menurut diagnosa dan gejala yaitu
14,7%. Di Kabupaten prevalensi ISPA pada balita merupakan urutan kelima yaitu
18,46%, angka tersebut melebihi angka prevalensi ISPA pada balita di tingkat provinsi
dan nasional (Riskesdas, 2018).
Angka kasus ISPA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi Tahun 2021 terdapat 547 kasus ISPA pada anak balita yang berusia 1-
4 tahun dari jumlah kasus yang ditangani, penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi karena angka kasus ISPA
pada anak usia 1-4 tahun di Kelurahan Bahagia tinggi, serta mudahnya akses bagi peneliti
untuk melakukan penelitian di Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi. (Puskesmas Bahagia 2021).
Bayi dan balita rentan terkena ISPA akibat sistem imun yang masih belum optimal
secara alamiah. Peran sistem kekebalan tubuh ini dapat melawan bakteri atau virus yang
masuk dalam tubuh seseorang. Kondisi seperti ini juga sering terjadi pada lansia
(Nasution, 2020). Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya ISPA yang berasal dari
orangtua atau keluarga dan faktor lingkungan rumah, faktor orangtua yaitu pengetahuan
dan sikap, sedangkan faktor yang berasal dari balita atau bayi diantaranya adalah status
gizi dan pemberian ASI eksklusif. Faktor internal orangtua meliputi pengetahuan, dan
sikap. Pengetahuan orangtua tentang tanda dan gejala dari ISPA merupakan hal yang
sangat penting dalam menentukan perilaku orangtua dalam mengenali dan menentukan,
sikap yang akan diambil, termasuk pencegahan yang diambil dalam mengatasi penyakit
ISPA pada anak (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan orangtua tentang ISPA meliputi pengertian ISPA, tanda dan gejala ISPA,
penyebab serta klasifikasi ISPA akan sangat berpengaruh terhadap tindakan yang akan
diambil oleh orangtua, pengetahuan mengenai pengertian ISPA meliputi singkatan ISPA,
lokasi infeksi, penyebab utama, gejala utama dan faktor resiko penyebab ISPA,
pengetahuan tentang tanda dan gejala meliputi menghindari faktor penyebab, imunisasi,
kondisi sanitasi dan perilaku kesehatan, pengetahuan mengenai penyebab ISPA meliputi
penyebab utama dan penyebab tambahan, pengetahuan tentang klasifikasi ISPA meliputi
gejala ISPA ringan, sedang dan berat, lokasi ISPA saluran pernafasan atas dan saluran
pernafasan bawah. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan faktor domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) dalam hal
pengetahuan tentang pencegahan mengatasi penyakit ISPA pada anak (Mundari, 2013).
Upaya pencegahan penyakit ISPA merupakan sebuah usaha yang dilakukan individu
dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dalam pengertian lain sebagai
upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2012). Pencegahan
ISPA meliputi menghindarkan diri dari penyakit ISPA, menghindari asap, debu dan
bahan lain yang menganggu pernapasan, memberikan imunisasi lengkap pada balita
diposyandu, membersihkan rumah dan lingkungan tempat tinggal, keadaan rumah harus
mendapatkan udara bersih dan sinar matahari yang cukup serta memiliki lubang angin
dan jendela, menutup mulut dan hidung saat batuk dan tidak meludah sembarangan
(Hartono, 2012).
1.3 Tujuan
Tujuan dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini terbagi menjadi dua tujuan
umum dan tujuan khusus.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II terbagi menjadi manfaat bagi
mahasiswa, manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi, dan manfaat bagi institusi pendidikan.
1.5.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Dapat memberikan informasi, masukan pada Pemerintah Kabupaten Bekasi dan
Puskesmas, khususnya dalam Gambaran Kejadian ISPA.
2. Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di
Institut Kesehatan Indonesia Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3. Mendapatkan pengalaman kerja nyata dalam bidang penelitian terutama
wawancara, perumusuan masalah, dan analisis data.
4. Membentuk keterampilan profesional dalam menerapkan pendekatan spesifik atas
masalah yang terdapat pada masyarakat.
1.5.2 Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
Manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi, dari Praktek
Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini adalah untuk sebagai berikut:
Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan masukan, dokumen data
puskesmas yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu serta dapat digunakan
bahan perbandingan program selanjutnya terutama untuk program serupa maupun
pengembangannya.
1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat bagi isntitusi pendidikan dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap
II ini adalah untuk sebagai berikut:
1. Mendapatkan masukan dan penjelasan permasalahan kesehatan masyarakat di
unit pelaksanaan kegiatan beserta solusi pemecahannya.
2. Mendapatkan gagasan bagi pengembangan upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Terjalinnya kerjasama antara pihak UPTD Bahagia Kabupaten Bekasi dengan
Program Studi Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Indonesia.
4. Sebagai bahan untuk evaluasi dan perencanaan program kesehatan masyarakat
di tingkat Kabupaten Bekasi
1.6 Sistematika Laporan
Sistematika hasil laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini disusun
dalam 8 bab, dimana ditiap bab akan dibagi menjadi sub-bab yang akan dibahas
secara terperinci. Berikut merupakan sistematika dari masing-masing bab dan
keterangan singkatnya.
1. Bab 1 : Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan (Umum
dan Khusus). Ruang Lingkup, Manfaat (Bagi Mahasiswa, UPTD Puskesmas
Bahagia Kabupaten Bekasi, dan Institusi Pendidikan) dan sistematika laporan.
2. Bab 2 : Gambaran Umum
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Gambaran Umum Institusi PBL Tahap II (Profil
Intitusi, Struktur Organisasi Institusi, Proses Kegiatan Institusi dan Jadwal
Kegiatan PBL Tahap II).
3. Bab 3 : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II , diantaranya studi literatur dan pengamatan terhadap hasil-hasil
penelitian para peneliti terdahulu.
4. Bab 4 : Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Definisi Operasional.
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya KerangkaTeori, Kerangka Konsep, Definisi
Operasional.
5. Bab 5 : Metodologi Praktek Belajar Lapangan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Desain Studi, Waktu dan Tempat, Populasi dan
Sampel, Cara Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data.
6. Bab 6 : Hasil Analisis Data PBL Tahap II
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Hasil Analisis Data PBL Tahap II.
7. Bab 7 : Pembahasan
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Pembahasan dari Hasil Analisis Data PBL Tahap II.
8. Bab 8 : Penutup
Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umum Praktek Belajar Lapangan
(PBL) Tahap II, diantaranya Simpulan dan Saran.
BAB 2
GAMBARAN UMUM
Kemiringan : 0 - 25°
9. Keadaan Penduduk
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas
Jumlah Sarana Air Minum Jumlah Sarana Air Minum Jumlah Sarana Air Minum
di IKL Dengan Risiko Rendah +
Sedang
26.170 17.342 16.978
Dari hasil Pendataan pada tahun 2021 Jumlah sarana air minum yang
terdapat di kelurahan bahagia sebanyak 26.170 dengan jumlah sarana air
minum yang di Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebesar 66.27% dari jumlah
sarana air minum dan dari hasil inspeksi kesehatan lingkungan didapatkan
sebesar 97.90% memiliki resiko rendah dan sedang.
12. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
PASIEN
LOKET PENDAFTARAN
NURSE STATION
DILAKUKAN PEMERIKSAAN
OLEH DOKTER ATAU PETUGAS
YANG DIDELEGASIKAN
RUANG FARMASI
FARMASI
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Infeksi Salurah Pernafasan Akut
Pengetahuan tentang
ISPA pada anak
Jenis laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap II ini merupakan laporan
dengan studi deskriptif kuantitatif yaitu laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Tahap II yang bertujuan untuk menjelaskan penyebab ISPA pada anak usia 5-9
tahun di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten
Bekasi. Data yang diinginkan diperoleh dengan pengumpulan data primer dengan
cara wawancara, bantuan kuesioner dan observasi serta pengumpulan data
sekunder dari UPTD Puskesmas Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.
5.2.1 Waktu
5.2.2 Tempat
5.3.1 Populasi
n= N
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Derajat kepercayaan
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:
……….
1. Data Primer
a. Wawancara
1. Editing
Editing yaitu mengumpulkan, mengoreksi, serta memperbaiki data dari
wawancara untuk kelengkapan dan kejelasan dan relevan jawaban yang
ditanyakan kepada responden.
2. Coding
Coding yaitu memberi kode jawaban-jawaban dari hasil wawancara
dan kepada setiap responden dengan mengelompokkan data yang telah
ada agar mudah diolah.
3. Scoring
Scoring yaitu memberikan nilai dari jawaban setiap responden serta
melakukan pengamatan langsung survei dengan skala pengolahan
rentang nilai maupun presentase.
4. Entri Data
Entri data yaitu kegiatan memasukkan data yang sudah di kode
kedalam program komputer.
Petunjuk penelitian
A. Data Demografi
1. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah anak :
Usia anak tertua :
Usia anak termuda :