Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan Mata Kuliah
Praktek belajar lapangan (PBL) tahap 2
Di Susun oleh:
JAKARTA
2022
LAPORAN HASIL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan Mata Kuliah
Praktek belajar lapangan (PBL) tahap 2
JAKARTA
2022
Halaman Pengesahan
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas laporan Mata Kuliah
Praktek belajar lapangan (PBL) tahap 2
Di susun oleh:
Di Setujui Oleh:
Tidak ada sesuatu terwujud yang dapat penyusun berikan, kecuali bentuk
harapan, do’a, dan menyerahkan segalanya hanya kepada Allah SWT. Semoga amal
ibadah serta niat yang ikhlas untuk membantu akan mendapatkan balasan yang
setimpal dari-Nya. Penyusun menyadari bahwa tidak ada karya manusia yang
sempurna di dunia ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun
mengharapkan masukan baik berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan penyusunan tugas Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap 2
ini selanjutnya. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Jakarta, 25 Maret
2022
Penyusun
Daftar Isi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare menjadi penyebab menurunkan usia harapan hidup 1,97 tahun pada
penderitanya,dibawah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah (2,09 tahun).
Secara global pada tahun 2016, air minum yang tidak sehat, sanitasi buruk, dan
lingkungan kurang bersih menjadi faktor utama terhadap kematian 0,9 juta jiwa
termasuk lebih dari 470.000 kematian bayi yang disebabkan oleh diare. Oleh
karena itu diare menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah bahkan organisasi
dunia untuk menanggulanginya (WHO, 2019).
Penyebab utama diare pada balita yaitu gizi buruk. Setiap tahunnya ada
1,7 miliyar kasus penyakit diare yang terjadi pada anak-anak. Kebanyakan
orang yang mengalami dehidrasi parah yang bisa menyebabkan diare, akan
tetapi sekarang penyebab lain diare adalah infeksi bakteri septik yang
menyebabkan kematian berhubungan dengan diare. Diare merupakan gejala
infeksi paa saluran usus yang dapat disebabkan oleh berbagai infeksi bakteri,
virus dan parasite. Infeksi menyebarkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, atau orang ke orang sebagai akibat dari sanitasi buruk (Iryanto
agus andika dkk,2021)
Diare merupakan penyakit epidemis khususnya di negara berkembang
seperti di indonesia dan penyakit yang berpotensi mengalami Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang sering di sertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2020).
Secara global peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada
balita dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688
juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada anak-anak
dibawah 5 Tahun. Secara global terjadi peningakatan kasus diare yang
menyebabkan kematian pada balita. Menyatakan bahwa terdapat sekitar 1,7
miliyar kasus diare pada balita dan menyebabkan kematian sebanyak 525.000
balita setiap tahunnya (WHO,2017)
Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis dan penyakit potensial
kejadian luar biasa yang sering berhubungan dengan kematian. Pada tahun
2016, penderita diare semua umur yang dilayani di fasilitas kesehatan sejumlah
3.176.079 jiwa pada tahun 2017 meningkat menjadi 4.274.790 jiwa. Ditahun
tersebut telah terjadi 21 kali KLB yang terbesar di 12 Provinsi, 17
Kabupate/Kota. Di tahun 2017, cakupan pelayanan penderita diare di Indonesia
sebesar 40,07% dengan tertinggi Nusa Tenggara Barat (96,94%). Tidak berbeda
dengan sebelumnya, tahun 2018 kasus diare juga meningkat menjadi 4.504.524
jiwa yang terdata di fasilitas kesehatan. Telah terjadi 10 kali KLB yang tersebar
di 8 Provinsi, 8 provinsi Kabupaten/kota. Pada tahun 2018 cakupan pelayan
penderita balita di Indonesia sebesar 40,9% dengan tertinggi Nusa tenggara
Barat (75,88%). Dan pada Tahun 2019 kasus diare mengalami penurunan
sedikit dari pada Tahun sebelumnya menjadi 4.485.513 Jiwa
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 yang diselenggarakan
oleh kementrian kesehatan menyatakan prevalensi diare berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan 6,8% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala
yang pernah dialami sebesar 8%. Kelompok umur dengan prevalensi diare
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan) tertinggi yaitu pada kelompok usia
(0-59) bulan sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%. Kelompok umur 75
tahun ke atas juga merupakan kelompok umur dengan prevalensi tinggi (7,2%)
Prevalensi pada perempuan, daerah perdesaan, pendidikan rendah, dan nelayan
relatif lebih tinggi dibandingkan pada kelompok lainnya Berdasarkan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) prevalensi diare
pada tahun 2018 sebanyak 37,88% atau sekitar 1.516.438 kasus pada balita
(Ditjen P2P, Kemenkes RI 2020). Prevalensi diare lebih banyak terjadi pada
kelompok balita yang terdiri 11,4% atau sekitar 47.764 kasus pada laki-laki dan
10,5% atau sekitar 45.855 kasus pada perempuan (Riskesdas 2018). Menurut
Riset Keshatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 prevalensi diare pada balita
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan menurut provinsi Jawa Barat sebanyak
12,8. Jumlah kasus di Provinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Bekasi
berjumlah 14.503 orang pada Tahun 2019.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 Provinsi Jawa
Barat sendiri untuk penggolongan balita umur 0-59 bulan berkisar 6,2%-7,0%
kasus diare. Sedangkan dalam lingkup UPTD Puseksmas Bahagia Desa
Bahagia berdasarkan profi kesehatan UPTD Puskesmas Bahagia, Pada tahun
2021 jumlah balita di Desa Bahagia Kecamatan Babelan terdapat 233 (17,2%)
kasus diare pada balita 0-59 bulan dari 1.358 jumlah balita jumlah kasus.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Bahagia Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi karena kasus diare balita 0-59 bulan di Desa Bahagia tinggi,
serta mudahnya akses peneliti untuk melakukan penelitian di Kelurahan
Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.
Penyebab diare adalah bakteri, virus, dan organisme parasit yang tersebar
melalui air. Mikroorganisme tersebut menyebabkan sanitasi dan kebersihan air
yang dikonsumsi sehari-hari bekurang. Faktor resiko diare pada balita antara
lain faktor lingkungan meliputi kebesihan. Pengetahuan, nutrisi dan pereilaku
ibu: faktor anak meliputi status gizi dan pemberian ASI eksklusif. (Shafira
Aurelia dkk, 2019)
Menurut Kemenkes Tahun 2018, Target cakupan pelayanan penderita
diare balita yang datang ke sarana kesehatan adalah 20% dari perkiraan jumlah
penderita diare balita. Tahun 2018 jumlah penderita diare balita yang dilayani
di sarana kesehatan sebanyak 1.637,708 dari perkiraan diare di saran kesehatan.
Puskesmas Bahagia terletak di pusat pemerintahan Kecamatan Babelan
dengan wilayah kerja 9 Desa atau Kelurahan diantaranya Kelurahan Babelan
Kota, Kelurahan Bahagia, Kelurahan Bumi Bakti, Kelurahan Hirup Jaya,
Kelurahan Kebalen, Kelurahan Kedung Pengawas, Kelurahan Kedung Jaya,
kelurahan Muara Bakti, dan Kelurahan Pantai Hirup. Kelurahan Bahagia berada
di bagian Utara Kabupaten Bekasi. Kelurahan Bahagia termasuk dalam
Kecamatan Babelan Kabupaten bekasi (Profil Puskesmas Bahagia, 2021)
Berdasarkan data Kunjungan Pasien di Puskesmas Bahagia terdapat 233
balita (17,2%) di Puskesmas Bahagia menjadi permasalahan kesehatan di
wilayah Kelurahan Bahagia. Dari data tersebut dapat di lihat bahwa kejadian
penyakit tertinggi menunjukan bahwa perilaku ibu lingkungan masih harus di
perbaiki.
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa Indonesia Institut Kesehatan
Indonesia Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam hal ini ingin Melakukan
Praktek Belajar Lapangan Tahap 2 ingin mengindentifikasi tentang gambaran
resiko diare pada balita usia 0-59 bulan, hasil analisis, dan hasil intervensi serta
memberikan saran dan tindakan lanjut terkait kesehatan dan kselamatan
masyarakat seperti pengetahuan ibu, lingkungan, pola hidup dan pola makan
untuk mencegah atau membantu mengurangi penyakit diare sebagai salah satu
bentuk upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi Tahun 2022.
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari praktek belajar lapangan (PBL) Tahap 2 ini terbagi
tujuan umum dan tujuan Khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap 2 ini
adalah untuk mengetahui gambaran resiko diare pada balita usia 0-59
bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia, Desa Bahagia,
Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi 2022
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karaktekristik responden (umur, status pekerjaan ibu, dan
pendidikan ibu) yang berada di wilayah UPTD Puskesmas Bahagia
2. Mengetahui penyebab diare berdasarkan status ASI Eksklusif,
pengetahuan ibu dan perilaku CTPS di Wilayah Kerja Puskesmas Bahagia
Kabupaten Bekasi Tahun 2022.
1.5 Manfaat
Manfaat dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap 2 ini terbagi menjadi
manfaat bagi mahasiswa, masyarakat, dan manfaat bagi institusi pendidikan.
1.5.1 Manfaat bagi mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa dari Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap
2 ini adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan informasi tentang kasus penyakit diare 0-59 bulan di
wilayah UPTD Puskesmas Bahagia.
b. Mendapatkan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang
didapatkan di Institut Kesehatan Indonesia Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
c. Mendapatkan pengalaman kerja nyata dalam bidang penelitian
terutama perumusan masalah, anaisis data, dan intervensi yang harus
dibuat.
d. Membentuk keterampilan unutk menerapkan pendekatan yang spesifik
atas masalah yang terdapat di masyarakat.
1.5.2 Manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
Jawa Barat.
Manfaat bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi dari
Praktek Belajar Lapangan (PBL) Tahap 2 ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat memberikan pengetahuan berupa informasi gambaran resiko
diare pada balita 0-59 bulan di UPTD Puskesmas Bahagia, Desa
Bahagia, Kecamatan babelan Kabupaten Bekasi.
b. Dapat sebagai masukan untuk tenaga kesehatan agar lebih efektif dalam
memantau perkembangan penyakit diare pada balita di UPTD
Puskesmas Bahagia, Desa Bahagia, Kecamatan babelan Kabupaten
Bekasi.
c. Dapat sebagai bahan referensi data awal program pencegahan diare
pada balita 0-59 bulan.
1.5.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Manfaat bagi Institusi pendidikan dari Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Tahap 2 ini adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan masukan dan penjelasan permasalahan kesehatan
masyarakat di unit pelaksanaan kegiatan beserta solusi pemecahannya.
b. Mendapatkan gagasan bagi mahasiswa upaya peningkatan
pengembangan derajat kesehatan masyarakat.
c. Terjalinnya kerjasama antara pihak atau tokoh masyarakat wilayah desa
bahagia dengan menjadikan desa binaan program studi Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Indonesia, Jakarta.
d. Sebagai bahan untuk evaluasi dan perencanaan program Kesehatan
Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia
GAMBARAN UMUM
1. Memelihara hubungan baik dengan mitra kerja yang sudah ada. Dan
senantiasa mencari peluang untuk menjalin kemitraan dengan
berbagai pihak.
2. Menjalin hubungan baik dg masyarakat (RT/RW & Kader posyandu
& PKK), hadir dalam pertemuan kader & agenda rutin posyandu/
pertemuan masyarakat lainnya
3. Pelayanan yang berkualitas sesuai SOP, membuat SOP untuk setiap
pelayanan & merevisi / up-date SOP yang sudah tidak sesuai serta
meningkatkan disiplin staf.
4. Menerapkan manajemen yang transparan & akuntabel
3. Kondisi Geografis
Secara geografis Kelurahan Bahagia berada di bahagia
berada di bagian utara Kabupaten Bekasi Kelurahan Bahagia
termasuk kedalam kecamatan babelan Kabupaten Bekasi dengan
posisi latitude -6.189110 dan posisi longitude 107.0244.
5. Keadaan Iklim
Suhu rata-rata : 280C -320C
Curah Hujan : 1635 mm
Rata-rata hari hujan : 100 hari
Ketinggian Lokasi : 6-115 m
Kemiringan : 0 – 25°.
Karena berbatasan dengan Kota Bekasi, akibatnya
kelurahan bahagia menjadi spesifik apabila dibandingkan
dengan Kelurahan atau desa lain di Kecamatan Babelan
Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Spesifitas ini
terutama dalam hal perkembangan pembangunan yang
begitu pesat yang diikuti pula dengan perkembangan
masalah pola penyakit serta masalah-masalah kesehatan
lainnya.
Kepala UPTD
Puskesmas
KEUANGAN
Periksa Umum
ESENSIAL & PENGEMBANGAN
Kes. Gigi dan
KEPERAWATAN
mulut
KESEHATAN Gawat darurat
BIDAN DESA JEJARI
MASYARAKAT Pelayanan
NG
Kes. Olahraga Bersalin
FASILI
Kes. Gigi Laboraturium
TAS
Promkes/ UKS Masyarakat Kefarmasian
PELAY
Kesling Kes. Indra KB/KIA yang
ANAN
KIA/KB yang Kes
bersifat UKP
bersifat UKM Tradisional KES
P2p Kes. Jiwa
Penyakit menular Kes. Kerja
(TB/KUSTA, Kes. Lansia
ISPA/DIARE, Kes. Haji
SURVAILANCE,
IMUNISASI,
IMS/HIV)
Gambar 2.2 strukrur organisasi puskesmas Bahagia
2.4 Proses kegiatan Institusi
ALUR PELAYANAN UPTD PUSKESMAS BAHAGIA
LOKET KELUARGA
PENDAFTA PASIEN KE
RAN PENDAFTARAN
NURSE STATION
PEMERIKSAA MTBS
PEMERIKSA KIA DAN KB IMUNISASI
N GIGI DAN
AN UMUM
MULUT
RUMAH SAKIT
BILA RUJUKAN
RUANG FARMASI
DIPERLUKAN
PULANG
Minggu Ke
Kegiatan
1 2 3 4
Mencari Observasi Kasus
Penyusunan Proposal
Vaksinasi
Penyuluhan
Penyusunan Laporan
Bimbingan Dosen
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Diare
Diare menjadi penyebab menurunkan usia harapan hidup 1,97 tahun pada
penderitanya,dibawah penyakit infeksi saluran pernapasan bawah (2,09 tahun).
Secara global pada tahun 2016, air minum yang tidak sehat, sanitasi buruk, dan
lingkungan kurang bersih menjadi faktor utama terhadap kematian 0,9 juta jiwa
termasuk lebih dari 470.000 kematian bayi yang disebabkan oleh diare. Oleh karena
itu diare menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah bahkan organisasi dunia untuk
menanggulanginya (WHO, 2019).
Penyebab utama diare pada balita yaitu gizi buruk. Setiap tahunnya ada 1,7
miliyar kasus penyakit diare yang terjadi pada anak-anak. Kebanyakan orang yang
mengalami dehidrasi parah yang bisa menyebabkan diare, akan tetapi sekarang
penyebab lain diare adalah infeksi bakteri septik yang menyebabkan kematian
berhubungan dengan diare. Diare merupakan gejala infeksi paa saluran usus yang
dapat disebabkan oleh berbagai infeksi bakteri, virus dan parasite. Infeksi
menyebarkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau orang ke
orang sebagai akibat dari sanitasi buruk (Iryanto agus andika dkk,2021)
Hendrik L. Blum mengungkapkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik (Blum, 1981).
Ke empat faktor ini penyebab timbulnya penyakit. Diare merupakan penyakit
menular yang sering terjadi dan diakibatkan oleh ke empat faktor tersebut. Ole
karena itu faktor tersebut dipaparkan menjadi faktor sosial ekonomi, faktor kondisi
balita, faktor lingkungan, faktor pola asuh orang tua, dan faktor pelayanan
kesehatan (Hamzah, dkk 2020)
Faktor faktor lain yang berhubungan dengan kejadian diare. Faktor dominan
penyebab diare yaitu sarana air bersih dan tempat pembuangan ninja. Kedua faktor
ini akan berinteraksi bersama derngan erilaku manusia, faktor lingkungan yang
tidak sehat karena tercampur kuman kuman diare ber akumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat akan menimbulkan penyakit diare (Asrimaity, 2013)
Faktor ibu yang sering di teliti adalah perilaku ibu, sedangkan faktor
pada anak yang sering di teliti adalah status gizi dan pemberian ASI
Eksklusif. Peran ibu sangatlah penting bagi kesehatan balita, karena ibu
adalah orangterdekat dengan balita bai pada saat makan, mandi, dan main
ibu lebih banyak terlibat. Kesehatan anak bisa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah dari faktor orang tua terutama ibu. Perilaku
kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan adalah pelayanan keehatan, genetik, perilaku, dan
lingkungan. Mencegah penyebaran penyakit infeksi dan diare dapat
dilakukan dengan cara:
Karakteristik individu
1. Usia ibu
2. Pendidikan ibu
3. Pekerjaan ibu
Kejadian Diare pada
Balita
1. Pengetahuan ibu
2. Perilaku CTPS
3. ASI Eksklusif
5.2.2 Tempat
5.3.2 Sampel
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel dapat di hitung sebagai berikut:
𝑵
n =
𝟏+𝑵(𝒆)𝟐
𝟏.𝟑𝟓𝟖
n =
1+1.358 (𝟎,𝟏)𝟐
𝟏.𝟑𝟓𝟖
n =
𝟏+𝟏𝟑,𝟓𝟖
𝟏.𝟑𝟓𝟖
n =
13,59
n = 93,14
n= 93+ (10%+93)
n = 93+9,3 = 102,3
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 103 ibu yang mempunyai balita
di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia Tahun 2022. Teknik
pengambilan sampel ini adalah accidental. Dari teknik non probability
sampling, yaitu sebuah metode pengambilan sampel dengan peluang objek
dan subjek yang terintegrasi.
1. Data Primer
a. Wawancara
Pengumpulan data Primer dengan melakukan kepada ibu yang
mempunyai balita 0-59 bulan Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Penilaian
menggunakan kuesioner meliputi ibu yang mempunyai balita (tingkat
pendidikan, pengetahuan, umur).
b. Alat Ukur
Alat ukur yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang di adopsi dari skrispsi (Ayu. A. 2018 Faktor-fator yang
berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di rumah sakit
umum daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak di peroleh secara langsung dari
objek penelitian dalam Laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
Tahap 2 ini data sekunder diperoleh dari instasi-instasi seperti:
a. Data sekuner di dapatkan UPTD Puskesmas Bahagia Berupa
profil UPTD Puskesmas Bahagia Tahun 2021
b. Data sekunder di dapatkan dari website dari instasi terkait guna
memperoleh informasi tambahan berkaitan dengan oenelitian
yang akan dilakukan.
1. Editing
Editing yaitu mengumpulkan, mengoreksi, serta
memperbaiki data dari wawancara untuk kelengkapan dan
kejelasan relevan jawaban yang ditanyakan kepada
responden
2. Cooding
Coding yaitu memberi kode jawaban-jawaban dari hasil
wawancara dan kepada setiap responden dengan
mengelompokkan data yang telah ada agar mudah diolah.
3. Entri Data
Entri Data yaitu kegiatan memasukkan data yang sudah di
kode kedalam program computer.
Tabel 6.1
Gambaran umur responden di Wilayah UPTD Puskesmas Bahagia Tahun 2022
Umur N %
Pendidikan N %
Tamat SD 2 1,9%
Tamat 16 15,5%
akademik/perguruan
tinggi
Pekerjaan N %
wiraswasta 3 2,9
pedagang 21 20,4
buruh 5 4,9
Pengetahuan N %
Buruk 5 4,9
Baik 98 95,1
Tabel 6.5 Distribusi frekuensi perilaku ibu mencuci tangan dengan kejadian diare
Cuci tangan N %
Baik 96 93,2
Asi Eksklusif N %
Baik 39 37,9
Pada tabel 6.5 menjelaskan gambaran asi eksklusif dengan kejadian diare di
wilayah Puskesmas Bahagia sebanyak 39 (37,9%) responden ya asi eksklusif dan
sebanyak 64 (62,1%) responden tidak asi ekslusif.
BAB 7
PEMBAHASAN
7.1 Umur
Berdasarkan tabel 6.1.1 menunjukan bahwa 103 responden ibu yang di teliti
untuk kategori responden umur, yang paling tinggi adalah responden umur 15-65
tahun terdapat 100 (97,1%) orang dan yang paling rendah adalah responden yang
memiliki umur >65 tahun terdapat 3 (2,9%) orang.
Berdasarkan hasil penelitian (VerliFajriati, 2021) menunujukan bahwa faktor umur
ibu dapat mempengaruhi kejadian diare di Desa Bahagia. Umur ibu juga dapat
mempengaruhi kemandirian, pengalaman ibu dalam merawat balita. Pada usia
rentang 20 tahun, ibu di anggap sudah memiliki pengalaman yang cukup, serta telah
menyelesaikan pendidkan yang tinggi yang dapat menunjang kemampuan ibu
dalam merawat anaknya.
7.2 Pendidikan
Berdasarkan tabel 6.1.2 menunjukan bahwa pendidikan responden yang tidak
sekolah terdapat 3 responden (2,9%), tamat SD terdapat 2 responden (19%), tamat
SMP terdapat 1 responden (1,0%), tamat SMA terdapat 81 responden (78,6%) dan
tamat akademik/perguruan tinggi terdapat 16 responden (15,5%).
Berdasarkan penelitian (Husaeni.2021) orang tua yang tingkat pendidikannya
rendah maka pemahaman mengenai penanganan diare cenderung kurang dan anak
mereka menderita diare, sedangkan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
yang baik maka mereka memiliki pemahaman yang baik mengenai penanganan
diare dan cenderung anak mereka tidak menderita diare.
Berdasarkan penelitian Sulissetiyaningsih(2019). Bahwa ibu yang
mengenyam pendidikan menengah lebih banyak dibandingkan dengan ibu dengan
pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Pada uji statistic hubungan tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian diare ditemukan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare.
7.3 Pekerjaan responden
Pada peneliti ini pekerjaan responden di wilayah Puskesmas Bahagia,
berdasarkan Tabel 6.3 Menjelaskan bahwa distribusi pendidikan responden di
Wilayah UPTD puskesmas Bahagia berada kelompok masyarakat dengan
pekerjaan pegawai negeri 8 (7,8%) reponden, pegawai swasta 9 (8,7%) responden,
wiraswasta 3 (2,9%) responden, pedagang 21 (20,4%) responden, buruh 5 (4,9%),
dan ibu rumah tangga sebanyak 57 (55,3%)
7.4 Pengetahuan
Pada tabel 6.4 menjelaskan gambaran pengetahuan ibu tentang kejadian diare
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia yaitu sebanyak 5 (4,9%) responden
berpengetahuan buruk dan sebanyak 98 (95,1%) responden berpengetahuan baik.
Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti umur dan
pengalaman. Umur ibu tergolong masih muda, mengakibatkan kurang pengalaman
tentang perilaku mencuci tangan ang baik agar mencegah penyakit. Oleh karena itu,
penting bagi ibu untuk meningkakan tentang pengetahuan tentang mencuci tangan
agar terhindar dari kuman penyakit dengan membaca melalui media internet atau
media massa maupun mengikuti seminar dan menanyakan dengan petugas
kesehatan tentang mencuci tangan dengan baik dan benar.(Ilham.2020)
Beberapa prilaku ibu yang dapat menyebabkan diare pada bayi, antara lain
(1) ibu memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini <6bulan. (2) ibu yang
menggunakan botol susu terbukti meningkatkan reisko diare karena sulitnya untuk
membersihkan botol. (3) ibu yang menyimpan makanan dalam suhu kamar dan
tidak menutupnya dengan baik. (4) ibu yang memberi bayi minum menggunakan
air tercemar (5) ibu yang tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau
membersihkan tinja anak. (6) ibu yang membuang tinja (termasuk tinja anak)
sembarangan. Jika bayi diare yang terus berlangsung dapat mengalam kehilangan
air dan elektrolit dan selanjutnya akan menyebabkan dehidrasi (Omo,2020)
BAB 8
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh peneliti pada gambaran kejadian
penyakit diare pada balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bahaga
Tahun 2022 berdasarkaan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Proporsi balita diare di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia
Tahun 2022 sebanyak 103 responden ibu yang mempunyai balita
2. Berdasarkan karakteristik inu yang memiliki balita di Wilayah
UPTD Puskesmas Bahagia, sebagian besar usia prokduktif 15-65
Tahun sebanyak 100 (97,1%) responden, tingkat pendidikan ibu
yang menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 81
(78,6%) responden, berdasarkan pekerjaan ibu sebanyak 57
(55,3%) responden menjadi ibu rumah tangga.
3. Pemberian ASI Eksklusif pada balita 0-59 bulan di wilayah UPTD
Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi yaitu ibu pengetahuan baik
tentang ASI Eksklusif sebanyak 39 (37,9%) dan ibu pengetahuan
kurang baik 64 (62,1%)
4. Perilaku ibu mencuci tangan di wilayah UPTD Puskesmas Bahagia
Kabupaten Bekasi sebanyak 7 (6,8%) ibu tidak mencuci tangan
dengan baik dan sebanyak 96 (93,2%) ibu mencuci tangan dengan
baik.
8.2 Saran
Adapun saran dari peneliti terkait gambaran kejadian penyakit diare pada
balita di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bahagia tahun 2022 antara lain:
a. Saran bagi UPTD Puskesmas Bahagia Kabupaten Bekasi
- Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi
Puskesmas Bahagia dalam memberikan Promosi Kesehatan
seperti penyuluhan kesehatan ibu dan anak, kejadian diare
terkait guna untuk mengurangi angka kejadian diare di wilayah
bahagia.
- Diharapkan ketika penyuluhan berlangsung media atau
penyampaian nya bisa menggunakan media tertulis seperti
leaflet ataupun brosur, khusus nya mengenai gambaran kejadian
penyakit diare
b. Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
- Menfasilitasi dan mengarahkan puskesmas dan posyandu
sekitar untuk memberikan informasi dan edukasi kepada ibu
yang mempunyai balita penyakit Diare
c. Saran bagi peneliti selanjutnya
- Diharapkan pada para peneliti berikutnya hendaknya hasil
penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengadakan
penelitian lanjutan dengan menambah variable lain yang
berhubungan dengan kejadian diare atau dengan penelitian
kuantitatif, menambah jumlah responden, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Asrimiaty F. 2013. Hubungan perilaku (pengetahuan, sikap,
tindakan)pembuangan Tinja Masyarakat dengan Kejadian diare di
pemukiman Nelayan.
Ayu angsi. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada anak balita di rumah sakit umum daerah kota kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara. Skripsi.
Carita Bidari Hendrastuti. 2018. Hubungan Tindakan pencegahan ibu
dengan kejadian diare pada balita. Surabaya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten
Bekasi 2020. Bekasi: Dinas Kesehatan Bekasi.
Firmansyah Witsqa, Y,. Muhammad, F. R,. Mirza,. F.F,. Nurjazuli, N.
2021. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita.
Hamzah Wardiah, Fatma.A. G, Nasruddin, S. 2020. Kejadian diare pada
balita berdasarkan teori Hendrik L. Blum di kota Makasar.
Huwaida Khoirunnisa. 2018. Hubungan tingkat pengetahuan dan
perilaku tentang higiene dengan kejadian diare akut di SDN,066650
Medan.
Indriyani, D.P.R., Putra, I.G.N.S. 2020. Penangan Terkini Diare pada
anak Tinjauan Pustaka.
Iryanto Agus Andika, Tri Joko, Mursid Raharjo. 2021. Faktor Resiko
Kejadian Diare Pada Balita Di Indonesia.
Kasman,. Nuning, I.I. 2018. Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Balita
Di Kota Banjarmasin. 2018.
Kasman,. Nuning, I.I. 2018. Kepemilikan jamban terhadap kejadian diare
pada balita di kota banjarmasin.
Kememtrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Vol. 1227.
2018. 496 p.
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018 Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:
Kemenkes RI. 2020.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes
RI.2019
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018. 2019.207
Malvin Thanniel. 2021. Skripsi Gambaran tingkat pengetahuan ibu
tentang diare pada balita di kota medan tahun 2020.
Nurul Wahida.H. 2019. Hubungan pengetahuan anak tentang mencuci
tangan dengan kejadian diare di desa Panobasan. Skripsi
Rahmawati, A. (2019) Pemberian ASI Ekslusif dan status gizi serta
hubungannya terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja
puskesmas Juntinyuat.
Setyo Budi, Fitri Pribadiani, Anita Dyah Listyarini. 2020. Analisis
perilaku ibu tentang cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Shafira,Aurelia. Usep Abdullah Husin., dan Dyana Eka Hadiati. 2019.
Gambaran Faktor Resiko Diare pada Balita (0-59 Bulan) di Wilayah
Kerja Puskesmas Bojongsoang Tahun 2019. Bandung: Fakultas
kedokteran Universitas Ilam Bandung
Suda Dapa Enousius, Engelina N, Indriati A. Tedju. H. 2019. Faktor
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di desa
Buru Kaghu Kecamatan Wewewa Selatan Kabupaten Sumba Barat
Daya.
Utama Saktya Yudha, Aini Inayati, Sugianto. 2019. Hubungan kondisi
jamban dan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Arosbaya Bangkalan.
WHO. Diarrhoel Disease. 2017.
WHO. Monitoring Health for the SDGs, sustainable Development Goals.
Ganeva: World Health Organization; 2019
Verli Fajriati Nofli. 2021. Hubungan pemberian ASI eksklusif,
pendidikan ibu, umur ibu, dan pekerjaan ibu dengan kejadian diare
akut pada balita usiaa 6-24 bulandi wilayah Kerja Puskesmas Pauh.
Zaeni Nur Khozin, Tin.U, Ikit.N.W. 2021. Hubungan pengetahuan
tentang diare usia 3-5 Tahun dengan tingkat pendidikan ibu Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Rawalo Kabupaten Banyumas.
Ilham Setyobudi, Fitri.P, Anita.D.L. 2020. Analisis perilaku ibu tentang
cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di rumah saki Mardi
Rahayu Kudus
Depi Yunia.P, Diah.R.2020. Hubungan antar kejadian diare,pemberian
ASI eksklusif dan stunting pada balita.
Omo Sutomo, Een.S, Tutik.I. 2020. Hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare pada bayi di wilayah kerja puskesmas Cibadak
kabupaten Lebak tahun 2019
Ilham Setyobudi, Fitri.P, Anita.D.L. 2020. Analisis perilaku ibu tentang
cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin
Lampiran 2 Kuesioner
Laporan praktik belajar lapangan (PBL) Tahap 2 ini berjudul “Gambaran resiko
diare pada balita usia 0-59 Bulan di UPTD Puskesmas Bahagia Kelurahan
Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Tahun 2022”. Penelitian ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian tugas praktek belajar
lapangan (PBL) tahap 2 dan serangkaian tugasnya yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Bahagua. Dalam Penelitian ini diminta untuk mengisi kuesioner yang
akan dibagikan oleh peneliti. Setelah mendapat penjelasan atas tindakan yang
dilakukan, maka saya bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden persetujuan ini diambil
dan disepakati dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.
Bekasi, 2022
Responden
(......................................................)
KUESIONER
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur responden :
1. 15-65 tahun
2. >65 tahun
2. Pendidikan ibu Formal terakhir :
1. Tidak sekolah / tidak tamat SD
2. Sekolah dasar / sederajat
3. Sekolah menengah pertama / sederajat
4. Sekolah menengah atas / sederajat
5. Perguruan tinggi / akademi
3. Pekerjaan ibu:
1. Pegawai Negri/TNI/POLRI
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Pedagang
5. Buruh
6. Ibu rumah tangga
7. Lain lain
PENGETAHUAN
1. Diare pada balita dapat tertular dari perilaku keluarga yang tidak sehat
1. Iya
2. Tidak
2. Penyakit diare biasanya ditandai dengan keluarnya tinja lunak atau cair
3x atau lebih dalam 1 hari
1. Iya
2. Tidak
3. Diare dapat disebabkan oleh makanan yang tertutup penyajiannya
1.Iya
2. Tidak
4. Anak yang mengalami diare menandakan anak bertambah pintar dan
bertambah besar
1. Iya
2. Tidak
5. Umur balita 3-5 tahun lebih rentan terkena penyakit diare
1. Iya
2. Tidak
PERILAKU