Anda di halaman 1dari 51

EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MENGENAI

PERSENTASE TATANAN TEMPAT KERJA YANG MELAKSANAKAN


PHBS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP PANJANG
TAHUN 2022

(Laporan Evaluasi Program)

Oleh:

Alvinasyrah
2118012040

Pembimbing
dr. Tutik Ernawati, M.Gizi., Sp.GK
dr. Susi Kania, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN MENGENAI
PERSENTASE TATANAN TEMPAT KERJA YANG MELAKSANAKAN
PHBS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP PANJANG
TAHUN 2022

Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Dalam Mengikuti Kepaniteraan Di Bagian


Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Oleh:
Alvinasyrah
2118012040

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
MAKALAH EVALUASI PROGRAM

Judul Makalah : EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN


MENGENAI PERSENTASE TATANAN TEMPAT
KERJA YANG MELAKSANAKAN PHBS DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP
PANJANG TAHUN 2022

Disusun oleh : Alvinasyrah

NPM : 2118012040

Bandar Lampung, April 2023

Mengetahui dan Menyetujui


Dosen Pembimbing,

dr. Tutik Ernawati, M. Gizi., Sp.GK


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah evaluasi

program ini. Makalah dengan judul “EVALUASI PROGRAM PROMOSI

KESEHATAN MENGENAI PERSENTASE TATANAN TEMPAT KERJA

YANG MELAKSANAKAN PHBS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

RAWAT INAP PANJANG TAHUN 2022” merupakan salah satu tugas

kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Tutik

Ernawati, M. Gizi., Sp.GK selaku pembimbing penulis yang telah bersedia

meluangkan waktunya dalam proses pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Susi Kania, M. Kes selaku

Pembimbing di Puskesmas Rawat Inap Panjang.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, namun

penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi dunia

pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3. Tujuan...................................................................................................3
1.4. Manfaat.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1. Promosi Kesehatan................................................................................6
2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).............................................9
2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Tempat Kerja...............10
2.4. Strategi Pencapaian PHBS Tatanan Tempat Kerja.............................10
BAB III METODE EVALUASI............................................................................13
3.1. Bahan..................................................................................................13
3.2. Cara Pengumpulan Data......................................................................13
3.3. Cara Penilaian dan Evaluasi................................................................13
BAB IV PROFIL PUSKESMAS RAWAT INAP PANJANG..............................18
4.1. Visi, Misi, dan Tata Nilai Puskesmas Rawat Inap Panjang................18
4.2. Keadaan Geografis..............................................................................19
4.3. Keadaan Penduduk..............................................................................21
4.4. Bentuk Kegiatan..................................................................................23
4.5. Peran serta Masyarakat.......................................................................24
BAB V HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN............................................26
5.1. Identifikasi Masalah............................................................................26
5.2. Menetapkan Prioritas Masalah............................................................31
5.3. Membuat Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan.........32

iii
5.4. Identifikasi Penyebab Masalah...........................................................33
BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH..........................................35
6.1. Menyusun Alternatif Pemecahan Masalah.........................................35
6.2. Memilih Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah..............................35
BAB VII PENUTUP..............................................................................................37
7.1. Kesimpulan.........................................................................................37
7.2. Saran....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Panjang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2021......................................................................21

Tabel 2. Data Pegawai Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2021...................22

Tabel 3. Peran Serta Masyarakat di Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2020
................................................................................................................................25

Tabel 4. Pencapaian Kinerja Promosi Kesehatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat
pada tahun 2022.....................................................................................................27

Tabel 5. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG................................27

Tabel 6. Penilaian indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Wilayah Puskesmas


Rawat Inap Panjang tahun 2022.............................................................................29

Tabel 7. Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat kerja yang


melaksanakan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun
2022........................................................................................................................31

Tabel 8. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah............36

Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................35

Tabel 10. Matriks Pemilihan Alternatif Pemecahan Masalah...............................35

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang.........................20


Gambar 2. Gambaran Jaring Laba-Laba Program Promosi Kesehatan Indikator
Tatanan Tempat Kerja yang melakukan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Inap Panjang tahun 2022.............................................................................30
Gambar 3. Kerangka Konsep Masalah.................................................................32
Gambar 4. Fishbone Penyebab Masalah Program Promkes Rendahnya Tatanan
tempat kerja yang ber- PHBS Indikator Tidak Merokok di Tempat Kerja............34

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sehat merupakan hak asasi manusia, dan merupakan intervensi untuk
kehidupan yang produktif. Sehat juga merupakan prasyarat agar hidup
menjadi berarti, sejahtera, dan bahagia. Sehingga untuk mewujudkan hal
tersebut seseorang wajib untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan secara terus-menerus. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara-negara berkembang
meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh tingkat sanitasi dan
higiene yang buruk. World Health Organization merangking negara-negara
dengan sanitasi terburuk di dunia dan Indonesia menduduki peringkat ke-3
(Palilu HI, 2015).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan esensi dan hak asasi
manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini selaras
dengan yang tercakup dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia yang di
sepakati antara lain bahwa di perolehnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya adalah hak fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras,
agama, politik yang di anut dan tingkat sosial ekonominya. Derajat kesehatan
yang tinggi tersebut dapat di peroleh apabila setiap orang memiliki perilaku
yang memperhatikan kesehatan. Sedangkan Menurut Kemenkes RI (2011)
PHBS merupakan salah satu program prioritas pemerintah melalui Puskesmas
dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
seperti yang di sebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan tahun 2010-2014 (Ramiah, 2018).
Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah
mempraktikkan PHBS baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana
Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan
bahwa rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada tahun 2014 dengan
target 70%. Perilaku rumah tangga sangat dipengaruhi oleh proses yang
terjadi di tatanan-tatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan,
tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan.
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41%
sarana yang telah dibina kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi
pendidikan (67,52%), tempat kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%),
fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana lain (62,67%) (Kemenkes RI, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja ialah upaya untuk
memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
tempat kerja sehat. Gambaran kesehatan di Indonesia sendiri terkait indikator-
indikator PHBS di tatanan tempat kerja menunjukkan pada tahun 2004
persentase orang merokok di Indonesia sebesar 35%, persentase orang yang
kurang olahraga sebesar 72,9%, persentase orang yang kurang serat sebesar
60%.Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada masyarakat pekerja di
Indonesia paling banyak digunakan adalah sarung tangan (19,8%) diikuti oleh
baju kerja (19,2%), helm dan masker (16,3%). Sedangkan untuk APD lainnya
proporsi penggunaannya berkisar antara 0,7% hingga 13,9% (Restiyani A,
dkk., 2017).

Evaluasi program, dilakukan dengan mengidentifikasi konsep dasar faktor


determinan terjadinya sebuah masalah kesehatan. Menurut teori H.L Blum,
faktor determinan terjadinya masalah kesehatan adalah faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik, dan faktor perilaku. Perilaku,
pengetahuan, lingkungan, serta peran masyarakat masih rendah dalam
pelayanan kesehatan. Hal ini nyata bahwa terdapat hubungan antara perilaku
yang baik dan sehat dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Kondisi perilaku masyarakat dan lingkungan sekitar dapat menjadi penentu

2
dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang baik serta
informasi yang benar dapat membantu penyelesaian masalah perilaku hidup
bersih dan sehat tersebut (Durch, 1997).

Pada program promosi kesehatan terdapat PHBS pada tatanan rumah tangga,
tatanan institusi pendidikan, tatanan sarana kesehatan, tatanan tempat ibadah
dan tatanan tempat kerja. Cakupan tatanan tempat kerja yang melaksanakan
PHBS di daerah Panjang pada periode Januari-Desember 2022 adalah sebesar
36% melalui beberapa tempat kantor pemerintahan dan perusahaan swasta.
Pemasalahan ini memerlukan evaluasi guna memberikan peningkatan kualitas
pada mutu promosi kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Panjang.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada laporan ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pelaksanaan program promosi kesehatan mengenai persentase
tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022?
2. Apakah penyebab masalah yang ditemukan terkait pelaksanaan program
promosi kesehatan mengenai persentase tatanan tempat kerja yang
melaksanakan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang
tahun 2022?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah terkait pelaksanaan program
promosi kesehatan mengenai persentase tatanan tempat kerja yang
melaksanakan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang
tahun 2022?

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum

3
Mengevaluasi program promosi kesehatan mengenai persentase tatanan
tempat kerja yang melaksanakan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Panjang tahun 2022.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui masalah pada program promosi kesehatan mengenai
persentase tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022.
2. Mengetahui prioritas masalah pada program promosi kesehatan
mengenai persentase tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022.
3. Mengetahui penyebab masalah yang paling berpengaruh terhadap
program promosi kesehatan mengenai persentase tatanan tempat kerja
yang melaksanakan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap
Panjang tahun 2022.
4. Mengetahui prioritas pemecahan masalah yang dapat diterapkan untuk
mencapai target yang ditetapkan.

1.4. Manfaat
a. Bagi Penulis
1. Menerapkan ilmu kedokteran komunitass yang telah di peroleh selama
perkuliahan.
2. Mendapatkan pengalaman belajar mengenai evaluasi program
puskesmas.
3. Melatih diri dalam mengatur dan mengevaluasi suatu program
khususnya program promosi kesehatan.

b. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi


1. Memperoleh masukan untuk meningkatkan angka capaian sesuai target
dalam pelaksanaan program promosi kesehatan mengenai PHBS di
tatanan tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang.

4
2. Mendapatkan alternatif pemecahan masalah pada program promosi
kesehatan mengenai PHBS di tatanan tempat kerja di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Panjang.

c. Bagi Masyarakat
Dengan tercapainya target program promosi kesehatan mengenai PHBS di
tatanan tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang
diharapkan dapat meningkatkan angka kesadaran masyarakat dalam
melaksanakan PHBS di tatanan tempat kerja.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan


2.1.1. Definisi
Promosi kesehatan adalah proses untuk memberdayakan masyarakat
melalui kegiatan menginformasikan, memengaruhi, dan membantu
masyarakat agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku
dan lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju
derajat kesehatan yang optimal (PMK RI, 2015).

Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan


pada masa yang lalu, dimana dalam konsep promosi kesehatan tidak
hanya merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian
dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga
sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di
dalam masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Perubahan lingkungan yang diharapkan dalam kegiatan promosi
kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya, ekonomi,
dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam
dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan
perundang-undangan untuk perubahan lingkungan (Nurmala I, dkk.,
2018).

2.1.2. Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat agar mampu hidup sehat
dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat
serta terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong
terbentuknya kemampuan tersebut (Nurmala I, dkk., 2018).
2.1.3. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan Piagam Ottawa tahun 1986, ruang lingkup promosi
kesehatan dikelompokkan menjadi lima area yaitu:
a. Build Healthy Policy
Build Healthy Policy atau membangun kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan memperhatikan dampak kesehatan dari
setiap keputusan yang telah dibuat. Kebijakan publik sebaiknya
menguntungkan kesehatan. Bentuk kebijakan publik antara lain
berupa peraturan perundang-undangan, kebijakan fiskal, kebijakan
pajak dan pengembangan organisasi serta kelembagaan. Berikut
conoh-contoh bentuk kebijakan di Indonesia:
 Kebijakan kawasan tanpa rokok
 Pembatasan iklan rokok
 Pemakaian helm dan sabuk pengaman

b. Create Supportive Environment


Create Supportive Environment atau menciptakan lingkungan yang
mendukung merupakan peranan yang besar untuk mendukung
seseorang atau memengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
Berikut contoh lingkungan yang mendukung:
 Penyediaan pojok laktasi di tempat-tempat umum
 Penyediaan tempat sampah
 Pengembangan tempat konseling remaja

c. Strengthen Community Action


Strengthen Community Action atau memperkuat gerakan
masyarakat. Promosi kesehatan berperan untuk mendorong serta
memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka. Berikut contoh-contoh penguatan
gerakan masyarakat:

7
 Terbentuknya yayasan atau lembaga konsumen kesehatan
 Terbentuknya posyandu
 Terbentuknya pembiayaan kesehatan bersumber daya
masyarakat

d. Develop Personal Skill


Develop Personal Skill atau mengembangkan keterampilan individu
merupakan upaya agar masyarakat mampu membuat keputusan
yang efektif tentang kesehatannya. Masyarakat membutuhkan
informasi, pendidikan, pelatihan, dan berbagai keterampilan.
Promosi kesehatan berperan untuk memberdayakan masyarakat agar
dapat mengambil keputusan dan mengalihkan tanggung jawab
kesehatan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan setiap
individu. Pemberdayaan akan lebih efektif bila dilakukan dari
tatanan rumah tangga, tempat kerja, dan tatanan lain yang telah ada
di masyarakat.

e. Re-Orient Health Service


Re-Orient Health Service atau menata kembali arah utama
pelayanan kesehatan kepada upaya preventif dan promotif serta
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
(Rachmawati WC, 2019).

2.1.4. Sasaran Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan memiliki tiga jenis sasaran yaitu primer, sekunder,
dan tersier dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Sasaran Primer
Sasaran primer meliputi individu yang sehat dan keluarga sebagai
bagian dari masyarakat.

b. Sasaran Sekunder

8
Sasaran sekunder meliputi para pemuka di masyarakat, baik pemuka
informal seperti pemuka adat, pemuka agama, dan lain-lain maupun
pemuka formal seperti petugas kesehatan, pejabat pemerintahan,
dan lain-lain. Organisasi kemasyarakatan dan media massa.

c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier meliputi para pembuat kebijakan publik yang
membuat peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang di luar kesehatan yang berkaitan serta para penyedia sumber
daya.
(Rachmawati WC, 2019).

2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS
mencakup beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus
dipraktikkan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2011).

Manfaat PHBS secara umum adalah untuk meningkatkan kesadaran


masyarakat agar mau dan mampu menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal
tersebut menjadi penting untuk dilakukan agar masyarakat sadar dan dapat
mencegah serta mengantisipasi atau menanggulangi masalah-masalah
kesehatan yang mungkin muncul. Selain itu, dengan menerapkan dan
mempraktikan PHBS diharapkan masyarakat mampu menciptakan
lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dalam
implementasinya, kebermanfaatan PHBS ini dapat diterapkan di berbagai
area, seperti sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan masyarakat
(Kemensos, 2020).

9
2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Tempat Kerja
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat kerja ialah upaya untuk
memberdayakan para pekerja agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat (Restiyani
A, dkk., 2017). Di tempat kerja (kantor,pabrik, dan lain-lain), sasaran primer
harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan tempat kerja yang
ber-PHBS, mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan
dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di
tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain (Kemenkes RI,
2011).

2.4. Strategi Pencapaian PHBS Tatanan Tempat Kerja


Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi
promosi kesehatan untuk pembinaan PHBS yang bersifat menyeluruh.
Mengacu pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang merupakan hasil dari
konferensi internasional promosi kesehatan pertama di Ottawa (Kanada), tiga
strategi pokok yang harus dilaksanakan dalam promosi kesehatan adalah
advokasi, bina suasana, dan permbedayaan. Di tempat kerja, pembinaan
PHBS dilaksanakan melalui kegiatan pengembangan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diintegrasikan dengan kegiatan
pengembangan dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Tanggung
jawab pembinaan terendah PHBS di tempat kerja juga diletakkan di tingkat
kabupaten/kota (Pokjanal Kabupaten/Kota).
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di tempat kerja seperti kantor, pabrik dan lain-lain
ditujukan terhadap para pekerja. Di tempat kerja pun pemberdayaan
diawali dengan pengorganisasian masyarakat (yaitu masyarakat tempat
kerja). Tujuannya adalah untuk membentuk atau merevitalisasi Tim

10
manajemen K3 (pengembangan kapasitas pengelola). Dengan
pengorganisasian masyarakat ini, maka selanjutnya pemberdayaan pekerja
dapat ditimbang-terimakan kepada pemilik dan pengelola tempat kerja,
Tim manajemen K3, dan pekerja-pekerja yang ditunjuk sebagai kader.
Pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan klinik
konsultasi kesehatan sebagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) di tempat kerja yang dikelola oleh tenaga kesehatan (dari tempat
kerja/ rumah sakit/ dinas kesehatan) dibantu para kader.

b. Bina Suasana
Bina suasana ditempat kerja dilakukan oleh para pengelola/manajer,
pengurus organisasi/ serikat pekerja dan para pemuka masyarakat pekerja.
Para manajer pengurus organisasi/serikat pekerja dan pemuka masyarakat
pekerja, selain berperan sebagai panutan, juga sebagai kelompok penekan
(pressure group) dalam mempraktikkan PHBS ditempat kerja tersebut.
Bina suasana juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan media tentang
PHBS seperti pemasangan billboard di halaman, poster di dinding,
banner diruang kerja, pertunjukan film, pemuatan makalah/berita di
majalah/warta perusahaan, dan pembagian selebaran (leaflet), serta
seminar/simposium/diskusi, mengundang pakar atau tokoh atau figur
publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/ taman
gizi dan lain-lain.

c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kabupaten/kota/provinsi terhadap
para pemilik dan manajer tempat kerja dan pengurus organisasi/serikat
pekerja, agar mereka berperan serta dalam kegiatan pembinaan PHBS di
tempat kerjanya. Para pemilik dan manajer tempat kerja misalnya, harus
memberikan dukungan kebijakan/ pengaturan dan menyediakan sarana
agar PHBS di tempat kerjanya dapat dipraktikkan.

11
Kegiatan-kegiatan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi di tempat kerja
tersebut di atas harus didukung oleh kegiatan-kegiatan (1) bina suasana PHBS
di tempat kerja dalam lingkup yang lebih luas (kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, dan nasional) dengan memanfaatkan media massa berjangkauan luas
seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet; serta (2) advokasi
secara berjenjang dari tingkat pusat ke tingkat provinsi dan dari tingkat
provinsi ke tingkat kabupaten/kota.
(kemenkes RI,2011).

12
BAB III
METODE EVALUASI

3.1. Bahan
Bahan evaluasi berupa laporan tahunan Program Promosi kesehatan
mengenai PHBS di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022
dan wawancara dengan petugas terkait.

3.2. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang didapatkan adalah sebagai berikut.
3.3.1. Sumber Data Primer
Wawancara dengan koordinator pelaksana Program Promosi Kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang.

3.3.2. Sumber Data Sekunder


Laporan tahunan/12 bulan Program Promosi Kesehatan tentang PHBS
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang periode Januari-
Desember tahun 2022.

3.3. Cara Penilaian dan Evaluasi


Evaluasi program Promosi Kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada tatanan tempat kerja di Puskesmas Rawat Inap Panjang dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Menetapkan beberapa tolak ukur dari unsur keluaran atau standar yang
ingin dicapai.

2. Menentukan satu tolak ukur yang akan digunakan berdasarkan beberapa


tolak ukur yang ada, dipilih satu tolak ukur yang akan digunakan.
3. Membandingkan pencapaian keluaran program dengan tolak ukur
keluaran. Bila terdapat kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. Setelah
diketahui tolak ukur, selanjutnya membandingkan hasil pencapaian
keluaran puskesmas (output) dengan tolak ukur tersebut. Bila pencapaian
keluaran puskesmas tidak sesuai dengan tolak ukur, maka ditetapkan
sebagai masalah.

4. Menetapkan prioritas masalah.


Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi
secara bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan Puskesmas. Selain
itu adanya kemungkinan masalah-masalah tersebut berkaitan dengan
yang lainnya dan bila diselesaikan salah satu masalah yang dianggap
paling penting, maka masalah lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu,
ditetapkan prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk
memecahkannya. Metode untuk memprioritaskan masalah adalah USG,
yaitu:
 Urgency, menilai ketersediaan waktu untuk pemecahan masalah yang
ada.
 Seriousness, melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan
menyebabkan hal yang serius atau fatal.
 Growth, aspek kemungkinan meluasnya atau berkembangnya masalah
maupun kemungkinan timbulnya masalah.

5. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.


Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan. Untuk
menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan tersebut, maka
dibuatlah kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan
faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang
berasal dari komponen sistem lainnya, yaitu komponen input, proses,
lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep

14
diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.
6. Identifikasi penyebab masalah.
Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep
selanjutnya akan diidentifikasi. Identifikasi penyebab masalah dilakukan
dengan membandingkan antara tolak ukur atau standar komponen-
komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik dengan pencapaian
di lapangan. Analisis penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan
diagram fishbone.

Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,


mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Konsep dasar
dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada
bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang
ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya.
Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini digunakan kategori 5
(lima) M (Man, Money, Material, Method, Machine).

Setelah didapatkan faktor-faktor penyebab masalah selanjutnya


ditentukan prioritas faktor penyebab masalah dengan menggunakan
teknik kriteria matriks. Untuk menyusun prioritas masalah ada beberapa
indikator yang sering digunakan yaitu:
 Severity (S) yaitu seberapa besar masalah yang dihadapi, serta
seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut.
 Prevalence (P), jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah,
semakin besar maka semakin harus diprioritaskan.
 Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit dalam
periode waktu tertentu.
 Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan besar
dari masyarakat agar masalah tersebut dapat segera diselesaikan.

15
 Social Benefit (SB), sejauh mana keuntungan sosial yang diperoleh
dari penyelesaian masalah tersebut.
 Public concern (PB), menyangkut besarnya keprihatinan masyarakat
terhadap suatu masalah.
 Political climate (PC), besarnya dukungan politik dari pemerintah
sangat menentukan besarnya keberhasilan penyelesaian masalah.
 Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi
suatu masalah.
 Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.

7. Membuat alternatif pemecahan masalah.


Setelah diketahui semua penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa
alternatif pemecahan masalah. Alternatif-alternatif pemecahan masalah
tersebut dibuat untuk mengatasi penyebab-penyebab masalah yang telah
ditentukan. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat dengan
memerhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi Puskesmas.

8. Menentukan prioritas alternatif pemecahan masalah.


Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, maka
akan dipilih satu cara pemecahan masalah (untuk masing-masing
penyebab masalah) yang dianggap paling baik dan memungkinkan.

Pertama ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar,


yakni dengan memberikan angka 1(satu) untuk yang paling tidak efektif
sampai angka 3 (tiga) untuk yang paling efektif. Prioritas jalan keluar
adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menilai efektifitas
jalan keluar, diperlukan kriteria tambahan sebagai berikut:
 Besarnya masalah yang dapat di selesaikan (Magnitude). Makin besar
masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar
tersebut.

16
 Pentingnya jalan keluar (Importancy). Pentingnya jalan keluar
dikaitkan dengan kelangsungan masalah. Makin baik dan sejalan
selesainya masalah, makin penting jalan keluar tersebut.
 Sensitifitas jalan keluar (Vulnerrability). Sensitifitas dikaitkan dengan
kecepatan jalan keluar dalam mengatasi masalah, makin cepat
masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternative


jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost ) yang
diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang
diperlukan makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Diberi angka 1 (satu)
untuk biaya paling sedikit sampai angka 5 (lima) untuk biaya paling
besar. Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternative jalan keluar
dengan rumus hitung MxIxV/C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi,
adalah prioritas jalan keluar terpilih.

17
BAB IV
PROFIL PUSKESMAS RAWAT INAP PANJANG

4.1. Visi, Misi, dan Tata Nilai Puskesmas Rawat Inap Panjang
4.1.1. Visi
“Terwujudnya Pelayanan Puskesmas yang Optimal dengan Bertumpu
pada Pelayanan dan Pembedayaan Masyarakat Mendukung Indonesia
Sehat”

4.1.2. Misi
Misi yang ditetapkan Puskesmas Rawat Inap Panjang untuk mencapai
visi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar sesuai standar.
3. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat beserta lingkungannya.

4.1.3. Tata Nilai : “SEPIA”


1. Santun : Menyesuaikan dengan 5R (Ramah, Resik,
Rapih, Rawat, dan Rajin).
2. Efektif dan Efisien : Menghasilkan suatu upaya yang tepat.
3. Profesional : Petugas harus memiliki kompetensi,
kemampuan, kepribadian yang jujur dan
karakter yang kuat dalam memberi
pelayanan sehingga menghasilkan
pelayanan yang baik dan benar.
4. Inovasi : Puskesmas memberikan kesempatan bagi
petugas untuk meningkatkan mutu layanan
dengan melakukan pengembangan-
pengembangan program.
5. Aman dan Adil : Setiap kegiatan harus aman bagi petugas
dan penerima layanan serta adil bagi
seluruhnya.
(PKM Panjang, 2022)

4.2. Keadaan Geografis


Puskesmas Rawat Inap Panjang merupakan salah satu Puskesmas Rawat Inap
di Bandar Lampung. Puskesmas Rawat Inap Panjang terletak di Jalan Yos
Sudarso no. 384 Kelurahan Panjang Selatan, Kecamatan Panjang, Kota
Bandar Lampung.

Didirikan sejak tahun 1964, awalnya sebagai Balai Pengobatan saja, ditahun
1998 dijadikan Puskesmas Rawat Inap dengan sepuluh tempat tidur. Pada
tahun 2007 dilakukan renovasi gedung puskesmas menjadi dua lantai dan
penambahan jumlah tempat tidur menjadi 18 tempat tidur. Dan UPT
Puskesmas Rawat Inap Panjang telah terakreditasi pada tahun 2016 dibawah
kepemimpinan dr. Ida Salfantina dengan status akreditasi “Utama” dan
kembali terakreditasi “Utama” pada tahun 2019 dibawah kepemimpinan drg.
Yuanita.

Jenis pelayanan yang ada: Poli umum, Poli Gigi, Poli KIA/KB, Poli MTBS,
Poli Lansia, Klinik VCT, Klinik IVA, Klinik Sanitasi, Klinik Konsultasi Gizi,
Klinik Remaja, Laboratorium dan Pelayanan Kefarmasian.

Puskesmas Rawat Inap Panjang mempunyai delapan kelurahan yang menjadi


tanggungjawab wilayah kerja yaitu Kelurahan Panjang Utara, Kelurahan
Panjang Selatan, Kelurahan Karang Maritim, Kelurahan Srengsem,

19
Kelurahan Pidada, Kelurahan Way Lunik, Kelurahan Ketapang, dan
Kelurahan Ketapang Kuala.

Seluruh wilayah kerja mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dan
roda dua. Alat komunikasi cukup lancar, seluruh wilayah kerja dapat
dijangkau. Secara geografis sebagian daerah merupakan perbukitan dan
sebagian lagi merupakan daerah pantai.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang

Batas:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bumi Waras.

20
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Lampung Selatan.
(PKM Panjang, 2022)

4.3. Keadaan Penduduk


4.3.1. Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan dan juga
merupakan beban dalam pembangunan, karenanya pembangunan
diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Tabel 1 dibawah ini memperlihatkan jumlah penduduk terbanyak


adalah di Kelurahan Panjang Utara (14.581 jiwa) dan paling sedikit
Kelurahan Ketapang Kuala (2.415 jiwa).

Sex ratio adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan jenis


kelamin. Rasio ini merupakan perbandingan antara banyaknya
penduduk laki-laki dan perempuan disuatu wilayah. Dari data di bawah
menunjukkan bahwa laki-laki sedikit lebih banyak daripada
pereempuan.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rawat Inap


Panjang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2021.
No. KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK LUAS WILAYAH (ha)
1. Panjang Utara 15.529 224,5
2. Panjang Selatan 14.952 111
3. Ketapang 3.835 224
4. Ketapang Kuala 2.588 115
5. Pidada 13.428 256
6. Srengsem 10.444 566,5
7. Karang Maritim 11.300 100
8. Way Lunik 10.462 144
JUMLAH 82.638 1.741

21
4.3.2. Pendidikan dan Sosial Ekonomi
Berdasarkan tingkat pendidikannya, mata pencaharian sebagian besar
masyarakat di wilayah UPT Puskesmas Rawat Inap Panjang adalah
buruh, buruh pabrik, buruh pelabuhan, dan tukang.

4.3.3. Sumber Daya Puskesmas


a. Ketenagaan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama Puskesmas Rawat Inap Panjang telah
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai dan
didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat,
perawat gigi, analis kesehatan, sanitarian, ahli gizi, apoteker.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur


terpenting dalam organisasi. Jalan tidaknya suatu organisasi sangat
tergantung dari keberadaan SDM. Sumber Daya Manusia kesehatan
yang memiliki kompetensi tentu akan menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan, program dan pelayanan kesehatan. Jenis dan
jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun
2021 sebanyak 108 orang. Adapun jenis dan jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2021 dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Data Pegawai Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2021


No. Profesi Jumlah
1. Kepala Puskesmas 1
2. Kasubag TU 1
3. Dokter Umum 13
4. Dokter Gigi 4
5. Ners 2
6. Perawat (Non Ners) 24
7. Perawat Kesehatan Anak 1
8. Perawat Kesehatan Masyarakat 3

22
9. Perawat Maternitas 2
10. Bidan 4
11. Bidan Klinis 20
12. Terapis Gigi dan Mulut 3
13. Petugas/ Tenaga Promkes 1
14. Radiografer 1
15. Analis Kesehatan 1
16. Ahli Teknologi Lab Medik 2
17. Petugas/ Tenaga Sanitasi Lingkungan 2
18. Nutrisionis 2
19. Apoteker 2
20. Asisten Apoteker 3
21. Petugas Keuangan 2
22. Petugas Pengembangan Pegawai 1
23. Petugas Kesehatan Masyarakat Lainnya 2
24. Perkarya 5
25. Penjaga Malam 1
26. Supir 2
Tenaga Umum Lainnya yang Belum
27. 3
Tercantum

(PKM Panjang, 2022)

4.4. Bentuk Kegiatan


a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan (kuratif dan
rehabilitatif di puskesmas induk).
 Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas
dan kemampuan yang tersedia:
- Pelayanan registrasi
- Pelayanan poli umum
- Pelayanan KIA/KB
- Pelayanan poli gigi
- Pelayanan imunisasi
- Pelayanan laboratorium

23
- Pelayanan MTBS
- Pelayanan IVA
- Pelayanan farmasi
b. Mengoptimalkan pelayanan UGD 24 jam
c. Mengoptimalkan pelayanan rawat inap
d. Mengoptimalkan peran SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang ada
e. Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap
f. Mengoptimalkan pelayanan secara tepat waktu, standar mutu, efisien, dan
dengan keramah-tamahan
g. Mengoptimalkan pelayanan rujukan terutama rujukan horizontal (antar
lini pelayanan di puskesmas) dalam rangka mendorong optimalisasi
pelayanan dengan tetap mengoptimalkan pelayanan rujukan vertikal
h. Mengoptimalkan koordinasi pada semua lini pelayanan puskesmas
i. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder
dalam mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan
secara aktif maupun pasif, membangun komunikasi dengan aparat dan
lembaga tingkat kelurahan dalam rangka memperoleh dukungan untuk
implementasi program kesehatan ditingkat kelurahan, membangun dan
meningkatkan tingkat kepercayaan pelayanan puskesmas pada masyarakat
melalui tokoh masyarakat
j. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
 Membangun komunikasi dan koordinasi dengan kader sebagai
jaringan program dan layanan kesehatan pada masyarakat
 Mengoptimalkan pembinaan petugas puskesmas ke posyandu
 Mengoptimalkan kerjasama lintas program dalam memberdayakan
masyarakat
 Mengoptimalkan jaringan komunikasi dan koordinasi serta pelayanan
kesehatan pada institusi pendidikan dan pondok pesantren
(PKM Panjang, 2019)

4.5. Peran serta Masyarakat

24
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perilaku
yang pro-aktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
terjadinya risiko penyakit serta berperan serta aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Tingkat pendidikan dan sosial budaya merupakan faktor yang
memengaruhi perilaku masyarakat dalam bidang kesehatan yang selanjutnya
berdampak pada derajat kesehatan. Dalam gerakan kesehatan masyarakat,
ibu-ibu mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan seperti menjadi kader dalam kegiatan posyandu yang dilakukan
satu kali sebulan.

Tabel 3. Peran Serta Masyarakat di Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2020
Kelurahan
Panjan Karan
Panjan Ketapa
No. P5M g g Srengs Way Ketapa
g Pidada ng
Selata Mariti em Lunik ng
Utara Kuala
n m
Jumlah
1. Kader 55 25 30 45 35 40 15 10
Posyandu
Jumlah
2. Kader 2 2 2 2 2 2 2 2
PTM
Jumlah
3. Kader Pos - 5 - - - - - -
UKK
Jumlah
4. Posyandu 11 5 6 9 7 8 3 2
Balita
Jumlah
5. Posyandu 1 1 1 1 1 1 1 1
Lansia
Jumlah
6. 1 1 1 1 1 1 1 1
Poskeskel

(PKM Panjang, 2022)

25
BAB V
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Masalah


Masalah merupakan kesenjangan antara tolak ukur dengan hasil pencapaian
pada unsur keluaran. Proses identifikasi masalah dimulai dengan mengetahui
keluaran program kerja puskesmas. Jika ditemukan adanya kesenjangan,
maka hal tersebut menjadi masalah pada program di puskesmas. Tolak ukur
yang digunakan yaitu Program Promosi Kesehatan Perilaku Hidup bersih dan
Sehat pada tahun 2022. Proses identifikasi masalah dilakukan secara
bertahap, dimulai dari keluaran (output) dari program kerja puskesmas,
kemudian apabila ditemukan adanya kesenjangan antara indikator dengan
data keluaran (output) tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab
masalah pada unsur masukan (input) baik dari faktor internal ataupun faktor
eksternal hingga prosesnya.

Berikut merupakan program kerja Promosi Kesehatan Perilaku Hidup bersih


dan Sehat pada tahun 2022:
 Rumah tangga ber-PHBS
 Tatanan institusi pendidikan yang melaksanakan PHBS
 Sarana kesehatan yang ber-PHBS
 Tatanan tempat ibadah yang melaksanakan PHBS
 Tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS
Tabel 4. Pencapaian Kinerja Promosi Kesehatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat
pada tahun 2022
Variabel Tolak Ukur/ Hasil
Kesenjangan Masalah
Keluaran Target Pencapaian
Rumah tangga
80% 40% -40% (+)
ber-PHBS
Tatanan institusi
pendidikan yang
80% 89% +9% (-)
melaksanakan
PHBS
Sarana
kesehatan yang 100% 100% 0% (-)
ber-PHBS
Tatanan tempat
ibadah yang
80% 86% +6% (-)
melaksanakan
PHBS
Tatanan tempat
kerja yang
80% 36% -44% (+)
melaksanakan
PHBS

Berdasarkan tabel 4, program promosi kesehatan mengenai PHBS pada tahun


2022 belum mencapai target pada variabel tatanan rumah tangga ber-PHBS
sebesar 40% dengan kesenjangan 40% dari target 80%. Variabel tempat kerja
yang melaksanakan PHBS belum mencapai target yaitu 36% dari target 80%
dengan kesenjangan 44%. Selanjutnya rendahnya rumah tangga dan tempat
kerja yang melaksanakan PHBS dilakukan penentuan prioritas dari dua
masalah yang ada dengan metode USG, yaitu: 1. Urgency: Menilai
ketersediaan waktu untuk pemecahan masalah yang ada. 2. Seriousness:
Melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan menyebabkan hal yang
serius/fatal. 3. Growth: Aspek kemungkinan meluasnya/berkembangnya
masalah atau kemungkinan timbulnya masalah.
Tabel 5. Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG
Evaluasi Masalah
No Masalah Pencapaian Total
U S G

Rendahnya Rumah
1 5 4 3 12
tangga ber-PHBS 40%

Rendahnya Tatanan 36%


2 5 4 4 13
tempat kerja yang
melaksanakan PHBS
Keterangan: Berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil)

27
Pada Tabel 5, prioritas masalah yang dipilih dengan menggunakan metode
USG adalah rendahnya tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS
dengan skor 13. Capaian program promosi kesehatan PHBS pada tatanan
tempat kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun
2022ditetapkan sebesar 80%. Dimana pada program ini, didapatkan hasil
capaian di tahun 2022 sebesar 36% dari target 80%, data mengenai capaian
dan target setiap indikator program ini dapat dijelaskan pada Tabel 6 berikut:

28
Tabel 6. Penilaian indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja Wilayah Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022

Kel. Karang
Kel. Pidada

Pendidikan
Srengsem

Kel. Way

Ketapang

Ketapang

Koramil
Maritim
Panjang

Panjang
Selatan

Kanwil
5 Bank
Kantor

Polsek
Camat

Kejari
Lunik

Kuala
Utara

KUA
Kel.

Kel.

Kel.

Kel.

Kel.
.

Tidak merokok
1 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%
di tempat kerja
Menggunakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2
air bersih

Menggunakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
3
jamban
Membuang
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4 sampah pada
tempatnya
Memberantas 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
5
jentik nyamuk

29
Tabel 6, penilaian indikator PHBS ditempat kerja Wilayah Puskesmas Rawat
Inap Panjang terdapat masalah pada indikator tidak merokok ditempat kerja.
Dari 19 kantor pemerintahan dan swasta hanya lima kantor yang
melaksanakan yaitu Bank. Rata-rata indikator kantor pemerintahan dan
swasta yang tidak melaksanakan indikator (14 kantor) tersebut yaitu 74%
dari target 80%.

Program Promosi Kesehatan Indikator PHBS di Tatanan


Tempat Kerja Wilayah Puskesmas Rawat Inap Panjang
tahun 2022

Kantor Camat 1 Tidak merokok di tempat


Kanwil Pendidikan Kel. Panjang Selatan
kerja
Koramil 100% Kel. Panjang Utara 2 Menggunakan air bersih
3 Menggunakan jamban
Polsek 50% Kel. Srengsem 4 Membuang sampah pada
tempatnya
0% 5 Memberantas jentik
Kejari Kel. Pidada nyamuk

5 Bank Kel. Karang Maritim

KUA Kel. Way Lunik


Kel. Ketapang Kuala Kel. Ketapang

Gambar 2. Gambaran Jaring Laba-Laba Program Promosi Kesehatan Indikator Tatanan


Tempat Kerja yang melakukan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang
tahun 2022.

Gambar 2 di atas didapatkan bahwa Program Promosi Kesehatan terkait


rendahnya tatanan tempat kerja pada indikator tidak merokok ditempat kerja
belum mencapai target. Pencapaian tertinggi ada pada kantor swasta seperti
bank yang telah melaksanakan seluruh indikator PHBS di tatanan tempat
kerja. Pada kantor pemerintahan belum dapat melaksanakan indikator untuk
tidak merokok dikantor (14 kantor) dengan rata-rata 74% dari target 80%.

30
5.2. Menetapkan Prioritas Masalah
Berdasarkan tabel hasil program Promosi Kesehatan terkait rendahnya
tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di atas, ditemukan 14 kantor
pemerintahan yang belum mencapai target indikator merokok ditempat kerja,
sedangkan kantor swasta seperti Bank telah mencapai target keseluruhan
indikator PHBS di tatanan tempat kerja. Masalah ini ditegakkan karena
adanya perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan tolak ukur yang
ditetapkan. Untuk menentukan tempat kerja mana yang akan menjadi
prioritas masalah, akan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth).

Tabel 7. Pencapaian Program Promosi Kesehatan di Tatanan Tempat kerja yang


melaksanakan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022
No Masalah U S G Total
1 Tidak merokok di tempat kerja pada kantor
5 4 5 14
camat
Tidak merokok di tempat kerja kantor
2 4 4 4 12
kelurahan Panjang Selatan
Tidak merokok di tempat kerja kantor
3 4 4 4 12
kelurahan Panjang Utara
Tidak merokok di tempat kerja kantor
4 4 4 4 12
kelurahan Srengsem
Tidak merokok di tempat kerja kantor
5 4 4 4 12
kelurahan Pidada
Tidak merokok di tempat kerja kantor
6 4 4 4 12
kelurahan Karang Maritim
Tidak merokok di tempat kerja kantor
7 4 4 4 12
kelurahan Way Lunik
Tidak merokok di tempat kerja kantor
8 4 4 4 12
kelurahan Ketapang
Tidak merokok di tempat kerja kantor
9 4 4 4 12
kelurahan Ketapang Kuala
10 Tidak merokok di tempat kerja KUA 4 3 4 11
11 Tidak merokok di tempat kerja Kejari 4 3 3 10
12 Tidak merokok di tempat kerja Polsek 3 4 3 10
13 Tidak merokok di tempat kerja Koramil 3 3 3 9
Tidak merokok di tempat kerja Kanwil
14 3 2 2 7
Pendidikan
Keterangan: Berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,
2=kecil, 1=sangat kecil)

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan Urgency:


Menilai ketersediaan waktu untuk pemecahan masalah yang ada,
Seriousness: Melihat pengaruh bahwa masalah tersebut akan

31
menyebabkan hal yang serius/fatal dan Growth: Aspek kemungkinan
meluasnya/berkembangnya masalah atau kemungkinan timbulnya
masalah, didapatkan bahwa Promosi Kesehatan terkait rendahnya tatanan
tempat kerja yang melaksanakan PHBS indikator tidak merokok ditempat
kerja yaitu kantor camat yang menjadi prioritas masalah.

5.3. Membuat Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan


Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah dari program
Promosi Kesehatan terkait rendahnya tatanan tempat kerja yang
melaksanakan PHBS indikator tidak merokok ditempat kerja tahun 2022
diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem.

Sarana dan Prasarana (INPUT)

Keaktifan Petugas (PROSES)

Pencatatan dan pelaporan hasil


Penyuluhan Promosi Kesehatan di kegiatan (PROSES)
Tatanan Tempat Kerja (PROSES)

Kemampuan komunikasi, Program Promosi Kesehatan di


pengetahuan, dan konsistensi petugas Tatanan Tempat Kerja tercapai
(PROSES) (OUTPUT)
Tingkat pengetahuan pegawai kantor tentang merokok
(LINGKUNGAN)

Gambar 3. Kerangka Konsep Masalah

5.4. Identifikasi Penyebab Masalah

32
Persentase program promosi kesehatan terkait rendahnya tatanan tempat kerja
melaksanakan PHBS dengan indikator tidak merokok di tempat kerja wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022 yang belum mencapai
target. Setelah mengetahui faktor atau masalah dominan, langkah berikutnya
adalah mencari akar masalah dalam hal ini penulis mencari akar masalah
dengan menggunakan diagram fishbone.

33
Gambar 4. Fishbone Penyebab Masalah Program Promkes Rendahnya Tatanan tempat kerja yang ber- PHBS Indikator Tidak Merokok di Tempat Kerja

MATHERIAL MAN

Rendahnya kesadaran
Rokok Mudah pegawai untuk berhenti
Didapatkan merokok
Harga Rokok Koordinasi antar petugas kesehatan dan
terjangkau petugas di tempat kerja yang belum
optimal Rendahnya tatanan
tempat kerja
MONEY melaksanakan
PHBSdengan indikator
tidak merokok di tempat
kerja wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap
Sanksi belum diberlakukan Panjang tahun 2022 yang
di tempat kerja belum mencapai target
KTR belum terlaksana di
tempat kerja

Belum adanya pengawas Sosialisasi mengenai bahaya


merokok di tempat kerja merokok belum maksimal

MACHINE
METHOD

34
Setelah dilakukan pencarian masalah utama pada komponen-komponen di
atas, diperoleh beberapa masalah utama sebagai berikut:
a) Sanksi belum diberlakukan di tempat kerja
b) Sosialisasi mengenai bahaya merokok belum maksimal
c) KTR belum terlaksana di tempat kerja
d) Belum adanya pengawas merokok di tempat kerja
e) Harga rokok terjangkau
f) Rokok mudah didapatkan
g) Rendahnya kesadaran pegawai untuk berhenti merokok
h) Koordinasi antar petugas kesehatan dan petugas di tempat kerja yang
belum optimal

Berdasarkan beberapa masalah di atas yang diperoleh dari diagram fishbone,


masih diperlukan untuk mencari masalah-masalah yang memiliki peranan penting
dalam mencapai keberhasilan program dengan menggunakan teknik kriteria
matriks pemilihan prioritas sehingga dapat dipilih masalah yang paling dominan.

35
Tabel 8. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah
Ju
I T R ml
Daftar ah
No.
Masalah Ix
P S RI DU SB PB PC Tx
R
1. Method
Sanksi belum
diberlakukan di tempat 3 3 3 4 3 2 3 2 3 126
kerja
Sosialisasi mengenai
bahaya merokok belum 3 3 4 2 4 2 2 3 3 180
maksimal
2. Machine
Belum adanya
pengawas merokok di 3 3 3 3 2 2 3 3 3 171
tempat kerja
KTR belum
terlaksana di tempat 5 5 3 3 3 4 4 2 3 162
kerja
3. Material
Rokok mudah
2 4 2 2 4 2 4 3 4 240
didapatkan
4 Man
Koordinasi antar
petugas kesehatan
dan petugas di 5 5 4 3 4 3 3 4 3 324
tempat kerja yang
belum optimal
Rendahnya
kesadaran pegawai
5 5 4 4 4 3 3 3 3 252
untuk berhenti
merokok
5. Money
Harga rokok
17
2 4 3 2 3 2 3 3 3
terjangkau 1

Keterangan:
I : Importancy (Pentingnya masalah)
P : Prevalence (Besarnya masalah)
S : Severity (Akibat yang ditimbulkan masalah)
RI : Rate of Increase (Kenaikannya besarnya masalah)
DU: Degree of Unmeet Need (Derajat keinginan masyarakat yang belum
terpenuhi)
SB : Social Benefit (Keuntungan sosial karena selesainya masalah)

36
PB : Public Concern(Rasa prihatin masyarakat tentang masalah)
PC : Political Climate(Suasana politik)
T : Technical feasibility(Kelayakan teknologi)
R : Resources availability (Sumber daya yang tersedia)

Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan masalah yang


berpengaruh besar didapatkan pada faktor Man, yaitu koodinasi antar petugas
pelayanan di puskesmas yang belum terintegrasi secara optimal.

37
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1. Menyusun Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan pencarian masalah utama dengan teknik matriks pada bab
sebelumnya, didapatkan permasalahan utama yaitu Koodinasi antar petugas
pelayanan di puskesmas yang belum terintegrasi secara optimal. Adapun
penyusunan alternatif pemecahan masalah perilaku merokok yang sudah
menjadi kebiasaan adalah sebaga berikut:

Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah Penyebab Alternatif
Rendahnya Koordinasi antar petugas 1. Membentuk dan melatih kelompok
tatanan tempat kesehatan dan petugas di pengawas merokok di tempat kerja
kerja yang tempat kerja yang belum 2. Mengembangkan Kawasan Tanpa
melakukan PHBS optimal Rokok (KTR) dan memberlakukan
dengan indikator sanksi di tempat kerja
tidak merokok 3. Mendatangkan hipnoterapis untuk
wilayah kerja menghipnoterapi para perokok di
puskesmas Rawat tempat kerja
Inap Panjang
tahun 2022

6.2. Memilih Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah


Berikut adalah matriks yang digunakan untuk memilih alternatif mana yang
paling efektif untuk diterapkan.

Tabel 10. Matriks Pemilihan Alternatif Pemecahan Masalah


Efektivitas Efisiensi Jumlah
No Daftar Alternatif Jalan Keluar
M I V C (MIV/C)
Membentuk dan melatih kelompok
1. 3 3 4 2 18
pengawas merokok di tempat kerja
Mengembangkan Kawasan Tanpa
2. Rokok (KTR) dan memberlakukan 4 4 4 2 32
sanksi di tempat kerja
3. Mendatangkan hipnoterapis untuk 3 3 2 2 9

35
menghipnoterapi para perokok di
tempat kerja
Keterangan:
P : Priority (Prioritas masalah)
M : Magnitude (Besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I :Importance (Pentingnya jalan keluar)
V :Vulnerability (Sensitivitas jalan keluar)
C : Cost (Efisiensi jalan keluar)

36
BAB VII
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi program promosi kesehatan mengenai persentase

tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Panjang tahun 2022, dapat disimpulkan:

a) Pencapaian persentase program promosi kesehatan mengenai persentase

tatanan tempat kerja yang melaksanakan PHBS di wilayah kerja

Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022 sebesar 36% dari target 80%;

b) Prioritas masalah dari rendahnya tatanan tempat kerja yang melaksanakan

PHBS yaitu tidak merokok di tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas

Rawat Inap Panjang tahun 2022.

c) Penyebab utama masalah dari rendahnya tatanan tempat kerjayang

melaksanakan PHBS dengan indikator tidak merokok di tempat kerja

wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022 adalah koodinasi

antar petugas kesehatan dan petugas di tempat kerja yang belum optimal;

d) Alternatif pemecahan masalah dari rendahnya tatanan tempat kerja yang

melaksanakan PHBS dengan indikator tidak merokok di tempat kerja

wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panjang tahun 2022 adalah

Mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan memberlakukan

sanksi di tempat kerja.


7.2. Saran
7.2.1. Bagi Puskesmas

Disarankan bagi Puskesmas untuk:

a. Melatih kelompok pengawas merokok di tempat kerja.

b. Mensosialisasikan mengenai kawasa tanpa rokok di tempat kerja

secara keseluruhan.

c. Mengawasi pelaksanaan kawasan tanpa rokok di tempat kerja.

7.2.2. Bagi Tempat Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap

Panjang

Disarankan bagi tempat kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat

Inap Panjang untuk melakukan:

a. Mengembangkan kawasan tanpa rokok dan memberlakukan

sanksi di tempat kerja.

b. Membentuk kelompok pengawas merokok di tempat kerja.

38
DAFTAR PUSTAKA

Durch, JS. 1997. Understanding Health and Its Determinants. Washington (DC) :
National Academies Press (US).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK233009/

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemensos. 2020. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penguatan


Kapabilitas Anak dan Keluarga. Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak –
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial.
https://kemensos.go.id/uploads/topics/15863905705284.pdf

Nurmala I, dkk. 2018. Promosi Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.


https://repository.unair.ac.id/87974/2/Buku%20Promosi%20Kesehatan.pdf

Palilu HI.2015. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Pegawai di
Kantor Dinas Kesehatan Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan
Tropik. 111(2): 99 – 107.

PKM Panjang. 2022. Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Panjang Tahun 2022.
Bandar Lampung: Puskesmas Rawat Inap Panjang

PMK RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74


Tahun 2015 Tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan
Penyakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rachmawati WC. 2019. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Malang: Wineka
Media. https://fik.um.ac.id/wp-content/uploads/2020/10/2.-PROMOSI-
KESEHATAN-DAN-ILMU-PERILAKU.pdf

Ramiah. 2018. Pengetahuan dan Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Pada Keluarga di Kelurahan Panaikang Kecamatan Panakukang Kota
Makassar 2016. Global Health Science. 3(1): 88 – 95.

Restiyani A, Cahyo K, Widagdo L. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan


Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Pekerja Bagian Produksi PT.
Coca Cola Amatil Indonesia Central Java. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
5(5): 939 – 948.

40

Anda mungkin juga menyukai