Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI MAHASISWA/I

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES


KEMENKES PALEMBANG DI PT SUGIH RAHAYU
BAHAGIA TAHUN 2021

OLEH :
KELOMPOK 1

NAMA : NIM :
AWANDA ALPRINA 21061
CINDY SEPTIKA SARI 21063
INNA FAJARUL KAMIL 21072
INTAN PERMATA SARI 21073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII SANITASI
TAHUN 2021

i
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI MAHASISWA/I
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES
KEMENKES PALEMBANG DI PT SUGIH RAHAYU
BAHAGIA TAHUN 2021

OLEH :
KELOMPOK 1

NAMA : NIM :
AWANDA ALPRINA 21061
CINDY SEPTIKA SARI 21063
INNA FAJARUL KAMIL 21072
INTAN PERMATA SARI 21073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIII SANITASI
TAHUN 2021

ii
PRAKTIK KERJA INDUSTRI
DI PT SUGIH RAHAYU BAHAGIA
TAHUN 2021

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Awanda Alprina 21061


Cindy Septika Sari 21063
Inna Fajarul Kamil 21072
Intan Permata Sari 21073

SUSUNAN DEWAN PEMBIMBING

Pembimbing Akademik
Ebagustian Tamzil, S.Kep, Ns, M.Kes ( )
NIP. 19720830 199502 1 001

Pembimbing Lapangan
Sabil Rahman SE ( )

Palembang, Februari 2021


Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Diah Navianti, S.Pd.,M.Kes


NIP. 19691125 199203 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan

Praktik Kerja Lapangan di Industri, Mahasiswa Prodi DIII Sanitasi Poltekkes

Kemenkes Palembang di PT. SUGIH RAHAYU BAHAGIA.

Kegiatan PKL ini merupakan salah satu bentuk kegiatan Praktek Kerja di

Industri sesuai dengan kurikulum DIII Sanitasi pada mata kuliah Praktek Kerja

Industri yang dilaksanakan pada semester VI untuk memenuhi proses belajar

mengajar pada praktek mata kuliah Sanitasi Industri.

Kami menyadari bahwa penulisan laporan Praktek Kerja Industri ini, tidak

jauh dari kesalahan serta kekurangan. Dan tentunya, Kami mengharapkan kritik

dan saran yang membangun, agar kami dapat memperbaiki kekurangan dan dapat

lebih baik untuk kedepannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga

laporan ini yang kami susun dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Palembang, Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iv
Hal
aman
SAMPUL DEPAN..................................................................................... i
SAMPUL DALAM................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................... x
DAFTAR BAGAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................... 6
D. Manfaat .................................................................................. 6
1. Bagi Institusi Praktik Kerja Industri.................................
2. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan................................
3. Bagi mahasiswa................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 8


A. Penyediaan Air Bersih............................................................. 8
B. Pengolahan limbah Cair........................................................... 9
C. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah........................... 11
D. Penyehatan Makanan dan Minuman........................................ 12
E. Penyehatan Udara..................................................................... 15
F. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit........... 17
G. Housekeeping Atau Tata Graha............................................... 20
H. Jamban dan Peturasan.............................................................. 20
I. Fasilitas Cuci Tangan................................................................ 24

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................. 26


A. Rencana Kegiatan.................................................................... 26
B. Lokasi Kegiatan....................................................................... 26
C. Waktu Kegiatan........................................................................ 27

v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 26
A. Hasil

1. Profil Instansi Praktik Kerja Industri................................ 26

2. Kegiatan Selama Praktik Kerja Industri........................... 26

B. Pembahasan ........................................................................... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 26


A. Kesimpulan.............................................................................. 26

B. Saran......................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 35
LAMPIRAN
BIODATA

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

viii
DAFTAR BAGAN

Halaman

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk

keterampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan

yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan

praktek dalam skala kecil. Agar dapat memahami dan memecahkan setiap

permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa perlu melakukan

kegiatan pelatihan kerja secara langsung di instansi/lembaga yang relevan

dengan program pendidikan yang diikuti, sehingga setelah lepas dari ikatan

akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan, mahasiswa/mahasiswi bisa

memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa

pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk menerapkannya di dunia kerja yang

sebenarnya. Salah satu program yang dapat ditempuh untuk dapat mewujudkan

hal tersebut diatas adalah dengan melaksanakan praktek Bentuk kegiatan yang

dilakukan adalah kerja praktek dengan mengikuti semua aktifitas di lokasi kerja.

Kegiatan praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan

pelatihan yang dihadapkan langsung pada praktek kerja sebagai pengaplikasian

kemampuan pendidikan yang diperoleh mahasiswa/mahasiswi baik dari bangku

perkuliahan maupun dari kegiatan lain di luar kuliah. Selain itu, mahasiswa juga

dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan di lapangan mengenai

dunia kerja.
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahaan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi sanitasi lingkungan dan pelaksanaan K3 yang

dilakukan di PT. Sugih Rahayu Bahagia ?

C. Tujuan

1. Untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman mahasiswa dan

mahasiswi dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian

khususnya pada mata kuliah Praktek kerja industri

2. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja

praktis sehingga secara langsung dapat melaksanakan Praktek kerja

industri

3. Agar mahasiswa dapat melakukan dan membandingkan penerapan

teori yang diterima di jenjang akademik dengan praktek yang

dilakukan di lapangan.

4. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara

teori dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi

mahasiswa untuk terjun ke masyarakat.

D. Manfaat

1. Bagi Institusi Praktik Kerja Industri


a. Lahan PKL dapat memanfaatkan tenaga PKL sesuai dengan

kebutuhan di unit kerjanya.

b. Laporan PKL dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber

informasi mengenai situasi umum di tempat PKL tersebut.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Lingkungan

Merupakan sarana untuk menjembatani antara instansi dengan lembaga

pendidikan untuk bekerja sama lebih lanjut baik bersifat akademis

maupun non akademis

3. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu pengetahuan

perkuliahan pada mata kuliah Praktek kerja industri

b. Meningkatkan kemampuan dan sosialisasi lingkungan kerja

c. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di lapangan

kerja mengenai dunia kerja khususnya di Industri

d. Sebagai Sarana untuk memperoleh informasi mengenai

keadaan umum industri

e. Terciptanya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan

antara kedua belah pihak


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyediaan Air

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga

ketersediaannya amatlah penting. Dalam keseharian air dimanfaatkan tidak hanya

terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas umum, sosial

dan ekonomi. Kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan perkembangan

populasi manusia. Melalui pertumbuhan penduduk, terjadi pergerakan dinamik

dalam masyarakat baik dalam segi kepadatan, sosial maupun ekonomi, sehingga

kebutuhan dan permintaan air bersih pun akan terus meningkat.

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, kedua Peraturan Menteri

Kesehatan R.I. Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Hygiene Sanitasi,

Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016,

meyebutkan bahwa Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL)

merupakan konsentrasi atau kadar dari setiap parameter media lingkungan yang

ditetapkan dalam rangka perlindungan kesehatan pekerja sesuai satuannya berupa

angka minimal yang diperlukan, atau maksimal atau kisaran yang diperbolehkan,

bergantung pada karakteristik parameter.

Media lingkungan air meliputi air minum dan air untuk keperluan higiene

dan sanitasi, baik kuantitas maupun kualitas. Kecukupan air minum untuk
lingkungan kerja industri dihitung berdasarkan jenis pekerjaan dan lamanya jam

kerja setiap pekerja untuk setiap hari. Standar Baku Mutu (SBM) di bawah ini

berlaku secara umum untuk setiap pekerja setiap hari. Jika jenis pekerjaan

memerlukan lebih banyak air minum, maka kebutuhannya disesuaikan dengan

jenis pekerjaan tersebut.

Kecukupan penyediaan air minum untuk pekerja dipersyaratkan minimal

sebanyak 5 liter/orang/hari. Sedangkan kecukupan air untuk keperluan higiene dan

sanitasi dihitung berdasarkan kebutuhan minimal dikaitkan dengan perlindungan

kesehatan dasar dan higiene perorangan. Ketersediaan air sebanyak 20

liter/orang/hari hanya mencukupi untuk kebutuhan higiene dan sanitasi minimal,

sehingga untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja yang optimal diperlukan

volume air yang lebih, yang biasanya berkisar antara 50-100 liter/orang perhari.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 32 Tahun 2017

menyebutkan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk

Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang

dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib

merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan

untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi

pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk keperluan higiene

sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti

mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan,
dan pakaian. Selain itu air untuk keperluan higiene sanitasi dapat digunakan

sebagai air baku air minum.

Terkait dengan persyaratan kesehatan air untuk keperluan hygiene sanitasi

dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 32 Tahun 2017 menyebutkan

bahwa air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa

penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor :

1. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa

penyakit.

2. Jika menggunakan kontainer sebagai penampung air harus dibersihkan

secara berkala minimum 1 kali dalam seminggu.

Air untuk keperluan hygiene sanitasi harus aman dari kemungkinan

kontaminasi, yaitu :

1. Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak boleh ada koneksi

silang dengan pipa air limbah di bawah permukaan tanah.

2. Jika sumber air tanah non perpipaan, sarananya terlindung dari sumber

kontaminasi baik limbah domestik maupun limbah industri.

3. Jika melakukan pengolahan air secara kimia, maka jenis dan dosis

bahan kimia harus tepat.

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan air untuk keperluan hygiene dan

sanitasi ditetapkan sebagai berikut:

1. Berasal dari sumber air yang improved atau terlindung (perpipaan, mata

air terlindung, sumur bor terlindung, sumur gali terlindung dan

penampungan air hujan terlindung).


2. Tersedia dalam jumlah yang cukup dan kontinu.

3. Air yang berasal dari pengolahan air limbah atau grey water hanya

digunakan untuk menggelontor toilet dan menyiram tanaman.

4. Kualitas air harus diperiksa secara berkala. 5. Memenuhi kualitas fisik.

Selanjutnya dalam upaya pengawasan penyediaan air untuk kepentingan

hygiene industri di tempat kerja, dijelaskan bahwa setiap penyelenggara baik

badan usaha, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang

melakukan penyelenggaraan penyediaan air untuk keperluan hygiene sanitasi,

wajib menjamin kualitas air untuk keperluan hygiene sanitasi yang memenuhi

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan.

Untuk menjaga agar kualitas air untuk keperluan hygiene sanitasi senantiasa

dalam keadaan memenuhi Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan

Persyaratan Kesehatan perlu dilakukan pengawasan internal dan eksternal.

Pengawasan internal merupakan pengawasan yang dilakukan oleh penyelenggara

melalui penilaian mandiri, pengambilan, dan pengujian sampel air yang dilakukan

minimal satu kali dalam satu tahun. Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan

oleh tenaga kesehatan lingkungan yang terlatih pada dinas kesehatan kabupatena

atau kota, atau kantor kesehatan pelabuhan untuk lingkungan wilayah kerjanya.

B. Pengawasan Pengelolaan Limbah Cair

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28 H ayat

(1) disebutkan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan”, sehingga lingkungan hidup yang baik


dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara.

Oleh karena itu pemerintah dan pemangku kepentingan wajib untuk melakukan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam melaksanakan

pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup tetap menjadi penunjang

hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainnya.

Kegiatan pembangunan yang didukung ilmu pengetahuan dan teknologi,

selain meningkatkan kualitas hidup dan merubah gaya hidup manusia, juga

mengandung resiko terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan apabila

tidak arif bijaksana dalam melaksanakannya. Dalam konteks pembangunan yang

sangat dinamis di berbagai daerah, muncul beragam usaha dan kegiatan oleh

manusia, diantaranya dalam bentuk industri. Jenis kegiatan tersebut berpotensi

menghasilkan air limbah. Air limbah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Air diperbolehkan dibuang ke media lingkungan dalam hal ini air sungai dengan

izin tertulis dari Bupati/Walikota dan telah memenuhi baku mutu yang

dipersyaratkan.

Penetapan Baku Mutu Air Limbah dilaksanakan berdasarkan asas tanggung

jawab; asas kelestarian dan berkelanjutan; dan asas manfaat. Adapun tujudan dari

pengaturan penetapan Baku Mutu Air Limbah adalah untuk:

1. Pedoman bagi Bupati/Walikota dalam mengeluarkan izin pembuangan air

limbah.
2. Pedoman bagi Bupati/Walikota dalam memberikan saran, arahan,

petunjuk dan pembinaan kepada penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan.

3. Mencegah terjadinya pencemaran air.

4. Mewujudkan kualitas air yang sesuai dengan peruntukannya.

5. Menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup.

6. Penilaian dokumen lingkungan, rekomendasi dan izin lingkungan, dan

7. Instrumen pengendalian pencemaran lingkungan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup R.I. Nomor 5 tahun 2014 tentang

Baku Mutu Air Limbah pasal 16 menyatakan bahwa setiap usaha dan/atau

kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) wajib:

a. Melakukan pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali

setiap bulannya sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan dalam izin

pembuangan air limbah.

b. Melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a

sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin

pembuangan air limbah, dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur

sesuai dengan kewenangannya.

c. Laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf b paling

sedikit memuat: 1) catatan debit air limbah harian. 2) bahan baku

dan/atau produksi senyatanya harian. 3) kadar parameter baku mutu

limbah cair, dan 4) penghitungan beban air limbah.


d. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf c disusun berdasarkan format

pelaporan yang telah ditetapkan.

Terkait dengan pengelolaan limbah industri pada Peraturan Menteri

Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang standar dan persyaratan kesehatan

lingkungan kerja industri menegaskan suatu industri harus memenuhi persyaratan

kesehatan lingkungan, termasuk sarana pembuangan air limbah, dengan

ketentuan :

1. Air limbah dari berbagai sumber dapat mengalir dengan lancar dan

salurannya dalam keadaan tertutup.

2. Tersedia instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang memadai.

C. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri Pasal 1 menyebutkan

bahwa pengaturan standar dan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri

bertujuan untuk:

1. Mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang sehat dalam rangka

menciptakan pekerja yang sehat dan produktif

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja, dan

kecelakaan kerja

3. Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri.

Selanjutnya pada Pasal 2 disebutkan bahwa setiap industri wajib memenuhi

standar dan menerapkan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri. Standar

kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:


1. Nilai ambang batas faktor fisik dan kimia

2. Indikator pajanan biologi; dan

3. Standar baku mutu kesehatan lingkungan.

Sedangkan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri meliputi:

1. Persyaratan faktor fisik

2. Persyaratan faktor biologi

3. Persyaratan penanganan beban manual dan

4. Persyaratan kesehatan pada media lingkungan

Standar baku mutu media tanah yang berhubungan dengan kesehatan

meliputi kualitas tanah dari aspek biologi, kimia dan radioaktivitas.

1. Standar Baku Mutu biologi tanah meliputi angka telur cacing (Ascaris

lumbricoides) dan fecal coliform yang mengindikasikan adanya

pencemaran tanah oleh tinja.

2. Standar Baku Mutu kimia tanah meliputi kimia anorganik yang terdiri

dari 7 parameter yaitu Timah hitam, Arsen, Kadmium, Krom (valensi 6),

senyawa Merkuti, Boron dan Tembaga dalam satuan mg/kg. Sedangkan

parameter organik meliputi BaP, DDT, Dieldrin, PCP, Dioksin (TCDD)

dan Dioxin-like PCBs.

3. Standar Baku Mutu radioaktivitas sebagai indikator pencemaran Radon

dengan satuan Bq/m3 tanah berkisar antara 100-300, di mana 3,7 Bq/m3

adalah setara dengan 1 pCi/L


Persyaratan kesehatan lingkungan media tanah yang baik untuk kegiatan

industri, dipersyaratkan sebagai berikut:

1. Memenuhi persyaratan konstruksi untuk jenis tanah peruntukan industri.

2. Tidak tercemar oleh limbah domestik maupun industri baik berupa

limbah padat, cair maupun gas.

3. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa

penyakit.

4. Jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan kualitas tanah sesuai

dengan persyaratan teknis bangunan industri maka perlu dilakukan

rekayasa atau remediasi tanah agar tidak menimbulkan dampak terhadap

lingkungan dan dampak kesehatan pekerja.

D. Pemantauan Pengelolaan Sampah Industri

Kegiatan industri pada umumnya sebagaimana kegiatan yang lain akan

menimbulkan buangan padat berupa sampah baik berupa sampah bahan berbahaya

dan beracun (B3) maupun sampah non B3. Terkait dengan buangan padat berupa

sampah B3 maupun non B3 pada kegiatan industri, maka diperlukan adanya

sarana pengelolaan limbah B3 dan non B3 yang baik sehingga tidak menimbulkan

pengaruh negatip terhadap tempat kerja, lingkungan maupun terhadap tenaga

kerja.

Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang

dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif

karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya


memerlukan biaya yang cukup besar. Sampah adalah bahan yang tidak

mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam

pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan

manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan. Dalam Undang -

Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai

sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Menurut Daniel terdapat tiga jenis sampah, di antaranya:

1. Sampah organik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai

secara alamiah/biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah

jenis ini juga biasa disebut sampah basah.

2. Sampah anorganik: sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang sulit

terurai secara biologis. Proses penghancurannya membutuhkan

penanganan lebih lanjut di tempat khusus, misalnya plastik, kaleng dan

styrofoam. Sampah jenis ini juga biasa disebut sampah kering.

3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) : limbah dari bahan-bahan

berbahaya dan beracun seperti limbah rumah sakit, limbah pabrik dan

lain-lain.

Kemudian di dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, diatur beberapa jenis–jenis sampah yaitu sebagai berikut :

1. Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal

dari sisa kegiatan sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah

tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

2. Sampah sejenis sampah rumah tangga yaitu sampah rumah tangga yang

bersala bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga

melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan,

kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan,

industri, taman kota, dan lainnya.

3. Sampah spesifik yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah

tangga yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan

penanganan khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan

berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan

sebagainya), sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis),

sampah akibat bencana, puing bongkaran, sampah yang secara teknologi

belum dapat diolah, sampah yang timbul secara periode (sampah hasil

kerja bakti).

Pengelolaan sampah juga semakin berkembang sejalan dengan

perkembangan jenis sampah yang akan dikelola. Pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah.

1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah

sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya),

mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan,

dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.


2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang

mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut

jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber

sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan

(kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat

pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,

komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut,

dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan

pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat

dikembalikan ke media lingkungan.

3. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah

diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat

pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah terpadu.

4. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya

kegiatan pengumpulan, pemilahanm penggunaan ulang, pendauran ulang,

pengolahaan, dan pemrosesan akhir sampah.

5. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) adalah tempat untuk memroses

dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi

manusia dan lingkungan.

Pengelolaan sampah pada kegiatan industri lebih ditekankan kepada sejauh

mana perusahaan tempat praktek kerja industri mengelola sampahnya agar tidak

menimbulkan gangguan kesehatan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi


tenaga kerja. Pengelolaan sampah industri dapat dilakukan dengan melakukan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Upaya menciptakan kondisi kebersihan dalam ruang kerja dan di luar

ruang kerja misalnya di gang, koridor, halaman dan taman, serta tempat-

tempat kegiatan lainnya.

2. Menyediakan tempat sampah, kesesuaiannya dengan volume sampah

yang dihasilkan, konstruksi tempat sampah, pemisahan tempat sampah

untuk jenis sampah yang memiliki karakteristik berbeda misalnya

sampah organik dengan anorganik, sampah basah dan sampah kering,

sampah berbahaya/B3, sampah radiologi.

3. Melaksanakan kegiatan pembersihan sampah dan pemeliharaan

kebersihan di dalam maupun di luar ruang kerja di lingkungan

perusahaan.

4. Melaksanakan upaya pengangkutan sampah.

5. Melaksanakan upaya pemusnahan sampah.

6. Menyediakan petugas sampah.

E. Pengawasan Penyehatan Makanan dan Minuman

Ketersediaan makanan dan minuman di tempat kerja industri merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan. Penyediaan makanan dan minuman di tempat

kerja tentu sangat menunjang keberlangsungan pelaksanaan pekerjaan di tempat

kerja, hal ini disebabkan karena untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik setiap

tenaga kerja memerlukan tambahan kalori yang bersumber dari makanan dan

minuman yang dikonsumsi.


Untuk terlaksananya penyediaan makanan dan minuman yang baik bagi

tenaga kerja, tentunya perlu dilakukan suatu usaha penyediaan makanan dan

minuman yang memenuhi persyaratan yang berlaku, diantaranya persyaratan

kesehatan yang berhubungan dengan penyelenggara pangan, penjamah pangan,

waktu dan suhu pangan.

Terkait dengan persyaratan kesehatan yang berhubungan dengan

penyelenggara pangan, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tersedia kebijakan setempat untuk memastikan tiga hal penting

diterapkan dalam pengamanan pangan, yaitu tenaga yang professional,

pengendalian waktu dan suhu dalam penanganan pangan dan pencegahan

kontaminasi silang.

2. Melakukan pencegahan kontaminasi silang agar tidak terjadi pencemaran

oleh mikroorganisme dan cemaran lain di setiap tahap penanganan

pangan melalui tiga jalur pangan ke pangan, tangan ke pangan, dan atau

peralatan ke pangan.

3. Sanitasi tempat penerimaan, penyimpanan, pengolahan, dan penyajian

pangan dikakukan secara rutin bukan hanya mengenai kebersihan tetapi

juga ketepatan penggunaan disinfektan untuk kebersihan.

4. Menjamin semua penjamah pangan mempunyai kemampuan dan

keahlian dalam menangani pangan, higiene dan keamanan pangan yang

dapat diperoleh melalui pelatihan formal atau pemagangan.

5. Menunjuk seorang penyelia penjamah pangan untuk mengawasi kinerja

penjamah pangan.
6. Memastikan bahwa penjamah pangan tidak menjamah pangan jika

terdapat kemungkinan kontaminasi pangan.

7. Menjaga tersedianya sarana cuci tangan yang dapat diakses dengan

mudah oleh penjamah pangan yang dilengkapi dengan air hangat yang

mengalir dan sabun dan mengeringkannya dengan lap kertas sekali pakai.

Adapun persyaratan kesehatan yang berhubungan dengan penjamah pangan,

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bertanggungjawab terhadap keamanan pangan dengan cara menjaga

pangan sedemikian rupa agar pangan tersebut tetap aman dan layak

dikonsumsi.

2. Harus dalam keadaan sehat dan bebas dari penyakit menular yang

dibuktikan dengan surat keterangan dokter secara berkala.

3. Jika merasakan gejala sakit dan atau didiagnosa menderita suatu

penyakit, maka harus melaporkan kepada penyelianya atau

penyelenggara.

4. Jika dalam keadaan sakit dan kemungkinan dapat menyebabkan

kontaminasi pangan, maka penjamah pangan tidak diperbolehkan

menangani pangan sampai sembuh kembali.

5. Melaporkan kepada penyelianya jika merasa melakukan sesuatu yang

dapat menyebabkan kontaminasi pangan.

6. Selalu mencuci tangan dengan air hangat yang mengalir dan sabun dan

mengeringkannya dengan lap kertas sekali pakai.


7. Selalu mencuci tangan jika akan menjamah pangan setelah dari toilet,

merokok, batuk dan bersin memegang saputangan, makan, minum dan

memegang rambut atau bagian tubuh lainnya

8. Selalu mencuci tangan sebelum menangani pangan siap saji dan setelah

memegang pangan mentah.

9. Tidak makan, bersin, meniup, batuk, meludah atau merokok di dekat

pangan atau tempatnya.

10. Tidak menyentuh pangan siap saji secara langsung.

11. Mencegah terjadinya kontaminasi pangan dengan rambut dengan cara

mengikat atau memakai tutup rambut.

Persyaratan kesehatan yang berhubungan dengan waktu dan suhu pangan

yang harus diperhatikan dalam penyediaan makanan dan minuman di tempat kerja

antara lain:

1. Penyelenggara atau penjamah pangan harus memperhatikan waktu dan

suhu penggunaan, pengolahan, penyimpanan bahan pangan maupun

pangan siap saji sesuai jenisnya.

2. Penjamah pangan harus memisahkan tempat penyimpanan antara bahan

pangan dan pangan siap saji.

3. Penjamah pangan harus membuang pangan sisa (left over food) jika

sudah tidak memenuhi batas waktu dan suhu penyimpanan.

4. Penjamah pangan harus melakukan pencatatan waktu dan suhu

penyimpanan pangan secara sistematis dengan sistem pelabelan dan

penggunaan alat ukur.


Dalam penyelenggaraan penyediaan makanan dan minuman bagi tenaga

kerja di tempat kerja, agar diperoleh kualitas makanan dan minuman yang

memenuhi persyaratan kesehatan disamping harus memperhatikan persyaratan

penyelenggara pangan, penjamah pangan, waktu dan suhu pangan seperti tersebut

diatas, juga harus memperhatikan persyaratan kesehatan yang berhubungan

dengan disain dan konstruksi tempat pengolahan makanan dan minuman. Hal ini

disebabkan karena disain dan konstruksi tempat pengolahan makanan dan

minuman akan menentukan kualitas makanan dan minuman yang dihasilkan.

Persyaratan kesehatan yang berhubungan dengan disain dan konstruksi

tempat pengolahan makanan dan minuman yang harus diperhatikan meliputi:

1. Persyaratan Umum

a. Disain dan konstruksi bangunan cocok untuk tempat pengolahan

pangan, dilengkapi ruang untuk pengaturan sarana dan peralatan.

b. Mudah dibersihkan dan dilakukan sanitasi apabila diperlukan.

c. Rapat vektor dan binatang pembawa penyakit.

d. Tidak dapat menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang

pembawa penyakit.

2. Sistem Penyediaan Air

a. Tersedia air yang mencukupi untuk air minum dan air untuk keperluan

higiene dan sanitasi.

b. Idealnya air yang digunakan sudah melalui proses pengolahan (air dari

PDAM), bila terpaksa harus menggunakan air dari sumber terlindung.

3. Sistem Pembuangan Air Limbah


a. Mempunyai sistem pembuangan air limbah yang berfungsi

menyalurkan air limbah dengan baik.

b. Tidak menyebabkan koneksi silang dengan pipa air minum sehingga

menimbulkan kontaminasi sumber air dan pangan.

4. Sistem Penyimpanan Sampah dan Sampah Daur Ulang

a. Mempunyai tempat penyimpanan sampah dan sampah daur ulang

yang mencukupi dan rapat vektor dan binatang pembawa penyakit.

b. Mudah dan efektif untuk dibersihkan.

5. Sistem Ventilasi

Tempat pengolahan makanan harus mempunyai penghawaan alami atau

buatan yang cukup dan efektif menghilangkan asap, uap dan gas lainnya

yang berasal dari proses pengolahan pangan.

6. Sistem Pencahayaan

Tempat pengolahan makanan harus mempunyai sistem pencahayaan alam

atau buatan yang mencukupi untuk menunjang kegiatannya.

F. Pengawasan Penyehatan Udara

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri menyebutkan bahwa

Standar Baku Mutu (SBM) media udara meliputi standar baku mutu udara dalam

ruang (indoor air quality) dan udara ambien (ambient air quality). Standar kualitas

udara dalam ruang perkantoran mengacu kepada peraturan perundang-undangan

mengenai Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran sebagaimana

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016, sedangkan


SBM udara ambien mengacu ke peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan yang berlaku diantaranya adalah Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor : KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar

Pencemar Udara.

Kualitas udara dalam tempat kerja sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur

kimia diudara tempat kerja. Nilai Ambang Batas (NAB) bahan kimia di tempat

kerja meliputi 255 (duaratus limapuluh lima) parameter sebagaimana tercantunm

dalam Tabel 13 Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 tahun 2016 tentang

Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Selanjutnya untuk

mengevaluasi pajanan biologi dan potensi risiko kesehatan pekerja dapat

menggunakan acuan Indikator Pajanan Biologi (IPB). Indikator Pajanan Biologi

(IPB) atau Biological Exposure Indices (BEI) merupakan nilai acuan konsentrasi

bahan kimia yang terabsorpsi, hasil metabolisme (metabolit) bahan kimia yang

terabsorpsi, atau efek yang ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut.

Nilai indikator pajanan biologi sebanyak 45 (empat puluh lima) bahan kimia

yang ada di tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 14 Peraturan Menteri Kesehatan

R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Industri.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran menyebutkan bahwa untuk

mendapatkan tingkat kesehatan dan kenyamanan dalam ruang perkantoran

persyaratan pertukaran udara ventilasi untuk ruang kerja adalah 0,57 m3 /org/min

sedangkan untuk ruang pertemuan adalah 1,05 m3 /min/orang. Sedangkan laju


pergerakan udara yang disyaratkan adalah berkisar antar 0.15 – 0.50 m/detik.

Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingin harus memiliki lubang

ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang.

Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan

diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membukan

seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin. Saringan/filter udara AC juga

harus dibersihkan secara periodik sesuai dengan ketentuan pabrik.

Sistem perancangan ventilasi pada bangunan industri harus mengacu pada

SNI 03-6572- 2001. Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk

memastikan ventilasi dapat mencegah pencemar udara adalah sebagai berikut:

1. Ruang kerja dan sistem ventilasinya tidak berhubungan langsung dengan

dapur (pantry) ataupun area parkir

2. Filtrasi atau penyaringan udara yang efektif

3. Pemeliharaan unit pendingin udara dan system ventilasi lain, termasuk

pembersihan secara regular

4. Pencegahan adanya halangan atau obstruksi pada ventilasi

5. Menempatkan peralatan yang menggunakan bahan pelarut (solvent) pada

area yang dilengkapi dengan local exhaust ventilation (LEV)

Persyaratan minimum kualitas udara dalam ruangan perkantoran dapat

dilihat pada Tabel 6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang

Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Jika persyaratan sudah

terpenuhi tetapi masih terjadi SBS (Sick Building Syndrome), maka perlu

dilakukan investigasi.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :

KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara menyebutkan

bahwa pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan

manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya, selanjutnya menyatakan bahwa

untuk memberikan kemudahan dan keseragaman informasi kualitas udara ambien

kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara, perlu disusun

Indeks Standar Pencemar Udara.

Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan

yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu

yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan

makhluk hidup lainnya. Parameter Indeks Standar Pencemar Udara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

1. Partikulat (PM10)

2. Karbon Monoksida (CO)

3. Sulfur dioksida (SO2)

4. Nitrogen dioksida (NO2); 5. Ozon (O3)

G. Pengawasan Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

Vektor dan binatang pembawa penyakit yang perlu di perhatikan dalam

kegiatan industri dianataranya adalah nyamuk untuk kelompok vektor, sedangkan

untuk kelompok binatang pembawa penyakit meliputi tikus, lalat dan kecoa.

Standar baku mutu vektor penyakit meliputi Anopheles spp, Aedes aegypti, dan

Culex sp. Standar baku mutu vektor tersebut selengkapnya dapat dijumpai pada
Tabel 32 Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Adapun standar baku mutu

binatang pembawa penyakit selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 33.

Terkait dengan pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit maka

bangunan untuk keperluan industri diharuskan memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Tersedia upaya pencegahan pengendalian vektor dan binatang pembawa

penyakit secara terpadu dengan mendahuluan cara atau teknologi yang

tidak menggunakan bahan kimia atau insektisida, terutama di industri

pangan.

2. Tersedia tenaga khusus untuk pencegahan dan pengendalian vektor dan

binatang pembawa penyakit.

3. Memastikan semua sarana dan bangunan yang ada tidak menjadi tempat

berkembangbiaknya vektor dan binatang pembawa penyakit.

H. Pengawasan Houseskeeping

Semua tempat kerja yang ditujukan bagi karyawan, harus benar-benar aman

dan dapat menjamin keselamatan tenaga kerja mencakup pengaturan untuk

berbagai area kerja yang biasa dilewati ataupun sering dilakukan aktivitas kerja,

dimana area kerja tersebut mengandung berbagai potensi bahaya yang bisa

menyebabkan kecelakaan kerja dan kerugian lain.

Area kerja yang kotor, penuh debu dan berantakan dapat menyebabkan

karyawan merasa tidak nyaman dan aman saat bekerja. Kondisi tersebut akan

berimbas pada keselatam kerja terganggu dan tingkat produktivitas kerja menurun.
Penataan area kerja yang buruk secara tidak langsung bisa menghambat

pergerakan kerja karyawan dan kemungkinan besar menyebabkan kecelakaan

kerja, seperti terjatuh, terpeleset, atau lainnya.

Penilaian pelaksanaan housekeeping atau tata graha di industri tempat

praktek dengan menggunakan instrument penilaian yang sudah Saudara siapkan.

Cek kembali apakah instrumen yang Saudara buat sudah meliputi aspek-aspek

atau substansi materi di bawah ini:

1. Tempat pengelola, gang-gang, ruang penyimpanan (gudang) harus dijaga

dalam kondisi sanitair.

2. Atap, gang-gang, lantai, dinding, basement, gudang bawah tanah,

jamban, toilet, septick tank, saluran pembuangan, dan lain-lain setiap saat

harus bersih dan aman serta dalam kondisi yang sanitair.

3. Setiap bangunan, halaman, gang-gang dan keseluruhan wilayah milik

perusahaan harus dijaga bebas dari akumulasi debu dan sampah lainnya.

4. Setiap ruang kerja harus dikelola secara bersih dan sebisa mungkin dalam

kondisi kering.

5. Apabila ada kegiatan-kegiatan yang menggunakan air maka sistem

drainase atau pematusan harus dikelola dengan baik (dimungkinkan

dalam kondisi cepat kering). Pekerja harus menggunakan sepatu khusus

untuk tempat semacam itu.

6. Lantai atau permukaan jalan lainnya harus terjaga dalam kondisi baik,

bebas minyak atau air, semua hal yang bernbahaya yang ada dijalanan

harus dihilangkan.
7. Setiap lantai, tempat kerja dan jalan atau gang harus bebas dari

gundukan, serpihan atau lubang.

8. Dilarang meludah ke dinding, lantai, tempat kerja atau lantai bangunan

lainnya.

9. Jika disediakan tempat meludah konstruksinya harus bisa dibersihkan dan

di desinfeksi serta harus dalam keadaan bersih setiap hari untuk menjaga

kesehatan.

10. Jika tempat sampah digunakan untuk sampah basah atau yang dapat

terurai konstruksinya harus dibuat tidak bocor, nyaman, bersih dan

dirawat dengan baik atau sanitair.

11. Jika menggunakan mesin atau peralatan kimia di dalam mengelola

sanitasi pemeriksaan secara periodik harus dilakukan untuk menjamin

efisiensi peralatan dan mencatat hasil setiap pemeriksaan.

12. Peralatan penerangan harus sering dibersihkan untuk menjaga intensitas

penerangan agar tetap berada pada level yang memenuhi syarat. Jika

menggunakan penerangan alami pada siang hari maka jendela harus

sering dibersihkan agar pencahayaan diruang tersebut memenuhi syarat.

13. Bahan-bahan buangan yang mudah terbakar harus ditempatkan pada

wadah logam yang dapat menutup sendiri dan harus dikosongkan

minimal 1 kali dalam sehari

14. Bahan-bahan yang mudah terbakar sebaiknya jangan disimpan dibawah

tangga.
15. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar mudah dioperasikan dan

terlindung dari proses pendinginan. Jika alat pemadam kebakaran

memakai tipe asam soda sebaiknya diisi ulang minimal setahun sekali.

16. Bahan-bahan atau material harus di tumpuk dan dihindarkan dari getaran

atau vibrasi dan sentakan agar tidak mudah jatuh.

17. Barang-barang yang tertata baik dan bersih tidak lagi menghambat

pergerakan para karyawan.

I. Pengawasan Jamban dan Peturasan

Penilaian jamban dan peturasan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian

aspek sanitasi industri lainnya, karena tidak adanya penilaian jamban dan

peturasan maka penilaian sanitasi industri belum selesai. Adanya jamban dan

peturasan yang kotor, berbau dan tidak sehat akan mempengaruhi kesehatan

karyawan dan akhirnya karyawan akan terganggu kesehatannya dan berujung pada

gangguan produktivitas kerja tenaga kerja. Jamban dan peturasan merupakan

sarana sanitasi utama yang harus disediakan perusahaan dan dikelola dengan baik,

disamping sarana sanitasi lainnya. Ketidaknyamanan yang diakibatkan adanya

jamban dan peturasan yang tidak sehat akan menimbulkan bau yang tidak sedap,

lantai yang licin menyebabkan terpeleset dan jatuh, lebih jauh lagi akan

menimbulkan penyakit pada tenaga kerja. Kondisi tersebut memerlukan

pengelolaan yang baik sehingga kondisi jamban dan peturasan menjadi bersih dan

sanitair. Sanitair berarti sehat dan aman. Sehat karena dalam jamban dan peturasan

tidak terdapat bakteri penular penyakit, tidak terjangkau serangga yang dapat

mengontaminasi makanan tenaga kerja.


Yang perlu Saudara pertimbangkan dalam menilai jamban dan peturasan

tidak saja kondisi kebersihan dari sarana tersebut melainkan juga hal lain yang

mempengaruhi kualitas jamban agar tidak mempengaruhi timbulnya penyakit atau

mengganggu kesehatan tenaga kerja sehingga produktivitas kerja jadi menurun.

Pertimbangan tersebut meliputi:

1. Konstruksi jamban dan peturasan

2. Jumlah jamban dan peturasan

3. Pengelolaan dan pemeliharaan jamban

4. Penyediaan air bersih

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar

dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri menyebutkan bahwa

Standar Baku Mutu (SBM) sarana toilet untuk pekerja industri ditetapkan

berdasarkan rasio yaitu perbandingan jumlah toilet dengan jumlah pekerja. Rasio

sarana toilet berbeda antara laki-laki dan perempuan. Jika toilet digunakan oleh

pekerja laki-laki maka harus ada peturasan atau urinoir paling banyak 1/3 dari

jumlah toilet yang disediakan.


BAB III
PELAKSANAAN
A. Rencana Kegiatan

1. Perkenalan

2. Perkenalan tentang system manajemen K3

3. Pengenalan APD (Alat Pelindung Diri)

4. Pengenalan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

5. Pengenalan manajemen resiko K3

6. Mengukur pencahayaan, kebisingan, dan kelembaban

7. Pengenalan dan melihat sanitasi lingkungan di K3 dan yang lainnya

8. Pengenalan pada program kerja K3

9. Melihat lokasi dan keadaan di lapangan pada bagian K3

B. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan di PT. Sugih Rahayu Bahagia, Jl. Melati Blok B 25 No. 7-

310 Komp. Taman Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar

Palembang

C. Waktu Kegiatan

1. 8 Maret 2021

2. 9 Maret 2021

3. 10 Maret 2021

4. 11 Maret 2021

5. 12 Maret 2021

6. 13 Maret 2021
7. 14 Maret 2021

8. 15 Maret 2021

9. 16 Maret 2021

10. 17 Maret 2021

11. 18 Maret 2021

12. 19 Maret 2021


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Profil Instansi Praktik Kerja

a. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Sugih Rahayu Bahagia didirikan 19 Februari 2004 denga akte

No. 02 Notaris Numzir Nazorie, Sarjana Hukum di Palembang.

Perusahaan ini bergerak di bidang Usaha Persewaan Alat Angkutan

Darat dan PT. Sugih Rahayu Bahagia sekarang melakukan kerjasama

dengan perusahaan-perusahaan yang melakukan kerjasama dengan

perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitasnya di daerah Sumatera

Selatan seperti : Conoso Philips, PT. Medco E&P Indonesia dan PT.

PP.London Sumatera Selatann Indonesia Tbk. DLL, dalam penyediaan

penyewaan jasa angkutan darat dan penyediaan jasa tenaga kerja.

b. Struktur Organisasi

Berdasarkan akte pendirian No. 2 tertanggal 9 Februari 2004,

Notaris Numzir, SH. Sususan pengurus adalah :

Diretur Utama : Tn. Panhar, SE

Direktur : Tn. Muhammad Isrok Nurullah

Komisaris : Ny. Desty Arisandi


Dalam organisasi perusahaan ini dibantu oleh beberapa orang

manager yang bertanggung jawab langsung kepada direktur atas

kelancaran operasi perusahaan sesuai dengan bidang masing-masing.

c. Aspek Pasar dan Pemasaran

Sasaran pemasaran yang dilakukan oleh PT. Sugih Rahayu

Bahagia ini pada perusahaan yang mempunyai proyek-proyek

pembangunan, pertambangan, perbankan serta pertanian.

d. Lokasi

Dalam melakukan aktivitasnya PT. Sugih Rahayu Bahagia saat

ini :

a. Alamat : Komp. Taman Maskarebet Jl. Melati Blok

B 25 No. 7-310 Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang

Lebar Palembang

b. Telepon : (0711) 5645044

c. Email : info@surabah.co.id

d. Website : www.surabah.co.id

e. Aspek Manajemen dan Organisasi

Untuk mencapai keberhasilan suatu usaha tindaklah semata-

mata ditentukan oleh tersedianya sarana, prasarana dan modal usaha,

tetapi terdapat faktor lain yang turut menentukan dan mempengaruhi

keberhasilan usaha. Salah satunya adanya kemampuan manusia atau


organisasi untuk menjalankan operasi perusahaan secara profesinal,

sebagai dasar untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Didalam

kegiatan perusahaan sekarang ini sumber daya manusia yang

digunakan terdiri dari :

1) Manager

2) Staff Administrasi dan Keuangan

3) Personil HSE

4) Driver

2. Kegiatan selama Praktik kerja Industri

Tanggal Kegiatan

8 Maret 2021 Perkenalan

9 Maret 2021 Perkenalan tentang system manajemen K3

10 Maret 2021 Pengenalan APD (Alat Pelindung Diri)

11 Maret 2021 Pengenalan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

12 Maret 2021 Pengenalan manajemen resiko K3

15 Maret 2021 Mengukur pencahayaan, kebisingan, dan kelembaban

16 Maret 2021 Pengenalan dan melihat sanitasi lingkungan di K3 dan

yang lainnya
17 Maret 2021 Pengenalan dan melihat sanitasi lingkungan di K3 dan

yang lainnya

18 Maret 2021 Pengenalan pada program kerja K3

19 Maret 2021 Melihat lokasi dan keadaan di lapangan pada bagian K3

B. Pembahasan Hasil Kegiatan

Tabel 1

INSTRUMEN PENGAWASAN PENYEDIAAN AIR KEPERLUAN


HYGIENE SANITASI INDUSTRI

Nama Perusahaan : PT Sugih Rahayu Bahagia

Alamat : Lokasi kegiatan di PT. Sugih Rahayu Bahagia, Komp.

Taman Maskarebet Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310

Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar

Palembang

Jenis Peruntukan Air : Di peruntukan untuk kebutuhan sehari-hari di tempat


kerja

Tanggal Pengawasan :15 M aret 2021


ADA / DIPERIKSA
NO PARAMETER TIDAK KET
ADA TIDAK
BERLAKU
1. Fisik
a. Kekeruhan √
b. Warna √
c. Zat padat terlarut (TDS) -
d. Suhu √ 36, 2 0C
e. Rasa √
f. Bau √
2. Biologi -
b. Total coliform -
c. E. coli -
3. Kimia wajib -
a. pH √ 6,8
b. Besi -
d. Fluorida -
e. Kesadahan -
f. Mangan -
f. Nitrat, sebagai N -
g. Nitrit, sebagai N -
h. Sianida -
i. Diterjen -
j. Pestisida total -
Kimia tambahan
a. Air raksa -
b. Arsen -
c. Kadmium -

ADA / DIPERIKSA
NO PARAMETER TIDAK KET
ADA TIDAK BERLAK
d. Kromium (valensi 6) -
e. Selenium -
f. Seng -
g. Sulfat -
h. Timbal -
i. Benzene -
j. Zat organik (KMnO4) -
4. Tidak ada koneksi silang dengan pipa -
air
limbah di bawah permukaan tanah
5. Sumber air tanah (jika
non air bersumber
perpipaan, -
sarananya terlindung dari sumber
kontaminasi baik
limbah domestik
maupun industri.
6. Tidak menjadi tempat -
berkembangbiaknya vektor dan
binatang pembawa
penyakit air secara
7. Jika melakukan pengolahan -
kimia, maka jenis dan dosis bahan
kimia harus tepat
8 Jika menggunakan kontainer sebagai -
penampung air harus dibersihkan
secara berkala
minimum 1 kali
Tabel 2

INSTRUMEN PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH INDUSTRI

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman Maskarebet,Kel.

Talang Kelapa Kec. Alang-Alang Lebar Palembang

Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan Penyediaan

Jasa Tenaga Kerja

Luas Lahan :

Jumlah Petugas Pengelolaan Sampah laki-laki : - perempuan : -

Petugas pemantauan : Inna Fajarul Kamil

Tanggal pemantauan : 16 Maret 2021

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Apakah ada upaya kebersihan lingkungan kerja √
2. Apakah tersedia tempat sampah yang memadai √
3. Apakah ada upaya pemisahan sampah √
4. Apakah semua sampah dapat tertampung √
5. Apakah tempat sampah yang tersedia kuat √
6. Apakah tempat sampah yang tersedia dilengkapi √
7. Apakah tempat sampah mudah dibersihkan √
tutup
8. Apakah tempat sampah kedap air √
9. Apakah ada upaya pengangkutan sampah yang √
10. Apakah ada pengolaan sampah B3 secara √
baik
khusus

Tabel 3
INSTRUMEN PENGAWASAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN
BINATANG PEMBAWA PENYAKIT DI INDUSTRI

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Cindy Septika sari

Tanggal Pemantauan : 16 Maret 2021

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Tersedia upaya pencegahan pengendalian √
vektor terpadu
ayapencegahan pengendalian
2. binatang √
pembawa penyakit terpadu
3. Tersedia tenaga khusus untuk pencegahan √
dan pengendalian vector
4. Tersedia tenaga khusus untuk pencegahan √
dan pengendalian binatang pembawa
penyakit yang ada tidak menjadi tempat
5. Bangunan √
berkembangbiaknya vector
6. Bangunan yang ada tidak menjadi tempat √
berkembangbiaknya binatang pembawa
Tabel 4
INSTRUMEN PENGAWASAN PELAKSANAAN HOUSEKEEPING

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Inna Fajarul Kamil

Tanggal Pemantauan : 16 Maret 2021

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Tempat pengelola dalam kondisi sanitair. √
2. Gang-gang dalam kondisi sanitair. √
3. Ruang penyimpanan dalam kondisi sanitair. √
4. Atap dalam kondisi yang sanitair √
5. Lantai dalam kondisi yang sanitair √
6. Dinding dalam kondisi yang sanitair √
7. Basement dalam kondisi yang sanitair -
8. Gudang bawah tanah dalam kondisi yang -
sanitair
9. Jamban dalam kondisi yang sanitair √
10. Toilet dalam kondisi yang sanitair √
11. Septick tank dalam kondisi yang sanitair √
12. Saluran pembuangan dalam kondisi yang √
sanitair
13. Setiap bangunan bebas dari akumulasi debu √
14. Setiap bangunan bebas dari sampah √
15. Halaman bebas dari akumulasi debu √
16. Halaman bebas dari sampah √
Tabel 5

INSTRUMEN PEMANTAUAN PENGELOLAAN JAMBAN DAN


PETURASAN DI INDUSTRI

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Intan Permata sari

Tanggal Pemantauan : 18 Maret 2021

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Konstruksi jamban kokoh / kuat √
2. Konstruksi peturasan kokoh / kuat √
3. Jumlah jamban memenuhi kebutuhan √
4. Jumlah peturan memenuhi kebutuhan √
5. Dilakukan tindakan pembesihan jamban √
setiap
6. Dilakukan tindakan hari
pembersihan √
7. Tersedia air yang peturasan
cukup padasetiap hari
setiap √
8. Tersedia air yang jamban
cukup pada setiap √
peturasan
9. Tersedia alat pembersih jamban yang √
sesuai
10. Tersedia alat pembersih peturasan yang √
sesuai
11. Tersedia sabun untuk mencuci tangan √
12. Air buangan mengalir dengan baik √
13. Tidak tercium bau Ammoniak disekitar √
jamban
14. Penerangan di jamban dan peturasan √
15. Lantai jamban danmencukupi
peturasan kedap air √
16. Dinding jamban dan peturasan mudah √
dibersihkan
Tabel 6

INSTRUMEN PEMANTAUAN PENGELOLAAN TEMPAT CUCI TANGAN DI


INDUSTRI

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Awanda alprina

Tanggal Pemantauan : 18 Maret 2021


Jumlah Tempat Cici Tangan : 5

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Terdapat tempat cuci tangan pada √
2. setiap
Jumlah tenpat cuci ruang
tangan kerja
sesuai √
3. dengan
Tempat cuci tangan kebutuhan
ditempatkan pada √
tempat yang mudah
4. Terdapat pemisahan tempat cuci tangan √
untuk laki-laki dan
5. Terdapat dinding perempuan
pemisah yang kokoh √
6. Tempat cuci tangan terbuat dari bahan √
7. Terdapat fasilitas yang kuat untuk cuci
penunjang √
8. Tersedia air dalamtangan
jumlah yang cukup √
9. Kualitas air untuk cuci tangan memenuhi √
10. Limbah dari tempatsyarat
cuci tangan √
11. Terdapat pancuran mengalir dengan
bilas pada baik
tempat √
kerja kimia
12. ........

Tabel 7

INSTRUMEN PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA DI INDUSTRI


Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia
Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Cindy Septika sari

Tanggal Pemantauan : 17 Maret 2021

Hasil
No Item Pemantauan Faktor Fisika Ket.
Pengukuran
1. Iklim kerja menggunakan parameter ISBB (OC) -
2. Intensitas Cahaya (Lux) 35,42 Lux
3. Intensitas Suara (dBA) 83,7 dBA
4. Getaran alat kerja mengenai lengan dan tangan -
5. (m/det2) terhadap seluruh
Getaran yang berpengaruh -
6. Radiasi frekuensitubuh
radio(m/det 2)
a. Kekuatan Medan -
dan b. Kekuatan medan -
7. ungu (mW/cm2).
Radiasi sinar ultragelomb -
8. Medan magnit statis untuk seluruh tubuh (Tesla) -
Tabel 8

INSTRUMEN PENGAWASAN KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI

Nama Industri : PT. Sugih Rahayu Bahagia


Alamat Industri : Jl. Melati Blok B 25 No. 7-310 Komp. Taman
Maskarebet,Kel. Talang Kelapa Kec. Alang-Alang
Lebar Palembang
Jenis Industri : Penyediaan Penyewaan Jasa Angkutan Darat dan
Penyediaan Jasa Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja : -

Petugas Pemantau : Cindy Septika sari

Tanggal Pemantauan : 17 Maret 2021

No Item Pemantauan Ya Tidak Ket.


1. Apakah dilakukan pemeriksaan √
2. Apakah dilakukankesehatan sebelum
pemeriksaan √
3. Apakah dilakukankesehatan berkala
pemeriksaan √
4. kesehatan
Apakah ada petugas khusus
P3K sesuai √
5. kebutuhan
Apakah tersedia kotak P3K sesuai √
6. kebutuhan
Apakah isi kotak P3K sesuai √
7. ketentuan
Apakah semua tenaga kerja √
8. Apakah semuamengikuti
tenagaBPJSkerja √
mengikuti BPJS
9. Apakah tersedia APD yang diperlukan √
10. Apakah jumlah APD memenuhi √
kebutuhan
11. Apakah ada penanganan beban √
secara manual

Anda mungkin juga menyukai